Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Rematik Pada Anak Di RSUP Haji Adam Malik, Medan Tahun 2007-2009

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG

REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

TAHUN 2007-2009

Oleh :

AZIZI BIN AZIZAN 070100390

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG

REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN

TAHUN 2007-2009

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Sarjana Kedokteran

Oleh :

AZIZI BIN AZIZAN 070100390

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG REMATIK PADA ANAK DI RSUP HAJI ADAM MALIK, MEDAN TAHUN 2007-2009

Nama : Azizi Bin Azizan NIM : 070100390

Dosen Pembimbing, Penguji I,

……….. ………. (dr. Muhammad Ali, SpA(K)) (dr. Dina Keumala Sari, M Gizi, Sp. GK) NIP : 19690524 1999031 001 NIP : 19731221 200312 2 001

Penguji II,

……….... (dr. Yunita Sari Pane, M.Si)

NIP : 132 299 352

Medan, Nopember 2010 Dekan,

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

……….

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1001


(4)

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari Demam Rematik (DR), yang ditandai dengan terjadinya cacat katup jantung. Menurut WHO tahun 2001, dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskular, terdapat 1.96% disebabkan oleh PJR. Pada tahun 2001 di Asia Tenggara, angka kematian akibat PJR sebesar 7,6 per 100.000 penduduk.

Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita PJR pada anak di RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2007-2009. Populasi dan sampel adalah sebanyak 88 orang (total sampling).

Hasil : Ditemukan proporsi terbanyak pada kelompok umur >144 bulan (45,5%), perempuan (59,1%), suku Batak (47,7%), dan Keluhan Utama berupa Artritis bersama sesak napas (38,6%)

Konklusi : Jumlah pasien yang banyak menderita PJR adalah dari jenis kelamin perempuan berbanding laki-laki. Usia melebihi 12 tahun merupakan paling banyak menderita PJR sedangkan suku paling banyak yang menderita PJR di RSUP Haji Adam Malik, Medan adalah dari suku Batak. Keluhan utama berupa sesak napas dan nyeri sendi adalah keluhan yang paling sering didapat pada penderita PJR pada anak.

Kata kunci : Penyakit Jantung Rematik, Karakteristik, RSUP Haji Adam Malik


(5)

ABSTRACT

Introduction : Rheumatic Heart Disease (RHD) is a heart disease that caused by

unfinished symptoms (sekuele) from rheumatic fever, which is marked by the occurrence of heart valve defects. According to WHO reports in 2001, of all deaths due to cardiovascular disease, 1,96 % of them are caused by RHD. In 2001 in Asia, the fatality rate because of RHD is 7,6% per 100.000 people.

Methods : This research type is a descriptive study which aims is to find out the

Children’s characteristic of RHD in RSUP H. Adam Malik, Medan 2007-2009. The population and sample research is 88 people (total sampling).

Results : Highest proportion found in the age group is >144 months (45,5%), female

(59,1%), Batak tribe (47,7%) and Arthritis with shortness of breath is the most complaint made by patients (38,6%).

Conclusions : The number of patients suffering RHD is a lot of the female sex

compared to men. Children aged 12 years old and above are the most people who suffered from RHD. Batak’s tribe are listed as the most highest rate who also suffering for RHD and we also can make a conclusion that the main complaints from RHD’s patients are shortness of breath and joint pain.

Keywords: Rheumatic Heart Disease, Characteristic, Haji Adam Malik General


(6)

KATA PENGHANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Rematik pada Anak Tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itupenulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Muhammad Ali, Sp.A(K), selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi, Sp.GK dan Ibu dr. Yunita Sari Pane, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini

4. Ibu dr. Lita Feriyawati, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademis yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua tercinta, Azizan Sulaiman dan Hashimah Kassim yang membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil hingga saat ini. Tidak dilupakan juga keseluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi selama penulisan karya tulis ilmiah ini.

6. Seluruh staff pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.


(7)

7. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) dan Bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

8. Bagian Poliklinik Anak RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan tempat dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data.

9. Sahabat-sahabat sekelompok bimbingan karya tulis ilmiah (Citra, Taufik, Rahmi, Ananda, Fandy, Pelangi, dan Armika) yang telah saling berbagi suka dan duka selama proses penulisan karya tulis ilmiah ini.

10. Sahabat-sahabat penulis di Fakultas Kedokteran USU dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Nopember 2010 Penulis,

Azizi Bin Azizan 070100390


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan... i

Abstrak………. ii

Abstract………. iii

Kata Pengantar……… iv

Daftar Isi... vi

Daftar Tabel... viii

Daftar Gambar……….. …. ix

Daftar Lampiran……….. x

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 2

1.3. Tujuan Penelitian... 2

1.4. Manfaat Penelitian... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3

2.1. Penyakit Jantung Rematik... 3

2.1.1. Definisi………. 3

2.1.2. Epidemiologi………... 3

2.2 Faktor Risiko………. 5

2.2.1 Demam Rematik………... 5

2.2.2 Manifestasi Klinis………. 8

2.2.3 Diagnosa………... 11

2.2.4 Faktor Risiko lain………. 12

2.3. Pencegahan... 13


(9)

2.2.2. Pencegahan Primer………14

2.2.3. Pencegahan Sekunder………...14

2.2.4. Pencegahan Tertier………15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian... 16

3.2. Definisi Operasional... 16

BAB 4 METODE PENELITIAN... 17

4.1. Jenis Penelitian... 17

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian... 17

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 17

4.4. Metode Pengumpulan Data... 18

4.5. Metode Analisis Data... 18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….….. 19

5.1. Hasil Penelitian……….…. 19

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian……….…. 19

5.1.2. Deskripsi Sampel berdasarkan Jenis Kelamin……….… 19

5.1.3. Deskripsi Sampel berdasarkan Umur……….….. 20

5.1.4. Deskripsi Sampel berdasarkan Suku………..……. 21

5.1.4. Deskripsi Sampel berdasarkan Keluhan Utama………… 22

5.2. Pembahasan………...…. 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ……….……... 25

6.1. Kesimpulan ……….…... 25

6.2. Saran ………..……… 25

DAFTAR PUSTAKA... 27 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

5.1 Distribusi jenis kelamin penderita PJR pada anak

5.2 Distribusi umur penderita PJR pada anak

5.3 Distribusi sampel berdasarkan suku penderita PJR pada anak


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Peneliti

Lampiran 2 Formulir Rekam Medik

Lampiran 3 Lembar Izin Penelitian di RSUP H.Adam Malik

Lampiran 4 Lembar Ethical Clearance

Lampiran 5 Data Induk Penelitian Lampiran 6 Hasil Output Penelitian


(13)

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari Demam Rematik (DR), yang ditandai dengan terjadinya cacat katup jantung. Menurut WHO tahun 2001, dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskular, terdapat 1.96% disebabkan oleh PJR. Pada tahun 2001 di Asia Tenggara, angka kematian akibat PJR sebesar 7,6 per 100.000 penduduk.

Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita PJR pada anak di RSUP Haji Adam Malik, Medan tahun 2007-2009. Populasi dan sampel adalah sebanyak 88 orang (total sampling).

Hasil : Ditemukan proporsi terbanyak pada kelompok umur >144 bulan (45,5%), perempuan (59,1%), suku Batak (47,7%), dan Keluhan Utama berupa Artritis bersama sesak napas (38,6%)

Konklusi : Jumlah pasien yang banyak menderita PJR adalah dari jenis kelamin perempuan berbanding laki-laki. Usia melebihi 12 tahun merupakan paling banyak menderita PJR sedangkan suku paling banyak yang menderita PJR di RSUP Haji Adam Malik, Medan adalah dari suku Batak. Keluhan utama berupa sesak napas dan nyeri sendi adalah keluhan yang paling sering didapat pada penderita PJR pada anak.

Kata kunci : Penyakit Jantung Rematik, Karakteristik, RSUP Haji Adam Malik


(14)

ABSTRACT

Introduction : Rheumatic Heart Disease (RHD) is a heart disease that caused by

unfinished symptoms (sekuele) from rheumatic fever, which is marked by the occurrence of heart valve defects. According to WHO reports in 2001, of all deaths due to cardiovascular disease, 1,96 % of them are caused by RHD. In 2001 in Asia, the fatality rate because of RHD is 7,6% per 100.000 people.

Methods : This research type is a descriptive study which aims is to find out the

Children’s characteristic of RHD in RSUP H. Adam Malik, Medan 2007-2009. The population and sample research is 88 people (total sampling).

Results : Highest proportion found in the age group is >144 months (45,5%), female

(59,1%), Batak tribe (47,7%) and Arthritis with shortness of breath is the most complaint made by patients (38,6%).

Conclusions : The number of patients suffering RHD is a lot of the female sex

compared to men. Children aged 12 years old and above are the most people who suffered from RHD. Batak’s tribe are listed as the most highest rate who also suffering for RHD and we also can make a conclusion that the main complaints from RHD’s patients are shortness of breath and joint pain.

Keywords: Rheumatic Heart Disease, Characteristic, Haji Adam Malik General


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah perkembangan epidemiologi diawali dengan perhatian yang lebih besar terhadap penyakit menular daripada penyakit tidak menular. Namun perubahan pola struktur masyarakat agragria beralih ke masyarakat industri banyak memberikan andil terhadap pola fertilitas, gaya hidup, sosial ekonomi, yang pada gilirannya dapat memacu semakin meningkatnya penyakit tidak menular. Oleh karena itu, epidemiologi dituntut untuk memberikan perhatian kepada penyakit tidak menular karena penyakit tersebut mulai meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat (Bustan, M.N, 2000)

Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 terjadi 55.694.000 kematian di dunia, 59% di antaranya akibat penyakit tidak menular dan sisanya oleh penyakit menular. Di Asia Tenggara pada tahun 2001 terdapat 49,7% kematian akibat penyakit tidak menular (Depkes RI, 2007)

Laporan WHO pada tahun 2001 menunjukkan bahwa Proportional Mortality

Ratio (PMR) akibat penyakit kardiovaskuler sebesar 29,3% dari seluruh kematian di

dunia. Perincian PMR akibat penyakit kardiovaskuler tersebut adalah penyakit jantung koroner (43,08%), stroke (32,92%), penyakit jantung hipertensi (5,44%), penyakit radang jantung (2,41%), penyakit jantung rematik (1,96%), dan penyakit jantung lainnya (14,19%) (WHO, 2002)

Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari Demam Rematik (DR), yang ditandai dengan terjadinya cacat katup jantung. Prevalens DR di negara berkembang pada tahun 1992 berkisar antara 7,9 sampai 12,6 per 100.000 penduduk dan di China terdapat 150 per 100.000 penduduk (Afif, A, 2008)

Dalam laporan WHO Expert Consultation Geneva pada tahun 2001, angka kematian untuk PJR adalah sebesar 0,5 per 100.000 penduduk di negara maju dan 8,2


(16)

per 100.000 penduduk di negara berkembang. Pada tahun 2001 di Asia Tenggara, angka kematian akibat PJR sebesar 7,6 per 100.000 penduduk. Di Utara India pada tahun 1992-1993, prevalens PJR sebesar 1,9-4,8 per 1.000 anak sekolah (dengan umur 5-15 tahun). Sedangkan Nepal (1997) dan Sri Lanka (1998) masing-masing sebesar 1,2 per 1.000 anak sekolah dan 6 per 1.000 anak sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, dapat dirumuskan suatu masalah dalam penulisan penelitian ini, yaitu:

“Bagaimanakah karakteristik penderita PJR pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui karakteristik penderita PJR pada anak.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk mengetahui distribusi dan frekuensi penderita PJR pada anak tahun 2007-2009 di RSUP H. Adam Malik, Medan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat

1 Meningkatkan pengetahuan para pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang PJR pada anak.

2 Meningkatkan pengetahuan para pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang DR dan PJR.

3 Meningkatkan pengetahuan para pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang frekuensi dan distribusi PJR pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007-2009 sesuai umur, jenis kelamin, keluhan utama yang dialami penderita, dan penatalaksanaan.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Jantung Rematik 2.1.1. Definisi

Menurut WHO tahun 2001, Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah cacat jantung akibat karditis rematik. Menurut Afif. A (2008), PJR adalah penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari Demam Rematik (DR), yang ditandai dengan terjadinya cacat katup jantung.

Definisi lain juga mengatakan bahwa PJR adalah hasil dari DR, yang merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi 2-3 minggu setelah infeksi streptococcus

beta hemolyticus grup A pada saluran nafas bagian atas (Underwood J.C.E, 2000).

Dari sebuah jurnal mengatakan bahawa DR dan atau PJR eksaserbasi akut adalah suatu sindroma klinik penyakit akibat infeksi streptococcus beta hemolyticus grup A pada tenggorokan yang terjadi secara akut ataupun berulang dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea, nodul subkutan dan eritema marginatum (Meador R.J. et al, 2009).

2.1.2. Epidemiologi PJR

Angka kesakitan Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah (PJPD) di Amerika Serikat pada tahun 1996, dilaporkan hamper mencapai 60 juta penderita, dimana 1,8 juta di antaranya menderita PJR. (Ulfah A., 2000) Statistik rumah sakit di Negara berkembang pada tahun 1992 menunjukkan sekitar 10%-35% dari penderita penyakit jantung yang masuk ke rumah sakit adalah penderita DR dan PJR (Afif A., 2008)

Insidens PJR tertinggi dilaporkan terjadi pada suku Samoan di Kepulauan Hawaii sebesar 206 penderita per 100.000 penduduk pada periode tahun 1980-1984. (Boestan I.N., 2007) Prevalens PJR di Ethiopia (Addis Ababa) tahun 1999 adalah 6,4 per 100.000 penduduk pada kelompok usia 5-15 tahun (Asdie A.H., 2000) Dari klasifikasi PJR, yakni stenosis mitral, ditemukan perempuan lebih sering terkena


(18)

daripada laki-laki dengan perbandingan 7:1 (Chandrasoma P, 2006).

DR Akut dan PJR diduga hasil dari respon autoimun, namun patogenesis yang pasti masih belum jelas. Walaupun PJR adalah penyebab utama kematian 100 tahun yang lalu pada orang berusia 5-20 tahun di Amerika Serikat, insiden penyakit ini telah menurun di negara maju, dan tingkat kematian telah menurun menjadi hanya di atas 0% sejak tahun 1960-an. Di seluruh dunia, PJR masih merupakan masalah kesehatan yang utama. PJR Kronis diperkirakan terjadi pada 5-30 juta anak-anak dan orang dewasa muda; 90.000 orang meninggal karena penyakit ini setiap tahun. Angka kematian dari penyakit ini masih 1%-10%. Sebuah sumber daya yang komprehensif mengenai diagnosis dan pengobatan disediakan oleh WHO (Thomas K Chin, 2008).

Dilaporkan di beberapa tempat di Amerika Serikat pada pertengahan dan akhir tahun 1980-an telah terjadi peningkatan insidens DR, demikian juga pada populasi aborigin di Australia dan New Zealand dilaporkan peningkatan penyakit ini. Tidak semua penderita infeksi saluran nafas yang disebabkan infeksi Streptokokus Beta Hemolitik grup A menderita DR. Sekitar 3% dari penderita infeksi saluran nafas atas terhadap Streptokokus Beta Hemolitik grup A di barak militer pada masa epidemi yang menderita DR dan hanya 0,4% didapati pada anak yang tidak diobati setelah epidemi infeksi Streptokokus Beta Hemolitik grup A pada populasi masyarakat sipil (Chakko S. et al, 2001).

Dalam laporan WHO Expert Consultation Geneva, 29 Oktober–1 November 2001 yang diterbitkan tahun 2004 angka mortalitas untuk PJR 0,5 per 100.000 penduduk di negara maju hingga 8,2 per 100.000 penduduk di negara berkembang dan di daerah Asia Tenggara diperkirakan 7,6 per 100.000. Diperkirakan sekitar 2000-332.000 yang meninggal diseluruh dunia karena penyakit tersebut. Angka disabilitas pertahun (The disability-adjusted life years (DALYs)1 lost) akibat PJR diperkirakan sekitar 27,4 per 100.000 di negara maju hingga 173,4 per 100.000 di negara berkembang yang secara ekonomis sangat merugikan. Data insidens DR yang dapat dipercaya sangat sedikit sekali. Pada beberapa negara data yang diperoleh hanya berupa data lokal yang terdapat pada anak sekolah. Insidens per tahunnya


(19)

cenderung menurun dinegara maju, tetapi di negara berkembang tercatat berkisar antara 1 di Amerika Tengah 150 per 100.000 di China. Sayangnya dalam laporan WHO yang diterbitkan tahun 2004 data mengenai DR dan PJR Indonesia tidak dinyatakan (Afif. A, 2008 & WHO, 2004).

Pada tahun 2001 di Asia Tenggara, angka kematian akibat PJR sebesar 7,6 per 100.000 penduduk. Di Utara India pada tahun 1992-1993, prevalens PJR sebesar 1,9-4,8 per 1.000 anak sekolah (dengan umur 5-15 tahun). Sedangkan Nepal (1997) dan Sri Lanka (1998) masing-masing sebesar 1,2 per 1.000 anak sekolah dan 6 per 1.000 anak sekolah (WHO, 2001).

2.2. Faktor Risiko

Faktor risiko yang berpengaruh pada timbulnya PJR dibagi menjadi faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik, antara lain :

2.2.1 Demam Rematik (DR) Definisi DR

Menurut WHO, definisi DR adalah sindrom klinis sebagai salah satu akibat infeksi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup A, yang ditandai oleh satu atau lebih manisfestasi mayor (karditis, poliartritis, korea, nodul subkut an, dan eritema marginatum) dan mempunyai ciri khas untuk kambuh kembali (Afif, A dkk.)

Pendapat lain memberikan definisi DR atau PJR sebagai suatu sindroma klinik penyakit akibat infeksi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup A pada tenggorokan yang terjadi secara akut ataupun berulang dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu poliartritis migrans akut, karditis, korea, nodul subkutan dan eritema marginatum (Meador R.J. et al, 2009).


(20)

Etiologi DR

Telah lama diketahui DR mempunyai hubungan dengan infeksi kuman Streptokokus Beta Hemolitik grup A pada saluran nafas atas dan infeksi kuman ini pada kulit mempunyai hubungan untuk terjadinya glomerulonefritis akut. Kuman Streptokokus Beta Hemolitik dapat dibagi atas sejumlah grup serologinya yang didasarkan atas antigen polisakarida yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut. Tercatat saat ini lebih dari 130 serotipe M yang bertanggung jawab pada infeksi pada manusia, tetapi hanya grup A yang mempunyai hubungan dengan etiopatogenesis DR dan PJR. Hubungan kuman Streptococcus beta hemolitycus grup A sebagai penyebab DR terjadi secara tidak langsung, karena organisme penyebab tidak dapat diperoleh dari lesi, tetapi banyak penelitian klinis, imunologis dan epidemiologis yang membuktikan bahwa penyakit ini mempunyai hubungan dengan infeksi

Streptococcus beta hemolitycus grup A, terutama serotipe M1, 3, 5, 6, 14, 18, 19 dan

24 (Afif. A, 2008).

Sekurang-kurangnya sepertiga penderita menolak adanya riwayat infeksi saluran nafas karena infeksi streptokokkus sebelumnya dan pada kultur apus tenggorokan terhadap Streptococcus beta hemolitycus grup A sering negatif pada saat serangan DR. Tetapi respons antibodi terhadap produk ekstraseluler streptokokus dapat ditunjukkan pada hampir semua kasus DR dan serangan akut DR sangat berhubungan dengan besarnya respon antibodi. Diperkirakan banyak anak yang mengalami episode faringitis setiap tahunnya dan 15%-20% disebabkan oleh Streptokokus grup A dan 80% lainnya disebabkan infeksi virus. Insidens infeksi

Streptococcus beta hemolitycus grup A pada tenggorokan bervariasi di antara

berbagai negara dan di daerah didalam satu negara. Insidens tertinggi didapati pada anak usia 5 -15 tahun.


(21)

Beberapa faktor predisposisi lain yang berperan pada penyakit ini adalah keadaan sosio ekonomi yang rendah, penduduk yang padat, golongan etnik tertentu, faktor genetik, golongan HLA tertentu, daerah iklim sedang, daerah tropis bercuaca lembab dan perubahan suhu yang mendadak (Park M.K., 1996).

Patogenesis

Hubungan antara infeksi infeksi Streptokokkus Beta Hemolitik grup A dengan terjadinya DR telah lama diketahui. Demam rematik merupakan respon autoimun terhadap infeksi Streptococcus beta hemolitycus grup A pada tenggorokan. Respons manifestasi klinis dan derajat penyakit yang timbul ditentukan oleh kepekaaan

genetic host, keganasan organisme dan lingkungan yang kondusif. Mekanisme

patogenesis yang pasti sampai saat ini tidak diketahui, tetapi peran antigen histokompatibilitas mayor, antigen jaringan spesifik potensial dan antibodi yang berkembang segera setelah infeksi streptokokkus telah diteliti sebagai faktor risiko yang potensial dalam patogenesis penyakit ini.

Beberapa penelitian berpendapat bahawa DR yang mengakibatkan PJR terjadi akibat sesitisasi dari antigen Streptococcus beta hemolitycus grup A di faring. Streptococcus adalah bakteri gram positif berbentuk bulat, berdiameter 0,5-1 mikron dan mempunyai karakteristik dapat membentuk pasangan atau rantai selama pertumbuhannya. Streptococcus beta hemolitycus grup A ini terdiri dari dua jenis, yaitu hemolitik dan non hemolitik. Yang menginfeksi manusia pada umumnya jenis hemolitik.

Lebih kurang 95% pasien menunjukkan peninggian titer antistreptolisin O (ASTO), antideoksiribonukleat B (anti DNA-ase B) yang merupakan dua jenis tes yang biasa dilakukan untuk infeksi kuman Streptococcus beta hemolitycus grup A.

DR merupakan manifestasi yang timbul akibat kepekaan tubuh yang berlebihan (hipersentivitas) terhadap beberapa produk yang dihasilkan oleh

Streptococcus beta hemolitycus grup A. Kaplan mengemukakan hipotesis tentang


(22)

dengan otot jantung yang mempunyai susunan antigen mirip antigen Streptococcus

beta hemolitycus grup A. Hal inilah yang menyebabkan reaksi autoimun.

Dalam keadaan normal,sistem imun dapat membedakan antigen tubuh sendiri dari antigen asing, karena tubuh mempunyai toleransi terhadap self antigen, tetapi pengalaman klinis menunjukkan bahwa adakalanya timbul reaksi autoimun. Reaksi autoimun adalah reaksi sistem imun terhadap antigen sel jaringan sendiri. Antigen tersebut disebut autoantigen, sedang antibody yang dibentuk disebut autoantibodi.

Reaksi autoantigen dan autoantibodi yang menimbulkan kerusakan jaringan dan gejala-gejala klinis disebut penyakit autoimun, sedangkan bila tidak disertai gejala klinis disebut fenomena autoimun. Oleh karena itu pada umumnya para ahli sependapat bahwa DR termasuk dalam penyakit autoimun.

2.2.2 Manifestasi Klinis

DR Akut terdiri dari sejumlah manifestasi klinis, di antaranya artritis, korea, nodulus subkutan, dan eritema marginatum. Berbagai manifestasi ini cenderung terjadi bersama-sama dan dapat dipandang sebagai sindrom, yaitu manifestasi ini terjadi pada pasien yang sama, pada saat yang sama atau dalam urutan yang berdekatan.

Manifestasi klinis ini dapat dibagi menjadi manifestasi mayor dan manifestasi minor, yaitu :

Manifestasi Klinis Mayor

Manifestasi mayor terdiri dari artritis, karditis, korea, eritema marginatum, dan nodul subkutan. Artritis adalah gejala mayor yang sering ditemukan pada DR Akut. Munculnya tiba-tiba dengan nyeri yang meningkat 12-24 jam yang diikuti dengan reaksi radang.

Biasanya mengenai sendi-sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan. Sendi yang terkena menunjukkan gejala-gejala radang seperti bengkak, merah, panas sekitar sendi, nyeri dan terjadi gangguan fungsi sendi.


(23)

Kelainan pada tiap sendi akan menghilang sendiri tanpa pengobatan dalam beberapa hari sampai 1 minggu dan seluruh gejala sendi biasanya hilang dalam waktu 5 minggu, tanpa gejala sisa apapun.

Karditis merupakan proses peradangan aktif yang mengenai endokarditis, miokarditis, dan perikardium. Dapat salah satu saja, seperti endokarditis, miokarditis, dan perikarditis. Endokarditis dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada daun katup yang menyebabkan terdengarnya bising yang berubah-ubah. Ini menandakan bahwa kelainan yang ditimbulkan pada katup belum menetap. Miokarditis ditandai oleh adanya pembesaran jantung dan tanda-tanda gagal jantung. Sedangkan perikarditis adalah nyeri pada perikardial. Bila mengenai ketiga lapisan sekaligus disebut pankarditis.

Karditis ditemukan sekitar 50% pasien DR Akut. Gejala dini karditis adalah rasa lelah, pucat, tidak berghairah, dan anak tampak sakit meskipun belum ada gejala-gejala spesifik. Karditis merupakan kelainan yang paling serius pada DR Akut, dan dapat menyebabkan kematian selama stadium akut penyakit. Diagnosis klinis karditis yang pasti dapat dilakukan jika satu atau lebih tanda berikut ini dapat ditemukan, seperti adanya perubahan sifat bunyi jantung organik, ukuran jantung yang bertambah besar, terdapat tanda perikarditis, dan adanya tanda gagal jantung kongestif.

Korea merupakan gangguan sistim saraf pusat yang ditandai oleh gerakan tiba-tiba, tanpa tujuan, dan tidak teratur, seringkali disertai kelemahan otot dan emosi yang tidak stabil. Gerakan tanpa disedari akan ditemukan pada wajah dan anggota-anggota gerak tubuh. Gerakan ini akan menghilang pada saat tidur. Korea biasanya muncul setelah periode laten yang panjang, yaitu 2-6 bulan setelah infeksi Streptokokkus dan pada waktu seluruh manifestasi DR lainnya mereda. Korea ini merupakan satu-satunya manifestasi klinis yang memilih jenis kelamin, yakni dua kali lebih sering pada anak perempuan dibandingkan pada laki-laki.

Eritema marginatum merupakan manifestasi DR pada kulit, berupa bercak-bercak merah muda dengan bagian tengahnya pucat sedangkan tepinya berbatas tegas, berbentuk bulat atau bergelombang, tidak nyeri, dan tidak gatal. Tempatnya


(24)

dapat berpindah-pindah, di kulit dada dan bagian dalam lengan atas atau paha, tetapi tidak pernah terdapat di kulit muka. Eritema marginatum ini ditemukan kira-kira 5% dari penderita DR dan merupakan manifestasi klinis yang paling sukar didiagnosis.

Nodul subkutan merupakan manifestasi mayor DR yang terletak dibawah kulit, keras, tidak terasa sakit, mudah digerakkan, berukuran antara 3-10mm. Kulit diatasnya dapat bergerak bebas. Biasanya terdapat di bagian ekstensor persendian terutama sendi siku, lutut, pergelangan tangan dan kaki. Nodul ini timbul selama 6-10 minggu setelah serangan DR Akut.

Manifestasi Klinis Minor

Manifestasi klinis minor merupakan manifestasi yang kurang spesifik tetapi diperlukan untuk memperkuat diagnosis DR. Manifestasi klinis minor ini meliputi demam, atralgia, nyeri perut, dan epistaksis.

Demam hampir selalu ada pada poliartritis rematik. Suhunya jarang melebihi 39°C dan biasanya kembali normal dalam waktu 2 atau 3 minggu, walau tanpa pengobatan. Atralgia adalah nyeri sendi tanpa tanda objektif pada sendi, seperti nyeri, merah, hangat, yang terjadi selama beberapa hari atau minggu. Rasa sakit akan bertambah bila penderita melakukan latihan fisik. Gejala lain adalah nyeri perut dan epistaksis, nyeri perut membuat penderita kelihatan pucat dan epistaksis berulang merupakan tanda subklinis dari DR.

Para ahli lain ada menyatakan manifestasi klinis yang serupa yaitu umumnya dimulai dengan demam remiten yang tidak melebihi 39°C atau arthritis yang timbul setelah 2-3 minggu setelah infeksi. Demam dapat berlangsung berkali-kali dengan tanda umum berupa malaise, astenia, dan penurunan berat badan. Sakit persendian dapat berupa atralgia, yaitu nyeri persendian dengan tanda-tanda panas, merah, bengkak atau nyeri tekan, dan keterbatasan gerak. Artritis pada DR dapat mengenai beberapa sendi secara bergantian. Manifestasi lain berupa pankarditis (endokarditis, miokarditis, dan perikarditis), nodul subkutan, eritema marginatum, korea, dan nyeri abdomen (Mansjoer A. dkk., 2000).


(25)

Langkah pertama dalam mendiagnosis PJR adalah menetapkan bahwa anak anda baru-baru ini mengalami infeksi streptokokus. Dokter mungkin melakukan tes hapusan tenggorokan, tes darah, atau keduanya untuk memeriksa adanya antibodi Streptokokus. Namun, ada kemungkinan bahwa tanda-tanda infeksi strep mungkin hilang pada saat anda membawa anak anda ke dokter. Dalam hal ini, dokter akan memerlukan anda untuk mencoba mengingat apakah anak anda baru-baru ini mengalami sakit tenggorokan atau gejala lain dari infeksi streptokokus.

Seterusnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan memeriksa anak anda untuk tanda-tanda demam rematik, termasuk nyeri sendi dan peradangan. Dokter juga akan mendengarkan jantung anak anda untuk memeriksa irama abnormal atau murmur yang mungkin menandakan bahwa jantung telah tegang. Selain itu, ada beberapa tes yang dapat digunakan untuk memeriksa jantung dan menilai kerusakan, termasuk :

* Chest X-ray, untuk memeriksa ukuran jantung dan untuk melihat apakah ada kelebihan cairan di jantung atau paru-paru

* Ekokardiogram, sebuah tes non-invasif yang menggunakan gelombang suara untuk menciptakan sebuah gambar bergerak dari jantung dan terpaparnya ukuran dan bentuk

2.2.3 Diagnosis

Sebuah diagnosis PJR dibuat setelah konfirmasi adanya DR. Menurut kriteria Jones (direvisi tahun 1992) menyediakan pedoman untuk diagnosis demam rematik (AHA, 1992).


(26)

Kriteria Jones menuntut keberadaan 2 mayor atau 1 mayor dan 2 kriteria minor untuk diagnosis demam rematik.

o Kriteria diagnostik mayor termasuk karditis, poliarthritis, khorea, nodul subkutan dan eritema marginatum.

o Kriteria diagnostik minor termasuk demam, arthralgia, panjang interval PR pada EKG, peningkatan reaktan fase akut (peningkatan tingkat sedimentasi eritrosit [ESR]), kehadiran protein C-reaktif, dan leukositosis.

2.2.4 Faktor Ekstrinsik

Faktor DR tersebut juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor genetik, umur, dan jenis kelamin.

Faktor genetik mempunyai hubungan dengan kejadian DR yaitu dengan terdapatnya beberapa orang dalam satu keluarga yang menderita penyakit ini, serta fakta bahawa DR lebih sering mengenai saudara kembar monozigotik oleh reaksi dizigotik. (Afif A dkk., 1988) Selain itu, PJR termasuk ke dalam penyakit yang dihasilkan oleh Streptococcus beta hemolitycus grup A. (Tobing , T.C.L, 1998) Konsep genetika ini diperkuat oleh penemuan yang mempergunakan teknologi yang canggih, yaitu bahawa penderita DR ditemukan antigen HLA (Human Leucocyte

Antygen) tertentu (Afif A. dkk., 1988).

Umur merupakan faktor predisposisi terpenting tentang timbulnya DR. Penyakit ini sering mengenai anak berumur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Distribusi ini sesuai dengan insidens infeksi streptokokkus pada anak usia sekolah. Prevalensi PJR di Indonesia sebesar 0,3-0,8 per 100.000 penduduk usia 5-15 tahun. (Suprihati, dkk, 2006) DR lebih sering didapatkan pada anak perempuan daripada laki-laki. Begitu juga dengan kelainan katup sebagai gejala sisa PJR juga menunjukkan perbedaan jenis kelamin (Afif A, dkk., 2008).


(27)

Faktor ekstrinsik, antara lain disebabkan : Keadaan Sosial Ekonomi yang Buruk

Tingkat sosial ekonomi merupakan faktor penting dalam terjadinya DR. Golongan masyarakat masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah dengan manifestasinya, seperti ketidaktahuan, perumahan dan lingkungan yang buruk, tempat tinggal yang berdesakan, dan pelayanan kesehatan yang kurang baik, merupakan golongan yang paling rawan. Pengalaman di negara-negara yang sudah maju menunjukkan bahwa angka kejadian DR akan menurun seiring dengan perbaikan tingkat sosial ekonomi masyarakat negara tersebut. (Brooks, G.F, dkk, 2001) Menurut penelitian Mbeza, masyarakat yang hidup dengan tingkat sosial ekonomi rendah memiliki risiko 2,68 kali menderita DR (RR=2,68). (Mbeza, B.L, 2007)

Iklim dan Geografi

Penyakit DR ini terbanyak didapatkan di daerah beriklim sedang, tetapi daerah tropis juga mempunyai insidens yang tinggi. Di daerah yang letaknya tingi mempunyai insidens DR lebih tinggi daripada di dataran rendah. Perubahan cuaca yang mendadak sering mengakibatkan insidens infeksi saluran nafas bagian atas meningkat, sehingga insidens DR juga meningkat. (Sudoyo, A, 2006) Pada musin hujan kemungkinan terjadinya PJR 3,24 kali (RR=3,24). (Mbeza, B.L, 2007)

2.3. Pencegahan

2.3.1. Pencegahan Primordial

Tahap pencegahan ini bertujuan memelihara kesehatan setiap orang yang sehat supaya tetap sehat dan terhindar dari segala macam penyakit termasuk penyakit jantung. Untuk mengembangkan tubuh maupun jiwa serta memelihara kesehatan dan kekuatan, maka diperlukan bimbingan dan latihan supaya dapat mempergunakan tubuh dan jiwa dengan baik untuk melangsungkan hidupnya sehari-hari.


(28)

Cara tersebut adalah dengan menganut suatu cara hidup sehat yang mencakup memakan makanan dan minuman yang menyehatkan, gerak badan sesuai dengan pekerjaan sehari-hari dan berolahraga, usaha menghindari dan mencegah terjadinya depresi, dan memelihara lingkungan hidup yang sehat.

2.3.2. Pencegahan Primer

Pencegahan primer ini ditujun kepada penderita DR. Terjadinya DR seringkali disertai pula dengan adanya PJR Akut sekaligus. Maka usaha pencegahan primer terhadap PJR Akut sebaiknya dimulai terutama pada pasien anak-anak yang menderita penyakit radang oleh streptococcus beta hemolyticus grup A pada pemeriksaan THT (telinga,hidung dan tenggorokan), di antaranya dengan melakukan pemeriksaan radang pada anak-anak yang menderita radang THT, yang biasanya menyebabkan batuk, pilek, dan sering juga disertai panas badan.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kuman apa yang meyebabkan radang pada THT tersebut. Selain itu, dapat juga diberikan obat anti infeksi, termasuk golongan sulfa untuk mencegah berlanjutnya radang dan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya DR. Pengobatan antistreptokokkus dan anti rematik perlu dilanjutkan sebagai usaha pencegahan primer terhadap terjadinya PJR Akut.

2.3.3. Pencegahan Sekunder

Pecegahan sekunder ini dilakukan untuk mencegah menetapnya infeksi streptococcus

beta hemolyticus grup A pada bekas pasien DR. Pencegahan tersebut dilakukan

dengan cara, diantaranya :

1. Eradikasi kuman Streptococcus beta hemolyticus grup A

Pemusnahan kuman Streptococcus harus segera dilakukan setelah diagnosis ditegakkan, yakni dengan pemberian penisilin dengan dosis 1,2 juta unit selama 10 hari. Pada penderita yang alergi pada penisilin, dapat diganti dengan eritromisin dengan dosis maksimum 250mg yang diberikan selama 10 hari.


(29)

Hal ini harus tetap dilakukan meskipun biakan usap tenggorokan negative, kerana kuman masih ada dalam jumlah sedikit di dalam jaringan faring dan tonsil.

2. Obat anti radang

Pengobatan anti radang cukup efektif dalam menekan manifestasi radang akut demam rematik, seperti salasilat dan steroid. Kedua obat tersebut sangat efektif untuk mengurangi gejala demam, kelainan sendi serta fase reaksi akut. Lebih khusus lagi, salisilat digunakan untuk DR tanpa karditis dan steroid digunakan untuk memperbaiki keadaan umum anak, nafsu makan cepat bertambah dan laju endapan darah cepat menurun. Dosis dan lamanya pengobatan disesuaikan dengan beratnya penyakit.

3. Diet

Bentuk dan jenis makanan disesuaikan dengan keadaan penderita. Pada sebagian besar kasus diberikan makanan dengan kalori dan protein yang cukup. Selain itu diberikan juga makanan mudah cerna dan tidak menimbulkan gas, dan serat untuk menghindari konstipasi. Bila kebutuhan gizi tidak dapat dipenuhi melalui makanan dapat diberikan tambahan berupa vitamin atau suplemen gizi.

4. Tirah baring

Semua pasien DR Akut harus tirah baring di rumah sakit. Pasien harus diperiksa tiap hari untuk pengobatan bila terdapat gagal jantung. Karditis hampir selalu terjadi dalam 2-3 minggu sejak awal serangan, sehingga pengamatan yang ketat harus dilakukan selama masa tersebut.

2.3.4. Pencegahan Tertier

Pencegahan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi, di mana penderita akan mengalami kelainan jantung pada PJR, seperti stenosis mitral, insufisiensi mitral, stenosis aorta, dan insufisiensi aorta


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka konsep penelitian

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian 3.2Definisi Operasional

3.2.1 PJR merupakan gejala sisa DR Akut yang juga merupakan penyakit peradangan akut yang dapat menyertai faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus

beta-hemolyticus grup A. Penyakit ini cenderung berulang dan dipandang sebagai

penyebab penyakit jantung didapat pada anak dan dewasa muda di seluruh dunia (Arief Mansjoer, dkk. 2000)

3.2.2 Anak adalah semua manusia berusia kurang dari 18 tahun kecuali hukum tertentu yang berlaku pada anak tersebut, kedewasaan dicapai lebih awal (UNICEF, 1989)

PENYAKIT JANTUNG REUMATIK PADA ANAK

KARAKTERISTIK PENDERITA :

1. Jenis Kelamin 2. Usia

3. Suku


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat deskriptif yang akan menilai karakteristik pasien anak yang menderita Penyakit Jantung Rematik (PJR) di RSUP H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik, Medan dengan pertimbangan tersedianya data pasien PJR dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai karakteristik penderita PJR pada anak di RSUP H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Augustus sampai Nopember 2010.

4.3. Populasi dan Data Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua data penderita PJR pada anak di RSUP H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009 yang menderita PJR

4.3.2. Sampel

Sampel adalah data penderita PJR pada anak di RSUP H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009. Besar sampel yang dibutuhkan adalah sama dengan populasi (total


(32)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita PJR di bagian rekam medik RSUP H. Adam Malik, Medan tahun 2007-2009 kemudian dilakukan pencatatan sesuai dengan variabel yang diteliti.

4.5. Teknik Analisis Data

Semua data yang terkumpul diolah dan disusun dalam bentuk tabel. Data yang di peroleh di analisis secara statistik dengan bantuan program Statistical Package for the


(33)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang berlokasi di jalan Bunga Lau, No. 17, kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah untuk wilayah Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Rumah sakit ini memiliki Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Kardiologi yang merupakan lokasi pengambilan data untuk penelitian ini.

5.1.2 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 88 responden. Semua data responden diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien anak penderita PJR dari tahun 2007 – 2009.

Tabel 5.1 Distribusi jenis kelamin penderita penyakit jantung rematik

JK

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 88 sampel terdapat 36 orang berjenis kelamin laki-laki (40,9%) dan 52 orang berjenis kelamin perempuan (59,1%)

Jenis kelamin n (%)

Laki-laki 36 (40,9)

Perempuan 52 (59,1)


(34)

5.1.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur

Distribusi sampel berdasarkan umur dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 5.2 Distribusi umur penderita penyakit jantung rematik

Secara keseluruhan, responden termuda berusia 2 bulan dan tertua berusia 204 bulan (17 tahun). Dari tabel 5.2. dapat dilihat bahwa sampel mayoritas berusia antara >144 bulan, yaitu 40 orang (45,5%) dan yang jumlah sampel terendah terdapat pada kelompok umur 0-24 bulan yaitu 2 orang (2,3%).

Usia n (%)

0-24 bulan 2 (2,3)

25-48 bulan 4 (4,5)

49-72 bulan 4 (4,5)

73-96 bulan 5 (5,7)

97-120 bulan 14 (15,9)

121-144 bulan 19 (21,6)

> 144 bulan 40 (45,5)


(35)

5.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Suku

Distribusi sampel berdasarkan suku penderita PJR dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3 Distribusi sampel berdasarkan suku

JK

Dari tabel 5.3 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 42 sampel (47,7%) adalah suku Batak yang paling sering menderita PJR diikuti suku Jawa, yaitu sebanyak 21 sampel (21%), suku Melayu sebanyak 13 sampel (14,8%), suku Aceh sebanyak 6 sampel (6,8%), Lain-lain suku sebanyak 4 sampel (4,5%) dan paling sedikit yang menderita PJR adalah suku Mandailing, yaitu sebanyak 2 sampel (2,3%). Suku lain-lain itu adalah suku India dan Cina.

Suku n (%)

Batak 42 (47,7)

Melayu 13 (14,8)

Jawa 21 (23,9)

Mandailing 2 (2,3)

Aceh 6 (6,8)

Lain-lain 4 (4,5)


(36)

5.1.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Keluhan Utama

Distribusi sampel berdasarkan keluhan utama dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.4 Distribusi keluhan utama penyakit jantung rematik pada anak

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui bahwa keluhan utama yang paling banyak ditemukan pada pasien adalah sesak nafas dan nyeri sendi dengan sampel sebanyak 34 sampel (38,6%) dan keluhan utama yang paling sedikit ditemukan pada sampel adalah sesak napas dan tangan biru dengan jumlah sampel sebanyak 1 sampel (1,1%). Keluhan utama berupa kombinasi nyeri dada, sesak napas, nyeri sendi dan edema adalah sebanyak 14 sampel (15,9%) diikuti nyeri sendi dan edema sebanyak 12 sampel (13,6%). Keluhan utama berupa sesak napas sebanyak 11 sampel (12,5%) dan kombinasi nyeri dada, sesak napas, dan edema adalah sebanyak 7 sampel (8,0%).


(37)

Keluhan kombinasi nyeri dada, sesak napas dan tangan biru pula adalah 3 sampel (3,4%) diikuti keluhan utama nyeri dada sebanyak 2 sampel (2,3%) sama dengan tangan biru juga 2 sampel (2,3%).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian di RSUP Haji Adam Malik, Medan didapati bahwa pasien PJR pada jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 52 orang (59,1%), diikuti jenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 36 orang (40,9%). Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh M Sadiq et al (2009) di Pakistan, didapati prevalensi PJR pada anak sekolah di Urban Lahore, Pakistan, dimana jenis kelamin pasien PJR yang terbanyak adalah perempuan dengan rasio perempuan banding laki-laki, 1,6:1 atau bersamaan 61,5% pada jenis kelamin perempuan dan selebihnya adalah kelamin laki-laki. Penelitian ini juga disokong kuat dengan teori yang dikemukakan Thomas K. Chin (2010) yang menyatakan dalam penelitiannya yaitu, perempuan merupakan golongan paling banyak menderita PJR berbanding laki-laki.

Hasil penelitian kami juga menyatakan bahawa kelompok umur dengan jumlah sampel penderita PJR yang terbanyak adalah kelompok umur >144 bulan (12 tahun ke atas) dengan jumlah sampel 40 orang (45,5%). Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Andrew C Steer et al (2008) di Colonial War

Memorial Hospital, Suva dari Desember 2005 sampai Nopember 2007, yang

menyatakan kelompok umur yang banyak menderita PJR adalah berusia 5-15 tahun yaitu sebanyak 95% kasus dari kelompok usia tersebut. Walaubagaimanapun, jika diambil jumlah umur 60 bulan (5 tahun) dan keatas dalam penelitian kami ini, tercatat sebanyak 88,7%, dan tidak jauh beda dengan penelitian yang dilakukan oleh Steer (-6,3%).

Mengikut pembagian karakteristik penderita PJR pada anak berdasarkan suku dalam penelitian ini, diketahui suku Batak merupakan suku paling banyak yang menderita PJR dengan mencatatkan sebanyak 42 orang (47,7%) diikuti suku Jawa


(38)

yaitu sebanyak 21 orang (23,9%), kemudian suku Melayu sebanyak 13 orang (14,8%). Suku Aceh diketahui menderita PJR adalah sebanyak 6 orang (6,8%) diikuti lain-lain sebanyak 4 orang (4,5%) dan paling sedikit adalah dari suku Mandailing yaitu sebanyak 2 orang (2.3%). Suku lain-lain adalah suku India dan Cina. Sejauh ini kami belum mendapatkan literatur yang menyokong apakah ada kecenderungan suku tertentu di Indonesia untuk menderita PJR pada anak.

Dari hasil penelitian kami ini juga, didapati keluhan utama yang paling banyak ditemui adalah pasien mengalami sesak napas dan nyeri sendi yaitu sebanyak 34 orang (38,6%). Artritis adalah gejala mayor yang sering ditemukan pada pasien DR/PJR dan muncul dengan tiba-tiba dengan nyeri yang meningkat diikuti dengan reaksi radang (Sudoyo. A, 2006). Nyeri sendi biasanya mengenai sendi-sendi besar seperti lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan (Hasan R, 2005). Keluhan utama tersering yaitu artritis pada pasien dikuatkan lagi oleh penelitian M.S Ravisha et al (2003) di India yang memberikan hasil bahwa dari 250 pasien yang diteliti, sebanyak 169 orang (67,6%) mempunyai keluhan nyeri sendi (artritis) dan cepat lelah yang merupakan gejala kepada karditis yaitu sebanyak 105 orang (42%). Hasil penelitian lain yang menyokong penelitian M.S Ravisha juga dibuat oleh Andrew C Steer (2009) di Fiji yang memberikan hasil bahwa karditis merupakan salah satu gejala yang sering terjadi yaitu sebanyak 79% daripada jumlah kasus. Menurut penelitian Steer juga, daripada 103 orang pasien PJR, 53% daripada mereka mengalami gagal jantung.


(39)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis kelamin anak yang paling banyak menderita PJB adalah perempuan (59,1%).

2. Distribusi proporsi anak yang menderita PJR terbesar berdasarkan kelompok umur adalah kelompok umur >144 bulan (45,5%).

3. Mengikut suku, penderita suku Batak adalah paling sering dijumpai pada anak yang menderita PJR yaitu sebesar 47,7%.

4. Keluhan utama yang sering dialami penderita PJR ini adalah sesak napas dan nyeri sendi (38,6%).

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pihak RSUP Haji Adam Malik, Medan khususnya para dokter disarankan agar memotivasi pasien agar tetap memeriksakan diri untuk terus mendapatkan pengobatan. Usaha ini dapat membantu untuk mengurangkan jumlah pasien yang menderita PJR dari semasa ke semasa.

2. Diharapkan agar evaluasi pada anak dengan gejala sesak nafas dapat dilakukan lebih rinci, karena dari hasil penelitian diperoleh gejala terbanyak dari PJR adalah sesak napas dan nyeri sendi, sehingga tidak terjadi kesalahan diagnosis berkaitan penyakit kardiovaskular yang lain.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Afif, A. 2008. Demam Rematik dan Penyakit Jantung Rematik Permasalahan

Indonesia. Medan : FK USU.

2010]

Alwi, I., 2008. Pendekatan Holistik Penyakit Kardiovaskular VII. Jakarta : 22-34

Bustan. M.N. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Carapetis JR. 2007. Rheumatic heart disease in developing countries. New England Journal of Medicine 2007; 357:439-441.

[Diakses tanggal 18 April

2010]

Chakko S, Bisno A.L., 2001. Acute Rheumatic Fever. In : Fuster V, Alexander RW, O’ Rourke et al. Hurst The Heart; vol. II; 10th ed. Mc Graw-Hill: New York;

1657-65. Available from :[Accessed 21April

2010]

Chandrasoma, P. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta : EGC.

Chin, T.K., 2008. Rheumatic Heart Disease. Associate Professor of Pediatrics, Chief of Pediatric Cardiology and Medical Director of the Pediatric Heart Institute, University of Tennessee College of Medicine; Director of Cardiology and Endowed Chair for Excellence in Cardiology, St Jude Children's Research

Center[Diakses tanggal 10 April 2010]

Chin, T.K., 2006. Rheumatic Heart Disease. Associate Professor in Pediatrics,

University of Tennessee College of Medicines; Chief Department of Pediatric Cardiology, LeBonheur Children’s Hospital, St. Jude Children’s Research

Hospital.

Committee on Rheumatic Fever, Endocarditis and Kawasaki Disease of American Heart Association. Guidelines for Diagnosis of Rheumatic Fever: Jones criteria, 1992 Update : JAMA 1992; 268: 2069-2073


(41)

Corry S M., I Wahidiyat, Sudigdo S., 2000. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi 2. Jakarta : PT Sagung Seto, 2003, 91

DepKes RI. 2005. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Jakarta : Dit PPTM.

DepKes RI. 2007. Pedoman Pengendalian Penyakit Jantung dan Pembuluh

Darah.Jakarta : Dit PPTM dan Ditjen PP&PL.

[Diakses tanggal 16 April 2010]

Hasan, R, dkk. 2005. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika

Leman S., 1990. Perjalanan Penyakit Demam Reumatik dan Penyakit Jantung Reumatik di Lab./UPF Penyakit Dalam FK-Unand/RSUP dr.M.Djamil Padang. Analisis ‘’survival’’. Naskah Lengkap KOPAPDI VIII. Yogjakarta: 153-160

Majeed H.A, Batnager S, Yousof A.M et.al., 1992. Acute Rheumatic Fever and the

Evaluation of Rheumatic Heart Disease : A Prospective 12 years Follow-up

Study, J.Cln.Epidemiol: 106:545

Mbeza, B.L., 2007. Survey of Rheumatic Heart Disease in School Children of

Kinshasa Town.International Journal of Cardiology,Volume 63, Issue 3,

Pages 287-294. Diakses dari :

29 Maret 2010]

Meador R.J, Russel IJ, Davidson A, et al. 2009. Acute Rheumatic Fever.

Park, M.K., 1996. Acute Rheumatic Fever. In: Pediatric Cardiology for

Practitioners. 3rd ed. St. Louis: Mosby, 302-309

Robertson KA, Volmink JA, Mayosi BM., 2005 Antibiotics for the primary prevention of acute rheumatic fever: a meta-analysis. BMC Cardiovasc


(42)

Sastroasmoro, S, dkk. 1994. Buku Ajar Kardiologi Anak. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia, 290-296

Soetedjo, dkk., 1997. Survei Prevalensi Penyakit Jantung Pada Suatu Masyarakat

Pedesaan di Kabupaten Semarang. Cermin Dunia Kedokteran No.50. Bagian

Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,

Semarang.

Sudoyo, A. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi 4. Jakarta : Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI

Suprihati, dkk. 2006. Faktor Streptococcus Hemolyticus Beta Group-A pada

Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas Di RSUP Dr. Karyadi Semarang.

FK UNDIP.

World Health Organization (WHO). Rheumatic fever and rheumatic heart disease. Report of a consultation to review and develop future activities Geneva, 29

November-1 December 1999. Available from :

[Accessed 10 April 2010]

World Health Organization (WHO). Rheumatic fever and rheumatic heart disease

WHO Technical report series 923. Report of a WHO Expert Consultation

Geneva, 29 October-1 November 2001. Available from :


(43)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Azizi Bin Azizan

Tempat / Tanggal Lahir : 26 Juni 1988 / Perlis, Malaysia.

Agama : Islam

Alamat : No 18 & 19, Lorong Ciku 2, Kampung Guru, Fasa 3, 01000 Kangar, Perlis

Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Kebangsaan Santan, Perlis

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Derma, Perlis

3. Maktab Rendah Sains MARA Bitara Langkawi, Kedah

4. British Council Of Kuala Lumpur

5. Cambridge School Of English (CaSE), Medan

6. SMA Raksana, Medan

7. Universitas Sumatera Utara (USU)

Riwayat Pelatihan : 1. Peserta Mesyuarat Agung UMNO Parlimen Pdg Besar 2008


(44)

Riwayat Organisasi : 1. Ahli Persatuan Kebangsaan Pelajar-pelajar Malaysia se- Indonesia (PKPMI)

2. Ahli Persatuan Mahasiswa Malaysia USU (PM-USU) 3. Aggota United Malays National Organization (UMNO) Perlis & Malaysia

4. Ahli Jawatankuasa Minggu Suai Kenal Pelajar Malaysia Tahun 2008 dan 2009.

5. Ahli Jawatankuasa Majlis Makan Malam PM-USU 2009/2010.

6. Anggota Pertubuhan Pribumi Perkasa Malaysia (PERKASA) Malaysia

7. Anggota Belia Negeri Perlis & Malaysia

8. Anggota Pertubuhan Kebajikan Dakwah dan Islamiyah (PEKIDA) Negeri Perlis & Malaysia

9. Anggota Tim Pemikir Politik Muda (Think Tank) Negeri Perlis


(45)

LAMPIRAN 2

(FORMULIR REKAM MEDIK

No. Rekam Medik :

Nama pasien :

Umur : tahun

Jenis kelamin : Laki-laki / Perempua n Suku :

Agama : Alamat :

Keluhan utama : 1.

2. 3.

Keluhan lain : 1.

2. 3.

Diagnosa awal : Pengobatan :


(46)

LAMPIRAN 3


(47)

LAMPIRAN 4


(48)

LAMPIRAN 5

(DATA INDUK PENELITIAN) DATA CODE

JENIS KELAMIN (JK) 1. Lelaki

2. Perempuan UMUR

1. 10-24 Bulan 2. 25-48 Bulan 3. 49-72 Bulan 4. 73-96 Bulan 5. 97-120 Bulan 6. 121-144 Bulan 7. >144 Bulan AGAMA

1. Islam

2. Kristen Katolik 3. Kristen Protestan 4. Buddha

5. Hindu SUKU

1. Batak 2. Melayu 3. Jawa 4. Mandailing 5. Aceh 6. Lain-lain

KELUHAN UTAMA (KU) 1. Nyeri Dada

2. Sesak Napas 3. Gagal Jantung 4. Tangan Biru

5. Nyeri Sendi + Edema 6. Nyeri Dada + Sesak Napas 7. Sesak Napas + Nyeri Sendi 8. Nyeri Dada + Sesak Napas +

Edema

9. Nyeri Dada + Sesak Napas + Nyeri Sendi + Edema 10. Nyeri Dada + Sesak Napas +

Tangan Biru

11. Sesak Napas + Tangan Biru

Daftar Data Induk

AA 1 6 3 1 7

No. JK UMUR AGAMA SUKU

KU

AB 1 6 3 1 2

AC 2 5 3 1 2

AD 1 7 1 2 7

AE 2 7 3 1 2

AF 2 3 1 3 2

AG 1 6 1 2 2

AH 2 5 3 1 7

AI 2 7 3 1 9

AJ 2 6 3 1 8

AK 2 5 1 3 6

AL 2 6 2 1 10

AM 2 7 1 3 5

AN 2 5 1 3 7

AO 2 6 1 2 2

AP 1 5 1 1 8

AQ 1 7 1 2 7

AR 2 3 1 3 9


(49)

AT 2 7 1 4 9

AU 1 6 1 2 7

AV 2 7 3 1 1

AW 1 7 3 1 9

AX 2 5 3 1 8

AY 2 5 1 3 7

AZ 2 6 1 5 8

BA 1 7 3 1 9

BB 2 7 1 3 2

BC 2 7 1 6 2

BD 2 7 1 3 4

BE 2 5 3 1 7

BF 2 7 3 1 7

BG 1 6 1 3 7

BH 2 6 1 3 1

BI 1 6 1 3 5

BJ 2 7 2 1 7

BK 1 7 2 1 9

BL 2 2 3 1 2

BM 2 4 3 1 7

BN 1 6 1 3 6

BO 1 2 3 1 5

BP 2 7 1 1 7

BQ 1 5 1 6 5

BR 2 5 1 3 2

BS 1 4 3 1 4

BT 2 3 3 1 7

BU 1 4 3 1 7

BV 1 1 1 5 2

BW 1 6 1 2 11 BX 1 2 3 1 10

BY 1 6 3 1 9

BZ 2 2 1 5 5

CA 1 3 1 2 9

CB 2 1 1 2 10

CC 2 6 3 1 8

CD 1 7 1 4 9

CE 2 5 1 5 7

CF 1 7 1 2 7

CG 1 4 3 1 9

CH 2 7 1 3 7

CI 2 5 1 1 5

CJ 1 7 1 3 7

CK 2 7 3 1 7

CL 2 4 1 5 5

CM 2 7 1 2 8

CN 2 7 1 1 9

CO 1 5 1 1 7

CP 2 7 4 6 5

CQ 1 7 1 2 7

CR 1 7 1 3 7

CS 1 6 1 3 8

CT 2 7 3 1 7

CU 2 7 3 1 5

CV 1 7 5 6 7

CW 1 7 1 5 9

CX 2 7 1 1 7

CY 1 5 1 3 7

CZ 1 6 1 1 9

DA 2 7 1 1 7

DB 2 7 3 1 5

DC 1 7 3 1 7

DD 2 7 1 3 9

DE 1 7 1 3 7

DF 2 7 3 1 7

DG 2 7 1 1 5

DH 2 7 1 1 7

DI 2 6 1 3 5


(50)

LAMPIRAN 6 (DATA OUTPUT) Frequencies

Statistics

Jenis

Kelamin Umur Suku

Keluhan Utama

N Valid 88 88 88 88

Missing 0 0 0 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 10-24 bln 2 2.3 2.3 2.3

25-48 bln 4 4.5 4.5 6.8

49-72 bln 4 4.5 4.5 11.4

73-96 bln 5 5.7 5.7 17.0

97-120 bln 14 15.9 15.9 33.0

121-144 bln 19 21.6 21.6 54.5

> 144 bln 40 45.5 45.5 100.0


(51)

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-Laki 36 40.9 40.9 40.9

Perempuan 52 59.1 59.1 100.0

Total 88 100.0 100.0

Keluhan Utama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Nyeri Dada 2 2.3 2.3 2.3

Sesak Napas 11 12.5 12.5 14.8

Tangan Biru 2 2.3 2.3 17.0

Nyeri Sendi + Edema 12 13.6 13.6 30.7

Nyeri Dada + Sesak Napas 2 2.3 2.3 33.0

Sesak Napas + Nyeri Sendi 34 38.6 38.6 71.6

Nyeri Dada + Sesak Napas + Edema

7 8.0 8.0 79.5

Nyeri Dada + Sesak Napas + Nyeri Sendi + Edema

14 15.9 15.9 95.5

Nyeri Dada + Sesak Napas + Tangan Biru

3 3.4 3.4 98.9

Sesak Napas + Tangan Biru 1 1.1 1.1 100.0


(52)

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Batak 42 47.7 47.7 47.7

Melayu 13 14.8 14.8 62.5

Jawa 21 23.9 23.9 86.4

Mandailing 2 2.3 2.3 88.6

Aceh 6 6.8 6.8 95.5

Lain-lain 4 4.5 4.5 100.0


(1)

LAMPIRAN 4


(2)

LAMPIRAN 5

(DATA INDUK PENELITIAN) DATA CODE

JENIS KELAMIN (JK) 1. Lelaki

2. Perempuan UMUR

1. 10-24 Bulan 2. 25-48 Bulan 3. 49-72 Bulan 4. 73-96 Bulan 5. 97-120 Bulan 6. 121-144 Bulan 7. >144 Bulan AGAMA

1. Islam

2. Kristen Katolik 3. Kristen Protestan 4. Buddha

5. Hindu SUKU

1. Batak 2. Melayu 3. Jawa 4. Mandailing 5. Aceh 6. Lain-lain

KELUHAN UTAMA (KU) 1. Nyeri Dada

2. Sesak Napas 3. Gagal Jantung 4. Tangan Biru

5. Nyeri Sendi + Edema 6. Nyeri Dada + Sesak Napas 7. Sesak Napas + Nyeri Sendi 8. Nyeri Dada + Sesak Napas +

Edema

9. Nyeri Dada + Sesak Napas + Nyeri Sendi + Edema 10. Nyeri Dada + Sesak Napas +

Tangan Biru

11. Sesak Napas + Tangan Biru

Daftar Data Induk

AA 1 6 3 1 7

No. JK UMUR AGAMA SUKU KU

AB 1 6 3 1 2 AC 2 5 3 1 2 AD 1 7 1 2 7 AE 2 7 3 1 2 AF 2 3 1 3 2 AG 1 6 1 2 2 AH 2 5 3 1 7 AI 2 7 3 1 9 AJ 2 6 3 1 8 AK 2 5 1 3 6 AL 2 6 2 1 10

AM 2 7 1 3 5

AN 2 5 1 3 7

AO 2 6 1 2 2

AP 1 5 1 1 8

AQ 1 7 1 2 7


(3)

AT 2 7 1 4 9 AU 1 6 1 2 7 AV 2 7 3 1 1

AW 1 7 3 1 9

AX 2 5 3 1 8

AY 2 5 1 3 7

AZ 2 6 1 5 8

BA 1 7 3 1 9

BB 2 7 1 3 2

BC 2 7 1 6 2

BD 2 7 1 3 4

BE 2 5 3 1 7

BF 2 7 3 1 7

BG 1 6 1 3 7

BH 2 6 1 3 1

BI 1 6 1 3 5

BJ 2 7 2 1 7

BK 1 7 2 1 9

BL 2 2 3 1 2

BM 2 4 3 1 7

BN 1 6 1 3 6

BO 1 2 3 1 5

BP 2 7 1 1 7

BQ 1 5 1 6 5

BR 2 5 1 3 2

BS 1 4 3 1 4

BT 2 3 3 1 7

BU 1 4 3 1 7

BV 1 1 1 5 2

BW 1 6 1 2 11 BX 1 2 3 1 10

BY 1 6 3 1 9

BZ 2 2 1 5 5

CA 1 3 1 2 9

CB 2 1 1 2 10

CC 2 6 3 1 8

CD 1 7 1 4 9

CE 2 5 1 5 7

CF 1 7 1 2 7

CG 1 4 3 1 9

CH 2 7 1 3 7

CI 2 5 1 1 5

CJ 1 7 1 3 7

CK 2 7 3 1 7

CL 2 4 1 5 5

CM 2 7 1 2 8

CN 2 7 1 1 9

CO 1 5 1 1 7

CP 2 7 4 6 5

CQ 1 7 1 2 7

CR 1 7 1 3 7

CS 1 6 1 3 8

CT 2 7 3 1 7

CU 2 7 3 1 5

CV 1 7 5 6 7

CW 1 7 1 5 9 CX 2 7 1 1 7

CY 1 5 1 3 7

CZ 1 6 1 1 9

DA 2 7 1 1 7

DB 2 7 3 1 5

DC 1 7 3 1 7

DD 2 7 1 3 9

DE 1 7 1 3 7

DF 2 7 3 1 7

DG 2 7 1 1 5

DH 2 7 1 1 7

DI 2 6 1 3 5


(4)

LAMPIRAN 6

(DATA OUTPUT)

Frequencies

Statistics

Jenis

Kelamin Umur Suku

Keluhan Utama N Valid 88 88 88 88

Missing 0 0 0 0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 10-24 bln 2 2.3 2.3 2.3

25-48 bln 4 4.5 4.5 6.8

49-72 bln 4 4.5 4.5 11.4

73-96 bln 5 5.7 5.7 17.0

97-120 bln 14 15.9 15.9 33.0

121-144 bln 19 21.6 21.6 54.5

> 144 bln 40 45.5 45.5 100.0


(5)

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Laki-Laki 36 40.9 40.9 40.9

Perempuan 52 59.1 59.1 100.0

Total 88 100.0 100.0

Keluhan Utama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Nyeri Dada 2 2.3 2.3 2.3

Sesak Napas 11 12.5 12.5 14.8

Tangan Biru 2 2.3 2.3 17.0

Nyeri Sendi + Edema 12 13.6 13.6 30.7 Nyeri Dada + Sesak Napas 2 2.3 2.3 33.0 Sesak Napas + Nyeri Sendi 34 38.6 38.6 71.6 Nyeri Dada + Sesak Napas +

Edema

7 8.0 8.0 79.5

Nyeri Dada + Sesak Napas + Nyeri Sendi + Edema

14 15.9 15.9 95.5

Nyeri Dada + Sesak Napas + Tangan Biru

3 3.4 3.4 98.9

Sesak Napas + Tangan Biru 1 1.1 1.1 100.0


(6)

Suku

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Batak 42 47.7 47.7 47.7

Melayu 13 14.8 14.8 62.5

Jawa 21 23.9 23.9 86.4

Mandailing 2 2.3 2.3 88.6

Aceh 6 6.8 6.8 95.5

Lain-lain 4 4.5 4.5 100.0