Kegagalan Kampanye Konsep–konsep Dasar kampanye

besar 3 biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan 4 melalui serangkaian tinadakan komunikasi yang terorganisir. Disamping keempat ciri pokok diatas, kampanye juga memiliki karakteristik yang lain yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampaian sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye campaign makers, sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat. Dalam tulisan kampanye yang dimaksud adalah jenis kampanye Candidate- oriented campaign atau kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasaan politik. Karena itu jenis kampanye ini dapat pula disebut sebagai political campaign kampanye politik. Tujuannya antara lain adalah untuk memenangkan dukungan masyarakat terhadap kandidat- kandidat yang diajukan partai politik agar dapat menduduki jabatan-jabatan politik yang diperebutkan lewat proses pemilihan umum.

1. Kegagalan Kampanye

Dari analisis yang dilakukan Hyman dan Sheatsley Antara Venus,2007:130 terhadap kegagalan kampanye tersebut disimpulakan bahwa : a. Pada kenyataannya memang selalu ada sekelompok khalayak yang “tidak akan tahu” tentang pesan-pesan kampanye yang ditunjukkan pada mereka. Ketidak tahuan tersebut bisa disebabkan berbagai faktor, melalui dari ketidak seriusan memperhatikan pesan hingga ketidak mampuan memahami isi pesan. b. Kemungkinan individu memberikan tanggapan pada pesan-pesan kampanye akan meningkat bila ketertarikan dan keterlibatan mereka terhadap isu yang diangkat juga meningkat. Ini artinya jika sedikit orang yang tertarik maka akan sedikit pula yang memberikan respons. Implikasinya, bila kontruksi pesan kampanye yang dibuat tidak cukup mampu menarik perhatian maka dapat diramalkan program tersebut akan gagal dalam mencapai tujuan pertama setiap kampanye yakni “mencuri” perhatian khalayak. c. Orang akan membaca dan mempersepsi informasi yang mereka terima berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dimiliki. Ini artinya orang akan memberikan respons yang berbeda terhadap pesan-pesan yang sama. Implikasinya, agar program kampanye terhindar dari kegagalan maka karakteristik khlayak harus diperhatikan sehingga pesan-pesan kampanye dapat dirancang sesuai segmen khalayak sasaran yang dituju. d. Kemungkinan individu untuk menerima informasi atau gagasan baru akan meningkat bila informasi tersebut sejalan dengan sikap yang telah ada. Dengan kata lain orang akan cenderung menghindari informasi yang tidak sesuai dengan apa yang telah diyakini. Disamping kedua tokoh tersebut diatas, Kotler dan Roberto 1989 juga memberikan pendapat mereka tentang faktor-faktor yang menyebabkan sebuah program kampanye mengalami kegagalan. Menurut mereka, ketidak berhasilan pada sebagian besar umumnya dikarenakan : a. Program-program kampanye tersebut tidak menempatkan khalayak sasarannya secara tepat. Mereka menyelamatkan kampanye tersebut kepada semua orang. Hasil kampanye tersebut menjadi tidak terfokus dan tidak efektif karena pesan-pesan tidak dapat dikontruksi sesuai dengan karakteristik khalayak. b. Pesan-pesan pada kampanye yang gagal umumnya juga tidak cukup mampu memotivasi khalayak untuk menerima dan menerapkan gagasan yang diterima. c. Lebih dari itu pesan-pesan tersebut juga tidak memberikan semacam „petunjuk‟ bagaimana khalayak untuk menerima dan menerapkan gagasan yang diterima. d. Lebih dari itu pesan-pesan tersebut juga tidak memberikan semacam „petunjuk‟ bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang diperlukan. e. Akhirnya dengan ringan Kotler dan Robert menyatakan bahwa sebuah kampanye dapat gagal mungkin karena anggaran untuk membiayai program tersebut tidak memadai sehingga pelaku kampanye tidak bisa berbuat secara total.

2. Popularitas dan Ketokohan Calon dalam Kampanye