Sejarah Karet TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Karet

Pada tahun 1943 Michelle de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini mereka menemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon getah ini hidup secara liar di pedalaman Amerika. Orang Amerika Asli mengambil getah tanaman tersebut dengan cara menebang pohonnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang selain dapat menjadi alat permainan, mereka juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut Anonim, 1992. Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanaman Hevea. Hasil laporan Ekspedisi Peru ditulis dalam buku oleh Freshneau tahun 1749 dengan menyebut nama tersebut. Freshneau juga menyertakan gambar dari tanaman tersebut. Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1751, De La Condomine membuat usulan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman Hevea ini Anonim, 1992. Usaha perkebunan karet dimulai di daerah – daerah jajahan Negara – negara Eropa, terutama oleh Inggis dan Belanda. Sistem perkebunan karet muncul pada awal abad ke-19. Akan tetapi sistem perkebunan di Asia Tenggara tidak terjadi sebelum akhir abad ke-19. Sistem ini diperkenalkan oleh beberapa ahli tumbuh – tumbuhan dari Inggris. Sir Clements R. Markham pernah menanam pohon kina yang menghasilkan quinine yang berasal dari Amerika Selatan di India. Pada tahun 1870 dia bersama Sir Joseph Dalton Hooker berusaha membudidayakan pohon karet. Hevea brasiliensis merupakan jenis pohon karet yang peling berhasil. Ficus elastica berkembang baik di Jawa dan Burma tetapi kelemahannya adalah bahwa pohon ini makan banyak waktu antara penanaman dan saat mulai produksi. Juga produksinya sangat berfluktuasi. Sesudah percobaan menanam pohon Hevea berhasil baik, perkembangan industri perkebunan di Asia Tenggara sangat pesat dan pada tahun 1910 sejumlah besar dari karet perkebunan dijual di pasar dunia Spillane, J.J, 1989. Mula – mula karet berkembang pesat di Malaysia dan Ceylon. Di Indonesia perkebunan besar karet baru dimulai di Sumatera pada tahun 1902 dan di Jawa pada tahun 1906. Sejak saat itulah perkebunan karet mengalami perluasan yang cepat. Universitas Sumatera Utara Dewasa ini, karet merupakan bahan baku yang menghasilkan lebih 50.000 jenis barang. Dari produksi karet alam, 46 digunakan untuk pembuatan ban dan selebihnya karet busa, sepatu dan beribu – ribu jenis barang lainnya Setyamidjaja, Djoehana, 1993.

2.2 Lateks