7. K tukar Tanah
Kalium juga merupakan unsur hara makro yang sangat diperlukan tanaman terutama tanaman kelapa sawit.Dalam peranannya, kalium berfungsi
dalam aktifitas stomata, enzim dan sintesa minyak.Berkontribusi besar pada peningkatan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Aplikasi bahan organik
dengan cara aplikasi berbeda memberikan pengaruh yang berbeda terhadap K tukar tanah. Berikut adalah grafik yang menggambarkan K tukar tanah oleh
aplikasi bahan organik dan cara aplikasinya.
Gambar 8. Grafik K tukar Tanah akibat aplikasi akibat aplikasi berbagai jenis Bahan Organik dan Cara Aplikasi berbeda pada piringan kelapa sawit
Pemberian kombinasi bahan organik dan cara aplikasi yang paling baik adalah interaksi TKKS dan T.harzianum yang diaplikasikan dengan cara
diletakkan di pinggir piringan B
4
C
3
yaitu sebesar 2,16 me100 g yang tergolong sangat tinggi yang mengalami peningkatan dari analisa awal yakni 0,99 me100 g.
Pemberian T.harzianum juga memberikan efek lebih baik dibandingkan bahan organik tanpa T.harzianum, artinya T.harzianum berperan dalam proses
dekomposisi bahan organik sehingga bahan organik mampu mensuplai hara ke Disebar merata
Ditumpuk Diletakkan di pinggir
Tanpa B.O Serasah TKKS Serasah + T.harzianum
TKKS + T.harzianum
dalam tanah. TKKS memiliki nilai K lebih tinggi daripada serasah, karena hasil analisis awal bahan organik, K
2
O lebih tinggi pada TKKS Lampiran 4.
Sifat Biologi Tanah 1.
Populasi Cacing Tanah
Pemberian berbagai jenis bahan organik dan cara aplikasi berbeda berpengaruh nyata dalam meningkatkan populasi cacing tanah secara fluktuatif
pada piringan kelapa sawit di minggu pengamatan yang berbeda Tabel 9. Pada pengamatan 2 MSA, perlakuan B
1
C
3
memiliki populasi tertinggi 224 indm
2
daripada perlakuan lainnya. Serasah tanaman mampu menyediakan bahan makanan bagi cacing tanah dibandingkan TKKS, dikarenakan pada awal aplikasi
CN TKKS masih terlalu tinggi dibandingkan serasah yang menyebabkan suhu tanah menjadi lebih meningkat akibat aplikasi TKKS cacah yang masih segar
sehingga berdampak pada populasi cacing tanah yang sedikit. Hal ini dapat dilihat dari populasi cacing tanah pada perlakuan B
2
C
2
yang memiliki populasi cacing tanah terendah 42,7 indm
2
. Namun, pemberian T.harzianum tidak memberikan efek untuk meningkatkan cacing tanah pada piringan dikarenakan populasi cacing
tanah dengan pemberian bahan organik tanpa T.harzianum lebih tinggi daripada ditambah T.harzianum.
Pada 3 MSA, perlakuan B
2
C
1
memiliki populasi cacing tanah tertinggi 224 indm
2
. TKKS yang diaplikasikan dengan cara disebar merata selapis dapat mengurangi gas-gas yang dapat meningkatkan suhu sehingga populasi cacing
tanah meningkat. Menurut Rahman 2015pada tumpukan TKKS terjadi penguraian yang sangat aktif, mikroba-mikroba yang ada akan menguraikan
bahan organik menjadi NH
+
, CO, uap air dan panas melalui sistem metabolisme
dengan bantuan oksigen. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur mengalami penurunan. Perlakuan terendah adalah
perlakuan B
2
C
2
37,3indm
2
yang mengalami penurunan pada 3 MSA. Pada 4 MSA, populasi cacing tanah tertinggi pada perlakuan B
2
C
1
yakni 208 indm
2
dan terendah pada perlakuan B4C2 yakni 32 indm
2
. Pada pemberian TKKS + T.harzianum yang ditumpuk di sekeliling batang, terjadi perombakan
bahan yang lebih aktif oleh mikroba-mikroba dan distimulus oleh inokulum T.harzianum, proses dekomposisi tersebut akan meningkatkan aktifitas mikroba
perombak dan meningkatkan suhu bahan organik sehingga berpengaruh pada populasi cacing tanah. cara aplikasi ditumpuk juga merupakan salah satu
penyebab meningkatnya suhu. Menurut Rahman 2015 dengan semakin dalamnya tumpukan, porositas pada tumpukan akan semakin kecil sehingga
menyebabkan banyaknya panas yang dihasilkan selama proses dekomposisi terperangkap didalam tumpukan.
Pada 5 MSA perlakuan B
1
C
3
memiliki populasi tertinggi yakni 389,3 indm
2
dan terendah pada perlakuan B C
2
yaitu 96 indm
2
. Pada minggu kelima setelah aplikasi, serasah tanaman yang diletakkan di pinggir piringan memiliki
populasi cacing tertinggi yang sebelumnya mengalami penurunan populasi cacing tanah hingga 4 MSA. Pada 8 MSA perlakuan B
2
C
3
memiliki populasi tertinggi yakni 517,3 indm
2
dan terendah pada B
1
C
2
yaitu 90,7 indm
2
. Populasi tertinggi dengan bahan organik TKKS yang diletakkan di pinggir piringan, dan terendah
adalah serasah tanaman yang ditumpuk di sekeliling batang.Cara aplikasi diletakkan di pinggir piringan memiliki efek yang baik untuk populasi cacing
tanah dengan bahan organik TKKS.Namun, pada bahan organik serasah yang
ditumpuk justru memiliki populasi terendah yang disebabkan serasah tanaman terdekomposisi lebih cepat sehingga persediaan makanan untuk cacing tanah
sudah menipis.Menurut Sabrina 2009 populasi cacing tanah pada gawangan mati ditumpukan pakis lebih tinggi dibandingkan permukaan tanah terbuka. Pinggir
piringan atau sekitar 200 cm dari batang kelapa sawit sangat dekat dengan daerah gawangan mati sehingga cacing tanah di daerah gawangan mati bergerak menuju
pinggir piringan yang sudah diletakkan bahan organik yang lebih dekat dengan gawangan, serasah tanaman pada 5 MSA secara visual sudah menghitam dan
hampir menyerupai tanah. Selain itu, akar-akar kelapa sawit yang aktif terdapat pada pinggiran piringan atau selebar tajuk, sehingga dengan meningkatnya
populasi cacing tanah pada pinggir piringan dapat membantu menyuplai hara dan dapat diserap akar-akar aktif kelapa sawit.
Bahan organik dan cara aplikasi yang paling baik diaplikasikan pada piringan kelapa sawit untuk meningkatkan cacing tanah berbeda-beda tergantung
minggu pengamatan dilakukan. Populasi cacing tanah bervariasi dan berfluktuasi setiap minggu yang artinya mengalami peningkatan dan ada juga yang mengalami
penurunan. Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkat atau menurunnya populasi cacing tanah antara lain bahan organik, cara aplikasi, CN bahan organik,
suhu tanah, suhu pengomposan bahan organik di lapangan, mikroba tanah perombak, curah hujan dan kelembaban tanah.
Grafik populasi cacing tanah yang berfluktuasi setiap minggu dengan cara aplikasi disebar merata selapis C
1
disajikan pada Gambar 9.
0,00 50,00
100,00 150,00
200,00 250,00
300,00 350,00
400,00
2 3
4 5
8
R er
at a P
op u
las i C
ac in
g in
d m
²
Waktu Minggu
B0 B1
B2 B3
B4
0,00 50,00
100,00 150,00
200,00 250,00
300,00 350,00
400,00
2 3
4 5
8
R er
at a P
op u
las i C
ac in
g in
d m
²
Waktu Minggu
B0 B1
B2 B3
B4
Gambar 9. Populasi Cacing Tanah Dengan Cara Disebar Merata Selapis Dari Gambar 9. dapat dilihat bahwa pemberian bahan organik TKKS B
2
maupun TKKS yang ditambah inokulum T.harzianum B
4
mengalami penurunan populasi cacing tanah pada 8 MSA, sedangkan pemberian serasah B
1
mengalami penurunan populasi pada 3 MSA, sedangkan serasah yang ditambah inokulum
T.harzianum B
3
mengalami peningkatan populasi cacing tanah pada 8 MSA.
Grafik populasi cacing tanah yang berfluktuasi setiap minggu dengan cara aplikasi ditumpuk di sekeliling batang C
2
disajikan pada Gambar 10.
Gambar 10. Populasi Cacing Tanah dengan Cara Ditumpuk di sekeliling Batang
0,00 50,00
100,00 150,00
200,00 250,00
300,00 350,00
400,00
2 3
4 5
8
R er
at a P
op u
las i C
ac in
g in
d m
²
Waktu Minggu
B0 B1
B2 B3
B4
Dari Gambar 10. dapat dilihat bahwa pemberian bahan organik serasah B
1
mengalami penurunan populasi cacing tanah mulai 5 sampai 8 MSA, pemberian serasah + T.harzianum B
3
, TKKS B
2
mengalami peningkatan populasi pada 8 MSA, sedangkan TKKS + T.harzianum B
4
mengalami penurunan pada 4 MSA namun terus mengalami peningkatan hingga 8 MSA.
Grafik populasi cacing tanah yang berfluktuasi setiap minggu dengan cara aplikasi diletakkan di pinggir piringan C
3
disajikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Populasi Cacing Tanah dengan Cara Diletak di Pinggir Piringan Dari Gambar 11. dapat dilihat bahwa pemberian bahan organik serasah
B
1
dan TKKS + T.harzianum B
4
mengalami penurunan populasi cacing tanah pada 4 MSA dan 8 MSA, pemberian TKKS B
2
dan serasah + T.harzianum B
3
mengalami penurunan pada 4 MSA namun meningkat pada 8 MSA.
2. Populasi Mikroorganisme Tanah