Pemuliaan Kacang Panjang TINJAUAN PUSTAKA
13 tahan terhadap penyakit sapu dan hama penggerek polong Haryanto dkk.,
2007.
2.5 Persilangan Resiprok dan Pewarisan Tetuanya Menurut Witcombe dkk. 2013 dalam Handayani 2014, pemilihan tetua
menjadi salah satu tahap yang krusial dalam proses pemuliaan melalui persilangan. Keberhasilan persilangan akan meningkat apabila tetua yang
digunakan dan kombinasi persilangannya tepat, sehingga dengan jumlah kombinasi persilangan yang sedikit, efisiensi pemuliaan akan meningkat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menentukan tetua antara lain: 1 Salah satu tetua memiliki dan membawa karakter unggul atau karakter yang
menjadi target pemuliaan; 2 Salah satu atau kedua tetua memiliki adaptasi dan penampilan agronomis yang baik, dan 3. Kedua tetua sebaiknya memiliki jarak
kekerabatan yang jauh sehingga dapat menghasilkan keragaman genetik tinggi pada progeni keturunannya.
Karakter target yang dimiliki oleh salah satu tetua jantan dipindahkan melalui
persilangan ke tetua yang lainnya betina. Diharapkan hasil dari persilangan adalah progeni yang memiliki gabungan karakter dari kedua tetua. Sebagai
contoh, apabila tujuan pemuliaan adalah merakit varietas unggul kentang untuk olahan tahan penyakit busuk daun late blight, maka tetua yang digunakan adalah
yang tahan penyakit busuk daun dan tetua lainnya adalah jenis kentang prosesing. Apabila tetua betina menggunakan jenis kentang prosesing, maka diharapkan sifat
tahan penyakit busuk daun akan dipindahkan dari tetua jantan ke tetua betina, sehingga dapat diperoleh progeni dengan karakter kualitas olahan dan tahan
penyakit busuk daun Handayani, 2014.
14 Menurut Welsh 1991 dalam Sagala 2008, persilangan resiprok adalah
persilangan antara dua induk, dimana kedua induk berperan sebagai pejantan dalam satu persilangan, dan sebagai betina dalam persilangan yang lain. Seleksi
berulang resiprokal memperbaiki kemampuan berkombinasi spesifik maupun umum. Caranya adalah dengan melakukan seleksi terhadap dua populasi dengan
waktu yang bersamaan. Menurut Murti 2004, pengaruh tetua betina merupakan faktor lain yang
mempengaruhi pewarisan sifat di luar kromosom yang diturunkan lewat sitoplasma. Terdapat lima hal yang digunakan untuk membedakan antara
pewarisan sitoplasmik dengan pewarisan gen-gen kromosomal, yaitu : 1. Perbedaan hasil perkawinan resiprok merupakan penyimpangan dari pola
Mendel. 2. Sel kelamin betina biasanya membawa sitoplasma dan organel sitoplasmik
dalam jumlah lebih besar daripada sel kelamin jantan. 3. Gen-gen kromosomal menempati loki tertentu dengan jarak satu sama lain yang
tertentu pula sehingga membentuk kelompok berangkai. 4. Tidak adanya nisbah segregasi Mendel menunjukkan bahwa pewarisan sifat
tidak diatur oleh gen-gen kromosomal tetapi oleh materi sitoplasmik. 5. Substitusi nukleus memperjelas pengaruh relatif nukleus dan sitoplasma.
Menurut Allard 1960 dalam Arif dkk. 2011, analisis pewarisan karakter
kualitatif dan kuantitif berperan penting dalam pemuliaan tanaman, untuk mengetahui jumlah gen yang mengendalikan karakter tersebut, aksi gen yang
mengendalikan, dan informasi genetik lainnya. Informasi genetik diperlukan dalam tahapan seleksi, agar lebih efektif dan efisien.
15