relatif,semua kelompok pangan umumnya responsif terhadap perubahan harga beras dan perubahan harga kelompok pangan lainnya kurang mempunyai dampak terhadap
permintaan beras. Hal ini didukung oleh Ariani et al. 2007 dimana menunjukkan bahwa beras merupakan sumber energy dan protein utama bagi rumah tangga rawan
pangan dan beras menempati posisi sangat penting bagi Indonesia, terlebih bagi rumah tangga rawan pangan.
Ariningsih dan Handewi 2008 mengemukakan bahwa perwujudan ketahanan
pangan merupakan tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Masing-masing tingkatan Pemerintahan melaksanakan kebijakan dan program ketahanan pangan dan
penanganan masalah kerawanan pangan sesuai mandat dan tupoksinya. Dalam jangka waktu panjang, upaya pemantapan ketahanan pangan dan penanganan rawan
pangan di tingkat rumah tangga dapat dilakukan melalui : a menjaga stabilitas harga pangan; b perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan; c
pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan; d peningkatan efektivitas program raskin; e penguatan lembaga pengelola pangan di pedesaan.
B. Kerangka Pemikiran
Ketahanan pangan rumah tangga merupakan kondisi dimana setiap rumah tangga mempunyai akses terhadap pangan yang cukup baik dari segi kuantitas, kualitas serta
aman dan terjangkau. Ketahanan rumah tangga dari 3 subsistem yaitu ketersediaan, distribusi dan konsumsi rumah tangga, dimana ketiga sistem ini saling berkaitan satu
sama lain. Ketersediaan pangan rumah tangga dipenuhi dengan cara memproduksi dan membeli pangan. Pangan yang tersedia akan didistribusikan untuk dikonsumsi
oleh seluruh anggota rumah tangga. Tidak tercukupinya ketersediaan pangan rumah
tangga dan kurangnya konsumsi pangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : pendidikan ibu rumah tangga,besar anggota rumah tangga, pengeluaran
rumah tangga, pendapatan dan pengetahuan ibu rumah tangga tentang gizi, harga beras dan suku etnis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 4. Bagan alur kerangka pikir ketahanan pangan rumah tangga di kota Bandar Lampung
Ketahanan pangan rumah tangga
ketersediaan
Pangsa pengeluaran pangan
Kecukupan energi Akses
konsumsi distribusi
Tingkat Ketahanan Pangan rumah tangga:
- Rawan pangan
- Rentan pangan
- Kurang pangan
- Tahan pangan
Faktor-faktor yang mempengaruhi :
1. Besar anggota
rumah tangga 2.
Pendidikan orang tua
3. Pendapatan
4. Pengetahuan gizi
5. Harga beras
6. Etnissuku
Pengurangan rawan pangan dan peningkatan ketahanan pangan
C. HIPOTESIS
Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini
adalah :
Diduga faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan rumah tangga kota Bandar Lampung adalah pendidikan ibu rumah tangga, besar anggota rumah
tangga, pendapatan rumah tangga, pengetahuan gizi ibu rumah tangga, harga beras dan etnissuku.
III. METODE PENELITIAN
A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup semua pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian. Untuk memperjelas dan membatasi istilah-istlah pada masing-masing
variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini disajikan definisi sebagai berikut.
Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau.
Ketahanan pangan diukur dengan menggunakan klasifikasi silang antara dua
indikator ketahanan pangan, yaitu pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi rumah tangga dan kecukupan energi kkal.
Pengeluaran pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang dinilai
dengan uang untuk konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota rumah tangga.
Pengeluaran non pangan adalah besarnya uang yang dikeluarkan dan barang yang dinilai dengan uang, bukan untuk konsumsi makanan dan minuman seluruh anggota
rumah tangga.
Pengeluaran total rumah tangga adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh seluruh anggota rumah tangga yang meliputi pengeluaran pangan dan non pangan diukur
dalam persen. Angka kecukupan energi dan protein adalah sejumlah energi dan protein yang
butuhkan oleh seseorang dalam mencapai kehidupan sehat yang diukur dalam kkalkapitahari. Dalam penelitian ini digunakan standar kecukupan energi dan
protein per kapita per hari menurut kelompok umur dan jenis kelamin. Syarat kecukupan konsumsi energi dan protein sesuai dengan Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi X WKNPG tahun 2012, syarat kecukupan konsumsi energi yang dianjurkan adalah sebesar 2.150 kkalkapitahari dan 57 gramkapitahari.
Ketersediaan pangan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup aman
sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ini harus mampu mencukupi pangan yang didefinisikan sebagai jumlah kalori yang
dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat. Akses pangan adalah kemampuan semua rumah tangga dan individu dengan
sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi pangannya
sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan. Akses rumah tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial. Akses ekonomi tergantung pada
pendapatan, kesempatan kerja dan harga. Akses fisik menyangkut tingkat isolasi daerah sarana dan prasarana distribusi, sedangkan akses sosial menyangkut tentang
preferensi pangan.