BAB 5 PEMBAHASAN PENELITIAN
Erupsi gigi adalah munculnya mahkota gigi pada permukaan gingiva dan merupakan proses yang terus menerus dimulai segera setelah mahkota terbentuk.
Menempati posisi sesuai fungsinya di dalam rongga mulut sampai mencapai kontak oklusi dengan gigi antagonis Sato Parsons, 1991; Liden, 1986; Wangidjaja,
1991.
11
Untuk mengevaluasi erupsi gigi dapat digunakan dua macam usia yaitu usia kronologis dan usia biologis. Usia kronologis adalah usia yang ditentukan
berdasarkan kalender Graber, 1974. Usia biologis adalah usia berdasarkan usia skeletal dan usia dental Liden, 1986. Berdasarkan gigi yang telah erupsi di rongga
mulut dapat ditentukan usia dental Barnett, 1974. Sato 1990 menentukan kriteria erupsi gigi berdasarkan terlihatnya permukaan insisal atau cusp dari gigi yang telah
muncul di atas permukaan gingiva Sato Parsons, 1990.
11
Gigi permanen mulai muncul pada rongga mulut saat anak berusia 6 tahun. Pada sebagian anak, gigi molar
satu adalah yang pertama erupsi, sedangkan pada anak lainnya yang pertama erupsi adalah insisivus sentralis Grayson, 2003.
20
Pada penelitian ini, didapati gigi insisivus sentralis mandibula merupakan gigi yang pertama erupsi pada anak
perempuan, sementara pada anak laki-laki adalah molar satu mandibula yang erupsi terlebih dulu kemudian dikuti dengan proses erupsi gigi permanen yang lain. Gigi
molar dua maksila merupakan gigi yang terakhir erupsi, rata-rata pada usia 12 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian menunjukkan terdapat beberapa elemen gigi permanen yang erupsi lebih awal dibanding dengan tabel erupsi kronologis, misalnya pada usia 6 -
7 tahun terdapat erupsi gigi insisivus sentralis maksila dan insisivus lateralis, sedangkan dari tabel erupsi kronologis menyatakan bahwa elemen gigi-geligi
tersebut mempunyai rentang waktu antara 7 – 8 tahun bagi insisivus sentralis maksila dan insisivus lateralis mandibula serta rentang waktu antara 8 – 9 tahun bagi gigi
insisivus lateralis maksila. Pada usia 8 - 9 tahun, gigi kaninus mandibula sudah erupsi lebih awal setahun bagi anak laki-laki dan anak perempuan. Hal yang sama
juga terjadi pada anak laki-laki dan perempuan, usia 10 - 11 tahun dimana gigi kaninus maksila, gigi premolar dua mandibula dan molar dua mandibula sudah
erupsi walaupun belum waktu. Hal ini terjadi karena adanya faktor genetik dan keturunan. Anak perempuan mengalami erupsi gigi premolar satu mandibula 8 - 9
tahun dan molar dua maksila 10 - 11 tahun, sementara anak laki-laki belum erupsi giginya pada usia yang sama.
Gambar 4 dan 5 menunjukkan adanya perbedaan antara rata-rata waktu erupsi gigi permanen antara anak laki-laki dan perempuan etnis Tionghoa, di mana secara
umumnya anak perempuan cenderung mengalami erupsi gigi permanen lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki kecuali pada elemen gigi insisivus sentralis maksila,
insisivus lateralis mandibula, kaninus maksila, premolar satu mandibula dan premolar dua mandibula. Hasil penelitian yang sebelumnya juga menunjukan bahwa
anak perempuan mengalami erupsi gigi lebih cepat dibanding dengan anak laki-laki. Hal ini terjadi disebabkan karena hormon pada anak perempuan dapat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan dan perkembangan erupsi gigi permanen. Hormon estrogen pada anak perempuan meningkat ketika waktu pubertas menjelaskan pertumbuhan dan
perkembangan gigi pada anak perempuan lebih cepat berbanding dengan anak laki- laki. Gigi permanen erupsi lebih cepat pada mandibula dibanding dengan erupsi gigi
permanen maksila, tapi sebaliknya untuk gigi permanen premolar satu dan premolar dua. Menurut Nanda 1960, gigi permanen pada mandibula erupsi lebih cepat
dibanding dengan maksila karena proses pertumbuhan dan perkembangan gigi yang lebih awal pada mandibula.
22,28
Pada hasil penelitian ini, diketahui bahwa pola erupsi gigi permanen anak laki-laki siswa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta adalah molar satu
mandibula yang erupsi pada usia kronologis 6,48 tahun; seterusnya diikuti insisivus sentralis mandibula erupsi pada usia kronologis 6,50 tahun; molar satu maksila
erupsi pada usia kronologis 6,51 tahun; insisivus sentralis maksila 7,12 tahun; insisivus lateralis mandibula 7,31 tahun; insisivus lateralis maksila 8,45 tahun;
kaninus mandibula 9,41 tahun; premolar satu maksila 10,54 tahun; premolar satu mandibula 10,94 tahun; premolar dua maksila 11,03 tahun; premolar dua
mandibula 11,20 tahun; kaninus maksila 11,27 tahun; molar dua mandibula 11,94 tahun dan gigi yang terakhir erupsi adalah molar dua maksila, pada rata-rata
12,29 tahun. Gambar 4 Sementara hasil penelitian terhadap pola erupsi gigi permanen anak
perempuan siswa Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta dengan urutan erupsi dari insisivus sentralis mandibula yang erupsi pada usia kronologis 6,40 tahun,
Universitas Sumatera Utara
kemudian molar satu mandibula erupsi pada usia kronologis 6,46 tahun; molar satu maksila erupsi pada usia kronologis 6,49 tahun; insisivus sentralis maksila erupsi
pada usia kronologis 7,29 tahun; insisivus lateralis mandibula 7,32 tahun; insisivus lateralis maksila 8,26 tahun; kaninus mandibula 9,39 tahun; premolar satu
maksila 10,41 tahun; premolar satu mandibula 10,83 tahun; premolar dua maksila 10,93 tahun; premolar dua mandibula 11,32 tahun; kaninus maksila 11,53
tahun; molar dua mandibula 11,86 tahun dan gigi yang terakhir erupsi adalah molar dua maksila, pada rata-rata 12,00 tahun. Gambar 5
Simpangan baku yang merupakan batas atas dan bawah dari waktu erupsi gigi memperlihatkan angka yang tidak terlalu besar, yaitu 0,25 sampai 0,76. Hal ini
menunjukkan bahwa variasi dalam waktu erupsi gigi permanen pada siswa di Sekolah Dasar Perguruan Buddhis Bodhicitta tidak terlalu besar. Penyebab kecilnya
variasi ini karena keadaan sampel yang cukup homogen Tabel 5. Hasil analisa menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara erupsi setiap
elemen gigi permanen maksila pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan nilai p = 0,007 p 0,05 untuk gigi insisivus sentralis; p = 0,007 p 0,05 untuk gigi
insisivus lateralis, p = 0,008 p 0,05 untuk gigi kaninus; p = 0,004 p 0,05 untuk gigi premolar satu; p = 0,003 p 0,05 untuk gigi premolar dua; p = 0,001 p
0,05 untuk gigi molar satu dan p = 0,008 p 0,05 untuk gigi molar dua. Maka hipotesa yang menyatakan ada perbedaan antara erupsi gigi permanen pada maksila
antara anak laki-laki dengan anak perempuan diterima.
Universitas Sumatera Utara
Gigi Laki-laki
Perempuan Student’s t-
test p Mean
Std. Dev Mean
Std. Dev Insisivus
li 7,12
0,58 7,29
0,47 0,007
Insisivus l
li 8,45
0,69 8,26
0,76 0,007
Kaninus 11,27
0,48 11,53
0,36 0,008
Premolar satu 10,54
0,25 10,41
0,25 0,004
Premolar dua 11,03
0,52 10,93
0,66 0,003
Molar satu 6,51
0,31 6,49
0,31 0,001
Molar dua 12,29
0,48 12,00
0,59 0,008
Signifikansi p 0,05
Gigi Laki-laki
Perempuan Student’s t-test
p Mean
Std. Dev Mean
Std. Dev Insisivus
li 6,50
0,32 6,40
0,35 0,005
Insisivus l
li 7,31
0,36 7,32
0,45 0,001
Kaninus 9,41
0,38 9,39
0,42 0,001
Premolar satu 10,94
0,58 10,83
0,75 0,003
Premolar dua 11,20
0,49 11,32
0,54 0,003
Molar satu 6,48
0,31 6,46
0,33 0,001
Molar dua 11,94
0,70 11,86
0,64 0,002
Signifikansi p 0,05
Selain itu, hasil analisa perbedaan erupsi gigi permanen mandibula menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan antara erupsi setiap elemen
gigi permanen pada anak laki-laki dan anak perempuan dengan nilai p = 0,005 p 0,05 untuk gigi insisivus sentralis; p = 0,001 p 0,05 untuk gigi insisivus lateralis,
p = 0,001 p 0,05 untuk gigi kaninus; p = 0,003 p 0,05 untuk gigi premolar
Tabel 7. Hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi permanen maksila
pada anak laki-laki dan anak perempuan.
Tabel 8. Hasil rata-rata dan uji statistik waktu erupsi gigi permanen
mandibula pada anak laki-laki dan anak perempuan.
Universitas Sumatera Utara
satu; p = 0,003 p 0,05 untuk gigi premolar dua; p = 0,001 p 0,05 untuk gigi molar satu dan p = 0,002 p 0,05 untuk gigi molar dua. Maka hipotesa yang
menyatakan ada perbedaan antara erupsi gigi permanen pada mandibula antara anak laki-laki dengan anak perempuan diterima.
Terdapat banyak penelitian sebelumnya tentang pola erupsi gigi permanen pada beberapa ras, yakni pada anak Jawa 2001, American 1954, American Negro
1942, Zulu 1919, Maya 1942, Pima Indians 1958, Najavo Indians 1942, New Zealand 1951 dan English 1953.
11
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suku Tionghoa mengalami pola erupsi gigi permanen yang hampir mirip dengan suku
Jawa dengan sedikit perbedaan urutan erupsi gigi permanen antara kedua kelompok etnis Tabel 5. Erupsi gigi lebih cepat pada suku Zulu ras Negroid dibanding
dengan suku Tionghoa ras Mongoloid, suku Tionghoa sedikit lebih cepat daripada suku Pima, American dan English ras Caucasoid. Pola erupsi dapat dipengaruhi
oleh berbagai faktor, yakni faktor genetik, ras, jenis kelamin, lingkungan, sosial ekonomi, nutrisi, faktor lokal dan penyakit. Faktor genetik dan ras mempunyai
pengaruh yang besar terhadap erupsi gigi antara populasi tersebut, namun faktor sosial ekonomi dan nutrisi kurang berpengaruh terhadap pola erupsi gigi permanen.
Memperkirakan waktu erupsi gigi secara rinci sangat penting pada perawatan gigi anak karena waktu erupsi gigi merupakan waktu yang tepat untuk suatu
perawatan dilakukan guna memperoleh hasil yang baik dan menentukan waktu selesai perawatan Barnett, 1974. Ketika peneliti mengamati rongga mulut subjek
penelitian, didapati ada gigi permanen yang sudah mengalami karies. Hal ini amat
Universitas Sumatera Utara
mengkhwatirkan karena gigi permanen yang sudah erupsi bila terjadi karies dan tidak dirawat maka gigi tersebut harus dilakukan pencabutan. Melalui gambaran normal
pada setiap tahap pertumbuhan gigi, dapat diketahui secara dini jika ada penyimpangan pertumbuhan normal sehingga dapat segera dilakukan koreksi
Barnett, 1974.
11
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Pola Erupsi Gigi Permanen Pada Anak Laki-laki Etnis
Tionghoa.
1 4
2 3
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
Maksila
Mandibula
Kaninus 9,41
Insisivus Sentral
Insisivus Lateral
Premolar satu
Premolar dua
Molar satu
Molar dua
Kaninus 11,27
Insisivus Sentral
Insisivus Lateral
Premolar satu
Premolar dua
Molar satu
Molar dua
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5. Pola Erupsi Gigi Permanen Pada Anak Perempuan Etnis
Tionghoa.
2 4
1 3
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
Maksila
Mandibula
Kaninus 9,39
Insisivus Sentral
Insisivus Lateral
Premolar satu
Premolar dua
Molar satu
Molar dua
Kaninus 11,53
Insisivus Sentral
Insisivus Lateral
Premolar satu
Premolar dua
Molar satu
Molar dua
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Urutan Laki-laki
Perempuan Tionghoa, 2009
Jawa, 2001 Tionghoa, 2009
Jawa, 2001 Erupsi pada gigi
Mean age
Erupsi pada gigi Mean
age Erupsi pada gigi
Mean age
Erupsi pada gigi Mean
age
1
Molar satu mandibula
M
1
6,48 Insisivus
sentralis
I
1
6,83 Insisivus
sentralis
I
1
6,40 Molar satu
maksila
M
1
6,50
2
Insisivus sentralis
I
1
6,50 Molar satu
mandibula
M
1
6,83 Molar satu
mandibula
M
1
6,46 Molar satu
mandibula
M
1
6,75
3
Molar satu maksila
M
1
6,51 Molar satu
maksila
M
1
6,83 Molar satu
maksila
M
1
6,49 Insisivus
sentralis
I
1
6,83
4
Insisivus sentralis maksila
I
1
7,12 Insisivus
sentralis maksila
I
1
7,33 Insisivus
sentralis maksila
I
1
7,29 Insisivus
sentralis maksila
I
1
7,58
5
Insisivus lateralis
I
2
7,31 Insisivus
lateralis
I
2
7,50 Insisivus
lateralis
I
2
7,32 Insisivus
lateralis
I
2
7,67
6
Insisivus lateralis maksila
I
2
8,45 Insisivus
lateralis maksila
I
2
8,42 Insisivus
lateralis maksila
I
2
8,26 Insisivus
lateralis maksila
I
2
9,04
7
Kaninus mandibula
C 9,41
Premolar satu maksila
P
1
10,33 Kaninus
mandibula
C 9,39
Premolar satu maksila
P
1
10,92
8
Premolar satu maksila
P
1
10,54 Premolar satu
mandibula
P
1
10,83 Premolar satu
maksila
P
1
10,41 Premolar satu
mandibula
P
1
11,00
9
Premolar satu mandibula
P
1
10,94 Premolar dua
maksila
P
2
10,83 Premolar satu
mandibula
P
1
10,83 Kaninus
mandibula
C 11,00
10
Premolar dua maksila
P
2
11,03 Kaninus
mandibula
C 11,22
Premolar dua maksila
P
2
10,93 Kaninus maksila
C 11,00
11
Premolar dua mandibula
P
2
11,20 Molar dua
mandibula
M
2
11,33 Premolar dua
mandibula
P
2
11,32 Premolar dua
maksila
P
2
11,37
12 Kaninus maksila
C 11,27
Premolar dua mandibula
P
2
11,46 Kaninus maksila
C 11,53
Premolar dua mandibula
P
2
11,42
13
Molar dua mandibula
M
2
11,94 Kaninus maksila
C 11,50
Molar dua mandibula
M
2
11,86 Molar dua
mandibula
M
2
11,46
14
Molar dua maksila
M
2
12,29 Molar dua
maksila
M
2
11,75 Molar dua
maksila
M
2
12,00 Molar dua
maksila
M
2
12,00
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN