Perumusan Masalah Pembatasan Penelitian Analisis Tabel Tunggal

9 Penulis disini hanya memfokuskan pada ada-tidaknya korelasi hubungan antara pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran dalam hal turut berpartisipasi dalam Pemilihan Gubsu 2013.

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Apa yang membuat pekerja sektor informal ikut berpartisipasi dalam berpolitik? 2. Apakah terdapat korelasi antara pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran?

1.3. Pembatasan Penelitian

Untuk dapat membuat sebuah penelitian lebih mendalam dan fokus maka perlu diadakan pembatasan. Adapun batasan penelitian ini hanya difokuskan pada pemahaman politik. Pembatasan dalam hal ini dimaksudkan hanya pada suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan dengan politik, dan ditunjukkan dengan indikator: 1. Seseorang dapat mendeskripsikan pengertian politik secara awam. 2. Seseorang dapat menjelaskan jenis-jenis sistem politik yang berlaku di Indonesia 3. Seseorang mengetahui secara umum fungsi partai politik, dan 4. Seseorang bisa menjelaskan bahwa Pilgubsu 2013 merupakan bagian dari politik yang ada di Indonesia Tingkat kesadaran politik ialah kondisi yang tanggap mengerti tentang hal yang mencakup wawasanpengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan putusan dan menentukan pendirian terhadapnya dengan Universitas Sumatera Utara 10 berpartisipasi pada kegiatan politik, dalam hal ini adalah Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian, yang menguraikan apa yang akan dicapai dan biasanya disesuaikan dengan kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tesebut. Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui hal yang mendorong pekerja sektor informal ikut berpartisipasi dalam di Kota Kisaran 2. Untuk mengetahui kesadaran politik pekerja sektor informal di kota Kisaran untuk berpartisipasi dalam Pemilihan Gubernur Sumatera Utara tahun 2013 3. Untuk mengetahui hubungan korelasional antara pemahaman politik dengan kesadaran politik pekerja sektor Informal di Kota Kisaran.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Tujuan akhir dari suatu penelitian ilmiah adalah agar dapat bermanfaat bagi suatu bidang keilmuan. Dengan demikian penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya: a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi suatu akses untuk menambah dan mengembangkan khasanah keilmuan secara umum, dan dalam bidang Ilmu Politik secara khusus. Universitas Sumatera Utara 11 b. Secara praktis, diharapkan dapat menerangkan korelasi pemahaman politik dan tingkat kesadaran politik pekerja sektor informal di Kota Kisaran. 1.5. Kerangka Teori 1.5.1. Pengertian Politik Politik secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu“polis” yang berarti kota atau negara. Istilah ini kemudian berkembang menjadi polities yang berarti warganegara, politeia yang berarti semua yang berhubungan dengan negara, politika yang berarti pemerintahan negara dan politikos yang berarti kewarganegaraan. Perhatian dan sentral politik adalah penyelesaian konflik antar manusia, proses pembuatan putusan - putusan ataupun pengembangan kebijakan - kebijakan secara otoritas yang mengalokasikan sumber - sumber dan nilai - nilai tertentu atau pelaksanaan kekuasaan dan pengaruhnya di dalam masyarakat. 11 Pengertian politik berdasarkan penggunaannya meliputi dalam arti kepentingan umum dan politik dalam arti kebijakan policy 12 11 Maran, Rafael Raga, 2001 Pengantar Sosiologi Politik. Rineke Cipta. Jakarta. Hal 58 12 Haryono, P. 2006. Menggali Latar Belakang Streotip dan Persoalan Etnis Cina di Jawa. Penerbit Mutiara Wacan. Semarang. Hal 116 . Dalam arti kepentingan umum baik yang berlaku di bawah kekuasaan negara, di pusat maupun di daerah, lazim disebut politics berarti suatu rangkaian asas prinsip keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu suatu keadaan yang akan kita kehendaki disertai dengan jalan cara dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai keadaan yang kita inginkan. Politik dalam arti kebijaksanaan policy adalah penggunaan pertimbangan - pertimbangan tertentu yang dianggap lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita - cita atas keadaan yang kita kehendaki. Universitas Sumatera Utara 12 Politik merupakan upaya atau cara untuk memperoleh sesuatu yang dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya berkisar di lingkungan kekuasaan negara atau tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh penguasa negara. Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Politik yakni kesadaran bermasyarakat, bukanlah sesuatu hal yang harus dihindarkan. Tetapi politik harus diselenggarakan sesuai kebutuhan, dan politik harus dapat menjawab tantangan hari depan. Dengan demikian dapat disimpulkan politik merupakan segala sesuatu yang menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat public goals dan bukan tujuan pribadi seseorang private goals. Dan berhubungan dengan kewarganegaraan dalam bermasyarakat, politik ini menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai politik dan kegiatan- kegiatan perseorangan. Politik merupakan kesadaran bermasyarakat dan politik yang dihadapi dalam permasalahan sehari-hari dalam masyarakat serta tentang negara dan pemerintahan.

1.5.2. Pemahaman Politik

Pemahaman berasal dari kata “paham” yang artinya mengenal benar akan suatu hal. Pemahaman comprehention diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan dengan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari. Pemahaman juga adalah mempertahankan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberi contoh, menuliskan kembali, memperkirakan. 13 13 Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 134 Dengan adanya pemahaman, diharapkan seseorang dapat membuktikan bahwa ia memahami Universitas Sumatera Utara 13 hubungan yang sederhana di antara fakta dan konsep dari suatu bahan yang telah dipelajarinya. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman adalah suatu kemampuan berpikir seseorang untuk dapat menginterprestasikan materi yang diperoleh dengan menjelaskan, menyimpulkan, serta merumuskannya dan memberikan contoh secara benar. Seseorang yang paham berarti mereka mengerti secara benar apa yang diketahuinya. Pengukuran pemahaman yang sering digunakan adalah kognitif, afektif, dan psikomotorik 14 Pemahaman seseorang terhadap suatu obyek atau peristiwa dimulai dari tahap awal hingga tahap akhir yang menunjukkan seseorang tidak hanya mengetahui suatu masalah . Pemahaman merupakan salah satu tingkatan dari aspek perilaku kognitif. Aspek kognitif dibedakan atas enam jenjang, yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasipenilaian. Hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1 Pengetahuan, adalah aspek yang paling penting, seseorang dituntut untuk mengenali dan mengetahui adanya konsep, fakta atau istilah-istilah dan lain sebagainya, dan harus mengerti atau dapat menggunakannya 2 Pemahaman diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek dan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebaik-baiknya terhadap objek yang dipelajari 3 Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari dari situasi atau kondisi riil. Aplikasi dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. 4 Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5 Sintesis artinya menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, hal itu merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6 Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian- penilaian itu dilakukan berdasarkan berbagai kriteria yang telah ada. 14 Rosjidan, dkk., 2003, Belajar dan Pembelajaran. Universitas Negeri Malang. Hal 84 Universitas Sumatera Utara 14 tetapi juga mengerti serta memahami apa yang telah ia pelajari. Tingkatan pemahaman menurut Buxton dalam Wahyudi 15 a. Tingkatan pertama disebut tingkatan pemahaman meniru role learning. dibagi dalam empat tingkatan, sebagai berikut: b. Tingkatan kedua disebut tingkatan pemahaman observasi observational understanding. c. Tingkatan ketiga disebut tingkatan pemahaman pencerahan insightful understanding. Seseorang telah melakukan kegiatan dengan benar setelah beberapa waktu kemudian dia menyadari bagaimana dia telah berhasil menyelesaikan kegiatan tersebut. d. Tingkatan keempat disebut tingkatan pemahaman relasionalrational understanding. Pada tingkatan ini, seseorang tidak hanya tahu tentang penyelesaian suatu masalah, tetapi dia juga dapat menerapkannya pada situasi lain, baik yang relevan maupun yang lebih kompleks. Berdasarkan tingkatan pemahaman diatas, dapat dikatakan bahwa sangatlah penting untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman yang diperoleh atas pengalaman yang telah dilalui. Seseorang dengan kemampuan kognitif tinggi biasanya lebih mudah memahami dibandingkan dengan seseorang yang memiliki kemampuan kognitif rendah.

1.5.3. Definisi Konseptual Pemahaman Tentang Politik

Pemahaman tentang politik adalah suatu kondisi dimana seseorang mengerti secara benar dan tahu akan permasalahan yang berhubungan dengan pemerintahanmaupun kewarganegaraan dalam bermasyarakat dan hubungannya dengan lingkungan sosial masyarakatnya. Pemahaman politik secara konseptual dapat diartikan sebagai suatu kondisi seseorang dalam menangkap materi yang berhubungan dengan politik. Setelah diketahui definisi konseptual pemahaman politik selanjutnya dijelaskan definisi operasional pemahaman politik. 15 Bambang Wahyudi, 2002, “Manajemen Sumber Daya Manusia”,Sulita, bandung. Hal 69 Universitas Sumatera Utara 15

1.5.4. Definisi Operasional Pemahaman Tentang Politik

Pemahaman dalam hal tentang materi politik disini khususnya dipilih yaitu secara umum yang biasa diketahui oleh masyarakat, di antaranya yaitu yang akan dijabarkan kedalam beberapa indikator di bawah ini : 1. Mendeskripsikan pengertian politik 2. Menjelaskan tentang macam-macam sistem politik yang berlaku di Indonesia 3. Menganalisis tentang fungsi partai politik 4. Mendeskripsikan bentuk-bentuk partisipasi politik

1.5.5. Pengertian Kesadaran Politik

Kesadaran adalah suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap sesuatu hal, sedangkan politik adalah segala hal ikhwal tentang negara. Jadi kesadaran politik berarti suatu kondisi psikologis yang tanggap terhadap segala hal ikhwal negara 16 Manusia yang sadar ialah manusia yang memiliki pandangan ideologi yang kritis, rasa keterikatan dengan masyarakat tertentu dan mengenal kondisi komunitas tersebut. Manusia yang memiliki rasa tanggung jawab individu dalam menghadapi problematikanya, karakternya diformat oleh perasaan kolektif dan partisipasif dalam perjalanan dan pekerjaan masyarakatnya. Dengan kesadaran itu ia benar-benar mengerti dan mampu menangkap situasi dan kondisi zaman dan masyarakat setempat. . Jika kesadaran politik itu berarti tanggap terhadap segala hal ikhwal kenegaraan, hal ini berarti bahwa apabila seseorang meningkatkan kesadaran politiknya, maka orang tersebut pasti lebih tanggap terhadap hal ikhwal kenegaraan. 17 Kasadaran adalah pengetahuan yang kritis, pandangan yang benar terhadap realitas dan pemahaman yang baik terhadap dunia dimana manusia itu hidup, kemudian berusaha 16 Naning, R. 1982. Aneka Asas Ilmu Negara. PT. Bina Ilmu. Surabaya. Hal 89 17 Ruslan, Rosady 2002. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. Raja Grafindo. Jakarta Hal 94 Universitas Sumatera Utara 16 mengubahnya. Kesadaran adalah instrumen kritis yang digunakan oleh orang-orang tertindas untuk menyingkap hakekat diri dan mereka yang menindasnya. Ketika mereka menyadari hakekat penindasan dan mengerti bahwa ia hanyalah sekedar sandungan yang bisa dilewati, saat itulah awal usaha mereka menuju pembebasan. Mengerti saja tidak cukup untuk merealisasikan kebebasan. Karenanya, ia harus benar-benar menjadi kekuatan riil yang dapat menggerakkan aksi perjuangan. 18 1. pandangan yang komperehensif, Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik mencakup : 2. wawasan yang kritis, 3. rasa tanggung jawab, dan 4. keinginan untuk mengubah, dalam rangka mewujudkan kebebasan atau menghadapi berbagai problematika sosial. Sedangkan secara konsepsi politik, menurut Ruslan 2002, kesadaran politik adalah : Pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakatnya, memecahkannya, memberikan keputusan dan menentukan pendirian terhadapnya, yang mendorongnya untuk bergerak dalam rangka merubah atau mengembangkannya. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesadaran politik merupakan suatu kondisi seseorang yang tanggap terhadap suatu pandangan universal yang mencakup wawasan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, kondisi problematika masyarakat, dan dapat memecahkannya. 18 Ibid., Hal 15 Universitas Sumatera Utara 17

1.5.6. Cara-Cara Untuk Mencapai Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat dicapai melalui beberapa cara berikut, yaitu : 1. Arahan politik secara langsung. Arahan politik secara langsung dapat dilakukan baik melalui jalur formal maupun nonformal, melalui penjelasan-penjelasan politik, melalui usaha-usaha bimbingan, dan pengajaran pendidikan politik langsung, yang dilakukan oleh para pemikir dan pemimpin politik. 2. Pengalaman politik yang didapatkan melalui partisipasi politik secara langsung. 3. Kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri. Misalnya membaca koran dan buku- buku tentang politik, serta mengikuti berbagai peristiwa. 4. Kesadaran yang lahir melalui dialog-dialog kritis. 5. Ditambah dengan kesadaran politik yang merupakan hasil dari dua metode, yaitu apprenticeship dan generalisasi. Metode – metode tersebut dapat menghantarkan seseorang untuk mendapatkan kesadaran politik.

1.5.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat dipengaruhi banyak faktor. Dalam Ruslan 2002, faktor yang mempengaruhi kesadaran politik yang terpenting diantaranya adalah: 1. Jenis kultur politik dimana individu itu tumbuh, dengan kata lain tabiat kepribadian politik yang terbentuk darinya. 2. Berbagai revolusi dan perubahan budaya yang terjadi di masyarakat. 3. Berbagai kemampuan dan kecakapan khusus yang dimiliki individu, juga tingkat pendidikannya. 4. Adanya pemimpin politiksejumlah tokoh politik yang jenius yang mampu memberikan arahan politik kepada masyarakat luas. Universitas Sumatera Utara 18

1.5.8. Definisi Konseptual Kesadaran Politik

Kesadaran politik adalah suatu kondisi yang tanggap mengerti tentang hal yang mencakup wawasanpengetahuan politik, nilai-nilai dan orientasi politik, yang memungkinkan seseorang untuk mengerti situasi, dan kondisi problematika

1.5.9. Definisi Operasional Kesadaran Politik

Kesadaran politik dapat dilihat melalui beberapa indikator yang meliputi : 1. Kesadaran dalam menyikapi realita yang terjadi sesuai dengan pandangan yang terbentuk pada dirinya. 2. Kesadaran untuk membentuk organisasigerakan dalam mewujudkan cita-cita bersama. 3. Kesadaran untuk mengerti akan problematika politik yang terjadi di masyarakatnya. 4. Kesadaran akan hakikat sikap politik dimana individu menjadi sadar dan mampu memahami peristiwa politik serta sadar akan peristiwa atau masalah politik.

1.5.10. Konsep Sektor Informal

Konsep sektor informal muncul dalam konsep keterlibatan pakar-pakar internasional dalam perencanaan pembangunan di dunia ketiga. Gejala ini muncul setelah kelahiran negara-negara maju setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Pada waktu itu muncullah gagasan-gagasan di tingkat internasional maupun nasional untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi pada negara-negara yang dimaksud. Melalui lembaga-lembaga internasional didirikanlah lembaga-lembaga untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, seperti lembaga Bank Dunia World Bank, lembaga Keuangan Internasional International Monetary Found, IMF dan juga lembaga Buruh Dunia International Labour Organization, ILO. Lembaga-lembaga tersebut Universitas Sumatera Utara 19 melakukan berbagai studi dan mengusulkan kebijakan dan turut campur tangan dalam pengambilan putusan menyangkut berbagai bidang yang dianggap mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara berkembang. Pada tahun 1972 ILO meluncurkan program untuk World Employment Programme WEP sebagai konsep sektor informal yang pertama kali diperkenalkan di ranah internasional. Luthfi 2008 dalam artikelnya yang berjudul Kemiskinan Kota dan Sektor Informal membahas perkembangan berbagai konsep sektor informal sekaligus dengan berbagai perdebatannya. 19 19 Luthfi, Asrizal. 2008. Kemiskinan Kota dan Sektor Informal, Dalam artikel tersebut disebutkan bahwa konsep sektor informal di negara sedang berkembang pertama kali muncul pada saat dilakukan serangkaian penelitian tentang pasar tenaga kerja perkotaan di Afrika. Konsep ini diperkenalkan oleh Keith Hart, seorang antropolog Inggris pada tahun 1971 dengan menggambarkan sektor informal sebagai bagian angkatan kerja yang tidak terorganisir. Lewat tulisannya yang berjudul Informal Income Opportunities and Urban Employment in Ghana, dikemukakan bahwa penyelidikan empirisnya tentang kewiraswastaan di Acca dan kota-kota lain di Afrika bertentangan dengan apa yang selama ini diterima dalam perbincangan tentang pembangunan ekonomi. Dalam laporannya kepada Organisasi Buruh Sedunia ILO, Hart mengajukan model dualisme terhadap kesempatan memperoleh pendapatan pada angkatan kerja perkotaan. Konsep informalitas diterapkan kepada bekerja sendiri self-employed. Namun, ciri-ciri dinamis dari konsep sektor informal yang diajukan Hart menjadi hilang ketika telah dilembagakan dalam birokrasi ILO. Informalitas didefinisikan ulang sebagai sesuatu yang sinonim dengan kemiskinan. Sektor informal menunjuk kepada cara perkotaan melakukan sesuatu dengan ciri-ciri: http:id.acehinstitute.orgindex.php?view=articlecatid=233Asejarahanerubahansosialid=2423 Akemiskinan-kota-dan-sektor-informaltmpl=componentprint=1page=option=com_ Universitas Sumatera Utara 20 a mudah memasukinya dalam arti keahlian, modal, dan organisasi; b perusahaan milik keluarga; c beroperasi pada skala kecil; d intensif tenaga kerja dalam produksi dan menggunakan teknologi sederhana; dan e pasar yang tidak diatur dan berkompetitif. Karakteristik negatif yang dilekatkan pada sektor informal oleh ILO banyak mendapatkan kritikan dari berbagai ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang Sosiologi, khususnya Sosiologi Ekonomi. Mereka menganggap bahwa aktivitas sektor informal merupakan suatu tanda berkembangnya dinamika kewiraswastaan masyarakat. Hal ini mirip dengan yang disampaikan Hernando de Soto, seorang ekonom dari Peru yang banyak dirujuk pemikirannya terutama yang berkaitan dengan pemberdayaan sektor informal, yang mempunyai tesis bahwa kegagalan sektor informal untuk dapat terintegrasi ke dalam pasar disebabkan oleh kapitalisme yang semestinya mampu memperkaya orang-orang yang terlibat di dalamnya sebagaimana terjadi di dunia barat. Sthurman dalam Manning 20 dan Effendi 21 i umumnya mereka berasal dari kalangan miskin; mengemukakan istilah sektor informal sebagai sejumlah kegiatan ekonomi yang berskala kecil. Alasan berskala kecil karena: ii sebagai suatu manifestasi dari situasi pertumbuhan kesempatan kerja di negara berkembang; iii bertujuan untuk mencari kesempatan kerja dan pendapatan untuk memperoleh keuntungan; iv umumnya mereka berpendidikan sangat rendah; v mempunyai keterampilan rendah, dan vi umumnya dilakukan oleh para migran. 20 Manning, Chris. 1987. “Penyerapan Tenaga Kerja di Perdesaan Jawa: Pelajaran Revolusi Hijau dan Bonanza Minyak, dan Prospeknya di Masa Depan”, Seminar Strategi Pembangunan Perdesaan. Yogyakarta, 1-3 Oktober 1987. 21 Effendi, Tadjuddin Noer, 1993. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja, dan Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana. Universitas Sumatera Utara 21 Dari ciri-ciri tersebut dapat digambarkan bahwa usaha-usaha di sektor informal berupaya menciptakan kesempatan kerja dan memperoleh pendapatan untuk dirinya sendiri. Menurut Sthurman, konseptualisasi sektor informal yang tersebut di atas walaupun bermanfaat tetapi belum dapat memecahkan masalah definisi. Hal ini disebabkan masih diperlukannya beberapa definisi untuk menentukan batasan sektor informal baik dari sudut pandang operasional maupun penelitian. Simanjuntak dalam Manning 22 dan Effendi 23 i kegiatan usaha umumnya sederhana; , memberikan ciri-ciri yang tergolong sebagai sektor informal, yaitu: ii skala usaha relatif kecil; iii usaha sektor informal umumnya tidak mempunyai izin usaha; iv untuk bekerja di sektor informal lebih mudah daripada di sektor formal; v tingkat pendapatan di sektor informal biasanya rendah; vi keterkaitan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat kecil; dan vii usaha-usaha di sektor informal sangat beraneka ragam. Usaha-usaha sektor informal yang dimaksud diantaranya pedagang kaki lima, pedagang keliling, tukang warung, sebagian tukang cukur, tukang becak, sebagian tukang sepatu, tukang loak serta usaha rumah tangga seperti: pembuat tempe, pembuat kue, pembuat es mambo, pembuat barang anyaman dan lain-lain.

1.6. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan cara atau langkah yang harus ditempuh dalam suatu penelitian ilmiah untuk memperoleh data guna menguji atau membuktikan kebenaran suatu fenomena atau gejala. Agar dapat mencapai tujuan penelitian yang telah ditentukan serta hasilnya dapat dipercaya, penelitian harus menggunakan langkah-langkah dan metode yang sistematis. 22 Op.cit 14 23 Op.cit 15 Universitas Sumatera Utara 22

1.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif kuantitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif, pendekatan ini digunakan bertujuan untuk mengetahui korelasi antara variabel pemahaman politik dengan tingkat kesadaran politik.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dari kuesioner penelitian dan observasi langsung di tempat penelitian, yaitu jalan Diponegoro, jalan Sutomo jalan Listrik, di depan Stasiun Kereta Api Kisaran, Simpang Enam dan di sekitar tugu Adipura kota Kisaran.

1.6.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini jumlahnya tidak diketahui secara pasti. Penulis telah melakukan pencarian data ke BPS Kabupaten Asahan, dan hasilnya petugas mengatakan untuk jumlah pekerja sektor informal di Kota Kisaran tidak dapat dirinci secara pasti. Berdasarkan hal tersebut, dalam penarikan jumlah sampel maka penulis mengikuti pendapat Maholtra 24 Akibat tidak adanya kejelasan jumlah populasi sampel yang ada di lapangan, maka penulis memutuskan untuk menentukan sampel penelitian menggunakan teknik accidental sampling. Accidental samplingConvenience sampling adalah teknik penarikan sampling non- yang menyatakan jumlah sampel atau responden untuk populasi yang tidak diketahui, sampel atau responden yang diambil berjumlah 100 orang atau paling sedikit empat atau lima kali jumlah sub variabel yang diteliti. Penulis menggunakan 100 orang sebagai responden dalam penelitian ini. 24 Malhotra, Naresh K. 2005 368 – 369. Riset Pemasaran: Pendekatan Terapan Edisi Keempat. Intan Sejati Klaten. Universitas Sumatera Utara 23 probabilitas, dimana subyek dipilih karena mudahnya daya akses dan kedekatan mereka kepada penulis. Subyek dipilih hanya karena mereka paling mudah untuk merekrut studi dan peneliti tidak mempertimbangkan memilih mata pelajaran yang mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, penulis mengambil sampel secara sembarang di lapangan berdasarkan karakteristik sampel yang sesuai dengan apa dijabarkan penulis sebelumnya.

1.6.4. Teknik Analisis Data

Teknik analis data adalah proses penyederhanaan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipersentasekan Singarimbun 25 Teknik Analisis Tabel Tunggal merupakan suatu teknik analisis yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam beberapa kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel Tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisis data yang terdiri dari kolom, yaitu sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori Singarimbun . Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisis dalam beberapa tahap analisis, yaitu:

a. Analisis Tabel Tunggal

26 Teknik Analisis Tabel Silang merupakan suatu teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis dan mengetahui hubungan variabel – variabel yang ada, sehingga dapat