23 3.4.8 Peubah yang diamati dari penelitian ini yaitu
A. Pengamatan Vegetatif dilakukan sampai tanaman mulai berbunga 1. Tinggi Tanaman
Diukur setiap tanaman dari permukaan tanah pada titik tumbuh tanaman. Tinggi tanaman diukur menggunakan meteran pita dalam satuan sentimeter.
Pengukuran dilakukan setiap minggu mulai dari 1 MST hingga fase vegetatif tanaman selesai. Pengukuran dilakukan bersamaan dengan
penghitungan jumlah daun majemuk dan jumlah cabang tanaman.
2. Jumlah Daun Majemuk
Dihitung jumlah daun majemuk per tanaman setiap minggu dimulai dari 1
MST hingga fase vegetatif tanaman selesai. Penghitungan dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah
cabang tanaman.
3. Jumlah Cabang
Dihitung jumlah cabang yang keluar dari batang utama n+1 setiap tanaman per minggu setelah tanam hingga fase vegetatif tanaman selesai.
Penghitungan dilakukan bersamaan dengan pengukuran tinggi tanaman dan penghitungan jumlah daun majemuk.
24 B. Pengamatan Generatif dilakukan setelah tanaman berbunga
1. Umur Berbunga
Dihitung jumlah hari sejak tanam hingga tanaman mulai berbunga pertama kali setiap genotipe.
2. Jumlah Bunga
Dihitung jumlah bunga yang muncul pada setiap tanaman. Penghitungan dilakukan setiap minggu sejak fase generatif tanaman.
3. Jumlah Polong per Tangkai Tanaman
Dihitung jumlah polong muda dari setiap tangkai bunga setiap tanaman. Penghitungan dilakukan saat setelah panen terakhir.
4. Jumlah Polong per Tanaman
Dihitung berdasarkan jumlah polong muda yang dipanen setiap tanaman.
5. Panjang Polong
Diukur dengan menggunakan meteran pita pada setiap polong per panen. Pengukuran polong dimulai pada saat panen kedua.
6. Bobot Polong
Ditimbang dengan timbangan elektrik setiap polong muda dari per tanaman. Polong ditimbang setelah pengukuran panjang polong dan mulai
ditimbang pada saat panen kedua. Adapun kriteria polong kacang panjang
25 yang ditimbang adalah tingkat ketuaan polong tergolong muda,
penampakan biji tidak menonjol dan warna polong hijau dan segar. Semua polong yang dipanen ditimbang dari ukuran terkecil hingga
terpanjang.
7. Bobot Polong Basah per Tanaman
Ditimbang bobot polong muda per tanaman dan pada saat panen terakhir dijumlah dari awal panen hingga panen terakhir per tanaman. Kemudian
dikonversi dalam satuan kilogram. Adapun ciri-ciri polong muda yang siap dipanen antara lain: sudah terisi penuh, ukuran polong telah mencapai
maksimal, dan mudah dipatahkan. Panen dilakukan hingga beberapa kali sampai tanaman sudah tidak mampu berproduksi lagi. Polong muda
muncul ± 3 hari setelah anthesis.
8. Rata-Rata Produksi
Diperoleh dengan cara menjumlah produksi polong semua tanaman dan
dibagi jumlah tanaman. Kemudian dikonversi dalam satuan kilogramhektar.
9. Kerenyahan polong
Diukur dengan menggunakan penetrometer pada setiap sampel polong per per genotipe. Sampel yang digunakan sebanyak 2 polong. Kerenyahan
buah polong segar diukur pada 3 bagian, yaitu pangkal, tengah, dan ujung untuk mendapatkan rataan kekerasan polong muda. Setelah pengukuran
kerenyahan polong, dilanjutkan dengan pengukuran nilai °Brix.
26 10.
Nilai °Brix
Diukur dengan menggunakan refraktometer pada setiap sampel polong per genotipe. Sampel yang gunakan sebanyak 2 polong per genotipe yang
merupakan sampel yang sama dari pengukuran kerenyahan. Pengukuran dilakukan saat panen polong kedua dengan cara menggerus polong muda
dan mengambil airnya,. Air hasil saringan diambil menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada kaca sensor refraktometer.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan uji LSI terdapat genotipe hasil persilangan yang memiliki karakter
produksi yaitu panjang polong yang melebihi tetua Hitam dan Lurik yaitu genotipe Lu x Hi dengan nilai tengah 54,07 cm. Berdasarkan nilai duga
heterosis terdapat genotipe hasil persilangan yang melebihi karakter produksi rata-rata tetua dan tetua terbaiknya yaitu Hi x Lu terhadap karakter jumlah dan
bobot polong dengan nilai heterosis dan heterobeltiosis masing-masing 37,63 dan 30,61 ; 31,60 dan 18,92.
2. Berdasarkan nilai duga heterosis terdapat perbedaan karakter produksi genotipe
hasil persilangan resiprok dimana genotipe Lu x Hi lebih baik terhadap karakter panjang polong dengan nilai heterosis dan heterobeltiosis yaitu 11,89
dan 10,59 sedangkan genotipe Hi x Lu memiliki karakter panjang dan bobot polong yang lebih baik.
44
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh maka perlu dilakukan penelitian selanjutnya
hingga diperoleh kemurnian genetik dari masing-masing genotipe dan data yang diperoleh lebih seragam.
PUSTAKA ACUAN
Ameriana, M. 1998. Perbaikan Kualitas Sayuran Berdasarkan Preferensi
Konsumen. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung. Arif, A. B., S. Sujiprihati dan M. Syukur. 2011. Pewarisan sifat beberapa karakter
kualitatif pada tiga kelompok cabai. Buletin Plasma Nutfah.
172:1‒7. , S. Sujiprihati dan M. Syukur. 2012. Pendugaan heterosis dan
heterobeltiosis pada enam genotip cabai menggunakan analisis dialel penuh. J.Hort. 222 : 103‒110.
Fatimah, F., A.N.Sugiharto dan Ainurransjid. 2014. Efek xenia pada persilangan beberapa genotipe jagung Zea mays L. terhadap karakter biji dan tongkol
jagung. Jurnal Produksi Tanaman. 22 : 103‒110.
Gultom, A. G. 2012. Pengaruh Pemberian Ampas Teh Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kacang Panjang Vigna sinensis L.. Skripsi. Jurusan
Biologi Universitas Negeri Medan. Medan. Handayani, T. 2014. Persilangan untuk Merakit Varietas Unggul Baru Kentang.
IPTEK Tanaman Sayuran. No. 004. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Bandung.
Haryanto, E., Suhartini T., dan Rahayu E. 2007. Budidaya Kacang Panjang. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kementrian Pertanian. 2013. Produksi Hortikultura 2010‒2019. Tersedia:
http:aplikasi.pertanian.go.idbdsphasil_kom.asp . . Diakses 04 Desember 2014.
Kirana, R. dan E.Sofiari. 2007. Heterosis dan heterobeltiosis pada persilangan 5 genotip cabai dengan metode dialil. J.Hort. 172 : 111‒117.
Kuswanto, L.Soetopo, A. Afandi dan B.Waluyo. 2007. Pendugaan jumlah dan peran gen toleransi kacang panjang Vigna sesquipedatis L. Fruwirth
terhadap hama aphid. Agrivita. 291
, L.Soetopo, A. Afandi dan B.Waluyo. 2008. Perakitan Varietas Tanaman Kacang Panjang Toleran Hama Aphid dan Berdaya Hasil Tinggi. Laporan
Hasil Penelitian Hibah Bersaing XIV3 Universitas Brawijaya. Malang.
46 Mahendra, W. 2010. Pendugaan Ragam, Heretabilitas, dan Kemajuan Seleksi
Kacang Panjang Vigna sinensis var. sesquipedatis [L.] Koern. Hitam x Bernas Super. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. Murti, R.H., T. Kumiawati dan Nasrullah. 2004. Pola Pewarisan Karakter Buah
Tomat. Zuriat. 152: 140-149. Oktarisna, F.A., A. Soegianto, dan A.N.Sugiharto. 2013.
Pola Pewarisan Sifat Warna Polong pada Hasil Persilangan Tanaman Buncis Phaseolus vulgaris l. Varietas Introduksi dengan Varietas Lokal.
Jurnal Produksi Tanaman. 12: 1‒9.
Pamuji, N. 2012. Penggunaan Perangkap Warna Terhadap Populasi Hama Lalat Penggorok Daun Liriomyza huidobrensis pada Tanaman Kacang Panjang
Vigna unguiculata L.. Skripsi. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Sumatera Utara. Medan.
Reif,J.C., V. Hahn, and A.E. Melchinger. 2012. Genetic basis of heterosis and prediction of hybrid performance
. Helia 35 Nr 57 p.p. 1‒8. Sa’diyah, N., M.Widiastuti dan Ardian. 2013. Keragaan, keragaman, dan
heritabilitas karakter agronomi kacang panjang Vigna unguilata generasi F
1
hasil persilangan tiga genotipe. J.Agrotek Tropika. 11 : 32‒37. Sagala, L. 2008. Pengujian Persilangan Resiprok Terhadap Karakter Vegetatif dan
Generatif Beberapa Varietas Jagung Zea mays L.. Skripsi. Program Studi pemuliaan Tanaman Universitas Sumatera Utara. Medan.
Saleem, M.Y., M.Asghar and Q.Iqbal. 2013. Augmented analysis for yield and some yielad components in tomato Lycopersicon esculentum Mill..
Pakulan J.Bot. 451 : 215‒218.
Satoto, B.Sutaryo, dan B. Suprihatno. . Prospek Pengembangan Varietas Padi Hibrida. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Tersedia :
www.litbang.pertanian.go.id. Diakses 30 April 2015. Sulistyo, A., S.Sujiprihati, dan Trikoesoemaningtyas. 2006. Heterosis dan
heterobeltiosis pada persilangan tujuh genotipe papaya Carica papaya L.. Prosiding Seminar Nasional PERHORTI. Departemen Agronomi dan
Hortikultura Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Suprihanto, E. 2009. Uji Daya Hasil Empat Genotipe Kacang Panjang Vigna sinensis var. sesquidpedalis L Koern Keturunan Persilangan Galur
Coklat Putih, Coklat, dan Hitam.Skripsi. Fakultas Petanian Universitas Lampung. Bandarlampung.
Syukur, M., S.Sujiprihati, R.Yunianti. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya. Bogor.