Pola Erupsi Gigi Permanen Pada Anak Etnis Tionghoa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan

(1)

POLA ERUPSI GIGI PERMANEN PADA ANAK ETNIS

TIONGHOA SEKOLAH DASAR PERGURUAN

BUDDHIS BODHICITTA, MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

JOHNATHAN LIN CHEE HANG NIM : 060600154

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 3 Februari 2010

Pembimbing Tanda Tangan

Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA ... NIP : 195203141979022001


(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 3 Februari 2010

TIM PENGUJI KETUA : T. Hermina M., drg.

ANGGOTA : 1. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA 2. Essie Octiara, drg., Sp. KGA


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi di Departemen Pedodonsia sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta, Ayahanda Peter Lin Kin Heng dan Ibunda Julieta Briones Lin, Adinda Jessica Ann Lin, Theophil Angelo Lin, Giovanni Paul Lin atas do’a cinta dan kasih sayang atas dukungan moral dan materil yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., Sp. Pros (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Taqwa Dalimunthe, drg., Sp. KGA selaku dosen pembimbing skripsi dan selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak yang telah begitu sabar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, memberikan pemikiran dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Prof. Trimuni Abidin, drg., M.Kes., Sp. KG (K) selaku Ketua UPT Penelitian FKG USU yang memberikan saran dan masukan dalamskripsi ini.


(5)

5. Bapak Hartono, S.E. sebagai Kepala Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta yang telah mengizinkan dan memberi masukan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

6. Adik-adik dari Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

7. Seluruh staf Pengajar dan Pegawai, Civitas Akademik di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu kelancaran proses terjadinya skripsi dan proses administrasi.

8. Adinda tercinta, Felly Novelia yang telah memberikan dukungan penuh dan senantiasa mendampingi demi kelancaran penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan penulis yaitu Lim Rui Liang, Siew Chin Keong, Tan Xiao Chuan, Tan Peik Chin atas kerjasamanya selama ini serta Albert, Anthony, Dahnil, Ellysa, Helly, Steven, Theresia, Trisna, Vincent, Yumira, Steffie, Vivi, Vera, abang Kriswandy dan teman-teman dari stambuk 2006, 2007, 2008, dan 2009 atas persahabatan, bantuan, dukungan dan semua hal yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

Penulis mengharapkan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, 3 Februari 2010 Penulis,

NIM : 060600154 JohnathanLin Chee Hang


(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi... 6

2.1.1 Tahap Perkembangan Gigi... 6

2.1.2 Tahap Kalsifikasi Gigi ... 9

2.1.3 Tahap Erupsi Gigi ... 10

2.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi ... 11

2.2.1 Faktor Genetik ... 12

2.2.2 Faktor Jenis Kelamin ... 12

2.2.3 Faktor Ras ... 12

2.2.4 Faktor Lingkungan ... 12

2.2.5 Faktor Lokal ... 13


(7)

2.6 Alur Penelitian ... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 17

3.2 Tempat dan Waktu ... 17

3.3 Populasi Penelitian... 17

3.4 Sample Penelitian ... 18

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 18

3.4.2 Kriteria Ekslusi... 18

3.4.3 Besar Sampel... 19

3.5 Variabel Penelitian... 20

3.6 Definisi Operasional ... 20

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 21

3.8 Prosedur Pengambilan Data ... 21

3.9 Pengolahan dan Analisa Data ... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 23

BAB 5 PEMBAHASAN PENELITIAN ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 43

6.2 Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 45 LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

1. Perkembangan kronologis pada gigi permanen.Slightly modified by

McCall and Schour ... 11 2. Distribusi jenis kelamin mengikut kelompok usia pada siswa SD

Perguruan Buddhis Bodhicitta, 2009 ... 23 3. Persentase erupsi gigi permanen pada anak laki-laki berdasarkan

kelompok usia masing-masing. ... 28 4. Persentase erupsi gigi permanen pada anak perempuan berdasarkan

kelompok usia masing-masing. ... 29 5. Rata-rata usia (Mean age) waktu erupsi gigi permanen dan simpangan

baku (Standard deviation) pada anak laki-laki ... 31 6. Rata-rata usia (Mean age) waktu erupsi gigi permanen dan simpangan

baku (Standard deviation) pada anak perempuan ... 32 7. Hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi permanen maksila pada anak laki-laki dan anak perempuan. ... 37 8. Hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi permanen mandibula

pada anak laki-laki dan anak perempuan. ... 37 9. Perbandingan pola erupsi gigi permanen antara etnis Tionghoa (2009)


(9)

DAFTAR GAMBAR

Judul Halaman

1. Siklus hidup gigi ... 7 2. A - Inisiasi (bud stage), B - Proliferasi (cap stage) ... 8 3. C – Histodiferensiasi (bell stage) ... 8 4. Pola Erupsi Gigi Permanen Pada Anak Laki-laki Etnis Tionghoa 40 5. Pola Erupsi Gigi Permanen Pada Anak Perempuan Etnis Tionghoa 41


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan.

2. Surat Informasi dan Persetujuan Orang Tua/Wali Subjek Penelitian. 3. Lembaran Pemeriksaan Subjek Penelitian.

4. Illustrasi dari erupsi gigi permanen berdasarkan usia, menurut Schour

and Massler’s permanent teeth eruption chart 1941.

5. Dokumentasi Foto Saat Penelitian di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, 14 – 16 Desember 2009.

6. Erupsi gigi permanen mengikut kelompok usia pada siswa laki-laki SD Perguruan Buddhis Bodhicitta, 2009.

7. Erupsi gigi permanen mengikut kelompok usia pada siswa perempuan SD Perguruan Buddhis Bodhicitta, 2009.

8. Persentase erupsi gigi permanen pada anak laki-laki berdasarkan kelompok usia masing-masing.

9. Persentase erupsi gigi permanen pada anak perempuan berdasarkan kelompok usia masing-masing.

10. Data Hasil Proses SPSS 11.5

11. Pola Erupsi Gigi Permanen Berdasarkan Etnis Pada Anak Laki-laki. 12. Pola Erupsi Gigi Permanen Berdasarkan Etnis Pada Anak Perempuan. 13. T-test (Mean age, Maksila – Laki-laki vs Perempuan).


(11)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2010

Johnathan Lin Chee Hang Pola Erupsi Gigi Permanen Pada Anak Etnis Tionghoa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan.

x+47 Halaman

Umur kronologis seorang anak dapat dideterminasi dengan mengevaluasi tahap pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi. Tahap erupsi gigi bervariasi pada setiap individu disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran pola erupsi gigi permanen berdasarkan umur kronologis anak etnis Tionghoa di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan.

Jenis penelitian analitik observational dengan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 210 siswa, berusia 6 – 12 tahun. Penelitian dilakukan dengan melihat gigi permanen yang dinyatakan erupsi jika tonjol mahkota gigi telah menembus gingiva sehingga gigi muncul pada rongga mulut. Rata-rata umur waktu erupsi gigi permanen pada anak laki-laki dan anak perempuan dianalisa secara statistic dengan

Student’s t-test yang tidak berpasangan.


(12)

mandibula dibanding maksila. Pola erupsi gigi permanen pada anak laki-laki etnis Tionghoa dimulai dari molar satu mandibula dan gigi yang terakhir erupsi adalah molar dua maksila. Pola erupsi gigi pada anak perempuan adalah hampir mirip dengan dengan pola erupsi gigi pada anak laki-laki. Secara statistik, didapati ada perbedaan antara erupsi gigi permanen pada maksila dan pada mandibula antara anak laki-laki dan anak perempuan (p < 0,05).


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Tahun 2010

Johnathan Lin Chee Hang Pola Erupsi Gigi Permanen Pada Anak Etnis Tionghoa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan.

x+47 Halaman

Umur kronologis seorang anak dapat dideterminasi dengan mengevaluasi tahap pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi. Tahap erupsi gigi bervariasi pada setiap individu disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhinya. Tujuan penelitian adalah mendapatkan gambaran pola erupsi gigi permanen berdasarkan umur kronologis anak etnis Tionghoa di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan.

Jenis penelitian analitik observational dengan rancangan cross-sectional. Sampel berjumlah 210 siswa, berusia 6 – 12 tahun. Penelitian dilakukan dengan melihat gigi permanen yang dinyatakan erupsi jika tonjol mahkota gigi telah menembus gingiva sehingga gigi muncul pada rongga mulut. Rata-rata umur waktu erupsi gigi permanen pada anak laki-laki dan anak perempuan dianalisa secara statistic dengan

Student’s t-test yang tidak berpasangan.


(14)

mandibula dibanding maksila. Pola erupsi gigi permanen pada anak laki-laki etnis Tionghoa dimulai dari molar satu mandibula dan gigi yang terakhir erupsi adalah molar dua maksila. Pola erupsi gigi pada anak perempuan adalah hampir mirip dengan dengan pola erupsi gigi pada anak laki-laki. Secara statistik, didapati ada perbedaan antara erupsi gigi permanen pada maksila dan pada mandibula antara anak laki-laki dan anak perempuan (p < 0,05).


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses erupsi gigi telah banyak menarik perhatian peneliti yang sebagian besar berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisiologis anak. Kebanyakan orangtua menganggap proses erupsi gigi adalah suatu saat yang penting dalam perkembangan anak, sehingga mereka sering khawatir tentang waktu dan perjalanan erupsi gigi.(1-5) Ilmu pengetahuan tentang proses ini juga sangat penting bagi dokter gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak.(4,6,7) Tahap erupsi gigi dapat menentukan penilaian maturasi dental serta digunakan sebagai suatu indikator untuk memperkirakan usia seseorang.(4,7-9)

Usia kronologis atau usia berdasarkan tanggal kelahiran anak yang tidak diketahui, biasanya dapat ditentukan dengan mengevaluasi tingkat maturasi somatik dan maturasi dental anak tersebut.(10,11) Untuk menentukan tingkat maturasi somatik diperlukan beberapa faktor yang lebih banyak dibandingkan dengan penentuan maturasi dental.(7,10) Suatu penelitian oleh Green (1961) mengenai hubungan antara tingkat maturasi somatik, maturasi dental dan tulang, serta usia kronologis, menyimpulkan bahwa adanya korelasi antara maturasi dental dengan usia kronologis.(4,6,10,12,13) Sedangkan maturasi dental dapat diketahui dengan membandingkan tahap perkembangan gigi seorang anak dan tabel erupsi kronologis serta mengevaluasi melalui radiografi panoramik.(6, 7, 10,12,14, 15)


(16)

Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin ‘erumpee', yang berarti menetaskan. Sedangkan istilah kedokteran gigi, erupsi mengindikasikan munculnya gigi menembus jaringan mukosa alveolar rongga mulut.(16) Proses erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap sehingga mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut.(2,5,11,16,17) Erupsi dimulai setelah pembentukan mahkota dilanjutkan dengan pembentukan akar selama usia kehidupan gigi dan terus berlangsung walaupun gigi telah mencapai oklusi dengan gigi antagonisnya.

Proses pertumbuhan dan perkembangan gigi dapat diamati mulai dari erupsi gigi desidui, dilanjutkan dengan erupsi gigi permanen yang muncul secara teratur pada waktu yang berbeda.(16) Erupsi gigi desidui dimulai saat bayi berusia 6 bulan ditandai dengan munculnya gigi insisivus satu mandibula, dan berakhir dengan erupsinya gigi molar dua maksila. Waktu erupsi gigi permanen dimulai saat anak berusia 6 sampai 7 tahun, ditandai dengan erupsi gigi molar satu mandibula, tetapi kadang-kadang gigi insisivus sentralis mandibula erupsi bersamaan atau bahkan mendahului gigi molar satu tersebut. Kemudian erupsinya molar satu maksila. Gigi insisivus sentralis maksila erupsi umur 7 tahun dilanjutkan dengan gigi insisivus lateralis mandibula. Gigi insisivus lateralis maksila erupsi umur 8 tahun dan gigi kaninus mandibula umur 9 tahun. Gigi premolar satu maksila erupsi umur 10 tahun, dilanjutkan dengan erupsi gigi premolar dua maksila, premolar satu mandibula, kaninus maksila dan premolar dua mandibula. Erupsi gigi molar dua mandibula


(17)

terjadi umur 11 tahun dan molar dua maksila umur 12 tahun. Erupsi gigi paling akhir adalah molar tiga mandibula dan maksila.(11,16-18)

Maturasi dental adalah suatu faktor kunci untuk perkiraan umur seseorang dalam bidang forensik dan anthropologi.(2,8,10,14) Proses erupsi gigi di dalam mulut sangat kompleks, karena masing-masing gigi pada tiap individu memiliki waktu erupsi yang berbeda-beda. Beberapa penelitian telah menunjukkan variasi waktu erupsi gigi berdasarkan etnis dan ras yang berbeda.(2,3,17) Penyimpangan waktu erupsi dapat terjadi karena adanya variasi waktu erupsi normal gigi yang dikenal dengan simpangan baku (standard deviation = SD).(19) Variasi normal waktu erupsi gigi adalah -/+ 2 SD.(19,20)

Pola erupsi gigi permanen mulai diteliti secara luas pada tahun 1920 - 1950 dan telah dipulbikasi dalam jurnal ilmiah.(8) Penelitian dilakukan pada anak English,

Pima Indian, Swedish, Hong Kong, Pakistan, Finland, Iceland, America, Croatia(1),

Nepal(2), Saudi(3, 12), Malaysia(4), Brazil(6), Belgaum(7), South India(16), dan Delhi(21). Penelitian mengenai pola erupsi gigi di Indonesia telah dilakukan pada anak suku Jawa(8), suku Sunda(20) dan pada anak di Rantau Prapat(17). Indonesia merupakan suatu negara yang multi-etnis dan multi-kultur, populasi penduduk terdiri dari berbagai macam suku bangsa, salah satu di antaranya adalah suku Tionghoa di Kota Medan. Penelitian tentang pola erupsi gigi pada anak etnis Tionghoa di Kota Medan belum pernah dilaksanakan, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai pola erupsi gigi permanen ditinjau dari usia kronologis pada anak etnis Tionghoa usia 6 - 12 tahun di Kota Medan. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Perguruan


(18)

Buddhis Bodhicitta, Medan. Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta dibangun sebagai sebuah sekolah yang modern dengan didukung berbagai kelengkapan sarana atau prasarana dan teknologi dalam mendukung proses belajar mengajar siswa. Perguruan ini juga memberikan bantuan kepada siswa yang kurang mampu untuk meneruskan pendidikan demi kepentingan masa depan siswa.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola erupsi gigi permanen pada anak etnis Tionghoa di Kota Medan?

2. Apakah ada perbedaan erupsi antara anak laki-laki dan anak perempuan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui pola erupsi gigi permanen pada anak etnis Tionghoa di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan.

2. Menganalisa perbedaan erupsi gigi permanen anak laki-laki dan anak perempuan di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat:

1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan

1.1 Memberikan informasi tentang erupsi gigi permanen pada anak etnis Tionghoa di Kota Medan khususnya di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta. 1.2 Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya.(22)

2. Manfaat untuk masyarakat

Memberikan informasi sebagai pegangan pada orangtua dalam melakukan tindakan pencegahan dan perawatan kesehatan gigi anak.

3. Manfaat secara klinis

Memberikan informasi pada dokter gigi dan tenaga kesehatan lainnya sebagai dasar dalam melakukan tindakan pemeriksaan, diagnosa dan perawatan gigi.(3)


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara anatomi, tapi dasar proses pertumbuhannya adalah sama pada semua gigi.(23)

2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

Benih gigi mulai dibentuk sejak janin berusia 7 minggu dan berasal dari lapisan ektodermal serta mesodermal. Lapisan ektodermal berfungsi membentuk email dan odontoblast, sedangkan mesodermal membentuk dentin, pulpa, semen, membran periodontal, dan tulang alveolar. Pertumbuhan dan perkembangan gigi dibagi dalam tiga tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi.(20,23-25) Siklus hidup gigi dapat dilihat pada Gambar 1.

2.1.1 Tahap Perkembangan Gigi Tahap perkembangan adalah sebagai berikut:

1. Inisiasi (bud stage)

Merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat daripada sel


(21)

Gambar 1. Siklus hidup gigi. (A–D)Tahap perkembangan gigi. (A)Inisiasi (bud stage), (B)Proliferasi (cap stage), (C)Histodiferensiasi, Morfodiferensiasi (bell stage), (D)Aposisi dan dilanjut dengan tahap kalsifikasi, (E)Sebelum erupsi, (F)Setelah erupsi, (G dan H) Atrisi, (I) Resesi gingiva dan kehilangan jaringan pendukung sehingga terjadinya eksfoliasi. Modified from Schour and

Massler. (26)

dan meluas sampai seluruh bagian maksila dan mandibula.(20,23,25,26)


(22)

Gambar 3.C –

Histodiferensiasi 2. Proliferasi (cap stage)

Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi, memadat, dan bervaskularisasi membentuk papila gigi yang kemudian membentuk dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.(20,23,25,26)

3. Histodiferensiasi (bell stage)

Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam (inner

email epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas

yang akan berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.(20,23,25,26)

Gambar 2. A - Inisiasi (bud stage), B - Proliferasi (cap

A B


(23)

4. Morfodiferensiasi

Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk menghasilkan bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum deposisi matriks dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel

junction mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap

macam gigi. Terdapat deposit email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan ukurannya.(20,23,25,26)

5. Aposisi

Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan sementum. Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.(20,23,25,26)

2.1.2 Tahap Kalsifikasi Gigi

Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya dengan penambahan lapis demi lapis.


(24)

Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan kelainan pada kekerasan gigi seperti Hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama pada setiap individu, dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan sehingga mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk mahkota dan komposisi mineralisasi(20,24,25,27).

2.1.3 Tahap Erupsi Gigi

Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari awal pembentukan melalui beberapa tahap sampai gigi muncul ke rongga mulut. Ada dua fase yang penting dalam proses erupsi gigi, yaitu erupsi aktif dan pasif. Erupsi aktif adalah pergerakan gigi yang didominasi oleh gerakan ke arah vertikal, sejak mahkota gigi bergerak dari tempat pembentukannya di dalam rahang sampai mencapai oklusi fungsional dalam rongga mulut, sedangkan erupsi pasif adalah pergerakan gusi ke arah apeks yang menyebabkan mahkota klinis bertambah panjang dan akar klinis bertambah pendek sebagai akibat adanya perubahan pada perlekatan epitel di daerah apikal.(20,24-27)

Gigi desidui yang juga dikenal dengan gigi primer jumlahnya 20 di rongga mulut, yang terdiri dari insisivus sentralis, insisivus lateralis, kaninus, molar satu, dan molar dua dimana terdapat sepasang pada maksila dan mandibula masing-masing.

Pada usia 6 bulan setelah kelahiran, gigi insisivus sentralis mandibula yang merupakan gigi yang pertama muncul di rongga mulut, dan berakhir dengan


(25)

Tabel 1. Perkembangan kronologis pada gigi permanen. Slightly modified by

McCall and Schour. (24,26,27)

Erupsi gigi permanen pada umumnya terjadi antara usia 5 sampai 13 tahun kecuali gigi permanen molar tiga (erupsi antara 17 sampai 21 tahun), juga seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pubertas.(21) Waktu erupsi gigi permanen dapat dilihat pada Tabel 1.

Gigi Kalsifikasi

dimulai Enamel terbentuk Erupsi Insisivus sentralis 3 - 4 bulan 4 - 5 tahun 7 - 8 tahun Insisivus lateralis 10 – 12 bulan 4 - 5 tahun 8 - 9 tahun Kaninus 4 - 5 bulan 6 - 7 tahun 11 - 12 tahun Premolar pertama 1½ - 1¾ tahun 5 - 6 tahun 10 - 11 tahun Premolar kedua 2 - 2¼ tahun 6 - 7 tahun 10 - 12 tahun Molar satu Pada lahir 2½ - 3 tahun 6 - 7 tahun Molar dua 2½ - 3 tahun 7 - 8 tahun 12 - 13 tahun Molar tiga 7 - 10 tahun 12 - 16 tahun 16 - 21 tahun Insisivus sentralis 3 - 4 bulan 4 - 5 tahun 6 - 7 tahun Insisivus lateralis 3 - 4 bulan 4 - 5 tahun 7 - 8 tahun Kaninus 4 - 5 bulan 6 - 7 tahun 9 - 10 tahun Premolar pertama 1¾ - 2 tahun 5 - 6 tahun 10 - 12 tahun Premolar kedua 2¼ - 2½ tahun 6 - 7 tahun 11 - 12 tahun Molar satu Pada lahir 2½ - 3 tahun 6 - 7 tahun Molar dua 2½ - 3 tahun 7 - 8 tahun 11 - 13 tahun Molar tiga 7 - 10 tahun 12 - 16 tahun 16 - 21 tahun

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi

Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi ini masih dianggap sebagai suatu keadaan yang normal jika lamanya perbedaan waktu erupsi gigi masih berkisar antara 2 tahun. Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh faktor yaitu:


(26)

2.2.1 Faktor Genetik

Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi yaitu sekitar 78%, termasuk proses kalsifikasi.(2,6,17,20,28,29)

2.2.2 Faktor Jenis Kelamin

Pada umumnya waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Perbedaan ini berkisar antara 1 hingga 6 bulan.(8,9,20,30) Waktu erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki disebabkan faktor hormon yaitu estrogen yang memainkan peranan dalam pertumbuhan dan perkembangan sewaktu anak perempuan mencapai pubertas.(6,28)

2.2.3 Faktor Ras

Waktu erupsi gigi orang Eropa dan campuran Amerika dengan Eropa lebih lambat daripada waktu erupsi orang Amerika berkulit hitam dan Amerika Indian. Orang Amerika, Swiss, Perancis, Inggris, dan Swedia termasuk dalam ras yang sama yaitu Kaukasoid dan tidak menunjukkan perbedaan waktu erupsi yang terlalu besar.(6,9,20,28,30)

2.2.4 Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan tidak banyak mempengaruhi pola erupsi. Faktor tersebut adalah:


(27)

1. Sosial Ekonomi

Tingkat sosial ekonomi dapat mempengaruhi keadaan nutrisi, kesehatan seseorang. Anak dengan tingkat ekonomi rendah cenderung menunjukkan waktu erupsi gigi yang lebih lambat dibandingkan anak dengan tingkat ekonomi menengah.(2,3,6,9,30)

2. Nutrisi

Nutrisi sebagai faktor pertumbuhan dapat mempengaruhi erupsi dan proses kalsifikasi.(2,3,6,13,17,28,30) Keterlambatan waktu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor kekurangan nutrisi, seperti vitamin D dan gangguan kelenjar endokrin.

2.2.5 Faktor lokal

Faktor-faktor lokal yang dapat mempengaruhi erupsi gigi adalah jarak gigi ke tempat erupsi, malformasi gigi, persistensi gigi desidui, adanya gigi berlebih, trauma terhadap benih gigi, mukosa gusi yang menebal, ankilosis pada akar gigi, dan gigi sulung yang tanggal sebelum waktunya.(13,14,17,19,28)

2.2.6 Faktor Penyakit

Gangguan pada erupsi gigi desidui dan gigi permanen dapat disebabkan oleh penyakit sistemik seperti Down syndrome, Cleidocranial dysostosis, Hypothyroidism, Hypopituitarism, beberapa tipe dari Craniofacial synostosis dan Hemifacial atrophy.(11,19,28)


(28)

2.3 Kerangka Teori

ERUPSI GIGI PERMANEN PADA ANAK ETNIS TIONGHOA SEKOLAH DASAR PERGURUAN BUDDHIS BODHICITTA,

MEDAN 2009

Perkembangan Gigi Klasifikasi Gigi Erupsi Gigi Perubahan Posisi Gigi Usia Kronologis

(usia berdasar tanggal kelahiran anak)

Gigi Desidui Gigi Permanen

Maturasi Somatik

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

Maturasi Dental Usia anak

Indikasi

Variasi waktuerupsi gigi permanen; Normal -/+2SD Gambaran PolaErupsi

Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Erupsi Gigi

Penelitian erupsi gigi diharapkan dapat: 1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan

2. Manfaat untuk masyarakat 3. Manfaat secara Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Erupsi Gigi


(29)

(30)

2.4 Kerangka Konsep

2.5 Hipotesa Penelitian

1. Ada perbedaan erupsi gigi permanen pada maksila antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

2. Ada perbedaan erupsi gigi permanen pada mandibula antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

Usia Kronologis

Maturasi Dental

Tahap Erupsi Gigi Permanen • Genetik • Jenis Kelamin

• Ras

• Lingkungan o Sosial

ekonomi o Nutrisi • Lokal Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Tabel Erupsi Kronologis

Variasi Waktu Erupsi

Simpangan Baku (Standard Deviation)


(31)

2.6 Alur penelitian

Usia 6 – <7 tahun Usia 7 – <8 tahun Usia 8 – <9 tahun Usia 9 – <10 tahun Usia 10 – <11 tahun Usia 11 – <12 tahun Usia 12 – <13 tahun

Usia 6 – <7 tahun Usia 7 – <8 tahun Usia 8 – <9 tahun Usia 9 – <10 tahun Usia 10 – <11 tahun Usia 11 – <12 tahun Usia 12 – <13 tahun

Informed consent dan

persetujuan dari orangtua

Mengambil data / informasi murid

Pemilihan sampel

Berdasarkan jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

Kelompok usia Kelompok usia

Bandingkan dengan tabel erupsi kronologis Menghitung Mean dan

simpangan baku (Standard Deviation)

Analisa data Kesimpulan


(32)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observational, rancangan penelitian cross-sectional. Erupsi gigi permanen dilihat berdasarkan usia kronologis (usia berdasarkan tanggal kelahiran anak) pada siswa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Medan.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, Jln. Selam, No.39-41 Medan 20226, setelah mendapat persetujuan dan ijin dari pihak sekolah serta orangtua. Penelitian dilakukan pada waktu mata pelajaran Pendidikan Jasmani selama satu minggu.

3.3 Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah siswa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, berjumlah 745 anak.


(33)

3.4 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Teknik yang digunakan untuk pemilihan sampel adalah teknik stratified random sampling.

3.4.1 Kriteria Inklusi Sampel penelitian haruslah:

1. Anak berusia 6 - 12 tahun. 2. Gigi dalam periode bercampur.

3. Suku Tionghoa sampai generasi ke-3. Cth: Kakek, nenek, ibubapa bersuku Tionghoa

4. Sehat secara mental dan fizik.

3.4.2 Kriteria Ekslusi Sampel yang dikecualikan dengan:

1. Pernah dilakukan pencabutan gigi permanen. 2. Gigi berjejal.

3. Tidak mendapatkan persetujuan dari orangtuanya.

4. Anak dengan gigi permanen yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi. Cth: agenesis, mesiodens, impaksi, erupsi ektopik, premature loss pada gigi sulung.


(34)

3.4.3 Besar sampel

Penelitian ini menghitung data analitis numerik tidak berpasangan, sehingga rumus yang digunakan adalah:

2 { ( Zα + Zβ ) SD} 2

_______________________

2 ( X1 – X2 ) 2

Kesalahan tipe I ditetapkan sebesar 5%, hipotesa satu arah, sehingga Zα = 1,64 Kesalahan tipe II ditetapkan sebesar 10%, maka Zβ = 1,28

Selisih minimal yang dianggap bermakna ( X1 – X2 ) = 7,59 – 7,22 = 0,37

SD = Standard Deviation = ( 0,41 + 0,26 ) / 2 = 0,335 Nilai X1, X2, SD diperoleh dari penelitian oleh Indriati(8)

2 { ( 1,64 + 1,28) 0,335} 2

_______________________

2 ( 0,37 ) 2

Besar Sampel = 13,979 dibulatkan, menjadi 15.

Setiap kelompok usia terdiri dari 15 anak laki-laki dan 15 anak perempuan, sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 210 siswa. Pembagian sampel adalah sebagai berikut:

- Usia 6 - < 7 tahun : 15 anak laki-laki dan 15 anak perempuan - Usia 7 - < 8 tahun : 15 anak laki-laki dan 15 anak perempuan - Usia 8 - < 9 tahun : 15 anak laki-laki dan 15 anak perempuan - Usia 9 - < 10 tahun : 15 anak laki-laki dan 15 anak perempuan - Usia 10 - < 11 tahun : 15 anak laki-laki dan 15 anak perempuan - Usia 11 - < 12 tahun : 15 anak laki-laki dan 15 anak perempuan - Usia 12 - < 13 tahun : 15 anak laki-laki dan 15 anak perempuan


(35)

3.5 Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang dilihat dalam penelitian adalah:

3.6 Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan pada penelitian, yaitu:

1. Erupsi merupakan proses perubahan posisi gigi, dinyatakan erupsi jika tonjol mahkota telah menembus gingiva hingga gigi muncul pada rongga mulut. Gigi yang telah erupsi diberi skor 1 dan yang belum erupsi diberi skor 0.

2. Setiap elemen gigi diperiksa berdasarkan tabel erupsi kronologis (Permanent teeth eruption chart from Schour and Massler, 1941) (24,26,27).

3. Usia kronologis adalah usia berdasarkan tanggal, bulan dan tahun kelahiran anak. Usia anak dapat dihitung berdasarkan tanggal kelahiran anak sampai pada tanggal pemeriksaan sampel penelitian.

Variabel Bebas • Usia kronologis • Erupsi gigi

permanen • Laki-laki dan

Variabel Tergantung • Variasi waktu Variabel Terkendali

• Suku Tionghoa • Usia

• Sekolah

• Tidak pernah dilakukan pencabutan gigi permanen

Variabel tak terkendali • Faktor genetik • Faktor lokal


(36)

4. Sampel yang digunakan adalah anak berusia antara usia 6 ke atas dan 13 tahun ke bawah.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah alkohol 70%, kapas, dan tisu. Alat-alat yang digunakan adalah kaca mulut, pinset, sonde, senter, masker, sarung tangan, formulir pemeriksaan, dan alat tulis.

3.8 Prosedur Pengambilan Data Prosedur dalam penelitian ini adalah :

1. Siswa menyerahkan informed consent yang telah diisi oleh orang tua atau wali siswa.

2. Peneliti mengisi data anak yang akan diperiksa pada formulir pemeriksaan terdiri dari nama, tanggal lahir dan jenis kelamin.

3. Usia kronologis dihitung terlebih dulu bagi setiap sampel penelitian yang akan diperiksa.

4. Dilakukan pemeriksaan rongga mulut dengan melihat semua gigi permanen yang telah erupsi dan mencatatnya dalam lembar pemeriksaan, gigi yang telah erupsi diberi tanda 1 dan yang belum erupsi diberi tanda 0.


(37)

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh diolah menggunakan program SPSS (Statistical Package

for the Social Science) versi 11,5. Student’s t-test dengan significance level 0,05

digunakan untuk menguji hipotesa dan menilai hubungan perbedaan erupsi gigi permanen antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Hasil yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.


(38)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian diperoleh dari sampel siswa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta sebanyak 210 siswa. Terdiri dari 105 anak laki-laki dan 105 anak perempuan, pembagian berdasarkan kelompok usia masing-masing. (Tabel 2)

Usia (tahun) Jumlah Laki-laki Perempuan

6 - < 7 30 15 15

7 - < 8 30 15 15

8 - < 9 30 15 15

9 - < 10 30 15 15

10 - < 11 30 15 15

11 - < 12 30 15 15

12 - < 13 30 15 15

JUMLAH 210 105 105

Berikut adalah hasil penelitian pada anak etnis Tionghoa di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, 2009.

6 - < 7 tahun

Pada usia ini, gigi permanen anak laki-laki rata-rata mengalami erupsi lebih awal berbanding anak perempuan dengan perbandingan persentase erupsi gigi

Tabel 2. Distribusi jenis kelamin mengikut kelompok usia pada siswa SD Perguruan Buddhis Bodhicitta,


(39)

Insisivus sentralis maksila (26,67% kanan dan 20% kiri pada anak laki-laki berbanding 10,53% kanan dan kiri pada anak perempuan); Insisivus lateralis maksila (6,67% kanan dan 6,67% kiri pada anak laki-laki berbanding 5,26% kanan dan kiri pada anak perempuan); Molar satu maksila (80% kanan dan kiri untuk anak laki-laki berbanding 73,65% kanan dan 68,42% kiri untuk anak perempuan).

Insisivus sentralis mandibula (80% kanan dan kiri untuk anak laki-laki berbanding 26,32% kanan dan 21,05% kiri untuk anak perempuan); Insisivus lateralis mandibula (6,67% kanan dan kiri pada anak laki-laki berbanding 5,26% kanan dan kiri anak perempuan); Molar satu mandibula (80% kanan dan 86,6% kiri pada anak laki-laki berbanding 73,68% kanan dan 78,95% kiri pada anak perempuan).

7 - < 8 tahun

Pada usia ini, gigi permanen anak perempuan rata-rata mengalami erupsi gigi lebih tinggi berbanding anak laki-laki dengan perbandingan persentase erupsi gigi permanen sebagai berikut:

Pada gigi permanen maksila: Insisivus sentralis maksila (76,47% kanan dan 64,71% kiri pada anak perempuan berbanding 44,44% kanan dan 55,56% kiri pada anak laki-laki); Insisivus lateralis maksila (11,76% kanan dan kiri pada anak perempuan berbanding 5,56% kanan dan kiri untuk anak laki-laki); Molar maksila (gigi permanen pada anak perempuan telah mencapai 100% sedangkan pada anak laki-laki, 83,33% kanan dan 88,89% kiri).


(40)

Untuk gigi permanen mandibula: Insisivus sentralis mandibula (gigi permanen pada anak perempuan telah mencapai 100% sedangkan pada anak laki-laki, 77,78% kanan dan kiri); Insisivus lateralis mandibula (64,71 % kanan dan kiri untuk anak perempuan berbanding 33,33% kanan dan 38,89% kiri pada anak laki-laki); Molar satu mandibula (100% kanan dan kiri pada anak laki-laki berbanding 94,12% kanan dan 100% kiri pada anak perempuan).

8 - < 9 tahun

Saat usia ini anak perempuan mencapai rata-rata persentase erupsi gigi yang lebih tinggi berbanding anak laki-laki dengan perbandingan persentase erupsi gigi permanen sebagai berikut:

Insisivus sentralis maksila (94,44% kanan dan kiri pada anak laki-laki berbanding 93,75% kanan dan 87,5% kiri anak perempuan); Insisivus lateralis maksila (56,25% kanan dan kiri untuk anak perempuan berbanding 50% kanan dan 44,44% kiri pada anak laki-laki); Molar satu maksila (100% kanan dan kiri pada anak laki-laki berbanding 93,75% kanan dan 100% kiri pada anak perempuan).

Insisivus sentralis mandibula (gigi permanen pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama yaitu 100%); Insisivus lateralis mandibula (100% kanan dan kiri pada anak perempuan berbanding 88,89% kanan dan 94,44% kiri pada anak laki-laki); Kaninus mandibula (6,25% kanan dan kiri pada anak perempuan, sedangkan anak laki-laki belum erupsi pada sebelah kanan dan 5,56% pada kiri); Molar satu


(41)

mencapai 94,44% kanan dan kiri); pada beberapa kasus yang telah diperiksa, didapati bahwa gigi permanen premolar satu mulai tererupsi pada anak perempuan (6,25% untuk gigi premolar satu mandibula kiri), tapi belum muncul pada anak laki-laki.

9 - < 10 tahun

Usia ini menunjukkan bahwa kebanyakkan anak perempuan yang mengalami erupsi gigi yang lebih tinggi berbanding anak laki-laki. Perbandingan persentase erupsi gigi permanen sebagai berikut:

Insisivus sentralis maksila (100% kanan dan kiri pada anak perempuan berbanding 93,75% kanan dan kiri pada anak laki-laki); Insisivus lateralis maksila (91,3% kanan dan 95,65% kiri pada anak perempuan berbanding 87,5% kanan dan 93,75% kiri pada anak laki-laki); dan Molar satu maksila (anak laki-laki mencapai 100% sementara anak perempuan mencapai 100% pada kanan dan 95,65% pada kiri).

Insisivus sentralis mandibula (100% kanan dan kiri untuk anak perempuan, 93,75% kanan dan kiri untuk anak laki-laki); Insisivus lateralis mandibula (100% kanan dan kiri untuk anak perempuan, 93,75% kanan dan kiri untuk anak laki-laki); kaninus mandibula (68,75% kanan dan 81,25% kiri pada anak laki-laki, sementara 95,65% kanan dan 100% kiri pada anak perempuan); Premolar satu mandibula (6,25% kanan dan belum erupsi pada sebelah kiri bagi anak laki-laki, 4,35% kanan dan kiri untuk anak perempuan); Molar satu mandibula adalah sama bagi anak laki-laki dan anak perempuan (100%).


(42)

10 - < 11 tahun

Persentase erupsi gigi permanen pada maksila: 100% bagi gigi insisivus sentralis maksila untuk anak laki-laki dan anak perempuan; Insisivus lateralis maksila (100% kanan dan 94,74% kiri pada anak laki-laki berbanding 100% kanan dan kiri anak perempuan); Kaninus maksila (15,79% kanan, 21,05% kiri anak laki-laki berbanding 4,55% anak perempuan); Premolar satu (94,74% kanan dan kiri anak laki-laki berbanding 90,91% kanan, 86,36% kiri anak perempuan); Premolar dua maksila (73,68% kanan, 63,16% kiri anak laki-laki berbanding 72,73% kanan, 59,09% anak perempuan); Molar satu maksila (anak laki-laki dan anak perempuan adalah sama, 100%); Molar dua maksila hanya erupsi pada anak perempuan (4,55% kanan)

Untuk mandibula: Insisivus sentralis mandibula (100% pada anak laki-laki dan anak perempuan); Insisivus lateralis mandibula (100% kanan dan kiri pada anak laki-laki berbanding 95,45% kanan dan 100% kiri pada anak perempuan); Kaninus mandibula (89,47% kanan, 84,21% kiri untuk anak laki-laki berbanding 86,36% kanan, 95,45% kiri untuk anak perempuan); Premolar satu mandibula (73,68% kanan, 63,16% kiri anak laki-laki berbanding 86,36% kanan dan kiri anak perempuan); Premolar dua mandibula (26,32% kanan dan kiri anak laki-laki berbanding 22,73% kanan dan kiri anak perempuan); Molar satu mandibula (100% bagi anak laki-laki dan anak perempuan); Molar dua mandibula (10,53% kanan dan kiri anak laki-laki berbanding 13,64% kanan dan kiri anak perempuan).


(43)

11 - < 12 tahun

Persentase erupsi gigi permanen pada anak laki-laki dan perempuan dalam usia ini hampir sama dan telah mencapai 100% bagi gigi insisivus sentralis dan molar satu.

12 - < 13 tahun

Saat usia ini, kebanyakkan gigi permanen pada anak laki-laki dan perempuan telah mengalami erupsi.

Rata-rata usia (Mean age) waktu erupsi gigi permanen dan simpangan baku (Standard deviation) dapat dilihatkan pada Tabel 3 dan 4, berhubungan dengan pola erupsi gigi permanen pada masing-masing anak laki-laki dan anak perempuan.

Pada Tabel 3, dapat dilihat bahwa pada maksila untuk gigi insisivus sentralis, erupsi terjadi pada usia rata-rata 7,12 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,58. Erupsi gigi insisivus lateralis terjadi pada usia rata-rata 8,45 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,69. Gigi kaninus, erupsi pada usia rata-rata 11,27 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,48. Gigi premolar satu, erupsi pada usia rata-rata 10,54 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,25. Gigi premolar dua, erupsi terjadi pada usia rata-rata 11.03 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,52. Gigi molar satu, erupsi terjadi pada usia rata-rata 6,51 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,31. Sementara erupsi gigi molar dua, terjadi pada usia rata-rata 12,29 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,48.


(44)

Tabel 3. Rata-rata usia (Mean age) waktu erupsi gigi permanen dan simpangan baku (Standard deviation) pada anak

Waktu erupsi gigi mandibula, gigi insisivus sentralis erupsi pada usia rata-rata 6,50 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,32. Gigi insisivus lateralis, erupsi terjadi pada usia rata 7,31 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,36. Gigi kaninus, erupsi pada usia rata-rata 9,41 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,38. Gigi premolar satu erupsi pada usia rata-rata 10,94 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,58. Gigi premolar dua erupsi pada usia rata-rata 11,20 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,49. Gigi molar satu erupsi pada usia rata-rata 6,48 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,31. Sementara untuk gigi molar dua, erupsi terjadi pada usia rata-rata 11,94 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,70.

Gigi Maksila Mandibula

Mean Std. Dev Mean Std. Dev

Insisivus sentralis 7,12 0,58 6,50 0,32 Insisivus lateralis 8,45 0,69 7,31 0,36

Kaninus 11,27 0,48 9,41 0,38

Premolar satu 10,54 0,25 10,94 0,58 Premolar dua 11,03 0,52 11,20 0,49

Molar satu 6,51 0,31 6,48 0,31

Molar dua 12,29 0,48 11,94 0,70

Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa pada maksila untuk gigi insisivus sentralis, erupsi terjadi pada usia rata-rata 7,29 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,47. Erupsi gigi insisivus lateralis terjadi pada usia rata-rata 8,26 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,76. Gigi kaninus, erupsi pada usia rata-rata 11,53 tahun dengan


(45)

Tabel 4. Rata-rata usia (Mean age) waktu erupsi gigi permanen dan simpangan baku (Standard deviation) pada anak

usia rata-rata 10,93 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,66. Gigi molar satu, erupsi terjadi pada usia rata-rata 6,49 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,31. Sementara erupsi gigi molar dua, terjadi pada usia rata-rata 12,00 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,59.

Waktu erupsi gigi mandibula, gigi insisivus sentralis erupsi pada usia rata-rata 6,40 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,35. Gigi insisivus lateralis, erupsi terjadi pada usia rata 7,32 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,45. Gigi kaninus, erupsi pada usia rata-rata 9,39 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,42. Gigi premolar satu erupsi pada usia rata-rata 10,83 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,75. Gigi premolar dua erupsi pada usia rata-rata 11,32 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,54. Gigi molar satu erupsi pada usia rata-rata 6,46 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,33. Sementara untuk gigi molar dua, erupsi terjadi pada usia rata-rata 11,86 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,64.

Gigi Maksila Mandibula

Mean Std. Dev Mean Std. Dev

Insisivus sentralis 7,29 0,47 6,40 0,35 Insisivus lateralis 8,26 0,76 7,32 0,45

Kaninus 11,53 0,36 9,39 0,42

Premolar satu 10,41 0,25 10,83 0,75 Premolar dua 10,93 0,66 11,32 0,54

Molar satu 6,49 0,31 6,46 0,33


(46)

(47)

Tabel 3. Persentase erupsi gigi permanen pada anak laki-laki berdasarkan kelompok usia masing-masing.

Maksila 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

Usia

6 – <7 0% 80% 0% 0% 0% 6.67% 26.67% 20% 6.67% 0% 0% 0% 80% 0%

7 – <8 0% 83.33% 0% 0% 0% 5.56% 44.44% 55.56% 5.56% 0% 0% 0% 88.89% 0%

8 – <9 0% 100% 0% 0% 0% 50% 94.44% 94.44% 44.44% 0% 0% 0% 100% 0%

9 – <10 0% 100% 0% 0% 0% 87.5% 93.75% 93.75% 93.75% 0% 0% 0% 100% 0%

10 – <11 0% 100% 73.68% 94.74% 15.79% 100% 100% 100% 94.74% 21.05% 94.74% 63.16% 100% 0%

11 – <12 17.65% 100% 94.12% 100% 58.82% 94.12% 100% 100% 100% 64.71% 88.24% 94.12% 100% 11.76%

12 – <13 60% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 66.67%

Mandibula 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

Usia

6 – <7 0% 80% 0% 0% 0% 6.67% 80% 80% 6.67% 0% 0% 0% 86.67% 0%

7 – <8 0% 100% 0% 0% 0% 33.33% 77.78% 77.78% 38.89% 0% 0% 0% 100% 0%

8 – <9 0% 94.44% 0% 0% 0% 88.89% 100% 100% 94.44% 5.56% 0% 0% 94.44% 0%

9 – <10 0% 100% 0% 6.25% 68.75% 93.75% 93.75% 93.75% 93.75% 81.25% 0% 0% 100% 0%

10 – <11 10.53% 100% 26.32% 73.68% 89.47% 100% 100% 100% 100% 84.21% 63.16% 26.32% 100% 10.53%

11 – <12 35.29% 100% 76.47% 94.12% 94.12% 100% 100% 100% 100% 94.12% 88.24% 82.35% 100% 35.29%


(48)

Table 4. Persentase erupsi gigi permanen pada anak perempuan berdasarkan kelompok usia masing-masing.

Maksila 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

Usia

6 – <7 0% 73.68% 0% 0% 0% 5.26% 10.53% 10.53% 5.26% 0% 0% 0% 68.42% 0%

7 – <8 0% 100% 0% 0% 0% 11.76% 76.47% 64.71% 11.76% 0% 0% 0% 100% 0%

8 – <9 0% 93.75% 0% 0% 0% 56.25% 93.75% 87.5% 56.25% 0% 0% 0% 100% 0%

9 – <10 0% 100% 0% 0% 0% 91.3% 100% 100% 95.65% 0% 0% 0% 95.65% 0%

10 – <11 4.55% 100% 72.73% 90.91% 4.55% 100% 100% 100% 100% 4.55% 86.36% 59.09% 100% 0%

11 – <12 6.67% 100% 80% 100% 66.67% 100% 100% 100% 100% 60% 100% 73.33% 100% 20%

12 – <13 50% 100% 100% 100% 94.44% 100% 100% 100% 100% 94.44% 100% 100% 100% 50%

Mandibula 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37

Usia

6 – <7 0% 73.68% 0% 0% 0% 5.26% 26.32% 21.05% 5.26% 0% 0% 0% 78.95% 0%

7 – <8 0% 94.12% 0% 0% 0% 64.71% 100% 100% 64.71% 0% 0% 0% 100% 0%

8 – <9 0% 100% 0% 0% 6.25% 100% 100% 100% 100% 6.25% 6.25% 0% 100% 0%

9 – <10 0% 100% 0% 4.35% 95.65% 100% 100% 100% 100% 100% 4.35% 0% 100% 0%

10 – <11 13.64% 100% 22.73% 86.36% 86.36% 95.45% 100% 100% 100% 95.45% 86.36% 22.73% 100% 13.64%

11 – <12 46.67% 100% 80% 86.67% 93.33% 100% 100% 100% 100% 93.33% 100% 80% 100% 53.33%


(49)

(50)

11 - < 12 tahun

Persentase erupsi gigi permanen pada anak laki-laki dan perempuan dalam usia ini hampir sama dan telah mencapai 100% bagi gigi insisivus sentralis dan molar satu.

12 - < 13 tahun

Saat usia ini, kebanyakkan gigi permanen pada anak laki-laki dan perempuan telah mengalami erupsi.

Rata-rata usia (Mean age) waktu erupsi gigi permanen dan simpangan baku (Standard deviation) dapat dilihatkan pada Tabel 3 dan 4, berhubungan dengan pola erupsi gigi permanen pada masing-masing anak laki-laki dan anak perempuan.

Pada Tabel 5, dapat dilihat bahwa pada maksila untuk gigi insisivus sentralis, erupsi terjadi pada usia rata-rata 7,12 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,58. Erupsi gigi insisivus lateralis terjadi pada usia rata-rata 8,45 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,69. Gigi kaninus, erupsi pada usia rata-rata 11,27 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,48. Gigi premolar satu, erupsi pada usia rata-rata 10,54 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,25. Gigi premolar dua, erupsi terjadi pada usia rata-rata 11.03 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,52. Gigi molar satu, erupsi terjadi pada usia rata-rata 6,51 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,31. Sementara erupsi gigi molar dua, terjadi pada usia rata-rata 12,29 tahun dengan


(51)

Tabel 5. Rata-rata usia (Mean age) waktu erupsi gigi permanen dan simpangan baku (Standard deviation) pada anak

Waktu erupsi gigi mandibula, gigi insisivus sentralis erupsi pada usia rata-rata 6,50 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,32. Gigi insisivus lateralis, erupsi terjadi pada usia rata 7,31 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,36. Gigi kaninus, erupsi pada usia rata-rata 9,41 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,38. Gigi premolar satu erupsi pada usia rata-rata 10,94 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,58. Gigi premolar dua erupsi pada usia rata-rata 11,20 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,49. Gigi molar satu erupsi pada usia rata-rata 6,48 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,31. Sementara untuk gigi molar dua, erupsi terjadi pada usia rata-rata 11,94 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,70.

Gigi Maksila Mandibula

Mean Std. Dev Mean Std. Dev

Insisivus sentralis 7,12 0,58 6,50 0,32 Insisivus lateralis 8,45 0,69 7,31 0,36

Kaninus 11,27 0,48 9,41 0,38

Premolar satu 10,54 0,25 10,94 0,58 Premolar dua 11,03 0,52 11,20 0,49

Molar satu 6,51 0,31 6,48 0,31

Molar dua 12,29 0,48 11,94 0,70

Pada Tabel 6, dapat dilihat bahwa pada maksila untuk gigi insisivus sentralis, erupsi terjadi pada usia rata-rata 7,29 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,47. Erupsi gigi insisivus lateralis terjadi pada usia rata-rata 8,26 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,76. Gigi kaninus, erupsi pada usia rata-rata 11,53 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,36. Gigi premolar satu, erupsi pada usia rata-rata 10,41


(52)

Tabel 6. Rata-rata usia (Mean age) waktu erupsi gigi permanen dan simpangan baku (Standard deviation) pada anak

usia rata-rata 10,93 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,66. Gigi molar satu, erupsi terjadi pada usia rata-rata 6,49 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,31. Sementara erupsi gigi molar dua, terjadi pada usia rata-rata 12,00 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,59.

Waktu erupsi gigi mandibula, gigi insisivus sentralis erupsi pada usia rata-rata 6,40 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,35. Gigi insisivus lateralis, erupsi terjadi pada usia rata 7,32 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,45. Gigi kaninus, erupsi pada usia rata-rata 9,39 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,42. Gigi premolar satu erupsi pada usia rata-rata 10,83 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,75. Gigi premolar dua erupsi pada usia rata-rata 11,32 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,54. Gigi molar satu erupsi pada usia rata-rata 6,46 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,33. Sementara untuk gigi molar dua, erupsi terjadi pada usia rata-rata 11,86 tahun dengan simpangan baku sebesar 0,64.

Gigi Maksila Mandibula

Mean Std. Dev Mean Std. Dev

Insisivus sentralis 7,29 0,47 6,40 0,35 Insisivus lateralis 8,26 0,76 7,32 0,45

Kaninus 11,53 0,36 9,39 0,42

Premolar satu 10,41 0,25 10,83 0,75 Premolar dua 10,93 0,66 11,32 0,54

Molar satu 6,49 0,31 6,46 0,33


(53)

BAB 5

PEMBAHASAN PENELITIAN

Erupsi gigi adalah munculnya mahkota gigi pada permukaan gingiva dan merupakan proses yang terus menerus dimulai segera setelah mahkota terbentuk. Menempati posisi sesuai fungsinya di dalam rongga mulut sampai mencapai kontak oklusi dengan gigi antagonis (Sato & Parsons, 1991; Liden, 1986; Wangidjaja, 1991).(11)

Untuk mengevaluasi erupsi gigi dapat digunakan dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis adalah usia yang ditentukan berdasarkan kalender (Graber, 1974). Usia biologis adalah usia berdasarkan usia skeletal dan usia dental (Liden, 1986). Berdasarkan gigi yang telah erupsi di rongga mulut dapat ditentukan usia dental (Barnett, 1974). Sato (1990) menentukan kriteria erupsi gigi berdasarkan terlihatnya permukaan insisal atau cusp dari gigi yang telah muncul di atas permukaan gingiva (Sato & Parsons, 1990).(11) Gigi permanen mulai muncul pada rongga mulut saat anak berusia 6 tahun. Pada sebagian anak, gigi molar satu adalah yang pertama erupsi, sedangkan pada anak lainnya yang pertama erupsi adalah insisivus sentralis (Grayson, 2003).(20) Pada penelitian ini, didapati gigi insisivus sentralis mandibula merupakan gigi yang pertama erupsi pada anak perempuan, sementara pada anak laki-laki adalah molar satu mandibula yang erupsi terlebih dulu kemudian dikuti dengan proses erupsi gigi permanen yang lain. Gigi molar dua maksila merupakan gigi yang terakhir erupsi, rata-rata pada usia 12 tahun.


(54)

Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa elemen gigi permanen yang erupsi lebih awal dibanding dengan tabel erupsi kronologis, misalnya pada usia 6 - < 7 tahun terdapat erupsi gigi insisivus sentralis maksila dan insisivus lateralis, sedangkan dari tabel erupsi kronologis menyatakan bahwa elemen gigi-geligi tersebut mempunyai rentang waktu antara 7 – 8 tahun bagi insisivus sentralis maksila dan insisivus lateralis mandibula serta rentang waktu antara 8 – 9 tahun bagi gigi insisivus lateralis maksila. Pada usia 8 - < 9 tahun, gigi kaninus mandibula sudah erupsi lebih awal setahun bagi anak laki-laki dan anak perempuan. Hal yang sama juga terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, usia 10 - < 11 tahun dimana gigi kaninus maksila, gigi premolar dua mandibula dan molar dua mandibula sudah erupsi walaupun belum waktu. Hal ini terjadi karena adanya faktor genetik dan keturunan. Anak perempuan mengalami erupsi gigi premolar satu mandibula (8 - < 9 tahun) dan molar dua maksila (10 - < 11 tahun), sementara anak laki-laki belum erupsi giginya pada usia yang sama.

Gambar 4 dan 5 menunjukkan adanya perbedaan antara rata-rata waktu erupsi gigi permanen antara anak laki-laki dan perempuan etnis Tionghoa, di mana secara umumnya anak perempuan cenderung mengalami erupsi gigi permanen lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki kecuali pada elemen gigi insisivus sentralis maksila, insisivus lateralis mandibula, kaninus maksila, premolar satu mandibula dan premolar dua mandibula. Hasil penelitian yang sebelumnya juga menunjukan bahwa anak perempuan mengalami erupsi gigi lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki.


(55)

pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi permanen. Hormon estrogen pada anak perempuan meningkat ketika waktu pubertas menjelaskan pertumbuhan dan perkembangan gigi pada anak perempuan lebih cepat berbanding dengan anak laki-laki. Gigi permanen erupsi lebih cepat pada mandibula dibanding dengan erupsi gigi permanen maksila, tapi sebaliknya untuk gigi permanen premolar satu dan premolar dua. Menurut Nanda 1960, gigi permanen pada mandibula erupsi lebih cepat dibanding dengan maksila karena proses pertumbuhan dan perkembangan gigi yang lebih awal pada mandibula.(22,28)

Pada hasil penelitian ini, diketahui bahwa pola erupsi gigi permanen anak laki-laki siswa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta adalah molar satu mandibula yang erupsi pada usia kronologis 6,48 tahun; seterusnya diikuti insisivus sentralis mandibula erupsi pada usia kronologis 6,50 tahun; molar satu maksila erupsi pada usia kronologis 6,51 tahun; insisivus sentralis maksila (7,12 tahun); insisivus lateralis mandibula (7,31 tahun); insisivus lateralis maksila (8,45 tahun); kaninus mandibula (9,41 tahun); premolar satu maksila (10,54 tahun); premolar satu mandibula (10,94 tahun); premolar dua maksila (11,03 tahun); premolar dua mandibula (11,20 tahun); kaninus maksila (11,27 tahun); molar dua mandibula (11,94 tahun) dan gigi yang terakhir erupsi adalah molar dua maksila, pada rata-rata 12,29 tahun. (Gambar 4)

Sementara hasil penelitian terhadap pola erupsi gigi permanen anak perempuan siswa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta dengan urutan erupsi dari insisivus sentralis mandibula yang erupsi pada usia kronologis 6,40 tahun,


(56)

kemudian molar satu mandibula erupsi pada usia kronologis 6,46 tahun; molar satu maksila erupsi pada usia kronologis 6,49 tahun; insisivus sentralis maksila erupsi pada usia kronologis 7,29 tahun; insisivus lateralis mandibula (7,32 tahun); insisivus lateralis maksila (8,26 tahun); kaninus mandibula (9,39 tahun); premolar satu maksila (10,41 tahun); premolar satu mandibula (10,83 tahun); premolar dua maksila (10,93 tahun); premolar dua mandibula (11,32 tahun); kaninus maksila (11,53 tahun); molar dua mandibula (11,86 tahun) dan gigi yang terakhir erupsi adalah molar dua maksila, pada rata-rata 12,00 tahun. (Gambar 5)

Simpangan baku yang merupakan batas atas dan bawah dari waktu erupsi gigi memperlihatkan angka yang tidak terlalu besar, yaitu 0,25 sampai 0,76. Hal ini menunjukkan bahwa variasi dalam waktu erupsi gigi permanen pada siswa di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta tidak terlalu besar. Penyebab kecilnya variasi ini karena keadaan sampel yang cukup homogen (Tabel 5).

Hasil analisa menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara erupsi setiap elemen gigi permanen maksila pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan nilai

p = 0,007 (p < 0,05) untuk gigi insisivus sentralis; p = 0,007 (p < 0,05) untuk gigi

insisivus lateralis, p = 0,008 (p < 0,05) untuk gigi kaninus; p = 0,004 (p < 0,05) untuk gigi premolar satu; p = 0,003 (p < 0,05) untuk gigi premolar dua; p = 0,001 (p < 0,05) untuk gigi molar satu dan p = 0,008 (p < 0,05) untuk gigi molar dua. Maka hipotesa yang menyatakan ada perbedaan antara erupsi gigi permanen pada maksila antara anak laki-laki dengan anak perempuan diterima.


(57)

Gigi Laki-laki Perempuan Student’s

t-test (p) Mean Std. Dev Mean Std. Dev

Insisivus li

7,12 0,58 7,29 0,47 0,007*

Insisivus l li

8,45 0,69 8,26 0,76 0,007*

Kaninus 11,27 0,48 11,53 0,36 0,008*

Premolar satu 10,54 0,25 10,41 0,25 0,004* Premolar dua 11,03 0,52 10,93 0,66 0,003*

Molar satu 6,51 0,31 6,49 0,31 0,001*

Molar dua 12,29 0,48 12,00 0,59 0,008*

* Signifikansi p < 0,05

Gigi Laki-laki Perempuan Student’s t-test

(p)

Mean Std. Dev Mean Std. Dev

Insisivus li

6,50 0,32 6,40 0,35 0,005*

Insisivus l li

7,31 0,36 7,32 0,45 0,001*

Kaninus 9,41 0,38 9,39 0,42 0,001*

Premolar satu 10,94 0,58 10,83 0,75 0,003*

Premolar dua 11,20 0,49 11,32 0,54 0,003*

Molar satu 6,48 0,31 6,46 0,33 0,001*

Molar dua 11,94 0,70 11,86 0,64 0,002*

* Signifikansi p < 0,05

Selain itu, hasil analisa perbedaan erupsi gigi permanen mandibula menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara erupsi setiap elemen gigi permanen pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan nilai p = 0,005 (p < 0,05) untuk gigi insisivus sentralis; p = 0,001 (p < 0,05) untuk gigi insisivus lateralis,

p = 0,001 (p < 0,05) untuk gigi kaninus; p = 0,003 (p < 0,05) untuk gigi premolar

Tabel 7. Hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi permanen maksila pada anak laki-laki dan anak perempuan.

Tabel 8. Hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi permanen mandibula pada anak laki-laki dan anak perempuan.


(58)

satu; p = 0,003 (p < 0,05) untuk gigi premolar dua; p = 0,001 (p < 0,05) untuk gigi molar satu dan p = 0,002 (p < 0,05) untuk gigi molar dua. Maka hipotesa yang menyatakan ada perbedaan antara erupsi gigi permanen pada mandibula antara anak laki-laki dengan anak perempuan diterima.

Terdapat banyak penelitian sebelumnya tentang pola erupsi gigi permanen pada beberapa ras, yakni pada anak Jawa (2001), American (1954), American Negro (1942), Zulu (1919), Maya (1942), Pima Indians (1958), Najavo Indians (1942), New

Zealand (1951) dan English (1953).(11) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suku Tionghoa mengalami pola erupsi gigi permanen yang hampir mirip dengan suku Jawa dengan sedikit perbedaan urutan erupsi gigi permanen antara kedua kelompok etnis (Tabel 5). Erupsi gigi lebih cepat pada suku Zulu (ras Negroid) dibanding dengan suku Tionghoa (ras Mongoloid), suku Tionghoa sedikit lebih cepat daripada suku Pima, American dan English (ras Caucasoid). Pola erupsi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor genetik, ras, jenis kelamin, lingkungan, sosial ekonomi, nutrisi, faktor lokal dan penyakit. Faktor genetik dan ras mempunyai pengaruh yang besar terhadap erupsi gigi antara populasi tersebut, namun faktor sosial ekonomi dan nutrisi kurang berpengaruh terhadap pola erupsi gigi permanen.

Memperkirakan waktu erupsi gigi secara rinci sangat penting pada perawatan gigi anak karena waktu erupsi gigi merupakan waktu yang tepat untuk suatu perawatan dilakukan guna memperoleh hasil yang baik dan menentukan waktu selesai perawatan (Barnett, 1974). Ketika peneliti mengamati rongga mulut subjek


(59)

mengkhwatirkan karena gigi permanen yang sudah erupsi bila terjadi karies dan tidak dirawat maka gigi tersebut harus dilakukan pencabutan. Melalui gambaran normal pada setiap tahap pertumbuhan gigi, dapat diketahui secara dini jika ada penyimpangan pertumbuhan normal sehingga dapat segera dilakukan koreksi (Barnett, 1974).(11)


(60)

Gambar 4. Pola Erupsi Gigi Permanen Pada Anak Laki-laki Etnis

1

4

2

3

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Maksila

Mandibula

Kaninus

9,41 Insisivus

Sentral

Insisivus Lateral

Premolar satu

Premolar dua

Molar satu

Molar dua Kaninus

11,27 Insisivus

Sentral

Insisivus Lateral

Premolar satu

Premolar dua

Molar satu

Molar dua


(61)

Gambar 5. Pola Erupsi Gigi Permanen Pada Anak Perempuan Etnis Tionghoa.

2

4

1

3

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

Maksila

Mandibula

Kaninus

9,39 Insisivus

Sentral

Insisivus Lateral

Premolar satu

Premolar dua

Molar satu

Molar dua Kaninus

11,53 Insisivus

Sentral

Insisivus Lateral

Premolar satu

Premolar dua

Molar satu

Molar dua


(62)

(63)

Urutan

Laki-laki Perempuan

Tionghoa, 2009 Jawa, 2001 Tionghoa, 2009 Jawa, 2001

Erupsi pada gigi Mean

age Erupsi pada gigi

Mean

age Erupsi pada gigi

Mean

age Erupsi pada gigi

Mean age

1 Molar satu

mandibula M1 6,48

Insisivus

sentralis I1 6,83

Insisivus

sentralis I1 6,40

Molar satu

maksila M

1

6,50 2 Insisivus

sentralis I1 6,50

Molar satu

mandibula M1 6,83

Molar satu

mandibula M1 6,46

Molar satu

mandibula M1 6,75 3 Molar satu

maksila M

1

6,51 Molar satu

maksila M

1

6,83 Molar satu

maksila M

1

6,49 Insisivus

sentralis I1 6,83 4 Insisivus

sentralis maksila I

1 7,12 Insisivus

sentralis maksila I

1 7,33 Insisivus

sentralis maksila I

1 7,29 Insisivus

sentralis maksila I

1 7,58 5 Insisivus

lateralis I2 7,31

Insisivus

lateralis I2 7,50

Insisivus

lateralis I2 7,32

Insisivus

lateralis I2 7,67 6 Insisivus

lateralis maksila I

2 8,45 Insisivus

lateralis maksila I

2 8,42 Insisivus

lateralis maksila I

2 8,26 Insisivus

lateralis maksila I

2 9,04

7 Kaninus

mandibula C 9,41

Premolar satu

maksila P

1

10,33 Kaninus

mandibula C 9,39

Premolar satu

maksila P

1

10,92 8 Premolar satu

maksila P

1

10,54 Premolar satu

mandibula P1 10,83

Premolar satu

maksila P

1

10,41 Premolar satu

mandibula P1 11,00 9 Premolar satu

mandibula P1 10,94

Premolar dua

maksila P

2

10,83 Premolar satu

mandibula P1 10,83

Kaninus

mandibula C 11,00 10 Premolar dua

maksila P

2

11,03 Kaninus

mandibula C 11,22

Premolar dua

maksila P

2

10,93 Kaninus maksila C 11,00 11 Premolar dua

mandibula P2 11,20

Molar dua

mandibula M2 11,33

Premolar dua

mandibula P2 11,32

Premolar dua

maksila P

2

11,37 12 Kaninus maksila C 11,27 Premolar dua

mandibula P2 11,46 Kaninus maksila C 11,53

Premolar dua

mandibula P2 11,42 13 Molar dua

mandibula M2 11,94 Kaninus maksila C 11,50

Molar dua

mandibula M2 11,86

Molar dua


(64)

(65)

(66)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Pola erupsi gigi permanen pada anak laki-laki etnis Tionghoa adalah bermula dari M1, I1, M1, I1, I2, I2, C, P1, P1, P2, P2, C, M2, dan M2.

Sementara pola erupsi gigi permanen pada anak perempuan etnis Tionghoa adalah hampir sama dengan pola erupsi gigi permanen pada anak laki-laki, dimulai I1, M1, M1, I1, I2, I2, C, P1, P1, P2, P2, C, M2, dan M2.

Secara statistik, didapati adanya perbedaan antara erupsi gigi permanen pada maksila antara anak laki-laki dengan anak perempuan. Juga didapati bahwa ada perbedaan antara erupsi gigi permanen pada mandibula antara anak laki-laki dengan anak perempuan.

Anak-anak etnis Tionghoa mempunyai pola erupsi gigi permanen yang mirip dengan pola erupsi gigi permanen dari kebanyakan etnis-etnis yang lain.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian serupa di daerah lain di Indonesia untuk melihat kemungkinan adanya variasi pola erupsi gigi permanen anak-anak di Indonesia.


(67)

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih akurat dengan menggunakan metode radiografi untuk memperkirakan usia kronologis.

4. Memberi pengetahuan kepada orangtua dan guru tentang gigi yang telah erupsi pada anak mereka agar gigi permanen dijaga dan kesehatan rongga mulut diperhatikan.


(68)

DARTAR PUSTAKA

1. Rajić Z, Rajić Meštrović S, Vukušić N. Chronology, dynamics and period of

primary tooth eruption in children from Zagreb, Croatia. Coll Antropol

1999; 23: 659-63.

2. Gupta A, Hiremath SS, Singh SK, Poudyal S, Niraula SR, Baral DD, Singh RK. Emergence of primary teeth in children of Sunsari district of Eastern

Nepal. MJM 2007; 10(1): 11-5.

3. Nasser M, Lanre LB. Time of eruption of primary dentition in Saudi children. J Contemp Dent Pract 2003; 3(4): 65-75.

4. Hussin AS, Mokhtar N, Naing L, Taylor JA, Mahmood Z. The timing and

sequence of emergence of permanent teeth in Malay school children in Kota Bharu, Malaysia. Archieves of Orofacial Sci 2007; 2: 36-40.

5. Octiara E, Fransisca S. Gejala-gejala yang menyertai erupsi gigi anak. Dentika 2004; 9(2): 91-8.

6. Kurita LM, Menezes AV, Casanova MS, Haiter F. Dental Maturity as an

indicator of chronological age: Radiographic assessment of dental age in a Brazilian population. J Appl Oral Sci 2007; 15(2): 99-104.

7. Hegde RJ, Sood PB. Dental maturity as an indicator of chronological age:

Radiographic evaluation of dental age in 6 to 13 years children of Belgaum using Demirjian methods. J Indian Soc Pedo Prev Dent 2002; 20(4): 132-8.

8. Indriati E. Permanent tooth eruption in Javanese children. B I Ked 2001; 33(4): 237-48.

9. Oziegbe EO, Adekoya C, Folayan MO, Esan TA, Owotade FJ. Relationship

between socio-demographic and anthropometric variables and number of erupted primary teeth in suburban Nigerian children. Maternal and Child

Nutrition 2009; 5: 86-92.

10. Rai B, Anand SC. Tooth developments: An accuracy of age estimation of


(69)

12. Al-Haglaq A, Hashim H, Al-Dosari M, Al-Hamad A. Interrelationship

between dental maturity, skeletal maturity and chronological age in Saudi male children.

Agustus 2009)

13. Alvarez JO, Eguren JC, Caceda J, Navia JM. The effect of nutritional status

on the age distribution of dental caries in the primary teeth. J Dent Res 1990;

69: 1564-6.

14. Phrabhakaran. Age estimation using third molar development. Malaysian J Pathol 1995; 17(1): 31-4.

15. Pelsmaekers B, Loos R, Carels C, Derom C, Vlietinck R. The genetic

contribution to dental maturation. J Dent Res 1997; 76:1337-40.

16. Gupta R, Sivapathsundharam B, Einstein A. Eruption age of permanent

mandibular first molars and central incisors in the south Indian population.

Indian J Dent Res 2007; 18(4): 186-9.

17. Primasari A. Waktu erupsi gigi molar satu dan incisivus satu permanen pada

murid-murid sekolah dasar di Kotif Rantau Prapat. M Ked Gigi USU

1997;(2): 28-34.

18. Anonymous. Tooth eruption: The permanent teeth. J Am Dent Assoc 2006; 137: 127.

19. Patel S, Schreiber A. Primary failure of eruption of the permanent dentition. Columbia Dent Rev 2001; 6: 19-21.

20. Indriyanti R, Pertiwi ASP, Sasmita IS. Pola erupsi gigi permanen ditinjau

dari usia kronologis pada anak usia 6-12 tahun di Kapupaten Sumedang.

UNPAD 2006.

21. Agarwal KN, Gupta R, Faridi MMA, Kalra N. Permanent dentition in Dedhi

boys of age 5-14 years. Indian Ped 2004; 14: 1031-5.

22. Harila V, Heikkinen T, Alvesalo L. The eruption of permanent incisors and

first molars in prematurely born children. European Ort Soc 2003; 25: 293-9.

23. Nasution MI. Morfologi gigi desidui dan gigi permanen. USU Press 2008; 1: 104-12.


(70)

24. Heasman P. Paediatric dentistry. Spain: Churchill Livingstone, 2004:169-170, 261-2.

25. Bengt OM. Pedodontic: A Systematic Approach. Demark: Munksgaard, 1981:79-91

26. Pinkham JR. Pediatric dentistry. India: Harcourt Asia, 2001:168-9, 432-4 27. Andlaw RJ, Rock WP. A Manual of Paedodontics. UK: Churchill

Livingstone, 1992: 121-5

28. Rajić Z, Rajić Meštrović S, Verzak Ž. Chronology, dynamics and period of

permanent tooth eruption in Zagreb children (Part II). Coll Antropol 2000;

24(1): 137-43.

29. Hughes TE, Bockmann MR, Seow K, Gotjamanos T, Gully N, Richards LC, Townsend GC. Strong genetic control of emergence of human primary

incisors. J Dent Res 2007; 86: 1160-5.

30. Herdiyati Y, Suwondo W, Gartika M. Perbandingan waktu erupsi gigi tetap

anak umur 7-12 tahun antara anak Tunagrahita (SLB-C) dan anak normal (SD) di Kota Bandung. PDGI 2007; 54-7.

31. Anonymous. Oral & Craniofacial Histology.

2009)

32. Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel. Jakarta: Salemba Medika, 2009: 40-3.


(71)

LEMBAR PEMERIKSAAN SUBJEK PENELITIAN POLA ERUPSI GIGI PERMANEN PADA ANAK ETNIS

TIONGHOA SEKOLAH DASAR PERGURUAN BUDDHIS BODHICITTA, MEDAN 2009

Tanggal pemeriksaan :

Nama Peneliti : Johnathan Lin Chee Hang Nama Pasien :

Jenis kelamin : Laki / Perempuan

Kelas : I ___ / II ___ / III ___ / IV ___ / V ___ / VI ___

Tanggal lahir : Umur kronologis :______

Alamat :

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 Keterangan : 0 = belum erupsi ; 1 = telah erupsi

Catatan :

____________________________________________________________________ ____________________________________________________________________


(72)

Illustrasi dari erupsi gigi permanen berdasarkan usia, menurut


(73)

Dokumentasi Foto Saat Penelitian di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta, 14 – 16 Desember 2009.


(74)

Erupsi gigi permanen mengikut kelompok usia pada siswa laki-laki SD Perguruan Buddhis Bodhicitta, 2009.

Usia 6 – <7

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 - M1 - - - I2 I1 I1 I1 - - - M1 - - M1 - - - I2 I1 I1 I1 - - - M1 - 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 Usia

7 – <8

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 - M1 - - - I2 I1 I1 I1 - - - M1 - - M1 - - - I2 I1 I1 I1 - - - M1 - 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 Usia

8 – <9

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 - M1 - - - I2 I1 I1 I1 - - - M1 - - M1 - - - I2 I1 I1 I1 C - - M1 - 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 Usia

9 – <10

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 - M1 - - - I2 I1 I1 I1 - - - M1 - - M1 - P1 C I2 I1 I1 I1 C - - M1 - 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 Usia

10 – <11

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 - M1 P2 P1 C I2 I1 I1 I2 C P1 P2 M1 - M2 M1 P2 P1 C I2 I1 I1 I2 C P1 P2 M1 M2

47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 Usia

11 – <12

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 M2 M1 P2 P1 C I2 I1 I1 I2 C P1 P2 M1 M2 M2 M1 P2 P1 C I2 I1 I1 I2 C P1 P2 M1 M2 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 Usia

12 – <13

17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 M2 M1 P2 P1 C I2 I1 I1 I2 C P1 P2 M1 M2 M2 M1 P2 P1 C I2 I1 I1 I2 C P1 P2 M1 M2 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37


(1)

American Klein et al., 1938

C,

Median

4

6

12

8

10

3

14

2

5

7

9

11

1

13

English Ainsworth, 1925

C,

Median

4

6

11

7

10

2

14

3

5

8

9

12

1

13

English Clements et

al., 1953

C,

Median

4

6

10

8

11

3

13

1

5

7

9

14

2

12

New

Zealand Leslie, 1951

C,


(2)

Etnis Sumber Metod

e Maksila Mandibula

I1 I2 C P1 P2 M1 M2 I1 I2 C P1 P2 M1 M2 Laki Tiongho a Johnatha n, penelitian ini C, Mean 7.1 2 8.4 5 11.2 7 10.5 4 11.0 3 6.5 1 12.2 9 6.5 0 7.3

1 9.41 10.9 4 11.2 0 6.4 8 11.9 4

Jawa Indriati, 2001 C, Mean 7.2 2 8.5 6 11.5 8 10.3 3 10.6 5 6.7 3 11.8 6 6.6 6 7.4 2 11.1 4 10.4 9 11.3 3 6.7

11.2 2 Am. Negro Steggerda & Hills, 1942 L, Mean 7.7 7 8.4 5 11.7 4 10.8 2 11.9 2 6.7 9 12.6 4 6.9 5 7.9 4 10.9 9 10.8 6 11.4 8 6.9 7 12.3 3 Maya Steggerda & Hills, 1942 L, Mean 8.3 5 9.3

11.7 9 10.2 9 11.6 3 6.8 8 12.4 9 7.4 1 8.4

11.1 6 11.1 4 11.9 9 6.7 6 11.8 6 Navajo Steggerda & Hills, 1942 L, Mean 7.6 5 8.8 4 11.0 7 10.0

9 10.9 6.6

8

11.5 6 6.8

7.7 2 10.2 6 10.2 2 11.1 8 6.3 3 11.6 2


(3)

n & Hills, 1942

Mean 7 6 3 2 6 4 5 3 1 4 5 6 8 1

America n Hellman, 1943 L, Mean 7.3 3 8.6

12.0 2 11.1 7 12.2 1 6.7 5 12.9 6 6.2 9 7.5 5 11.0 4 11.0 9 12.3 2 6.8 2 12.5 9 America n Fulton & Price, 1954 L, Mean 7.2 6 8.4 2 11.3 8 10.4 2 11.1 2 6.6 3 12.0 9 6.5 4 7.5 4 10.7 5 11.0

9 11.8 6.3

2

11.8 3

English Stones et

al., 1951

L,

Mean 8.1 8.8 5 12.2 4 10.9 3 11.3 8 6.7 2 12.4 3 6.8 5 8.1 2 11.4

1 11.4 12.1 2 6.9 1 12.1 6 Continue...

Etnis Sumber Metod

e Maksila Mandibula

I1 I2 C P1 P2 M1 M2 I1 I2 C P1 P2 M1 M2

Laki

Jawa Indriati, 2001 C, Media n 7.3 3 8.4

2 11.5 10.3 3 10.8 3 6.8 3 11.7 5 6.8 3 7.5

11.2 2 10.8 3 11.4 6 6.8 3 11.3 3

Zulu Suk, 1919

C, Media n 5.9 8 6.9 8 10.1 7 10.1 1 10.6 6 5.2 6 11.3 6 5.4 7 5.9

6 9.63 10.1 1 10.7 5 5.2 3 11.0 4


(4)

Pima Dahlberg, 1958 C, Media n 7.8 3 8.7 4 11.6 6 10.0 8 11.3 3 5.9 8 11.6 7 6.2 6 7.6 5 10.7 8 10.4 3 11.3 9 5.8

9 11.2

America n Cattell, 1928 C, Media n 7.3 3 8.4

2 11.5 10.3 3 11.0 8 6.3 3 12.1 6 6.2 5 7.5 8 10.6 6 10.5 8 11.3 3 6.1 6 11.6 6 America n Cohen, 1928 C, Media n

7.1 8.6 11.5 10.2 10.7 6.4 12.8 6.4 7.5 10.3 10.8 11.4 6.4 11.8

America n Klein et al., 1938 C, Media n 7.4 9 8.6

2 11.8 10.4

2

11.1 8

6.6

4 12.7 6.5 7.6

4 10.7 10.7

5

11.4 5

6.4

4 12.2

English Ainsworth , 1925 C, Media n 7.4 2 8.8 1 11.7

3 9.96 10.8 9 6.3 4 12.3 3 6.4 9 7.7

2 10.8 10.8

6 11.8 6.9 1 12.1 6 English Clements et al., 1953 C, Media n 7.0 1 8.1 8 11.4 6 10.4 1 11.5 2 6.1 1 11.9 7 6.0 8 7.3

10.5 1 11.3 5 12.3 2 6.1 4 11.4 1 New Zealand Leslie, 1951 C, Media 7.2 6 8.3

2 11.4 11.0 1 11.7 4 6.4 7 12.4 7 6.3 8 7.4 2 10.7 8 11.3 4 12.1 8 6.4 6 11.8 9


(5)

T-Test (Mean age, Maksila – Laki-laki vs Perempuan)

One-Sample Statistics

2 7.205850 .1173090 .0829500 2 8.355200 .1294005 .0915000 2 11.400000 .1909188 .1350000 2 10.471700 .0913582 .0646000 2 10.981200 .0675994 .0478000 2 6.500650 .0132229 .0093500 2 12.147800 .2057681 .1455000 Insisivus Sentralis Mean

Insisivus Lateralis Mean Kaninus Mean

Premolar satu Mean Premolar dua Mean Molar satu Mean Molar dua Mean

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean

One-Sample Test

86.870 1 .007 7.205850 6.151870 8.259830

91.314 1 .007 8.355200 7.192582 9.517818

84.444 1 .008 11.400000 9.684662 13.115338

162.101 1 .004 10.471700 9.650879 11.292521

229.732 1 .003 10.981200 10.373843 11.588557

695.257 1 .001 6.500650 6.381847 6.619453

83.490 1 .008 12.147800 10.299047 13.996553

Insisivus Sentralis Mean Insisivus Lateralis Mean Kaninus Mean

Premolar satu Mean Premolar dua Mean Molar satu Mean Molar dua Mean

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference Test Value = 0

T-Test (Mean age, Mandibula – Laki-laki vs Perempuan)

One-Sample Statistics

2 6.449550 .0724784 .0512500 2 7.315150 .0057276 .0040500 2 9.398900 .0096167 .0068000 2 10.885250 .0733270 .0518500 2 11.256200 .0831558 .0588000 2 6.469800 .0185262 .0131000 2 11.897700 .0598212 .0423000 Insisivus Sentralis Mean

Insisivus Lateralis Mean Kaninus Mean

Premolar satu Mean Premolar dua Mean Molar satu Mean Molar dua Mean

N Mean Std. Deviation

Std. Error Mean


(6)

One-Sample Test

125.845 1 .005 6.449550 5.798357 7.100743

1806.210 1 .000 7.315150 7.263690 7.366610

1382.191 1 .000 9.398900 9.312498 9.485302

209.937 1 .003 10.885250 10.226433 11.544067

191.432 1 .003 11.256200 10.509075 12.003325

493.878 1 .001 6.469800 6.303349 6.636251

281.270 1 .002 11.897700 11.360228 12.435172

Insisivus Sentralis Mean Insisivus Lateralis Mean Kaninus Mean

Premolar satu Mean Premolar dua Mean Molar satu Mean Molar dua Mean

t df Sig. (2-tailed)

Mean

Difference Lower Upper 95% Confidence

Interval of the Difference Test Value = 0