2.4. Hubungan Infeksi Cacing Terhadap Atopi
Apabila mikroorganisme termasuk parasit berhasil masuk ke dalam tubuh, maka akan membangkitkan respon imun. Pada mulanya respon imun yang bersifat
nonspesifik dengan mekanisme seluler maupun humoral akan menghadapi mikroorganisme dan parasit tersebut. Mekanisme seluler yang dilangsungkan oleh
fagosit mononuklear dan polinuklear, khusunya akan berusaha merusak atau membunuh mikroorganisme dengan cara fagositosis. Sedangkan mekanisme
humoral akan melibatkan berbagai enzim termasuk sistem komplemen dalam
menghadapi serbuan mikroorganisme dan parasit tersebut Subowo, 1993.
Pertahanan terhadap banyak infeksi cacing diperankan oleh aktivasi sel Th2 yang menghasilkan IgE dan aktivasi eosinofil. IgE yang berikatan dengan
permukaan cacing diikat eosinofil. Selanjutnya eosinofil diaktifkan dan mensekresi granul enzim yang menghancurkan parasit. Produksi IgE dan eosinofil
sering ditemukan pada infeksi cacing Baratawijaya, 2004.
2.5. Uji Tusuk Kulit
Uji tusuk kulit adalah salah satu cara termudah untuk memeriksa kelainan atopi dan sensitifitas terhadap alergi atas keberadaan antibodi IgE spesifik. Tes ini
merupakan metoda pendekatan diagnostik yang tepat untuk mendeteksi sensitisasi IgE oleh alergen hirup, makanan, bisa hewan dan obat-obatan Licardi et al,
2006. Uji tusuk kulit, selain murah juga menyediakan hasil yang cepat didapat Licardi et al, 2006, sebagai alat diagnostik pada kelainan alergi anak Cantani
Micera, 2000, uji ini biasanya direkomendasikan sebagai sarana uji diagnostik lini pertama untuk mendeteksi adanya reaktivitas spesifik Licardi et al, 2006.
Nilai prediktif uji tusuk kulit telah dipublikasikan dan di-nyatakan dapat digunakan untuk memeriksa sensitisasi Manjra et al, 2005.
Uji tusuk kulit dinyatakan positif jika terdapat rasa gatal dan eritema yang dikonfirmasi dengan
adanya urtika yang khas. Urtika yang khas tersebut dapat dilihat dan diraba dengan diameter 3 mm yang muncul 15
– 20 menit sesudah aplikasi tusuk kulit Lachapelle Maibach, 2003.
Nilai prediktif uji tusuk kulit juga telah dinyatakan dapat digunakan untuk memeriksa sensitisasi alergi Nafstad et al, 2005. Uji tusuk kulit masih tetap
12
Universitas Sumatera Utara
merupakan uji untuk memeriksa IgE spesifik yang paling sensitif dan spesifik, dan telah dinyatakan lebih sensitif dibanding teknik radioallergo-sorbent test RAST
dalam mendete ksi reaktivitas IgE O‟Brien, 2002.
Sampson 2000 telah menunjukkan bahwa uji tusuk kulit mempunyai nilai positif terbesar dibanding uji food challenge dalam suatu studi plasebo-kontrol
tersamar ganda Cantani Micera, 2000. Uji tusuk kulit terutama akan membantu untuk mengeksklusikan alergen potensial yang dicurigai menimbulkan
gejala alergi, karena jarang mempunyai hasil negatif-palsu O‟Brien, 2002, oleh
keberadaan nilai prediksi negatifnya yang sangat tinggi 95 Burks, 2003. Hasil uji negatif akan menunjukkan tidak terdapatnya reaktivitas alergi
oleh mediasi IgE. Sebaliknya nilai prediksi positifnya biasanya hanya berkisar sekitar 30 sampai 50, sehingga hasil uji kulit positif saja belum dapat menjadi
bukti adanya reaksi terkait Burks, 2003.
13
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional untuk membandingkan proporsi atopi pada anak-anak yang terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides dengan
yang tidak terinfeksi. Status infeksi cacing dilihat dari pemeriksaan tinja untuk cacing Ascaris lumbricoides. Atopi dapat dilihat dari hasil uji tusuk kulit yang
positif dengan alergen dari cacing Ascaris lumbricoides pada anak.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2013. Penelitian
dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 047XI Koto Baru Kecamatan Pesisir Bukit Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah anak Sekolah Dasar Negeri 047XI Koto Baru yang berusia 6
– 12 tahun. Populasi terjangkau adalah anak Sekolah Dasar Negeri 047XI Koto Baru yang berusia 6
– 12 tahun yang bertempat tinggal di Kecamatan Pesisir Bukit Kota Sungai Penuh Provinsi Jambi. Sampel adalah
populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi. Cara pemilihan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling.
3.4. Kriteria Inklusi
1. Anak yang berusia 6 – 12 tahun dengan riwayat atopi pada keluarga.
2. Anak tersebut diperiksa tinja ditemukan telur Ascaris lumbricoides dan tidak ditemukan telur Ascaris lumbricoides.
3. Anak tersebut memenuhi protokol di mana bersedia untuk pemeriksaaan tinja pada waktu yang telah ditentukan peneliti.
4. Orang tua bersedia mengisi informed consent. 5. Orang tua bersedia mengisi kuesioner.
14
Universitas Sumatera Utara