Penentuan Bilangan Swelling Indeks Compound Lateks Pada Pembuatan Benang Karet di PT.Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa Medan

(1)

PENENTUAN BILANGAN SWELLING INDEKS COMPOUND

LATEKS PADA PEMBUATAN BENANG KARET DI

PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA

TANJUNG MORAWA

MEDAN

KARYA ILMIAH

ARVINA SARI

NIM : 062401011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

KIMIA ANALIS FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN


(2)

PENENTUAN BILANGAN SWELLING INDEKS COMPOUND

LATEKS PADA PEMBUATAN BENANG KARET DI

PT.INDUSTRI KARET NUSANTARA

TANJUNG MORAWA

MEDAN

KARYA ILMIAH

Ditujukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ahli madya

ARVINA SARI

NIM : 062401011

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

KIMIA ANALIS FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : Penentuan Bilangan Swelling Indeks Compound Lateks Pada Pembuatan Benang Karet di PT.Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa Medan

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Arvina Sari

Nim : 062401011

Program Studi : Diploma III Kimia Analis Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Disetujui di :

Medan, Januari 2010

Diketahui oleh Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing Ketua

Dr.Rumondang Bulan Nst.MS Sovia Lenny,S.Si.M.Si NIP : 195408301985032001 NIP : 197510182000032001


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN BILANGAN SWELLING INDEKS COMPOUND

LATEKS PADA PEMBUATAN BENANG KARET DI PT.INDUSTRI

KARET NUSANTARA TANJUNG MORAWA MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Januari 2010

ARVINA SARI 062401011


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunia yang diberikanNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dalam waktu yang telah ditetapkan. Untuk melengkapi dan menyelesaikan program diploma III Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Arwin dan Ibunda Syarifah,adinda Widhi,Dony dan Nita serta seluruh keluarga besar yang selama ini memberikan bantuan, perhatian, dorongan, pengorbanan dan kasih sayang serta doa yang tulus kepada penulis. Tak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sovia Lenny.S.Si.Msi selaku pembimbing pada penyelesaian karya ilmiah ini, yang telah memberikan panduan ringkas, padat, profesional, dan penuh kepercayaan pada penulis agar dapat menyelesaikan tugas ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ketua Departemen yaitu DR.Rumondang Bulan MS, semua dosen dan pegawai di FMIPA USU, serta teman-teman terbaik saya Ferdy, Tia, Ela, Bila, Wiwik, Winda, Wanda, Ria, dan Yudi atas dorongan dan dukungannya selama ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, dan semoga semuanya mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT.

Amin ya robbal alamiin….


(6)

ABSTRAK

Salah satu tahap dalam pembuatan benang karet adalah menghitung bilangan swelling indeks compound dari benang karet, karena Swelling indeks compound berhubungan erat dengan elastisitas dari benang karet. Dari hasil percobaan, nilai yang diperoleh adalah 2,13 – 2,63 mm². Bilangan swelling indeks compound telah memenuhi standar perusahaan yaitu 2,34 – 2,63 mm² . Apabila swelling indeksnya terlalu besar atau terlalu rendah, akan dapat mengakibatkan berkurangnya elastisitas dari benang karet.


(7)

ABSTRACT

One of phase in making of rubber yarn is count the number swelling make an index to the compound from rubber yarn, because Swelling make an index to the compound closely related with the elasticity from rubber yarn. From attempt result, value obtained is 2,13 - 2,63 mm². number Swelling make an index to the compound have fulfilled the company standard that is 2,34 - 2,63 mm². Swelling index too big or too low, will be able to result to decrease it elasticity from rubber yarn.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstrack vi

Daftar isi vii

Daftar tabel viii

Daftar lampiran ix

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar belakang 1

1.2. Permasalahan 3 1.3. Tujuan 3

1.4. Manfaat 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 2.1. Morfologi Tanaman Karet 5 2.1.1. Pengertian Karet 6 2.1.2. Sifat-sifat Karet Alam 7

2.1.3. Penanganan Tanaman Karet 8

2.2. Jenis-Jenis Karet Alam 10 2.2.1. Lateks Pekat 10 2.2.2. Sifat-Sifat Lateks 13 2.2.3. Pengolahan Lateks Pekat 13 2.2.4. Parameter Lateks Pekat 14 2.2.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Lateks 15

2.2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kestabilan Lateks 15 2.3. Manfaat Karet 16

2.3.1. Manfaat Karet Alam 16

2.3.2. Manfaat Karet Sintetis 17

2.3.3. Kegunaan Lain Tanaman Karet 17 2.4. Swelling Indeks 18 2.5. Tegangan Putus (Resistant at Break) 19

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN 21

3.1. Alat 21 3.2. Bahan 21


(9)

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 23

4.1. Data 23

4.2. Perhitungan 24

4.3. Pembahasan 24

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 28

5.1. Kesimpulan 28

5.2. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 30


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel.2.1. Komposisi lateks segar dan lateks kering 8 Tabel4.1. Hasil Pengamatan analisis di Laboratorium 23 untuk tes swelling


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lamp 1. Tabel BilanganSwelling Indeks Compound dan Tegangan Putus 31 Lamp2. Grafik Hubungan Swelling Indeks dengan Tegangan Putus 32


(12)

ABSTRAK

Salah satu tahap dalam pembuatan benang karet adalah menghitung bilangan swelling indeks compound dari benang karet, karena Swelling indeks compound berhubungan erat dengan elastisitas dari benang karet. Dari hasil percobaan, nilai yang diperoleh adalah 2,13 – 2,63 mm². Bilangan swelling indeks compound telah memenuhi standar perusahaan yaitu 2,34 – 2,63 mm² . Apabila swelling indeksnya terlalu besar atau terlalu rendah, akan dapat mengakibatkan berkurangnya elastisitas dari benang karet.


(13)

ABSTRACT

One of phase in making of rubber yarn is count the number swelling make an index to the compound from rubber yarn, because Swelling make an index to the compound closely related with the elasticity from rubber yarn. From attempt result, value obtained is 2,13 - 2,63 mm². number Swelling make an index to the compound have fulfilled the company standard that is 2,34 - 2,63 mm². Swelling index too big or too low, will be able to result to decrease it elasticity from rubber yarn.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karet di Indonesia menghadapi permasalahan pokok pada pemasaran, terutama harga jual yang tidak stabil dan cendrung menurun, biaya produksi yang terus-menerus meningkat, serta persaingan pasar yang semakin berat ditingkat Internasional. Persaingan bukan hanya terbatas pada satu Negara saja, melainkan sudah meluas hingga ke Negara-negara penghasil karet sintetis.

Untuk memperkuat daya saing karet alam Indonesia di pasaran Internasional, langkah-langkah peningkatan efektivitas dan efisiensi di semua bidang perkaretan perlu lebih digalakkan, Peningkatan yang dimaksud terutama dilakukan pada mutu konsisten, jaminan bebas kontaminan, memenuhi standart mutu spesifikasi tekhnis yang telah ditetapkan dan sesuai dengan selera konsumen (Tim Penulis.PS.,1999). Untuk menerapkan sistem jaminan mutu diperlukan pengawasan mutu secara total disetiap proses, mulai dari penerimaan bahan baku, penimbangan lateks, penambahan bahan kimia, proses pengolahan di pabrik, pengepakan, penyimpanan dan sistem pemasaran.

Proses pengolahan bahan baku di Pabrik Industri Karet Nusantara Medan, adalah lateks pekat dengan kadar karet pemusingan pada putaran sekitar 6000-7000 rpm, sehingga lateks berada pada bagian permukaan, sedangkan serum berada pada


(15)

2 bagian bawah, dan pada akhirnya diperoleh lateks pekat dengan kadar karet kering ±

60%.

Dalam pengolahan lateks kebun menjadi lateks pekat pada dasarnya adalah memisahkan lateks dengan serum berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis antara lateks dengan serum, dimana beret jenis lateks 0,49 dan berat jenis serum 0,98 yang mendekati berat jenis air.

Lateks pekat yang digunakan sebagai bahan baku terlebih dahulu dihomogenkan dengan stirrer dalam tangki penyimpanan lateks atau Lateks Stage Tank (LST), kemudian dengan tekanan vakum dialirkan ke tangki timbang untuk ditimbang sesuai formulasi yang diinginkan. Setelah ditimbang dialirkan ke Inaktif Compound Tank (ICT) untuk proses pengcompounan.

Bahan-bahan kimia mempunyai peranan penting dalam pembuatan compound. Compound merupakan campuran antara lateks pekat dengan beberapa bahan kimia yang merupakan bahan untuk pembuat benang karet, Bahan-bahan kimia ini dicampurkan pada lateks untuk mendapatkan produk yang bermutu dan bernilai ekonomis. Pada unit active compound terjadi maturasi (pemasakan) compound. Titik akhir maturasi diketahui dengan adanya pengujian swelling indeks. Swelling indeks merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara diameter pengembangan dengan diameter awal.

Swelling indeks juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi elastisitas dari produk benang karet, dimana lateks yang mengalami maturasi mempunyai sifat tidak larut dalamcairan tetapi lateks mengalami pengembangan.Dengan adanya pengembangan


(16)

3 compound maka dapat dianalisa apakah benang karet kuat, kasar, rapuh atau sesuai dengan standar yang diinginkan (PT.IKN Medan).

Swelling indeks sangat berhubungan dengan elastisitas dari benang karet. Semakin rendah nilai swellingnya maka benang karet akan semakin rapuh, dengan demikian harus diketahui nilai swelling indeks agar diperoleh benang karet yang baik. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membahas masalah tersebut dengan mengambil judul “ Penentuan Bilangan Swelling Indeks Compound Lateks Pada Pembuatan Benang Karet di PT. Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa Medan”.

1.2. Permasalahan

Apakah bilangan swelling indeks compound lateks pada pembuatan benang karet di PT.Indusrti Karet Nusantara telah sesuai dengan standar perusahaan yang telah ditentukan, agar diperoleh benang karet yang baik.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah :

• Untuk mengetahui bilangan swelling indeks compound lateks sebelum diolah menjadi benang karet.


(17)

4

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari karya tulis ini adalah :

• Memberikan pengetahuan tentang bilangan swelling indeks compound pada

Lateks dari benang karet.

• Analisa swelling indeks compound dapat dijadikan acuan sebagai parameter kualitas dan stabilitas lateks.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Morfologi Tanaman Karet

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji karet terdapat dalam setiap ruang buah.


(19)

6 Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran bij besar dengan kulit keras. Warnaya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas. Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar. Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut; Divisi: Spermatophyta, Subdivus: Angiospermae, Kelas: Dicotyledonae, Ordo: Euphorbiales, Famili: Euphorbiaceae, Genus: Hevea, Spesies: Hevea Brasiliensis (Nazaruddin,1999).

2.1.1. Pengertian Karet

Karet adalah (dikenal sebagai lateks) di getah beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Sumber utama barang dagang dari lateks yang digunakan untuk menciptakan karet adalah menghasilkan lebih banyak lateks lagi.

Pohon lainnya yang mengandung lateks termasuk sumber di atas, sebelum penciptaan karet sintetis.Diyakini dinamai oleh tulisan pensil.


(20)

7 Di tempat asalnya d dikumpulkan sejak lama. Peradaba

bola tersebut dirasuki roh setan. Di

menyatakan bahwa orang Eropa pertama yang kembali ke membawa baju anti-air tersebut menyebabkan orang-orang terkejut sehingga ia

dibawa ke pengadilan atas tuduhan melakukan ilmu gaib.

Ketika karet dibawa ke

menghapus tanda pensil di atas kertas. Ini adalah awal penamaan "rubber" di Inggris. (Surya.I.,2006).

2.1.2. Sifat-sifat Karet Alam

Karet alam mengandung seratus persen cis-1,4-poliisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang, komposisi lateks dipengaruhi oleh jenis klon tanaman, sistem deres, musim, dan kedaan lingkungan kebun lateks pada saat keluar dari pembuluh lateks adalah dalam keadaan steril, tetapi lateks mempunyai komposisi yang cocok dan baik sebagai media tumbuh mikroorganisme, sehingga dengan cepat mikroba dari lingkungan akan mencemari lateks (seperti yang diilustrasikan oleh tabel 2.1).


(21)

8

Tabel 2.1. Komposisi Lateks Segar dan Lateks Kering

Komponen Komponen dalam lateks

segar (%)

Komponen dalam lateks kering (%)

Karet hidrokarbon 36 92 - 94

Protein 1,4 2,5 – 3,5

Karbohidrat 1,6

Lipida 1,6 2,5 – 3,2

Persenyawaan organik lain 0,4

Persenyawaan anorganik 0,5 0,1 – 0,5

Air 58,5 0,3 – 1,0

(Surya.I.,2006).

2.1.3. Penanganan Tanaman Karet

Prinsip penanganan tanaman karet agar mutunya terjaga, sebaiknya dilakukan dengan cara:

1 . Menjaga kebersihan areal kebun dan peralatan yang digunakan. Areal kebun yang menghasilkan lateks harus bersih dari semak belukar, lalang dan gulma lainnya sehingga kelembaban lingkungan areal kebun tidak cocok untuk pertumbuhan mikroba. Peralatan yang digunakan terutama yang berkontak langsung dengan

lateks harus bersih dan kering. Seperti : pisau deres, mangkok sadap, ember tempat pengutipan, tangki pengumpulan hasil (TPH), tangki angkut, tangki penerimaan dan sarana pengolahan di pabrik. Tangki yang terbuat dari plat besi, bagian dalamnya harus dilapisi dengan lilin.

2 . Membubuhkan bahan pengawet sedini mungkin

Bahan yang digunakan dalam pengawetan lateks adalah ammonia,karena dianggap terbaik dan termurah harganya. Pembubuhan amonia dapat dilakukan dengan dua


(22)

9 cara ,yaitu : pembubuhan bertahap larutan amonia 20% dibubuhkan oleh setiap penderesan kedalaman lateks diember pengutipan dengan dosis 3-3,5 gram/liter lateks. Kemudian setelah lateks terkumpul di TPH ditambah lagi gas amoniak hingga dosis mencapai 6-7 gram /liter lateks.Pembubuhan sekaligus : amonia gas atau larutan 20% dibubuhkan sekaligus hingga dosis 6-7 gram/liter. Pembubuhan dilakukan setelah lateks terkumpul di TPH.Cara ini dapat dilakukan dengan syarat setiap 5 jam setelah penyadapan.

3. Segera mengangkut lateks dari TPH ke pabrik

Pengangkutan lateks dari TPH ke pabrik harus dilakukan secepatnya,tanpa penundaan waktu lama.Mikroba dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan lateks mengandung amoniak,sehingga semakin lama aktivitas mikroba dapat meningkat untuk merusak lateks dan akibatnya mutunya menjadi turun.Diharapkan 9-10 jam sejak penyadapan lateks kebun sudah tiba di pabrik pengolahan lateks pekat (Omposunggu.M,1987).

Apabila lateks segar dipusingkan pada kecepatan 32.000 putaran permenit (rpm) selama 1 jam,akan terbentuk 4 fraksi yaitu :

• Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan diameter 0,05-3 mikron.Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan lipida yang berfungsi sebagai pemantap.

• Fraksi Frey Wessling yang terdiri dari partikel-partikel Frey Wessling yang ditemukan Frey Wessling. Fraksi ini berwarna kuning karena mengandung karotenoid.


(23)

10

• Fraksi serum, juga disebut fraksi C (Centrifuge serum) mengandung sebagian besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam.

• Fraksi bawah, terdiri dari partikel-partikel koloid yang bersifat gelatin, mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium serta magnesium (Omposunggu.M,1987)

2.2. Jenis-jenis Karet Alam

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan , ada yang setengah jadi, atau sudah jadi . Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi . Salah satu jenis karet alam yang dikenal luas adalah lateks pekat .

2.2.1. Lateks Pekat

Lateks pekat merupakan bahan baku pembuatan benang karet. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pemusingan. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan-bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

Lateks pekat adalah salah satu jenis ekspor karet alam Indonesia yang tergolong dalam harga paling tinggi dibanding jenis karet ekspor lainnya seperti RSS (Ribbed Smoked ) dan TSR (Technically Specifid Rubber ). Lateks pekat dibuat dari olahan lateks kebun (DRC 25-40%) dengan proses pemekatan hingga kadar karet kering (DRC) menjadi lebih besar dari 60%.


(24)

11 Tujuan dari pemekatan lateks antara lain adalah:

1. Untuk memperoleh kadar karet kering (DRC) 60% 2. Untuk mengurangi kenaikan biaya produksi .

3. Untuk mengetahui jumlah air yang ditambahkan pada pengenceran lateks sampai kadar yang diketahui .

4. Lateks yang pekat akan lebih seragam mutunya dan lebih sesuai untuk pengolahan barang dari karet yaitu benang karet. Sebelum lateks kebun diolah menjadi lateks pekat, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan mutunya di laboraturium. Parameter mutu yang penting untuk pemeriksaan adalah DRC, kadar NH3 dan bilangan VFA. Persyaratan mutu lateks kebun setiba di pabrik untuk dapat diolah menjadi lateks pekat adalah :

• Kadar karet kering (DRC) : Minimum 28%

• Kadar amonia (NH3) :minimum 3,5 g/l

• Bilangan VFA :minimum 0,05 (Dr.Tonel Barus,1995)

Ada empat cara yang digunakan untuk mendapatkan lateks pekat yaitu : 1. Cara pemusingan ( Centrifuging )

Proses pemekatan lateks kebun dipusingkan dengan menggunakan alat sentrifugasi pada kecepatan 5000-7000 rpm ( putaran permenit ) sehingga

menimbulkan sentrifugasi pertikel karet yang cukup besar sehingga lateks kebun terpisah menjadi 2 bagian yaitu kecepatan gerak partikel ke atas menjadi lebih besar yang di sebut lateks pekat dengan KKK 60% sedangkan serum tertinggal dibagian bawah disebut skim dengan KKKnya (4-10% ).


(25)

12 2. Pendadihan ( Creaming )

Cara pendadinan yaitu memekatkan lateks kebun dengan menggunakan bahan pendidihan misalnya garam amonium algionat . Bahan pendidih dicampurkan kedalam lateks kebun dan diaduk sampai rata kemudian dibiarkan sampai beberapa

hari . Maka akan terpisah menjadi dua bagian yaitu bagian atas adalah lateks yang disebut dengan lateks dadih dengan KKK antara ( 55-60 ) dan bagian bawah serumnya yang mengandung beberapa persen berat saja ( KKK 3% ).

3. Penguapan (Evaporating)

Maksud dari penguapan ini adalah mengurangi kadar air dari lateks kebun dengan cara pemanasan . Lateks pekat yang diperoleh ini kadar karet keringnya antara 70- 75% dan masih mengandung bahan bukan karet.

4. Dekantasi Listrik ( Electrodecantation )

Pada dekantasi listrik pemekatan lateks dilakukan dengan cara memasukkan 2 logam elektroda yaitu positif dan negatif ke dalam lateks kebun yang ditempatkan dalam suatu tabung . karena butir-butir karet bermuatan negatif , maka butir-butir karet akan mengalir ke kutub positif dan mengumpal di sekelilingnya. Dengan cara tersebut maka terpisahlah lateks kebun menjadi 2 bagian yaitu kutub positif terdapat lateks pekat sedangkan kutub negatif adalah serumnya. Dari keempat cara

tersebut yang paling banyak digunakan dalam industri adalah pemusingan karena kapasitas produksi tinggi, viskositas lateks rendah (tidak kental ) dan hasil lateksnya lebih murni ( tidak tercampur endapan dan kotoran ) mutu lateks pekat pusingan ditentukan berdasarkan pengujian yang ditetapkan oleh ASTM D.1076- 1980 dan ISO 2004 (Tim Penulis.PS.,1993).


(26)

13

2.2.2. Sifat-sifat Lateks

Kandungan bukan karet lateks yang terdiri dari air dan senyawa-senyawa

protein, lipida, karbohidrat serta ion-ion anorganik mempengaruhi sifat karet. Komponen senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna menyelubungi partikel karet (kemantapan lateks) juga berfungsi sebagai antioksidan alamiah dan bahan bahan percepat (Accelerator) dalam proses pembuatan barang jadi karet. Oleh karena itu, dalam penanganan baku oleh (lateks kebun atau koagulum) dan pengolahan karet ekspor (lateks pekat, RSS atau SIR) komponen non karet protein.

2.2.3. Pengolahan Lateks Pekat

Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara partikel karet dengan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar daripada partikel karet, berat jenis serum yaitu 1,024 sedangkan partikel karet hanya 0,904. Akibatnya, partikel karet akan naik ke permukaan dan serum akan terkumpul di lapisan bawah dalam proses pembuatan lateks pekat.

Ada 2 macam lateks pekat yang biasa dijual di pasaran. Yang pertama adalah creamed lateks atau di Indonesia dikenal dengan nama lateks dadih. Sedangkan yang ke 2 adalah centrifuged lateks atau disebut lateks pusingan.

Bila menginginkan lateks pekat yang dibuat bermutu tinggi, maka syaratnya harus menggunakan bahan baku lateks yang masih segar dan baik. Pengawasan mulai dari penyadapan sampai pengumpulan di kebun dan di lanjutkan dengan pengiriman lateks segar ke tempat pengolahan mutlak di butuhkan.


(27)

14 Zat antikoagulan ditambahkan pada mangkuk penyadapan dan tempat pengumpulan lateks di kebun. Hal ini penting sekali untuk mempertahankan kesegaran lateks yang akan dibuat lateks pekat. Bila terjadi prokoagulasi pada lateks, maka bahan ini sudah tidak baik untuk diolah menjadi lateks pekat.

Untuk maksud ini dapat digunakan ammonia. Penambahan gas ammonia memungkinkan lateks pekat tahan di simpan dalam waktu yang cukup lama. Pengangkutan lateks di pabrik biasanya dilakukan dengan tekanan udara yang lebih rendah dari normal.

2.2.4. Parameter Lateks Pekat

Beberapa parameter lateks pekat, yaitu :

• TSC (Total Solid Content) yaitu pemeriksaan kadar kepekatan bahan dengan pemanasan.

• Amoniak (NH3).

• MST (Mechanical Stability Time) yaitu waktu yang diperlukan untuk terjadinya koagulasi sewaktu dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm.

• KOH Number yaitu bilangan KOH ekuivalen dengan asam radikal yang bergabung dengan amoniak dalam 100 g lateks pekat

• VFA Number atau (Volatile Fatty acid) yaitu jumlah gram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak yang menguap :

• DRC (Dry rubber Content) yaitu kadar karet kering.


(28)

15

2.2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas lateks.

Lateks sebagai bahan baku berbagai hasil karet, harus memiliki kualitas yang baik. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas lateks, diantaranya adalah :

1) Faktor di kebun (jenis klon, system sadap, kebersihan pohon, dan lain-lain). 2) Iklim (musim hujan mendorong terjadinya prokoagulasi, musim kemarau

kedaan

lteks tidak stabil).

3) Alat-alat yang digunakan dalm pengumpulan dan pengangkutan (yang terbuat dari aluminium atau baja tahan karat).

4) Pengangkutan (goncangan, keadaan tangki, jarak, jangka waktu). 5) Kualitas air dalam pengolahan.

6) Bahan bahan kimia yang digunakan. 7) Komposisi lateks. (Setyamidjaja.D,1993)

2.2.6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kestabilan Lateks

Kestabilan koloid lateks dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : a. Pengaruh pH

Perubahan pH dapat terjadi dengan penambahan asam atau basa dan karena penambahan elektrolit. Bila pH diturunkan terlalu rendah dan dengan cepat lateks akan tetap cair (stabil) karena lapisan pelindung seluruhnya bermuatan positif. Demikian juga pada pH 5,5 lateks akan stabil karena protein bermuatan negatif.


(29)

16 b. Pengaruh jasad renik

Setelah lateks keluar dari pohon, lateks itu akan segera tercemar oleh jasad renik yang berasal dari udara atau dari peralatan-peralatan yang digunakan. Jasad renik tersebut mula-mula akan menyerang karbohidrat terutama gula yang terdapat dalam serum dan menghasilkan asam-asam lemah yang mudah menguap.

c. Pengaruh mekanis

Jika lateks sering tergoncang akan dapat mengganggu gerakan Brown dan sistem koloid lateks, sehingga partikel mungkin akan bertubrukan satu sama lain. Tubrukan-tubrukan tersebut dapat menyebabkan terpecahnya lapisan pelindung dan akan mengakibatkan penggumpalan (Tampubolon.M.,1986).

2.3. Manfaat Karet 2.3.1. Manfaat Karet Alam

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari seperti benang karet maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak, untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shockabsorbers.

Bangunan-bangunan besar semakin banyak menggunakan bahan karet, tamban-tambang besar yang mengolah bijih besi dan batubara menggunakan belt yang sangat panjang untuk pengangkutannya. Peralatan dan kendaraan perang pun banyak yang bagian-bagiannya dibuat dari karet misalnya pesawat tempur.


(30)

17 Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai semen yang keras, maka alas lantai dibuat dari karet dan sekarang banyak digunakan dipeternakan-peternakan besar.

2.3.2. Manfaat Karet Sintetis

Karena memiliki beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh karet alam,

maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan barang baku karet sintetis.

Karet memiliki pengaruh besar terhadap bidang transportasi, komunikasi, industri, pendidikan, kesehatan, hiburan, dan banyak bidang kehidupan lain yang vital bagi kehidupan manusia. Manfaat secara tidak langsung pun banyak yang dapat diperoleh dari barang yang dibuat dari bahan karet (Tim Penulis.PS.,1999).

2.3.3. Kegunaan Lain Tanaman Karet

Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang

keperluan manusia, sebenarnya karet masih memilliki manfaat lain. Manfaat ini walaupun sekedar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet.

Hasil sampingan lain tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau batang pohon karet. Biasanya tanaman karet yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari klon yang lebih produktif . Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya.


(31)

18 Masa produktif tanaman karet biasanya berkurang sesudah umur 25 tahun. Pada masa inilah karet bisa ditebang dan diremajakan. Karena banyaknya tanaman karet yang sudah cukup umur di Indonesia, maka jumlah kayu karet yang diperoleh tidak sedikit.

Selain itu, tanaman kedelai yang tumbuh dapat mendukung pertumbuhan tanaman karet dan usaha peternakan domba di areal perkebunan karet ini sangat menguntungkan pemilik perkebunan atau petani karet rakyat.

2.4. Swelling Indeks

Swelling indeks merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara

diameter pengembangan dengan diameter awal. Swelling indeks juga bisa dikatakan sebagai angka pemasakan Compound. Adapun swelling test dari Compound dilakukan pada titik akhir maturasi (pemasakan) karena lateks yang telah mengalami vulkanisasi akan mempunyai sifat yang tidak larut dalam suatu cairan organik, tetapi lateks akan mengalami pengembangan.

Sebelum dilakukan proses pengolahan compound lebih lanjut perlu dilakukan pengujian sifat dari lateks compound tersebut untuk memastikan keadaannya sehingga tidak terjadi gangguan pada proses produksi.

Didalam active compound tank (ATC) berlangsung proses maturasi, lamanya waktu maturasi tergantung dari banyaknya jumlah lateks yang akan diolah, tetapi biasanya standart waktu yang menjadi acuan maturasi compound adalah ± 320C. Swelling test dilakukan sebanyak empat kali. Pengujian pertama dilakukan setelah maturasi compound berlangsung selama 2 jam. Demikianlah seterusnya sebanyak empat


(32)

19 kali dan range waktu setiap pengujian adalah 2 jam. Adapun tujuan dilakukan swelling test sebanyak empat kali adalah untuk mengontrol jalannya proses maturasi dan mengetahui apakah swelling indeks sesuai dengan standart yang di tentukan selama

proses maturasi berlangsung di active compound sehingga dapat diatasi bila swelling indeks berada dibawah atau diatas standart, sehingga tidak mempengaruhi mutu produksi benang karet (PT.IKN Medan).

2.13. Tegangan Putus (Resistant At Break)

Pada benang karet tegangan putus dikenal dengan istilah Resistant At Break.Tegangan putus adalah salah satu yang sangat penting diperhatikan dalam pengujian hasil produksi benang karet yang telah siap sesuai dengan order. Pada tahun 1678 seorang ilmuan Inggris yang bernama Robert Hooke dalam percobaannya menyatakan bahwa apabila benda-benda yang akan diuji tegangan putusnya, pada pengujian tegangan putus ini diberikan beban yang berlebih, maka benang karet itu akan terputus.

Tegangan putus pada suatu penampung tertentu, disebabkan oleh besar benda dibawah penampang tersebut. Tegangan putus secara umum dapat dirumuskan sebagai

berikut : o- =

A F

Dimana : o- = tegangan putus (kg/cm2) F = gaya yang diberikan (Kg) A = luas permukaan penampang (cm2)


(33)

20 Dengan melakukan percobaan langsung terhadap batang prismatis (batang dengan bentuk-bentuk) dan bermacam-macam bahan disimpulkan bahwa dalam batas tertentu, perpanjangan batang itu sebanding dengan gaya tariknya. Hubungan linier antara tegangan dan regangan disebut hukum Hooke.

Alat yang digunakan untuk mengetahui tegangan putus adalah dynamometer. Tegangan putus adalah perbandingan hasil pembacaan titik putus pada grafik dengan total section dan dapat dirumuskan sebagai berikut :

Tegangan putus = hasil pembacaan skala titik putus Total section

Hasil pembacaan skala titik putus (g) Total section (mm2)

Pembacaan skala titik putus dibaca tiap skala adalah 3200 g, total section dapat dihitung dengan rumus :

Total section = 2 X section X jumlah loops

Dimana section adalah pemotongan benang karet yang sangat kecil dalam satuan gram (g), jumlah loops merupakan standart pabrik sebesar 16 mm2/g pada benang karet Count 42 NS 40. (PT. IKN Medan)


(34)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

- Plat Stainless Steel - Kipas Angin Sanyo

- Beaker Glass 600 ml pyrex - Jam Alarm fox

- Gunting

- Kertas dan Karton

- Alat Pelobang Berdiameter 38 mm - Kertas Grafik

- Wadah transparan

- Stoples plastik ukuran 2 Liter

3.2. Bahan

- Kalsium Nitrat dalam Isopropil Alkohol 5%

- Sampel ± 500 ml ( compound aktif ) - Metanol

- Talkum Powder - Sikloheksan


(35)

3.3. Prosedur

1. Plate Stainless Steel dicelupkan kedalam larutan kalsium nitrat dalam isopropil alkohol 5%, keringkan dengan menggunakan kipas angin 2-3 menit

2. Sampel diambil sebanyak ± 500 ml,lalu dimasukkan kedalam beaker glass 600 ml

3. Separoh plate stainless steel yang sudah kering tersebut dicelupkan kedalam sampel Compound dan keringkan selama 3-5 menit

4. Plate stainless steel dicelupkan kembali kedalam kalsium nitrat dalam isopropil 5% dingkat dan dilanjutkan terus pencelupan kedalam metanol dan dikeringkan

selama 30 menit, dihidupkan jam alarm

5. Pinggiran plat digunting dan dikeluarkan lembaran compound yang telah kering

sambil diolesi talkum powder, kemudian lembaran compound dilapisi dengan Kertas dan karton, selanjutnya dicetak dengan alat pelobang berdiameter 38 mm

6. Sampel tersebut direndam kedalam sikloheksan selama 25 menit perendaman dilakukan pembacaan hasil diatas kertas grafik (mm)

7. Pembacaan Hasil

Swelling Indeks : Pembacaan pada kertas mm setelah swelling Diameter awal pada sample sebelum swelling


(36)

BAB IV

DATA DAN HASIL PEMBAHASAN

4.1. Data

Swelling indeks diperoleh dari perhitungan diameter sampel setelah pengembangan, dibagi dengan diameter awal sampel. Dimana hasil swelling indeks yang diperoleh dapat mempengaruhi tegangan putus pada benang karet.

Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Analisis Tes Swelling

D1 (mm) D2 (mm) Swelling Indeks

38 99,94 2,63

38 90,82 2,39

38 88,92 2,34

38 85,88 2,26

38 85,12 2,24

38 80,94 2,13

Keterangan

D1 : diameter awal sampel sebelum mengembang D2 : diameter sampel setelah mengembang (mm)


(37)

24 4.2. Perhitungan

1. Perhitungan swelling indeks Swelling =

D1 D2

Contoh :

Diketahui : D1 (Diameter awal sampel) = 38 mm D2 (Diameter pengembangan) = 99,94 mm Ditanya : Swelling Indeks

Jawab : Swelling =

D1 D2

=

38 mm 99,94 mm

(Data selengkapnya pada tabel 4.1)

4.3. Pembahasan

Dalam pengolahan lateks banyak sekali digunakan bahan-bahan kimia.

Bahan-bahan tersebut berfungsi sebagai bahan pembeku, vulkanisasi, pencepat reaksi, penggiat, antioksidan, antiozon, pengisi, pelunak dan pewarna.

Untuk menentukan bilangan swelling indeks compound yang perlu diperhatikan adalah compound. Compound merupakan campuran lateks pekat dengan bahan-bahan kimia. Adapun penambahan bahan kimia pada Compound dilakukan pada 2 unit yaitu : unit inactive tank dan unit active tank.


(38)

25 Pada inactive tank ditambahkan bahan kimia yang bersifat inactive seperti KOH yang berfungsi sebagai stabilisator atau bahan penstabil, yang ditambahkan kedalam lateks agar tetap stabil dengan penambahan bahan kimia lain. Sulfur yang berfungsi sebagai vulkanisator yaitu suatu proses reaksi partikel karet dengan sulfur yang berlangsung dengan adanya panas, activator, dan katalisator. Dimana, 2 atau lebih partikel karet bergabung yang dijembatani oleh ikatan rangkap sulfur.Tujuannya agar sifat barang jadi dari karet yang akan dihasilkan menjadi kuat dan teguh serta tidak mudah teroksidasi. Titanium dioksida (TiO2) berfungsi sebagai pengisi yang

mampu menambah kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus yang tinggi pada karet yang dihasilkan.

Sedangkan pada active tank ditambahkan bahan kimia yang bersifat aktif untuk mempercepat pembuatan compound. Pada tahap ini berlangsung maturasi (pematangan) compound selama 4-8 jam dengan temperatur ± 32ºC, untuk mengetahui pematangan compound dilakukan pemeriksaan bilangan swelling indeks. Swelling indeks merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara diameter pengembangan dan diameter awal. Atau sebagai angka pemasakan compound, lateks yang telah mengalami vulkanisasi akan mempunyai sifat tidak larut dalam suatu cairan organik, tetapi hanya mengembang. Pengembangan menunjukkan bahwa adanya peristiwa pemasakan lateks compound yang memberi kesempatan kepada molekul karet untuk bersatu. Sebelum diproses sangatlah penting untuk menguji sifat dari lateks compound tersebut, guna memastikan keadaannya, sehingga mengurangi gangguan pada proses produksi.


(39)

26 Setelah mencapai swelling indeks yang ditentukan, maka proses pembuatan benang karet dilanjutkan ke unit berikutnya, sampai dihasilkan benang karet yang diinginkan. Adapun tujuan dilakukan penentuan bilangan swelling indeks disini adalah, untuk mengontrol jalannya proses maturasi dan untuk mengetahui apakah bilangan swelling indeks sesuai dengan standar yang ditentukan selama proses maturasi berlangsung di active compound, sehingga dapat diatasi bila bilangan swelling indeks atau dibawah standar. Sehingga tidak mempengaruhi mutu produksi benang karet.

Swelling indeks sangat berhubungan dengan elastisitas dari benang karet. Semakin rendah nilai swellingnya maka benang karet akan semakin rapuh. Dengan demikian diketahui nilai swelling indeks telah sesuai standar perusahaan yaitu sebesar 2,13 – 2,63.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bilangan swelling indeks yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah 2,1 – 2,63. Dalam hal ini, bilangan swelling indeks compound telah sesuai dengan standar pabrik yaitu : 2,34 – 2,63

5.2. Saran

Sebaiknya bahan kimia yang digunakan untuk emeriksaan bilangan swelling indeks compound dalam keadaan bersih, tidak rusak dan tidak tercampur dengan bahan kimia lain, untuk lebih meningkatkan mutu benang karet yng sesuai dengan permintaan konsumen, dan memenuhi standar perusahaan yang telah ditetapkan.


(41)

DAFTAR PUSTAKA

Barus,T.,1995.Prosiding Seminar Ilmliah.Medan:Penerbit Intan Dirja Lela De Boer,G.,1997.Pengetahuan Praktis Tentang Karet.Bogor Iniro.Indonesia. Nazaruddin.,1999.Karet.Jakarta:Penerbit Penebar Swadaya.

Omposunggu,M.,1987.Pengolahan Lateks Pekat Havea.medan:Balai Penelitian Perkebunan Sungai Putih.

Omposunggu,M.,1987.Pengetahuan Mengenai Lateks Havea.Medan:Balai Penelitian Perkebunan Sungai Putih.

PT.Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa Medan.

Setyamidjaja.D.,1993.Karet:Budidaya dan pengolahan.Yogyakarta:Penerbit Kansius Surya,I.,2006.Buku Ajar Teknologi Karet.Medan:Penerbit USU Press.

Tampubolon,M.,1986.Komposisi dan Sifat Lateks.Medan:Balai Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

TimPenulis.PS.,1993.Karet:BudiDayadanPengolahan,StrategiPemasaran.Jakarta:Pene rbit Swadaya.


(42)

LAMPIRAN


(43)

30

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Bilangan Swelling Indeks dan Tegangan Putus

Swelling Indeks Tegangan Putus

2,63 2467

2,39 2516

2,34 2535

2,26 2594

2,24 2642


(1)

25 Pada inactive tank ditambahkan bahan kimia yang bersifat inactive seperti KOH yang berfungsi sebagai stabilisator atau bahan penstabil, yang ditambahkan kedalam lateks agar tetap stabil dengan penambahan bahan kimia lain. Sulfur yang berfungsi sebagai vulkanisator yaitu suatu proses reaksi partikel karet dengan sulfur yang berlangsung dengan adanya panas, activator, dan katalisator. Dimana, 2 atau lebih partikel karet bergabung yang dijembatani oleh ikatan rangkap sulfur.Tujuannya agar sifat barang jadi dari karet yang akan dihasilkan menjadi kuat dan teguh serta tidak mudah teroksidasi. Titanium dioksida (TiO2) berfungsi sebagai pengisi yang mampu menambah kekerasan, ketahanan sobek, ketahanan kikisan, serta tegangan putus yang tinggi pada karet yang dihasilkan.

Sedangkan pada active tank ditambahkan bahan kimia yang bersifat aktif untuk mempercepat pembuatan compound. Pada tahap ini berlangsung maturasi (pematangan) compound selama 4-8 jam dengan temperatur ± 32ºC, untuk mengetahui pematangan compound dilakukan pemeriksaan bilangan swelling indeks. Swelling indeks merupakan nilai yang menunjukkan perbandingan antara diameter pengembangan dan diameter awal. Atau sebagai angka pemasakan compound, lateks yang telah mengalami vulkanisasi akan mempunyai sifat tidak larut dalam suatu cairan organik, tetapi hanya mengembang. Pengembangan menunjukkan bahwa adanya peristiwa pemasakan lateks compound yang memberi kesempatan kepada molekul karet untuk bersatu. Sebelum diproses sangatlah penting untuk menguji sifat dari lateks compound tersebut, guna memastikan keadaannya, sehingga mengurangi gangguan pada proses produksi.


(2)

26 Setelah mencapai swelling indeks yang ditentukan, maka proses pembuatan benang karet dilanjutkan ke unit berikutnya, sampai dihasilkan benang karet yang diinginkan. Adapun tujuan dilakukan penentuan bilangan swelling indeks disini adalah, untuk mengontrol jalannya proses maturasi dan untuk mengetahui apakah bilangan swelling indeks sesuai dengan standar yang ditentukan selama proses maturasi berlangsung di active compound, sehingga dapat diatasi bila bilangan swelling indeks atau dibawah standar. Sehingga tidak mempengaruhi mutu produksi benang karet.

Swelling indeks sangat berhubungan dengan elastisitas dari benang karet. Semakin rendah nilai swellingnya maka benang karet akan semakin rapuh. Dengan demikian diketahui nilai swelling indeks telah sesuai standar perusahaan yaitu sebesar 2,13 – 2,63.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Bilangan swelling indeks yang diperoleh dari hasil pengamatan adalah 2,1 – 2,63. Dalam hal ini, bilangan swelling indeks compound telah sesuai dengan standar pabrik yaitu : 2,34 – 2,63

5.2. Saran

Sebaiknya bahan kimia yang digunakan untuk emeriksaan bilangan swelling indeks compound dalam keadaan bersih, tidak rusak dan tidak tercampur dengan bahan kimia lain, untuk lebih meningkatkan mutu benang karet yng sesuai dengan permintaan konsumen, dan memenuhi standar perusahaan yang telah ditetapkan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Barus,T.,1995.Prosiding Seminar Ilmliah.Medan:Penerbit Intan Dirja Lela De Boer,G.,1997.Pengetahuan Praktis Tentang Karet.Bogor Iniro.Indonesia. Nazaruddin.,1999.Karet.Jakarta:Penerbit Penebar Swadaya.

Omposunggu,M.,1987.Pengolahan Lateks Pekat Havea.medan:Balai Penelitian Perkebunan Sungai Putih.

Omposunggu,M.,1987.Pengetahuan Mengenai Lateks Havea.Medan:Balai Penelitian Perkebunan Sungai Putih.

PT.Industri Karet Nusantara Tanjung Morawa Medan.

Setyamidjaja.D.,1993.Karet:Budidaya dan pengolahan.Yogyakarta:Penerbit Kansius Surya,I.,2006.Buku Ajar Teknologi Karet.Medan:Penerbit USU Press.

Tampubolon,M.,1986.Komposisi dan Sifat Lateks.Medan:Balai Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.

TimPenulis.PS.,1993.Karet:BudiDayadanPengolahan,StrategiPemasaran.Jakarta:Pene rbit Swadaya.


(5)

LAMPIRAN


(6)

30

Lampiran 1. Hasil Perhitungan Bilangan Swelling Indeks dan Tegangan Putus Swelling Indeks Tegangan Putus

2,63 2467

2,39 2516

2,34 2535

2,26 2594

2,24 2642

2,13 2740