Asas-Asas Lembaga Dana Pensiun

4. Pensiun Cacat Pensiun yang diberikan bukan karena usia akan tetapi lebih disebabkan peserta mengalami kecelakaan sehingga dianggap tidak mampu lagi untuk diperkerjakan. Pembayaran pensiun biasanya dihitung berdasarkan formula manfaat pensiun normal di mana masa kerja diakui seolah-olah sampai usia pensiun normal.

B. Asas-Asas Lembaga Dana Pensiun

Asas-asas pokok yang di dalam ilmu hukum disebut asas hukum merupakan unsur yang penting dari peraturan hukum. Asas hukum merupakan pokok pikiran yang bersifat umum yang menjadi latar belakang dari peraturan hukum yang konkret hukum positif. Kalau peraturan hukum konkret itu dapat diterapkan secara langsung pada peristiwanya, asas hukum diterapkan secara tidak langsung. 38 Sementara itu, menurut Satjipto Raharjo, asas hukum merupakan jantungnya peraturan hukum karena asas hukum merupakan landasan yang paling luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Ini berarti bahwa peraturan-peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas tersebut. Selain disebut landasan, asas hukum disebut juga sebagai alasan bagi lahirnya peraturan hukum, atau merupakan rasio logis dari peraturan hukum. Asas hukum tidak akan habis kekuatannya dengan melahirkan suatu peraturan hukum, melainkan tetap saja ada dan akan melahirkan peraturan-peraturan selanjutnya. Lebih lanjut Satjipto 38 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Yogyakarta : Liberty, 1999, hal 32. Universitas Sumatera Utara mengatakan, karena asas-asas hukum mengandung tuntutan etis, asas hukum merupakan jembatan antara peraturan-peraturan hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis masyarakatnya. 39 1. Asas Keterpisahan Kekayaan Dana Pensiun dan Asas Penyelenggaraan dalam Sistem Pendanaan Menurut penjelasan umum Undang-Undang Dana Pensiun, asas- asas pokok yang berlaku dalam Undang-Undang Dana Pensiun adalah: 2. Asas ini didukung oleh adanya suatu badan hukum tersendiri bagi dana pensiun dan diurus serta dikelola berdasarkan ketentuan undang- undang. Asas keterpisahan kekayaan tidak dapat dipisahkan dengan asas penyelenggaraan dengan sistem pendanaan. Berdasarkan asas ini dapat dikemukakan hal-hal berikut: Kekayaan dana pensiun yang terutama bersumber dari iuran, terlindungi dari hal-hal yang tidak diinginkan yang dapat terjadi pada pendirinya. Penyelenggaraan dana pensiun baik bagi karyawan maupun pekerja mandiri, haruslah dilakukan dengan sistem pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri sehingga cukup untuk memenuhi pembayaran hak peserta. Pembentukan cadangan dalam perusahaan guna membiayai pembayaran manfaat pensiun karyawan tidak diperkenankan. Permasalahan hukum yang timbul adalah berkenaan dengan pengelolaan DPLK di mana hampir tidak ada batas pemisah antara 39 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2000, hal 45. Universitas Sumatera Utara kekayaan dana pensiun dan kekayaan pendiri nya. Walaupun Undang- Undang Dana Pensiun telah menetapkan kekayaan dana pensiun merupakan kekayaan yang terpisah dari kekayaan pendirinya, kenyataannya, DPLK dikelola oleh pendiri dengan menggunakan prasarana dan fasilitas milik pendiri. 40 Apabila diteliti lebih jauh, menurut Zulaini Wahab, Timbulnya permasalahan di atas berpangkal dari praktik pemasaran produk DPLK Pada umumnya dalam praktik, DPLK berkantor satu tempat dengan kantor pendirinya, dan pelaksanaan pengurusan sehari-hari dari DPLK dilakukan oleh karyawan pendiri. Dengan kata lain, DPLK tidak perlu mengeluarkan modal sendiri untuk mendukung kegiatan operasionalnya karena cukup memanfaatkan fasilitas milik sendiri mulai dari peralatan kantor sampai dengan biaya operasionalnya. Akibatnya, di dalam laporan keuangan dana pensiun tidak terdapat biaya operasional DPLK berupa biaya gaji karyawan, biaya kantor, beban penyusutan dan biaya operasional lainnya karena memang menjadi beban pendiri. Bersamaan dengan itu, program pensiun ditawarkan kepada masyarakat luas seolah- olah disamarkan sebagai produk jasa dari bank atau perusahaan asuransi jiwa pendirinya. Apabila keadaan ini dibiarkan secara terus-menerus, terdapat kecenderungan kekayaan pendiri dipergunakan untuk membiayai operasional dana pensiun, yang tentunya akan merugikan pendiri di samping pendiri kehilangan pendapatan yang seharusnya diterima dari jasa pengelolaan dana pensiun. 40 Zulaini Wahab, Loc.cit, hal 64 Universitas Sumatera Utara dengan memanfaatkan nama dan reputasi yang dimiliki oleh pendirinya yang telah cukup luas dikenal oleh masyarakat dan jaringan operasional pendiri berupa kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan tujuan untuk memberikan jaminan dan kemudahan pelayanan kepada peserta. Semakin lama joint operation ini menempatkan program pensiun yang seharusnya dikelola sendiri oleh dana pensiun menjadi dikelola oleh pendirinya, baik di kantor pusat maupun dikantor-kantor cabangnya, dampaknya kepada masyarakat akan menimbulkan adanya penilaian bahwa program pensiun yang ditawarkan oleh DPLK merupakan produk dari bank atau perusahaan asuransi jiwa dan DPLK bukan merupakan badan hukum terisah dari badan hukum pendirinya. Hal itu berarti adanya penyesatan informasi bagi masyarakat dan dapat menjadi bumerang bagi pediri sendiri jika pada suatu saat terjadi sengketa hukum antara DPLK dan peserta, terutama bila DPLK melakukan tindakan wanprestasi terhadap peserta pendiri dengan sendirinya akan turut digugat oleh peserta karena dianggap DPLK adalah identik dengan pendirinya. 41 2 Asas Pembinaan dan Pengawasan Sesuai dengan tujuannya, harus dihindarkan penggunaan kekayaan dana pensiun dari kepentingan-kepentingan yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama dari pemupukan dana, yaitu untuk memenuhi pembayaran hak peserta. Dalam pelaksanaannya, pembinaan dan pengawasan meliputi antara lain sistem pendanaan, dan pengawasan atas investasi kekayaan dana pensiun Penjelasan Undang-Undang Dana Pensiun. Asas ini didukung oleh : 1. Pemberian wewenang kepada Menteri Keuangan untuk melakukan pemeriksaan langsung terhadap dana pensiun; 2. Pemberian wewenang Menteri Keuangan untuk menerbitkan berbagai keputusan sebagai pelaksanaan dari Undang-Undang dan peraturan pemerintah di bidang dana pensiun. Kegiatan pemeriksaan tersebut meliputi mencari, mengumpulkan, mengolah, serta mengevaluasi data atau 41 Ibid. Universitas Sumatera Utara keterangan mengenai dana pensiun untuk memperoleh keyakinan terhadap kebenaran laporan periodik, kesesuaian penyelenggaraan dana pensiun terhadap Undang-Undang Dana Pensiun dan peraturan pelaksanaannya, serta efektivitas penyelenggaraan dana pensiun. 3 Asas Penundaan Manfaat Penghimpunanan dana dalam penyelenggaraan program pensiun dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah pensiun agar kesinambungan penghasilannya terpelihara. Sejalan dengan itu, berlaku asas penundaan manfaat yang mengharuskan bahwa pembayaran hak peserta hanya dapat dilakukan setelah peserta pensiun, yang pembayarannya dilakkan secara berkala. Asas penundaan manfaat sejalan dengan prinsip pengikatan dana yang dianut dana pensiun. Agar kesinambungan penerimaan peserta setelah yang bersangkutan pensiun terjamin, hak serta atas nama pensiun harus tercantum secara tegas dalam peraturan dana pensiun. Meskipun masalah hak peserta pengaturannya diserahkan kepada peraturan dana pensiun, Undang-Undang Dana Pensiun memberi batasan yang harus dipenuhi oleh pendiri dana pensiun dalam menyusun peraturan dana pensiun, antara lain mengenai hal-hal berikut : 1. Hak terdahap setiap manfaat pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun tidak dapat dialihkan maupun disita Pasal 20 ayat 1 Undang- Undang Dana pensiun. Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberikan suatu kepastian bagi peserta bahwa pada saatnya peserta akan memperoleh manfaat pensiun secara berkala. Dalam praktik, banyak kita temui adanya penjaminan hak pensiun kepada pihak lain sehingga Universitas Sumatera Utara pada saat penerimaan manfaat pensiun, peserta tidak memperoleh manfaat pensiun lagi. 2. Semua transaksi yang mengakibatkan penyerahan, pembebanan, pengikatan, pembayaran manfaat pensiun sebelum jatuh tempo atau menjaminkan manfaat pensiun yang diperoleh dari dana pensiun dinyatakan batal berdasarkan Undang-Undang Dana pensiun Pasal 20 ayat 2. Asas ini didukung dengan penetapan jenis-jenis manfaat pensiun, yang terdri atas hal-hal berikut : a. Manfaat pensiun normal ialah manfaat pensiun bagi peserta, yang mulai dibayarkan pada saat peserta pensiun setelah mencapai usia pensiun normal atau sesudahnya Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Dana Pensiun. b. Manfaat pensiun dipercepat ialah manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan apabila peserta pensiun pada usia tertentu sebelum usia pensiun normal Pasal 1 angka 11 Undang-Undang Dana Pensiun. c. Manfaat pensiun cacat ialah manfaat pensiun bagi peserta yang dibayarkan apabila peserta menderita cacat Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Dana Pensiun. d. Pensiun ditunda ialah hak atas manfaat pensiun bagi peserta yang diberhenti bekerja sebelum mencapai usia pensiun normal,yang ditunda pembayarannya sampai pada saat peserta pensiun sesuai dengan peraturan dana pensiun Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Dana Pensiun. Universitas Sumatera Utara Asas penundaan manfaat pensiun telah membuat perbedaan perlakuan dalam pembayaran manfaat pensiun. Bagi peserta yang berhak atas pensiun ditunda, mereka harus menunggu dalam waktu yang cukup lama untuk memperoleh manfaat pensiun, sementara ia telah kehilangan penghasilan karena tidak bekerja lagi. Undang-Undang Dana Pensiun tidak memberikan jalan keluar untuk menjaga kesinambungan penghasilan peserta yang berhak atas pensiun ditunda selama ia menunggu sampai mencapai usia 45 tahun. Hal tersebut dapat di pahami mengingat pada saat diterbitkannya Undang-Undang Dana Pensiun, situasi perekonomian Indonesia cukup baik dan stabil. Bukankah selama masa menunggu tersebut peserta yang bersangkutan tetap memerlukan biaya untuk hidupnya, bahkan bukan saja untuk dirinya sendiri, melainkan juga untuk keluarganya. Tanpa disadari, penerapan asas penundaan telah memberatkan peserta yang berhak atas pensiun ditunda terutama peserta yang bersangkutan setelah berhenti bekerja tidak mempunyai pekerjaan baru yang mampu memberikan penghasilan tetap. Peraturan perundangan hanya mengantisipasi keadaan bila peserta yang berhak atas pensiun ditunda meninggal dunia sebelum dimulainya pembayaran manfaat pensiun, yaitu berlaku ketentuan tentang hak-hak yang timbul apabila peserta meninggal dunia, dalam hal ini jandaduda atau anak peserta berhak atas manfaat pensiun seketika setelah peserta yang bersangkutan meninggal dunia. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dana Pensiun, tujuan pembentukan program pensiun adalah untuk memelihara kesinambungan penghasilan peserta pada hari tua. Bertitik tolak dari tujan tersebut, sudah seharusnya dipertimbangkan untuk dilakukan perubahan terhadap materi Undang-Undang Dana Pensiun khusunya menyangkut pembayaran manfaat pensiun dengan memberikan pengecualian dalam pembayaran pensiun ditunda bagi peserta yang berhenti bekerja di bawah usia 45 tahun sepanjang peserta yang bersangkutan setelah berhenti tersebut tidak mempunyai pekerjaan lain yang mampu memberikan penghasilan secara tetap, hak atas pensiun ditunda dapat langsung dibayarkan tanpa harus menunggu peserta yang bersangkutan mencapai usia sekurang-kurangnya 45 tahun. Jadi, di sini ukuran pembayaran manfaat pensiun bukan saja atas dasar tercapainya usia pensiun, tetapi juga dikaitkan dengan situasi hilangnya penghasilan peserta sebagai karyawan. Begitu juga bagi peserta yang berhenti bekerja di bawah usia 45 tahun akibat pemutusan hubungan kerja yang disebabkan pendiri dana pensiun bubar atau karena pemberi kerja melakukan rasionalisasi karyawan, hak atas pensiun ditunda dapat langsung dibayarkan sebagai mana dikemukakan di atas. Sementara itu, bagi peserta yang berhenti bekerja di bawah 45 tahun, tetapi telah mendapatkan pekerjaan pada perusahaan lain sehingga memperoleh penghasilan secara tetap, hak atas pensiun ditunda dibayarkan pada saat peserta yang bersangkutan mencapai usia sekurang- kurangnya 45 tahun. Universitas Sumatera Utara 4 Asas Kebebasan untuk Membentuk atau Tidak Membentuk Dana pensiun Berdasarkan asas ini, keputusan membentuk dana pensiun merupakan inisiatif perusahaan untuk menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawannya, yang membawa konsekuensi pendanaan. Dengan demikian, inisiatif tersebut harus didasarkan pada kemampuan keuangan perusahaan. Hal pokok yang harus selalu menjadi perhatian utama adalah bahwa keputusan untuk menjanjikan manfaat pensiun merupakan suatu komitmen yang membawa konsekuensi pembiayaan, sampai pada saat dana pensiun dibubarkan. Asas ini telah menghambat bagi suksesnya program pensiun. Pada satu pihak, masyarakat khususnya karyawan mengharapkan dapat menjadi peserta program pensiun sehingga kesinambungan penghasilan di hari tuanya menjadi terjamin. Di lain pihak, Undang-Undang Dana Pensiun tidak mewajibkan perusahaanpemberi kerja untuk membentuk dana pensiun, sehingga hanya sedikit perusahaan yang mau menyelenggarakan program pensiun bagi karyawannya. 5 Prinsip Kehati-hatian Dalam Penjelasan Undang-Undang Dana Pensiun disebutkan bahwa investasi kekayaan dana pensiun merupakan salah satu kegiatan yang memberikan dampak besar kepada keadaan keuangan dana pensiun. Oleh sebab itu, kegiatan tersebut harus dilakukan secara profesional dan berhati-hati. Menurut Zulaini Wahab, dari Penjelasan Undang-Undang Dana Pensiun di atas menandaskan bahwa dana pensiun dalam mengelola Universitas Sumatera Utara program pensiun harus berdasarkan prinsip kehati-hatian prudential principle. Akan tetapi, sayangnya prinsip kehati-hatian tersebut kurang mendapat perhatian dalam Undang-Undang Dana Pensiun. Hal itu terbukti bahwa prinsip kehati-hatian tersebut hanya ditampung dalam bagian Penjelasan Undang-Undang Dana Pensiun, tetapi undang-undang tersebut tidak menjelaskan bagaimana bekerjanya prinsip kehati-hatian tersebut. 42

C. Kedudukan Lembaga Dana Pensiun Sebagai Badan Hukum

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

2 58 122

PENGAWASAN LEMBAGA PERBANKAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN SETELAH DIBERLAKUKANNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN

4 28 71

INDEPENDENSI OTORITAS JASA KEUANGAN DALAM MELAKUKAN PENGAWASAN PERBANKAN DI INDONESIA (BERDASARKAN BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN).

0 0 13

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 12

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 2

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 25

Analisis Yuridis Kedudukan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) Setelah Berlakunya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 38

BAB II PENGATURAN LEMBAGA DANA PENSIUN DI INDONESIA A. Pengertian, Dasar Hukum, dan Jenis-Jenis Lembaga Dana Pensiun 1. Pengertian Lembaga Dana Pensiun - Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Ot

0 0 58

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengawasan Terhadap Lembaga Dana Pensiun Setelah Berlakunya Undang-Undang No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan

0 0 17

BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2011 TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN (“UNDANG-UNDANG OJK”)

0 0 68