Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK TAHUN 2007 – 2009 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Oleh:

PELANGI WINDARINI 070100389

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK TAHUN 2007 – 2009 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

PELANGI WINDARINI NIM: 070100389

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan

Nama : Pelangi Windarini NIM : 070100389

Pembimbing Penguji I

(dr. Muhammad Ali, Sp.A (K)) (dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi, Sp.GK) NIP : 19690524 199903 1 001 NIP : 19731221 200312 2 001

Penguji II

(dr. Yunita Sari Pane, M.Si) NIP : 19710620 200212 2 001

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur makroskopis jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau potensial yang berarti. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir. Secara umum, prevalensi PJB yang tetap konstan masih diperdebatkan dan terdapat perbedaan karakteristik penderita PJB pada anak dalam setiap penelitian. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita PJB pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007 – 2009. Metode: Populasi penelitian ini adalah anak penderita penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007 – 2009. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.Data dikumpulkan melalui rekam medis pasien. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh 131 sampel menderita PJB, 56 sampel (42,7%) laki-laki dan 75 sampel (57,3%) perempuan. Jenis PJB yang paling banyak ditemukan adalah Defek Septum Ventrikel (27,5%), diikuti Duktus Arteriosus Persisten (17,6%) dan Defek Septum Atrium (13,7%). Tetralogi Fallot merupakan jenis PJB Asianotik yang paling banyak ditemukan (18,3%) Tindakan operatif dilakukan pada 26 pasien (19,8%). Gejala yang paling banyak dikeluhkan adalah sesak nafas sebanyak 102 sampel (77,9%). Rata-rata nilai Hb penderita PJB Asianotik dan PJB Sianotik secara berurutan adalah 11,87 gr/dL dan 13,9 gr/dL. Distribusi kelompok umur anak penderita PJB terbanyak adalah kelompok 0 – 24 bulan sebanyak 73 sampel (55,7%).

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa penegakan diagnosis dini PJB pada anak mengalami kemajuan. Tingkat tindakan operatif terhadap kasus PJB pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan masih rendah dan diharapkan terjadi peningkatan.


(5)

ABSTRACT

Background: Congenital Heart Disease (CHD) is defined as gross structural abnormalities of the heart or intrathoracic great vessels that have actual or potential functional significance. They represent the most frequently occurring congenital disorder in newborns. In general, it is argued that the birth prevalence of congenital heart disease remains stable over time and there are difference in characteristic of children with CHD in every studies. This research is a descriptive study aimed to determine the characteristic of children with CHD at the RSUP H. Adam Malik Medan 2007 – 2009.

Method: Population in this study is all children with CHD registered at RSUP H. Adam Malik Medan 2007 – 2009. Total sampling is used. The datas were collected from medical records of the children with CHD in Cardiology Divison of the Pediatric Asessment at RSUP H. Adam Malik Medan and were analyzed by using descriptive statistic.

Results: The result of this study showed 131 samples had CHD, 56 male (42,7%) and 75 female (57,3%). The most common CHD was VSD (27,5%), followed by PDA (17,6%) and ASD (13,7%) Tetralogy of Fallot was the commonest CHD (18,3%). Surgery was performed in 26 samples (19,8%). The commonest symptom was breathlessness in 102 samples (77,9%). Mean Hb rate in Acyanotic and Cyanotic CHD in sequence were 11,87 gr/dL and 13,9 gr/dL. The largest age distribution of children with CHD was in the age group of 0 – 24 months.

Conclusion: This made to a conclusion that early diagnosis in children with CHD is making a progress. Surgery rate for CHD in children at RSUP H. Adam Malik Medan is still low and we hope the number of surgery performed will increase.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Muhammad Ali, Sp.A(K), selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu dr. Dina Keumala Sari, M.Gizi, Sp.GK dan Ibu dr. Yunita Sari Pane, M.Si, selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu dan pemikiran untuk kesempurnaan karya tulis ilmiah ini

4. Ibu dr. Lita Feriyawati, M.Kes, selaku Dosen Penasehat Akademis yang telah membimbing penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Kedua orang tua tercinta, Drs. Amrin Karim dan Retno Dewi, yang telah membesarkan dan mendidik penulis sejak kecil hingga saat ini. Abang, kakak ipar, keponakan penulis, Rika Permana,Amd dan Kartika Sari,S.E.; Edo Barlian,S.T. dan Evi Yanti Dalimunthe,S.E.; Iing Wahyu Wardana,Amd dan Malika Ulfa Nasution,Amd; Prayudi Pramadya,S.E. dan Hijrah Firdaus; Saffa, Syakira, Alfath, Nayla, Thiya, Naysia, dan seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan semangat dan


(7)

motivasi selama penulisan karya tulis ilmiah ini, dan tidak lupa kepada mobil BK 54 RN yang telah berjasa dalam bidang transportasi selama ini. 6. Seluruh staff pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

7. Bagian Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) dan Bagian Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data di lokasi penelitian.

8. Bagian Poliklinik Anak RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan tempat dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses pengumpulan data.

9. Sahabat-sahabat sekelompok bimbingan karya tulis ilmiah (Citra, Taufik, Rahmi, Ananda Marina, Fandy, Azizi, dan Armika) yang telah saling berbagi suka dan duka selama proses penulisan karya tulis ilmiah ini. 10. Sahabat-sahabat penulis di Fakultas Kedokteran USU (Uci, Arni, Ika,

Nelda, Anggie, Dea, Hilda, Ayu, Rayhan, Leni, Irfan, Pernanda, Ade Irma, Kak Sindiana, dan Kak Beby) dan teman-teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

11. Derryck, M. Rizky, Maryam, Waslifour, Dimas, Alvin, Ade Adi, Riski Satria, Galih, Budi, dan sahabat-sahabat penulis lainnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, November 2010 Penulis

Pelangi Windarini 070100389


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran ... xi

Bab 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar Belakang ………... 1

1.2 Rumusan Masalah ………... 2

1.3 Tujuan Penelitian ………... 2

1.3.1 Tujuan Umum ……… 2

1.3.2 Tujuan Khusus ………...……… 2

1.4 Manfaat Penelitian ………... 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka ... 4

2.1 Perubahan Sirkulasi Janin Setelah Kelahiran ... 4

2.2 Penyakit Jantung Bawaan (PJB) ... 5

2.2.1 Definisi ... 5

2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko ... 5

2.2.3 Jenis – Jenis Penyakit Jantung Bawaan ... 5

A. PJB Asianotik ... 6

1. Defek Septum Ventrikel ... 6

2. Defek Septum Atrium ... 7

3. Defek Septum Atrioventrikularis ... 8

4. Duktus Arteriosus Persisten ... 9


(9)

6. Stenosis Aorta ... 10

7. Koarktasio Aorta ... 10

B. PJB Sianotik ... 11

1. Tetralogi Fallot ... 11

2. Transposisi Arteri Besar ... 12

3. Atresia Pulmoner dengan Septum Ventrikel Utuh ... 13

4. Ventrikel Kanan dengan Jalan Keluar Ganda ... 13

5. Atresia Trikuspid ... 14

2.2.4 Penatalaksanaan ... 14

Bab 3 Kerangka Konsep dan Definisi Operasional ... 16

3.1 Kerangka Konsep ... 16

3.2 Definisi Operasional ... 16

Bab 4 Metode Penelitian ... 17

4.1 Rancangan Penelitian ... 17

4.2 Tempat dan waktu penelitian ... 17

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 17

4.4 Teknik Pengumpulan data ... 17

4.5 Metode Analisis Data ... 18

Bab 5 Hasil dan Pembahasan ... 19

5.1 Hasil Penelitian ... 19

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 19

5.1.2 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin ... 19

5.1.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur ... 20

5.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Penyakit Jantung Bawaan yang Diderita ... 21

5.1.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Tindaakan Operatif ... 23


(10)

5.1.7 Deskripsi Sampel Berdasarkan Nilai Hb ... 24

5.2 Pembahasan ... 26

Bab 6 Kesimpulan dan Saran ... 29

6.1 Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 29

Daftar Pustaka ... 30 Lampiran


(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Penderita PJB ... 19

Tabel 5.2 Distribusi Usia Penderita PJB ... 20

Tabel 5.3 Distribusi Jenis Penyakit jantung Bawaan ... 22

Tabel 5.4 Distribusi Tindakan Operatif Penderita PJB ... 23

Tabel 5.5 Distribusi Gejala Klinis PJB ... 23

Tabel 5.6 Distribusi Nilai Hb Penderita PJB Asianotik pada Anak ... 24

Tabel 5.7 Distribusi Nilai Hb dan Jenis PJB Asianotik yang Diderita ... 24

Tabel 5.8 Distribusi Nilai Hb Penderita PJB Sianotik pada Anak ... 25


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Diagram 5.1 Distribusi Jenis PJB Asianotik dan Sianotik ... 21


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Peneliti Lampiran 2 Form Penelitian

Lampiran 3 Ethical Clearence Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Lampiran 5 Data Induk


(14)

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur makroskopis jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau potensial yang berarti. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir. Secara umum, prevalensi PJB yang tetap konstan masih diperdebatkan dan terdapat perbedaan karakteristik penderita PJB pada anak dalam setiap penelitian. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita PJB pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007 – 2009. Metode: Populasi penelitian ini adalah anak penderita penyakit jantung bawaan di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007 – 2009. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling.Data dikumpulkan melalui rekam medis pasien. Analisis data dilakukan menggunakan statistik deskriptif.

Hasil: Dari hasil penelitian diperoleh 131 sampel menderita PJB, 56 sampel (42,7%) laki-laki dan 75 sampel (57,3%) perempuan. Jenis PJB yang paling banyak ditemukan adalah Defek Septum Ventrikel (27,5%), diikuti Duktus Arteriosus Persisten (17,6%) dan Defek Septum Atrium (13,7%). Tetralogi Fallot merupakan jenis PJB Asianotik yang paling banyak ditemukan (18,3%) Tindakan operatif dilakukan pada 26 pasien (19,8%). Gejala yang paling banyak dikeluhkan adalah sesak nafas sebanyak 102 sampel (77,9%). Rata-rata nilai Hb penderita PJB Asianotik dan PJB Sianotik secara berurutan adalah 11,87 gr/dL dan 13,9 gr/dL. Distribusi kelompok umur anak penderita PJB terbanyak adalah kelompok 0 – 24 bulan sebanyak 73 sampel (55,7%).

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa penegakan diagnosis dini PJB pada anak mengalami kemajuan. Tingkat tindakan operatif terhadap kasus PJB pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan masih rendah dan diharapkan terjadi peningkatan.


(15)

ABSTRACT

Background: Congenital Heart Disease (CHD) is defined as gross structural abnormalities of the heart or intrathoracic great vessels that have actual or potential functional significance. They represent the most frequently occurring congenital disorder in newborns. In general, it is argued that the birth prevalence of congenital heart disease remains stable over time and there are difference in characteristic of children with CHD in every studies. This research is a descriptive study aimed to determine the characteristic of children with CHD at the RSUP H. Adam Malik Medan 2007 – 2009.

Method: Population in this study is all children with CHD registered at RSUP H. Adam Malik Medan 2007 – 2009. Total sampling is used. The datas were collected from medical records of the children with CHD in Cardiology Divison of the Pediatric Asessment at RSUP H. Adam Malik Medan and were analyzed by using descriptive statistic.

Results: The result of this study showed 131 samples had CHD, 56 male (42,7%) and 75 female (57,3%). The most common CHD was VSD (27,5%), followed by PDA (17,6%) and ASD (13,7%) Tetralogy of Fallot was the commonest CHD (18,3%). Surgery was performed in 26 samples (19,8%). The commonest symptom was breathlessness in 102 samples (77,9%). Mean Hb rate in Acyanotic and Cyanotic CHD in sequence were 11,87 gr/dL and 13,9 gr/dL. The largest age distribution of children with CHD was in the age group of 0 – 24 months.

Conclusion: This made to a conclusion that early diagnosis in children with CHD is making a progress. Surgery rate for CHD in children at RSUP H. Adam Malik Medan is still low and we hope the number of surgery performed will increase.


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah abnormalitas struktur makroskopis jantung atau pembuluh darah besar intratoraks yang mempunyai fungsi pasti atau potensial yang berarti. Kelainan ini merupakan kelainan kongenital yang paling sering terjadi pada bayi baru lahir. Prevalensi penyakit jantung bawaan yang diterima secara internasional adalah 0.8%, walaupun terdapat banyak variasi data yang terkumpul, secara umum, prevalensi penyakit jantung bawaan masih diperdebatkan. (Moons, et al. 2008)

Di Amerika Serikat, tingkat insidensi PJB tercatat paling sedikit 8 kasus dari setiap 1000 kelahiran hidup atau sekitar 40.000 bayi per tahun walaupun kebanyakan kasus tidak menunjukkan gejala (asimptomatik) dan tidak terdiagnosis. Hanya 2 dari 1000 kasus yang secara umum menunjukkan gejala penyakit jantung dan dapat diterapi (Sayasathid, et al. 2009). Tingkat insidensi meningkat pada kasus kelahiran mati (3-4%), kasus aborsi (10-25%), dan bayi prematur (2%, tidak termasuk Duktus Arteriosus Persisten). (Sani, et al. 2007)

Penelitian Wu di Taiwan menemukan prevalensi PJB dari pasien yang lahir dari tahun 2000 sampai 2006 yang diidentifikasi dari database National

Health Insurance adalah 13.08 dari 1000 kelahiran hidup dengan spesifikasi

sebagai berikut : 12.05 (sederhana, 10.53; berat, 1.51) pada bayi laki-laki dan 14.21 (sederhana, 12.90; berat, 1.32) pada bayi perempuan. Defek Septum Ventrikel (DSV; 4.0) merupakan defek yang paling sering terjadi. (Wu, et al. 2009)

Menurut Sastroasmoro dan Madiyono (1994), dari 3602 pasien baru yang diperiksa selama 10 tahun (1983-1992) di Poliklinik Subbagian Kardiologi, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, Jakarta, terdapat 2091 penderita PJB. Sebagian besar adalah dari jenis non-sianotik (1602 atau 76.7%) dan sisanya jenis sianotik (489 atau 23.3%). Distribusi umur pasien pada saat diagnosis dibagi atas jenis PJB sianotik dan non sianotik. Kelompok umur 1 – 12 bulan merupakan


(17)

kelompok penderita dengan jumlah terbanyak (non –sianotik, 43.1%; sianotik, 42.4%), diikuti oleh kelompok umur 13 bulan – 5 tahun (non-sianotik, 29.1%; sianotik, 27.7%), kelompok umur 6 – 10 tahun (non-sianotik, 17.2%; sianotik, 17.2%), kelompok umur 10 tahun ke atas (non-sianotik, 6..8%; sianotik, 6.9%), dan kelompok umur 0 – 1 bulan (non-sianotik, 3.9%; sianotik, 5.8%).

Salah satu penyebab penting morbiditas dan mortalitas anak dengan PJB kritis adalah instabilitas hemodinamik yang terjadi antara kelahiran dan tindakan pembedahan atau intervensi transkateter. (Schultz, et al. 2008)

Dengan berkembangnya tindakan operatif dan intervensi serta perkembangan teknologi medis, angka harapan hidup anak dengan PJB telah meningkat secara dramatis selama beberapa dekade terakhir dan tetap berlangsung hingga saat ini. Sampai saat ini di Medan data-data mengenai kasus PJB belum tersedia sehingga penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik. Diharapkan dengan penelitian ini akan diketahui karakteristik dari PJB yang ada di RSUP H. Adam Malik.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan di atas, dapat dirumuskan suatu masalah dalam penulisan penelitian ini, yaitu:

“Bagaimanakah karakteristik penderita Penyakit Jantung Bawaan pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui karakteristik penderita Penyakit Jantung Bawaan pada anak tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui distribusi penderita PJB pada anak tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik berdasarkan umur.


(18)

2. Untuk mengetahui distribusi penderita PJB pada anak tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik berdasarkan jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui distribusi penderita PJB pada anak tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik berdasarkan jenis PJB yang diderita. 4. Untuk mengetahui distribusi penderita PJB pada anak tahun 2007 –

2009 di RSUP H. Adam Malik berdasarkan gejala.

5. Untuk mengetahui distribusi penderita PJB pada anak tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik berdasarkan dilakukannya tindakan pembedahan atau tidak.

6. Untuk mengetahui distribusi penderita PJB pada anak tahun 2007 – 2009 di RSUP H. Adam Malik berdasarkan nilai hemoglobin (Hb).

1.4 Manfaat Penelitian

1. Meningkatkan pengetahuan peneliti dalam bidang kesehatan anak, terutama topik Penyakit Jantung Bawaan.

2. Meningkatkan pengetahuan para pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang definisi dan jenis-jenis Penyakit Jantung Bawaan.

3. Meningkatkan pengetahuan para pembaca Karya Tulis Ilmiah ini tentang frekuensi dan distribusi Penyakit Jantung Bawaan pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007 – 2009 sesuai umur, jenis kelamin, jenis PJB, gejala, dan penatalaksanaan.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirkulasi Janin dan Perubahan Setelah Lahir

Tali pusat berisi satu vena dan dua arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri menjadi pembuluh balik yang menyalurkan darah ke arah plasenta untuk dibersihkan dari sisa metabolisme.

Setelah melewati dinding abdomen, pembuluh vena umbilikalis mengarah ke atas menuju hati, membagi menjadi 2, yaitu sinus porta ke kanan, yang memasok darah ke hati, duktus venosus yang berdiameter lebih besar dan akan bergabung dengan vena kava inferior masuk ke atrium kanan. Darah yang masuk ke jantung kanan ini mempunyai kadar oksigen yang sama seperti arteri, meski bercampur sedikit dengan darah dari vena kava.

Darah ini akan langsung mengalir melalui foramen ovale pada septum, masuk ke atrium kiri dan selanjutnya melalui ventrikel kiri akan menuju aorta dan seluruh tubuh. Adanya krista dividens sebagai pembatas pada vena kava memungkinkan sebagian besar darah bersih dari duktus venosus langsung akan mengalir ke arah foramen ovale. Sebaliknya, sebagian kecil akan mengalir ke arah ventrikel kanan.

Darah dari ventrikel kanan akan mengalir ke arah paru, tetapi sebagian besar dari jantung kanan melalui arteri pulmonalis akan dialirkan ke aorta melalui suatu pembuluh duktus arteriosus karena paru belum berkembang. Darah tersebut akan bergabung di aorta desending, bercampur dengan darah bersih yang akan dialirkan ke seluruh tubuh. Darah balik akan melalui arteri hipogastrika, keluar melalui dinding abdomen sebagai arteri umbilikalis.

Setelah bayi lahir, semua pembuluh umbilikalis, duktus venosus, dan duktus arteriosus akan mengerut. Pada saat lahir, akan terjadi perubahan sirkulasi, dimana terjadi pengembangan paru dan penyempitan tali pusat. Akibat peningkatan tekanan oksigen pada sirkulasi paru dan vena pulmonalis, duktus


(20)

arteriosus akan menutup dalam 3 hari dan total pada minggu kedua. (Wiknjosastro, 2008).

2.2 Penyakit Jantung Bawaan 2.2.1 Definisi

Menurut Prof. Dr. Ganesja M. Harimurti, Sp.JP (K), FASCC, dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Rumah Sakit Harapan Kita, mengatakan bahwa Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit yang dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan akibat proses pembentukan jantung yang kurang sempurna. Proses pembentukan jantung ini terjadi pada awal pembuahan (konsepsi). Pada waktu jantung mengalami proses pertumbuhan di dalam kandungan, ada kemungkinan mengalami gangguan. Gangguan pertumbuhan jantung pada janin ini terjadi pada usia tiga bulan pertama kehamilan karena jantung terbentuk sempurna pada saat janin berusia 4 bulan. (Dhania, 2009)

2.2.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Penyebab PJB belum diketahui dengan pasti. Sebagian besar kasus dipengaruhi banyak faktor, terutama kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Beberapa kasus PJB terkait dengan abnormalitas kromosom, terutama trisomi 21, 13, dan 18 serta sindrom Turner. (Bernstein, 2007)

Faktor resiko PJB dapat berupa ibu yang tidak mengkonsumsi vitamin B secara teratur selama kehamilan awal mempunyai 3 kali risiko bayi dengan PJB. Merokok secara signifikan sebagai faktor risiko bagi PJB 37,5 kali. Faktor risiko lain secara statistik tidak berhubungan (Harimurti,1996).

2.2.3 Jenis-Jenis Penyakit Jantung Bawaan

Penyakit Jantung Bawaan dapat dibagi menjadi 2 klasifikasi besar, yaitu PJB sianotik dan asianotik. (Bernstein, 2007)


(21)

A. Penyakit Jantung Bawaan Asianotik

Penyakit Jantung Bawaan Asianotik adalah kelainan struktur dan fungsi jantung yang dibawa lahir yang tidak ditandai dengan sianosis; misalnya lubang di sekat jantung sehingga terjadi pirau dari kiri ke kanan, kelainan salah satu katup jantung dan penyempitan alur keluar ventrikel atau pembuluh darah besar tanpa adanya lubang di sekat jantung. Masing-masing mempunyai spektrum presentasi klinis yang bervariasi dari ringan sampai berat tergantung pada jenis dan beratnya kelainan serta tahanan vaskuler paru (Roebiono,2003).

Menurut Soeroso dan Sastrosoebroto (1994), berdasarkan ada tidaknya pirau, kelompok asianotik terbagi atas 2 kelompok, yaitu kelompok dengan pirau dari kiri ke kanan dan kelompok tanpa pirau.

Kelompok dengan pirau kiri ke kanan adalah sebagai berikut: 1. Defek Septum Ventrikel

Defek Septum Ventrikel (DSV) adalah lesi kongenital pada jantung berupa lubang pada septum yang memisahkan ventrikel sehingga terdapat hubungan antara antar rongga ventrikel (Ramaswamy, et al. 2009). Defek ini dapat terletak dimanapun pada sekat ventrikel, baik tunggal atau banyak, serta ukuran dan bentuk dapat bervariasi (Fyler, 1996).

Insidensi DSV terisolasi adalah sekitar 2 – 6 kasus per 1000 kelahiran hidup dan terjadi lebih dari 20% dari seluruh kejadian PJB. Defek ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria (Ramaswamy, et al. 2009).

Klasifikasi DSV dibagi berdasarkan letak defek yang terjadi, yaitu:

• Perimembranasea, merupakan lesi yang terletak tepat di bawah katup aorta. Defek Septum Ventrikel tipe ini terjadi sekitar 80% dari seluruh kasus DSV (Rao, 2005).

• Muskular, merupakan jenis DSV dengan lesi yang terletak di otot-otot septum dan terjadi sekitar 5 – 20% dari seluruh angka kejadian DSV (Ramaswamy, et al. 2009).


(22)

• Suprakristal, jenis lesi DSV ini terletak di bawah katup pulmonalis dan berhubungan dengan jalur jalan keluar ventrikel kanan. Persentase kejadian jenis DSV jenis ini adalah 5 – 7% di negara-negara barat dan 25% di kawasan timur (Rao, 2005).

Gejala klinis DSV cukup bervariasi, mulai dari asimtomatis, gagal jantung berat, ataupun gagal tumbuh. Semua ini sangat bergantung kepada besarnya defek serta derajat piraunya sendiri, sedangkan lokasi defek sendiri tidak mempengaruhi derajat ringannya manifestasi klinis yang akan terjadi (Soeroso and Sastrosoebroto,1994). Pada DSV kecil dengan pirau kiri-ke-kanan dan tekanan arteri pulmonalis yang normal, pasien biasanya tidak menunjukkan gejala dan kelainan ditemukan ketika pemeriksaan fisik. Pada defek berukuran besar dengan peningkatan aliran darah paru dan hipertensi pulmonalis, pasien dapat mengalami dispnea, kesulitan makan, gangguan pertumbuhan, infeksi paru berulang, dan gagal jantung pada awal masa bayi (Bernstein, 2007).

2. Defek Septum Atrium

Defek Septum Atrium (DSA) adalah anomali jantung kongenital yang ditandai dengan defek pada septum atrium akibat gagal fusi antara

ostium sekundum, ostium primum, dan bantalan endokardial. Defek

Septum Atrium dapat terjadi di bagian manapun dari septum atrium, tergantung dari struktur septum atrium yang gagal berkembang secara normal (Bernstein, 2007).

Insidensi DSA adalah 1 per 1000 kelahiran hidup dan terhitung 7% dari seluruh kejadian PJB. Prevalensi DSA pada wanita lebih tinggi daripada pria dengan perbandingan 2:1. (Carr and King, 2008).

Klasifikasi DSA dibagi menurut letak defek pada septum atrium, yaitu:

Ostium Primum, merupakan hasil dari kegagalan fusi ostium primum dengan bantalan endokardial dan meninggalkan defek


(23)

di dasar septum. Kejadian DSA Ostium Primum pada wanita sama dengan pria dan terhitung sekitar 20% dari seluruh kasus PJB (Bernstein, 2007).

Ostium Sekundum, merupakan tipe lesi DSA terbanyak (70%)

dan jumlah kasus pada wanita 2 kali lebih banyak daripada pria (Vick and Bezold, 2008).

• Sinus Venosus, merupakan salah satu jenis DSA yang ditandai dengan malposisi masuknya vena kava superior atau inferior ke atrium kanan. Insidensi defek ini diperkirakan 10% dari seluruh kasus DSA (Vick and Bezold, 2008).

Defek yang terjadi dapat berbagai jenis, mulai dari yang berukuran kecil sampai sangat besar dan menyebabkan pirau dari atrium kiri ke atrium kanan dengan beban volume lebih banyak di atrium dan ventrikel kanan. Gejala pada anak dan neonatus umumnya asimtomatis, namun bila pirau cukup besar maka pasien dapat mengalami sesak nafas dan sering mengalami infeksi paru. Gagal jantung sangat jarang ditemukan (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Pada anak dengan pirau kiri-ke-kanan berukuran besar biasanya mengeluhkan cepat lelah dan dispnea. Gagal tumbuh jarang didapati (Emmanouilides, et al. 1998).

3. Defek Septum Atrioventrikularis

Defek Septum Atrioventrikularis (DSAV) ditandai dengan penyatuan DSA dan DSV disertai abnormalitas katup atrioventrikular (Bernstein, 2007).

Defek Septum Atrioventrikularis terhitung 4 – 5% dari seluruh kasus PJB. Predileksi defek ini antara pria dan wanita sama banyaknya (Emmanouilides, et al. 1998).

Gejala dapat timbul pada minggu pertama dan gagal jantung pada bulan-bulan pertama kelahiran (Soeroso dan Sastrosoebroto, 1994). Riwayat intoleransi olahraga, cepat lelah, dan Pneumonia berulang


(24)

dapat ditemukan, terutama pada bayi dengan pirau kiri-ke-kanan dan mitral insufisiensi mitral yang berat (Bernstein, 2007).

4. Duktus Arteriosus Persisten

Seperti namanya, Duktus Arteriosus Persisten (DAP) disebabkan oleh duktus arteriosus yang tetap terbuka setelah bayi lahir (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Jika duktus tetap terbuka setelah penurunan resistensi vaskular paru, maka darah aorta dapat bercampur ke darah arteri pulmonalis. (Bernstein, 2007)

Kelainan ini merupakan 7% dari seluruh PJB dan sering dijumpai pada bayi prematur (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994).

Gejala klinis yang muncul tergantung ukuran duktus. Duktus berukuran kecil tidak menyebabkan gejala dan biasanya diketahui jika terdapat suara murmur saat dilakukan pemeriksaan fisik. Pada pasien dengan DAP berukuran besar, pasien akan mengalami gejala gagal jantung. Gangguan pertumbuhan fisik dapat menjadi gejala utama pada bayi yang menderita DAP besar (Bernstein, 2007).

Kelompok tanpa pirau meliputi: 1. Stenosis Pulmonalis (SP)

Obstruksi aliran keluar ventrikel kanan, baik dalam tubuh ventrikel kanan, pada katup pulmonalis, atau dalam arteri pulmonalis, diuraikan sebagai Stenosis Pulmonalis (SP).

Stenosis Pulmonalis terjadi sekitar 7.1 – 8.1 per 100.000 kelahiran hidup. Defek ini cenderung terjadi pada wanita (Fyler, 1996).

Gejala klinis umumnya asimtomatis meskipun stenosis cukup besar. Anak bisa saja tampak sehat, tumbuh kembang normal dengan wajah

moon face, dapat berolahraga seperti normal, dan tidak terdapat infeksi

saluran nafas yang berulang (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Walaupun demikian, pasien yang awalnya tidak menunjukkan gejala dalam perkembangan penyakitnya dapat timbul gejala yang bervariasi


(25)

dari dispnea ringan saat olahraga sampai gejala gagal jantung, tergantung keparahan obstruksi dan tingkat kompensasi myokardium. Obstruksi sedang-berat dapat menyebabkan peningkatan aliran darah paru selama berolahraga sehingga terjadi kelelahan yang diinduksi olahraga, sinkop, atau nyeri dada (Keane and St. John Sutton, 2008).

2. Stenosis Aorta

Stenosis Aorta (SA) merupakan penyempitan aorta yang dapat terjadi pada tingkat subvalvular, valvular, atau supravalvular. Kelainan mungkin tidak terdiagnosis pada masa anak-anak karena katup berfungsi normal, hanya saja akan ditemukan bising sistolik yang lunak di daerah aorta dan baru diketahui pada masa dewasa sehingga terkadang sulit dibedakan apakah stenosis aorta tersebut merupakan penyakit jantung bawaan atau didapat (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994).

Insidensi SA pada anak mendekati 5% dari seluruh kejadian PJB (Bernstein, 2007). Defek ini lebih sering terjadi pada pria (Emmanouilides, et al. 1998).

Gejala klinis asimtomatis, namun pada gejala yang cukup berat dapat ditemukan nyeri substernal, sesak nafas, pusing, atau sinkop pada saat bekerja atau olahraga (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Bayi dengan SA terisolasi dapat disertai denga gagal jantung kronik pada beberapa bulan awal kehidupan dan menunjukkan tanda dan gejala klasik gagal jantung, berupa dispnea, kesulitan makan, dan berat badan tidak bertambah (Emmanouilides, et al. 1998).

3. Koarktasio Aorta

Koarktasio Aorta (KoA) adalah suatu obstruksi pada aorta desendens yang terletak hampir selalu pada insersinya duktus arteriosus. (Fyler, 1996)


(26)

Prevalensi KoA di Amerika Serikat adalah sebesar 6 – 8% dari seluruh kasus PJB dan prevalensinya di Asia (<2%) lebih rendah daripada di Eropa dan negara Amerika Utara. Rasio kejadian defek ini pada pria dan wanita adalah 2:1 (Rao and Seib, 2009).

Gejala yang tampak pada masa neonatus umumnya merupakan jenis koarktasio yang berat. Gejala dapat hilang timbul mendadak. Tanda klasik KoA adalah nadi brakhialis yang teraba normal atau meningkat, nadi femoralis serta dorsalis pedis teraba kecil atau tidak teraba sama sekali dan harus ditekankan pemeriksaan tekanan darah pada keempat ekstremitas (Soeroso and Sastrosoebroto, 1994). Pasien dapat menunjukkan gejala di beberapa minggu awal kehidupan berupa kesulitan makan, takipnea, dan letargia. Gejala dapat memburuk menjadi gagal jantung dan syok (Rao and Seib, 2009).

B. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik

Sesuai dengan namanya, manifestasi klinis yang selalu terdapat pada penyakit jantung sianotik adalah sianosis. Sianosis adalah kebiruan pada mukosa yang disebabkan oleh terdapatnya lebih dari 5 gr/dl hemoglobin tereduksi dalam sirkulasi.

Dibandingkan dengan pasien PJB non sianotik, jumlah pasien PJB sianotik lebih sedikit. Walaupun jumlahnya lebih sedikit, PJB sianotik menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi daripada PJB non sianotik. (Prasodo, 1994)

1. Tetralogi Fallot

Tetralogi Fallot (TF) merupakan kombinasi 4 komponen, yaitu Defek Septum Ventrikel (DSV), over-riding aorta, Stenosis Pulmonal (SP), serta hipertrofi ventrikel kanan. Komponen paling penting untuk menentukan derajat beratnya penyakit adalah SP yang bersifat progresif (Prasodo, 1994).


(27)

Tetralogi Fallot merupakan PJB jenis sianotik dengan angka kejadian terbanyak dengan insidensi 1 – 3 kasus per 1000 kelahiran hidup (Ramaswamy and Pflieger, 2008).

Manifestasi klinis TF mencerminkan derajat hipoksia. Pada waktu baru lahir biasanya bayi belum sianotik; bayi tampak biru setelah tumbuh. Jari tabuh pada sebagian besar pasien sudah mulai tampak setelah berumur 6 bulan. Salah satu manifestasi yang penting pada TF dalah terjadinya seranga sianotik (cyanotic spells, hypoxic spells, paroxysmal

hyperpnea) yang ditandai oleh timbulnya sesak nafas mendadak, nafas

cepat dan dalam, sianosis bertambah, lemas, bahkan dapat pula disertai kejang atau sinkop (Prasodo, 1994). Pertumbuhan dan perkembangan dapat terhambat pada pasien TF yang berat dan tidak terobat, terutama jika saturasi oksigen kurang dari 70%. (Bernstein, 2007)

2. Transposisi Arteri Besar

Transposisi Arteri Besar (TAB) ditandai dengan aorta yang secara morfologi muncul dari ventrikel kanan dan arteri pulmonalis muncul dari ventrikel kiri. Pada 60% pasien, aorta berada di bagian anterior kanan dari arteri pulmonalis walaupun di beberapa kasus aorta dapat berada di bagian anterior kiri dari arteri pulmonalis.

Insidensi TAB yang tercatat adalah 20 – 30 per 10.000 kelahiran hidup. Defek ini lebih dominan terjadi pada pria dengan persentase 60 – 70% dari seluruh kasus. (Charpie and Maher, 2009).

Gejala klinis dapat berupa sianosis, penurunan toleransi olahraga, dan gangguan pertumbuhan fisik, mirip dengan gejala pada TF; walaupun begitu, jantung tampak membesar (Bernstein, 2007). Sianosis biasanya terjadi segera setelah lahir dan dapat memburuk secara progresif. Gejala gagal jantung kongestif mulai tampak dalam 2 – 6 minggu (Emmanouilides, et al. 1998).


(28)

3. Atresia Pulmoner dengan Septum Ventrikel Utuh

Pada Atresia Pulmoner dengan Septum Ventrikel Utuh (APSVU), daun katup pulmonalis berfusi secara lengkap sehingga membentuk membran dan tidak terdapat jalan keluar (outflow) ventrikel kanan. Tidak terdapat aliran darah di ventrikel kanan karena tidak adanya hubungan antarventrikel (Bernstein, 2007).

Defek ini terjadi 7.1 – 8.1 per 100.000 kelahiran hidup dengan persentase 0.7 – 3.1% dari seluruh kasus PJB di Amerika Serikat. (Charpie , 2009)

Sianosis telah jelas tampak dalam hari-hari pertama pascalahir. Bayi sesak dengan gejala gagal jantung. Pada pemeriksaan fisik, tidak terdengar bising, atau terdengar bising pansistolik insufisiensi trikuspid, atau terdengar bising duktus arteriosus (Prasodo, 1994).

4. Ventrikel Kanan dengan Jalan Keluar Ganda

Ventrikel Kanan dengan Jalan Keluar Ganda (VKAJKG), yang dalam kepustakaan barat disebut Double Outlet Right Ventricle (DORV), adalah kelainan jantung yang ditandai dengan malposisi arteri-arteri besar, septum outlet, atau keduanya, yang menyebabkan kedua arteri besar muncul dari ventrikel kanan (Hoffman, 2009).

Defek ini terjadi 1 – 1.5% dari seluruh kejadian PJB (Prasodo, 1994). Presentasi klinis VKAJKG sangat bervariasi, bergantung kepada kelainan hemodinamiknya; defek ini dapat mirip DSV, TAB, atau TF. Oleh karena itu, diagnosis tidak mungkin ditegakkan atas dasar gambaran klinis saja (Prasodo, 1994). Jika defek ini disertai dengan SP, terjadi penurunan aliran darah paru sehingga terjadi sianosis yang cukup berat seperti gejala TF. Pasien VKAJKG tanpa SP memiliki gejala yang sama dengan DSV, yaitu peningkatan aliran darah paru sehingga terjadi takipnea dan kardiomegali (Emmanouilides, et al. 1998).


(29)

5. Atresia Trikuspid

Istilah Atresia Trikuspid (AT) menggambarkan agenesis katup trikuspid kongenital dan merupakan jenis PJB sianotik terbanyak setelah TF dan TAB (Rao, 2009). Pada defek ini, tidak terdapat aliran dari atrium kanan menuju ventrikel kanan sehingga seluruh aliran balik vena sistemik masuk ke bagian kiri jantung melalui foramen ovale atau jika terdapat defek pada septum atrium (Bernstein, 2007).

Insidensi AT diperkirakan 1 per 10.000 kelahiran hidup dengan estimasi prevalensi AT dari seluruh kasus PJB adalah 2.9% dari autopsi dan 1.4% dari penegakkan diagnosis setelah dilakukan pemeriksaan berulang. (Rao, 2009).

Sianosis biasanya muncul segera setelah lahir, dengan penyebaran yang dipengaruhi oleh tingkat keterbatasan aliran darah pulmonal (Bernstein, 2007). Apabila aliran darah paru berkurang maka pasien akan tampak sianotik; semakin sedikit darah ke paru maka semakin jelas sianosis yang terjadi (Prasodo, 1994).

2.2.4 Penatalaksanaan

Dewasa ini telah terjadi peningkatan dan kemajuan teknologi, baik dalam diagnosis, teknik pembedahan, serta perbaikan perawatan yang menyebabkan terjadi peningkatan harapan hidup pada pasien dengan PJB pascabedah jika dibandingkan tidak dilakukan pembedahan sehingga tidak jarang teknik pembedahan sering dilakukan sebagai suaru penatalaksanaan pada pasien PJB. Pada pasien-pasien PJB, dapat terjadi berbagai kelainan, baik pada otot jantung, paru, atau keduanya, yang apabila tidak dikoreksi kelainan yang terjadi dapat bersifat ireversibel. Oleh karena itu, sebaiknya pasien PJB diperiksa secara menyeluruh dan dilakukan penatalaksanaan berupa pembedahan atau operasi pascabedah pada saat yang tepat.

Terdapat 2 unsur utama yang diharapkan dalam tindakan pembedahan pada kasus PJB, yaitu tindakan bedah dengan risiko mortalitas yang rendah serta peningkatan harapan hidup layaknya orang normal lainnya.


(30)

Bedah jantung merupakan bagian integral dalam pelayanan kardiologi anak. Kemajuan bedah jantung berlangsung sangat pesat dalam 2 dasawarsa terakhir. Perkembangan teknologi dalam mendeteksi kelainan jantung pada bayi baru lahir memudahkan dalam aspek pembedahan jantung itu sendiri. Kemajuan teknologi dalam mendeteksi adanya kelainan jantung pada anak telah bergeser hingga ke arah neonatus (Rahmad and Rachmat, 1994).


(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

3.2 Definisi Operasional

1. Penyakit Jantung Bawaan adalah penyakit yang dibawa oleh anak sejak ia dilahirkan akibat proses pembentukan jantung yang kurang sempurna (Dhania, 2009).

2. Anak adalah setiap manusia yang berusia kurang dari 18 tahun, kecuali terdapat hukum tertentu yang berlaku terhadap anak tersebut, kedewasaan dicapai lebih awal (UNICEF, 1989).

3. Gejala klinis dapat berupa sianosis, dispnea, berat badan tidak bertambah, gangguan pertumbuhan, cepat lelah, kesulitan makan, takipnea, dan lain-lain.

KARAKTERISTIK: 1. UMUR

2. JENIS KELAMIN 3. JENIS PENYAKIT

JANTUNG BAWAAN 4. GEJALA KLINIS 5. TINDAKAN

PEMBEDAHAN 6. NILAI Hb PENYAKIT JANTUNG BAWAAN


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan melihat karakteristik penderita PJB pada anak.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Divisi Kardiologi Ilmu Kesehatan Anak RSUP H. Adam Malik Medan. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus – November 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah anak yang menderita PJB di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2007 – 2009.

4.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik total sampling, dimana semua pasien di Divisi Kardiologi Ilmu Kesehatan Anak RSUP H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria pemilihan akan dimasukkan dalam penelitian.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari pencatatan rekam medik pasien yang menderita Penyakit Jantung Bawaan di Divisi Kardiologi Ilmu Kesehatan Anak di RSUP H. Adam Malik Medan.


(33)

4.5 Metode analisis data

Semua data yang terkumpul diolah dan disusun dalam bentuk tabel dan diagram. Data yang di peroleh di analisis secara statistik dengan bantuan program SPSS ver.17.0 for Windows.


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum daerah untuk wilayah Sumatera Utara dan merupakan rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan. Rumah sakit ini memiliki Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Kardiologi yang merupakan lokasi pengambilan data untuk penelitian ini.

5.1.2 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah responden yang terlibat dalam studi ini adalah sebesar 131 responden. Semua data responden diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien anak penderita PJB dari tahun 2007 – 2009.

Tabel 5.1 Distribusi jenis kelamin penderita PJB JK

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari 131 sampel terdapat 56 orang berjenis kelamin laki-laki (42,7%) dan 75 orang berjenis kelamin perempuan (57,3%).

Jenis kelamin n (%)

Laki-laki 56 (42,7)

Perempuan 75 (57,3)


(35)

5.1.3 Deskripsi Sampel Berdasarkan Umur

Distribusi sampel berdasarkan umur dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 5.2 Distribusi usia penderita PJB

Secara keseluruhan, rata-rata umur sampel adalah 39,2 bulan. Responden termuda berusia 0 bulan (2 hari) dan tertua berusia 171 bulan (14 tahun 3 bulan). Dari Tabel 5.2. dapat dilihat bahwa sampel mayoritas berusia antara 0 – 24 bulan, yaitu 73 orang (55,7%) dan yang jumlah sampel terendah terdapat pada kelompok umur 121 – 144 bulan dan kelompok umur >144 bulan, yaitu 6 orang (4,6%) dalam masing-masing kelompok.

Usia n (%)

0 – 24 bulan 73 (55,7)

25 – 48 bulan 16 (12,2)

49 – 72 bulan 13 (9,9)

73 – 96 bulan 10 (7,6)

97 – 120 bulan 7 (5,3)

121 – 144 bulan 6 (4,6) > 144 bulan 6 (4,6) Total 131 (100)


(36)

5.1.4 Deskripsi Sampel Berdasarkan Jenis Penyakit Jantung Bawaan yang Diderita

Distribusi sampel berdasarkan jenis PJB yang diderita dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 5.1 Distribusi jenis PJB asianotik dan sianotik

Berdasarkan Gambar 5.1 dapat diketahui bahwa PJB Asianotik merupakan jenis PJB dengan jumlah sampel terbanyak, yaitu sebanyak 93 sampel (71%). Jumlah sampel PJB Sianotik adalah 38 sampel (29%).

Frekuensi PJB Asianotik dan Sianotik

PJB Asianotik PJB Sianotik 71%


(37)

Tabel 5.3 Distribusi jenis penyakit jantung bawaan

No Jenis PJB n (%)

1. AT 1 (0,8)

2. DAP 23 (17,6)

3. DSA 18 (13,7)

4. DSAV 1 (0,8)

5. DSV 36 (27,5)

6. KoA 1 (0,8)

7. TF 24 (18,3)

8. VKJKG 1 (0,8)

9. Kombinasi Asianotik 14 (10,7) 10. Kombinasi Sianotik 12 (9,2)

Jumlah 131 (100)

Keterangan: AT: Atresia Trikuspid; DAP: Duktus Arteriosus Persisten; DSA: Defek Septum Atrium; DSAV: Defek Septum Atrioventrikuler; DSV: Defek Septum Ventrikel; KoA: Koarktasio Aorta; TF: Tetralogi Fallot; VKJKG: Ventrikel Kanan dengan Jalan Keluar Ganda.

Dari Tabel 5.3 dapat diketahui jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah DSV dengan jumlah penderita 36 orang (27,5%) dari 131 sampel. Jenis PJB dengan jumlah sampel terendah adalah AT, DSAV, KoA, dan VKJKG dengan masing-masing sampel sebanyak 1 orang (0,8%). Jumlah sampel yang menderita TF adalah sebanyak 24 orang (18,3%), diikuti dengan DAP sebanyak 23 orang (17,6%), DSA sebanyak 18 orang (13,7%), PJB Kombinasi Asianotik sebanyak 14 orang (10,7%), dan PJB Sianotik sebanyak 12 orang (9,2%).


(38)

5.1.5 Deskripsi Sampel Berdasarkan Tindakan Operatif

Distribusi sampel berdasarkan dilakukannya tindakan operatif dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.4 Distribusi tindakan operatif penderita PJB JK

Dari Tabel 5.4 dapat disimpulkan bahwa sebanyak 26 sampel (19,85%) menjalani tindakan operatif, sedangkan 105 sampel (80,15%%) lainnya tidak menjalani tindakan operatif.

5.1.6 Deskripsi Sampel Berdasarkan Gejala

Distribusi sampel berdasarkan gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5.5 Distribusi gejala klinis PJB

Gejala Klinis Ada Tidak

n (%) n (%)

Batuk 30 (22,9) 101 (77,1)

Berat badan sulit naik 18 (13,7) 113 (86,2)

Cepat lelah 58 (44,3) 73 (55,7)

Sesak nafas 102 (77,9) 29 (22,1)

Sianosis 50 (38,2) 81 (61,8)

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa gejala klinis yang paling banyak ditemukan pada sampel adalah sesak nafas dengan sampel sebanyak 102 sampel (77,9%) dan gejala yang paling sedikit ditemukan pada sampel adalah berat badan sulit naik dengan jumlah sampel sebanyak 18 sampel (13,7%). Gejala klinis berupa cepat lelah, sianosis, dan batuk dialami sampel berturut-turut sebanyak 58 orang (44,3%), 50 orang (38,2%), dan 30 orang (22,9%).

Tindakan Operatif n (%)

Ya 26 (19,8)

Tidak 105 (80,2)


(39)

5.1.7 Deskripsi Sampel Berdasarkan Nilai Hb

Distribusi frekuensi sampel berdasarkan nilai Hb dibagi menjadi 3 tabel berdasarkan jenis PJB yang diderita, yaitu PJB Asianotik dan PJB Sianotik. Distribusi sampel berdasarkan nilai Hb pada sampel penderita PJB Asianotik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.6 Distribusi nilai Hb penderita PJB asianotik pada anak JK

Rata-rata nilai Hb dari 93 sampel penelitian yang menderita PJB Asianotik adalah 11,87 gr/dl. Nilai Hb terendah adalah 3,60 gr/dl dan tertinggi adalah 21,7 gr/dl. Dari Tabel 5.6. dapat dilihat bahwa nilai Hb sampel mayoritas senilai 8,01 – 13 gr/dl, yaitu 63 sampel (67,7%) dan nilai Hb dengan jumlah sampel terendah terdapat pada kelompok nilai Hb 18,01 – 23 gr/dl, yaitu 1 sampel (1,1%).

Distribusi sampel berdasarkan nilai Hb dan jenis PJB Asianotik yang diderita adalah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.7 Distribusi nilai Hb dan jenis PJB asianotik yang diderita Nilai Hb n (%)

3 – 8 5 (5,4)

8,01 – 13 63 (67,7)

13,01 – 18 24 (25,8)

18,01 – 23 1 (1,1)

Jumlah 93 (100)

Nilai Hb DAP DSA DSAV DSV KoA Kombinasi Asianotik Total n (%) n (%) n (%) n (%) n (%) n (%)

3 – 8 0 1 (20) 0 4 (80) 0 0 5

8,01 – 13 16 (25,4) 9 (14,3) 1 (1,6) 26 (41,2) 1(1,6) 10 (15,9) 63 13,01 – 18 7 (29,2) 8 (33,3) 0 6 (25) 0 3 (12,5) 24

18,01 – 23 0 0 0 0 0 1 (100) 1


(40)

Dari Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa DSV merupakan jenis PJB Asianotik dengan jumlah sampel terbanyak yang memiliki nilai Hb dalam kelompok nilai Hb 3 – 8 gr/dL dan 8,01 – 13 gr/dL secara berturut-turut adalah sebanyak 4 (80%) dan 26 sampel (41,2%). Jenis PJB Asianotik dengan jumlah

sampel terbanyak yang memiliki nilai Hb dalam kelompok nilai Hb 13,01 – 18 gr/dL adalah DSA, yaitu sebanyak 8 sampel (33,3%). Kombinasi PJB

Asianotik merupakan satu-satunya jenis PJB Asianotik yang mempunyai sampel dengan nilai Hb dalam kelompok 18,01 – 23 gr/dL, yaitu sebanyak 1 sampel (100%).

Distribusi sampel berdasarkan nilai Hb pada sampel penderita PJB Sianotik dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.8 Distribusi nilai Hb penderita PJB sianotik pada anak

Rata-rata nilai Hb dari 38 sampel penelitian yang menderita PJB Sianotik adalah 13,9 gr/dl. Nilai Hb terendah adalah 6,56 gr/dl dan tertinggi adalah 22,7 gr/dl. Dari Tabel 5.8 dapat dilihat bahwa nilai Hb sampel mayoritas terdapat dalam kelompok 8,01 – 13 gr/dl, yaitu 15 sampel (39,6%). Hanya terdapat 1 sampel (2,6%) yang memiliki nilai Hb dalam kelompok Hb 3 – 8 gr/dL.

Nilai Hb n (%)

3 – 8 1 (2,6)

8,01 – 13 15 (28,9)

13,01 – 18 11 (39,6)

18,01 – 23 11 (28,9)


(41)

Distribusi sampel berdasarkan nilai Hb dan jenis PJB Sianotik yang diderita dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.9 Distribusi nilai Hb dan jenis PJB sianotik yang diderita

Menurut Tabel 5.9 diketahui bahwa TF merupakan jenis PJB Sianotik dengan jumlah sampel terbanyak yang memiliki nilai Hb dalam kelompok nilai Hb 8,01 – 13 gr/dL, 13,01 – 18 gr/dL, 18,01 – 23 gr/dL dengan jumlah sampel secara berturut-turut adalah 9 (60%), 9 (81,8%), dan 6 sampel (54,5%). Kombinasi PJB Sianotik merupakan jenis PJB dengan jumlah sampel terbanyak dalam kelompok nilai Hb 3 – 8 gr/dL, yaitu sebanyak 1 sampel (100%).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan penelitian kami, anak penderita PJB dengan jenis kelamin perempuan didapati sebanyak 75 orang (57,3%) dan anak penderita PJB dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 orang (42,7%). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Shah, et al (2008) dimana didapati jenis kelamin pasien yang menderita PJB adalah laki-laki (60,7%).

Hasil penelitian kami mendapatkan rata-rata umur pasien anak dengan PJB adalah 39,2 bulan (2 hari – 14 tahun 3 bulan). Kelompok umur dengan jumlah sampel penderita PJB yang terbanyak adalah kelompok umur 0 – 24 bulan dengan jumlah sampel 73 orang (55,7%). Hasil ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Tank, Malik, dan Joshi (2004) di Mumbai Center India yang menunjukkan bahwa anak penderita PJB lebih banyak ditemui pada tahun pertama

Nilai Hb AT TF VKJKG Kombinasi Sianotik Total

n (%) n (%) n (%) n (%)

3 – 8 0 0 0 1 (100) 1

8,01 – 13 0 9 (60) 0 6 (40) 15

13,01 – 18 1 (9,1) 9 (81,8) 0 1 (9,1) 11

18,01 – 23 0 6 (54,5) 1 (9,1) 4 (36,4) 11


(42)

kehidupan (50,34%). Distribusi penderita PJB pada anak lebih dominan pada tahun-tahun pertama kehidupan menunjukkan bahwa penegakkan diagnosis PJB dilakukan lebih awal (early diagnosis). Hal ini menandakan bahwa sistem rujukan dalam penanganan kasus menjadi lebih baik.

Jenis PJB terbagi menjadi dua kategori, yaitu PJB Asianotik dan PJB Sianotik. Pada penelitian ini didapati jumlah sampel yang menderita PJB Asianotik adalah 79 sampel (60,3%) dengan jenis yang paling banyak ditemui adalah DSV, yaitu sebanyak 36 sampel (27,5%). Jumlah sampel PJB Sianotik adalah 26 sampel (19,8%) dengan TF sebagai jenis yang paling banyak dijumpai, yaitu sebanyak 24 sampel (18,3%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Kapoor dan Gupta (2008) didapati 79% dari 281 sampel menderita PJB Asianotik dengan VSD sebagai jenis PJB Asianotik yang paling banyak ditemui (21,3%) dan 21% sampel menderita PJB Sianotik dengan TF sebagai jenis yang paling banyak ditemui (4,6%).

Jumlah sampel yang menjalani tindakan operatif dalam penelitian ini adalah 26 sampel (19,8%). Penelitian yang dilakukan oleh Chang, Chen, dan Klitzner (2000) di Kalifornia tahun 1995 – 1996 menunjukkan bahwa terdapat 1819 tindakan operatif terhadap kasus PJB pada anak. Hal ini menunjukkan rendahnya tingkat pelaksanaan tindakan operatif terhadap kasus PJB pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan.

Dari hasil penelitian ini, didapati gejala yang paling banyak ditemui adalah sesak nafas, yaitu diderita oleh 102 sampel (77,9%), diikuti gejala cepat lelah yang diderita 58 sampel (44,3%), dan sianosis yang diderita sebanyak 50 sampel (38,2%). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Tank, Malik, dan Joshi (2004), dimana gejala sesak nafas diderita oleh 110 sampel penelitiannya (74,83%). Menurut studi yang dilakukan Swan dan Hillis (2000) dalam Green (2004), gejala yang paling sering terjadi pada anak yang menderita PJB adalah sesak nafas dan palpitasi.

Distribusi nilai Hb sampel anak penderita PJB dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kategori, yaitu kategori PJB Asianotik dan PJB Sianotik. Kelompok nilai Hb 8,01 – 13 gr/dl memiliki sampel yang paling banyak pada kategori PJB


(43)

Asianotik, yaitu sebanyak 63 sampel (67,7%) dengan rata-rata adalah 11,87 gr/dL. Kategori PJB Sianotik memiliki sampel terbanyak dengan nilai Hb juga dalam kelompok 8,01 – 13 gr/dL sebanyak 15 sampel (39,6%) dengan rata-rata 13,9 gr/dL. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aydin et al (2007) menunjukkan rata-rata nilai Hb anak penderita PJB Asianotik dan PJB Sianotik secara berurutan adalah 12,03 ± 0,82 gr/L dan 13,87 ± 1,28 gr/L. Hasil penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa nilai Hb antara PJB Asianotik dan PJB Sianotik memiliki perbedaan yang signifikan (p < 0,001). Hal ini disebabkan oleh PJB Sianotik memiliki kadar saturasi oksigen yang lebih rendah dan kenaikan nilai Hb merupakan hasil kompensasi tubuh terhadap kondisi tersebut. Nilai Hb yang meningkat menandakan tingkat keparahan penyakit dan kebutuhan pasien untuk dilakukan tindakan operatif.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis kelamin anak yang paling banyak menderita PJB adalah perempuan (57,3%).

2. Distribusi proporsi anak yang menderita PJB terbesar berdasarkan kelompok umur adalah kelompok umur 0 – 24 bulan (55,7%).

3. Jenis PJB yang paling banyak ditemui adalah DSV (27,5%).

4. Tingkat tindakan operatif terhadap kasus PJB pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan adalah sebesar 19,85%.

5. Gejala yang paling sering dijumpai pada anak yang menderita PJB adalah sesak nafas (77,9%).

6. Terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai Hb anak dengan PJB Asianotik dan anak dengan PJB Sianotik dimana nilai Hb anak dengan PJB Sianotik lebih rendah daripada anak dengan PJB Asianotik.

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan penegakan diagnosis PJB pada anak dapat dilakukan lebih dini sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan lebih awal.

2. Diharapkan agar evaluasi pada anak dengan gejala sesak nafas dapat dilakukan lebih rinci, karena dari hasil penelitian diperoleh gejala terbanyak dari PJB adalah sesak napas, sehingga tidak terjadi kesalahan diagnosis.

3. Tingkat tindakan operatif terhadap kasus PJB pada anak di RSUP H. Adam Malik Medan masih rendah. Diharapkan hal ini dapat lebih ditingkatkan agar kasus PJB tersebut dapat ditangani dengan baik.


(45)

DAFTAR PUSTAKA

Aydin, Halil. Yozgat, Yilmaz. Demirkaya, Erkan. Olgun, Abdullah. Okutan, Vedat. Lenk, Mustafa Koray. Özcan, Okan. 2007. Correlation between Vascular Endothelial Growth Factor and Leptin in Children with Cyanotic Congenital Heart Disease. The Turkish Journal of Pediatrics 49: 360 – 364.

Bernstein, Daniel. 2007. The Cardiovascular System. Dalam: Kliegman, Robert M. et al. 2007. Nelson Textbook of Pediatrics 18th Edition. Saunders

Elsevier, Philadelphia: 1828 – 1928.

Carr, Michael R. King, Brent R. 2008. Atrial Septal Defect, General Concepts.

Diunduh dari:

[Diunduh 1 April 2010]

Chang, Ruey-Kang. Chen, Alex Y. Klitzner, Thomas S. 2000. Factors Associated with Age at Operation for Children with Congenital Heart Disease.

Pediatrics 105 (5): 1073 – 1081.

Charpie, John. 2009 Pulmonary Atresia with Intact Ventricular Septum. Diunduh

dari:

April 2010]

Charpie, John. Maher, Kevin. 2009.Transposition of the Great Arteries. Diunduh

dari:

April 2010]

Dhania. 2009. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Orang Tua tentang Penyakit Jantung Bawaan Dengan Optimisme Kesehatan pada Anak Mereka yang Memiliki Penyakit Jantung Bawaan di Rumah Sakit Dr


(46)

skripsi-makalah-tentang/hubungan-antara-tingkat-pengetahuan-orang-tua-tentang-penyakit-jantung

Emmanouilides, George C. Allen, Hugh D. Riemenschneider, Thomas A. Gutgessell, Howard P. 1998. Clinical Synopsis of Moss and Adams’ Heart

Disease in Infant, Children, and Adolescent: Including the Fetus and Young Adult. Baltimore: William&Wilkins.

. [Diakses 12 Februari 2010]

Fyler, Donald C. 1996. Kardiologi Anak Nadas. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Green, Angela. 2004. Outcomes of Congenital Heart Disease: A Review.

Pediatric Nursing 30 (6): 280 – 284.

Harimurti, Ganesha. 1996. Penelitian Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru

Lahir di Beberapa Rumah Sakit di Indonesia. Diunduh dari:

[diakses 18

Februari 2010]

Hoffman, Julien I. E. 2009. The Natural and Unnatural History of Congenital

Heart Disease. West Sussex: Wiley-Blackwell.

Kapoor, Rashmi. Gupta, Shipra. 2008. Prevalence of Congenital Heart Disease, Kanpur, India. Indian Pediatrics 45: 309 – 311.

Keane, Martin G. St John Sutton, Martin G. 2009. Clinical Features and

Diagnosis of Pulmonic Stenosis. Diunduh dari:

[Diakses 1 April 2010]

Moons, Philip. Sluysmans, Thierry. Wolf, Daniel De. Massin, Martin. Suys, Bert. Benatar, Abraham. Geweillig, Marc. 2008. Congenital Heart Disease in


(47)

111 225 Births in Belgium: Birth Prevalence, Treatment and Survival in the 21st Century. Acta Pædiatrica: 1 – 6.

Prasodo, A. M. 1994. Penyakit Jantung Bawaan Sianotik. Dalam: Buku Ajar

Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 234 – 277.

Rahmad, K.B. Rachmat, J. 1994. Bedah Jantung pada Penyakit Jantung Bawaan.

Dalam: Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 501 – 519.

Ramaswamy, Prema. Anbumani, Patturajah. Srinivasan, Kuruchi. 2009. Ventricle

Septal Defect, General Concepts. Diunduh dari:

2010]

Ramaswamy, P. Pflieger, Kurt. 2008. Tetralogi of Fallot with Absent Pulmonary

Valve. Diunduh dari:

Rao, P. Syamasundar. 2009. Tricuspid Atresia. Diunduh dari:

2010]

Rao, P. Syamasundar. 2005. Diagnosis and Management of Acyanotic Heart Disease: Part II – Left-To-Right Shunt Lesions. Indian Journal of

Pediatrics 72: 503 – 512.

Rao, Syamasundar. Seib, Paul. 2009. Coartasio of the Aorta. Diunduh dari:

2010]

Roebiono, Poppy S. 2003. Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Jantung Bawaan.

Diunduh dari:


(48)

Sani, M. U. Mukhtar-Yola, M. Karaye, K.M. 2007. Spectrum of Congenital Heart Disease in a Tropical Environment: An Echocardiography Study. Journal

of The medical Association 99 (6): 665 – 669.

Sastroasmoro, S. Madiyono, B. 1994. Epidemiologi dan Etiologi Penyakit Jantung Bawaan. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 165 – 171.

Sayasthid, J. Tantiwongkosri, K. Somboonna, N. 2009. Unrecognized Congenital Heart Disease among Thai Children. J Med Assoc Thai 92 (3): 356 – 359. Schultz, Amy H. Localio, A. Russel. Clark, Bernard J. Ravishankar, Chitra.

Videon, Nancy. Kimmel, Stephen F. 2008. Epidemiologic Features of the Presentation of Critical Congenital Heart Disease: Implications for Screening. Pediatrics 121 (4): 751 – 757.

Shah, GS. Singh, MK. Pandey, TR. Kalaheti, BK. Bhandari, GP. 2008. Incidence of Congenital Heart Disease in Tertiary Care Hospital. Kathmandu

University Medical Journal 6 (1): 33 – 36.

Soeroso, Santosa. Sastrosubroto, Hardiman. 1994. Penyakit Jantung Bawaan Non-Sianotik. Dalam: Buku Ajar Kardiologi Anak. Binarupa Aksara, Jakarta: 191 – 233.

Tank, S. Malik, S. Joshi S. 2004. Epidemiology of Congenital Heart Disease among Hospitalised Patients. Bombay Hospital Journal 46 (2): 15 – 19. UNICEF (United Nations International Children's Fund). 1989. Definition of the

Child. Diunduh dari:


(49)

Vick, G. W. Bezold, Louis I. 2008. Classification and Clinical Features of

Isolated Atrial Septal Defects in Children. Diunduh dari:

Wiknjosastro, Gulardi H. 2005. Fisiologi Janin. Dalam: Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka-SP, Jakarta: 157 – 164.

Wu, Mei-Hwan. et al. 2010. Prevalence of Congenital Heart Disease at Live Birth in Taiwan. The Journal of Pediatrics.


(50)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Pelangi Windarini

Tempar / Tanggal Lahir : Medan / 4 Oktober 1991

Agama : Islam

Alamat : Vila Gading Mas I Blok N No. 1 Medan 20147 Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Dasar Al-Azhar Medan (1997 - 2002)

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Al-Azhar Medan (2002-2004) 3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Medan (2004 – 2007)

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Kenaziran Panitia Hari Besar Islam (PHBI) Fakultas Kedokteran USU periode 2007 – 2008.


(51)

2. Anggota Departemen Advokasi, Komunikasi, dan Mahasiswa Asing Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) Fakultas Kedokteran USU periode 2008 – 2009.

3. Anggota Divisi Reportase dan Fotografi Badan Pers Mahasiswa (BPM) Fakultas Kedokteran USU periode 2008 – 2009.


(52)

LAMPIRAN 2

FORMULIR PENELITIAN

NAMA :

JENIS KELAMIN :

UMUR :

JENIS PJB :

GEJALA KLINIS :

NILAI Hb :

TATA LAKSANA :


(53)

LAMPIRAN 6

HASIL OUTPUT

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK TAHUN 2007 – 2009 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN Hasil Output

a. Berdasarkan jenis kelamin Gender

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid L 56 42.7 42.7 42.7

P 75 57.3 57.3 100.0

Total 131 100.0 100.0

b.Berdasarkan umur

Kelompok Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 0-24 73 55.7 55.7 55.7

25-48 16 12.2 12.2 67.9

49-72 13 9.9 9.9 77.9

73-96 10 7.6 7.6 85.5

97-120 7 5.3 5.3 90.8

121-144 6 4.6 4.6 95.4

>144 6 4.6 4.6 100.0


(54)

c. Berdasarkan jenis PJB yang diderita

Jenis PJB Asianotik dan Sianotik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Asianotik 93 71.0 71.0 71.0

Sianotik 38 29.0 29.0 100.0

Total 131 100.0 100.0

Jenis PJB

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ASD 18 13.7 13.7 13.7

AVSD 1 .8 .8 14.5

DORV 1 .8 .8 15.3

KoA 1 .8 .8 16.0

KOMBINASI ASIANOTIK 14 10.7 10.7 26.7

KOMBINASI SIANOTIK 12 9.2 9.2 35.9

PDA 23 17.6 17.6 53.4

TA 1 .8 .8 54.2

TOF 24 18.3 18.3 72.5

VSD 36 27.5 27.5 100.0


(55)

d.Berdasarkan tindakan operatif

Tindakan Operatif

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 26 19.8 19.8 19.8

Tidak Ada 105 80.2 80.2 100.0

Total 131 100.0 100.0

e. Berdasarkan gejala klinis

Sianosis / Biru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 50 38.2 38.2 38.2

Tidak Ada 81 61.8 61.8 100.0

Total 131 100.0 100.0

Sesak

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 102 77.9 77.9 77.9

Tidak Ada 29 22.1 22.1 100.0

Total 131 100.0 100.0

Berat Badan Sulit Naik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 18 13.7 13.7 13.7

Tidak Ada 113 86.3 86.3 100.0


(56)

Batuk

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 30 22.9 22.9 22.9

Tidak Ada 101 77.1 77.1 100.0

Total 131 100.0 100.0

Cepat Lelah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 58 44.3 44.3 44.3

Tidak Ada 73 55.7 55.7 100.0

Total 131 100.0 100.0

f. Berdasarkan nilai Hb

Kelompok Nilai Hb dan Jenis PJB

Jenis PJB

Total Asianotik Sianotik

KelompokHb 3 - 8 5 1 6

8,01 - 13 63 15 78

13,01 - 18 24 11 35

18,01 - 23 1 11 12


(57)

Kelompok Hb dan Jenis PJB yang Diderita

KelompokHb

Total 3 - 8 8,01 - 13 13,01 - 18 18,01 - 23

JenisPJB ASD 1 9 8 0 18

AVSD 0 1 0 0 1

DORV 0 0 0 1 1

KoA 0 1 0 0 1

KOMBINASI ASIANOTIK 0 10 3 1 14

KOMBINASI SIANOTIK 1 6 1 4 12

PDA 0 16 7 0 23

TA 0 0 1 0 1

TOF 0 9 9 6 24

VSD 4 26 6 0 36


(58)

LAMPIRAN 5

DATA INDUK

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT JANTUNG BAWAAN PADA ANAK TAHUN 2007 – 2009 DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Jenis Kelamin

Kelompok

umur UMUR JENIS PJB PJB TIPE PJB OPERASI

NILAI

Hb KEL.Hb SIANOSIS/BIRU SESAK BBtdkNAIK batuk CptLelah

P 49-72 50 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 19.2 18,01 - 23 Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada

P 0-24 5 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 10.9 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 2

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Tidak Ada 18.5 18,01 - 23 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 49-72 52 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 12.9 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada

P 73-96 93 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 11.2 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 5

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Tidak Ada 11 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 97-120 108 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 11.8 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 6

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Ada 21.7 18,01 - 23 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

L 121-144 132 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 15.6 13,01 - 18 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 6 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 9.71 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 10 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 17.6 13,01 - 18 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada

L 121-144 122 DORV Sianotik sianotik Ada 22.1 18,01 - 23 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 9 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 10.2 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Ada

Tidak


(59)

L 73-96 90 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 13.8 13,01 - 18 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Ada

P 0-24 16 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.2 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 25-48 47 VSD Asianotik asianotik Ada 9.85 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

L 121-144 144 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 12.1 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 2

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Ada 11 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada

P 73-96 88 VSD Asianotik asianotik Ada 17.5 13,01 - 18 Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 49-72 51 PDA Asianotik asianotik Ada 13.1 13,01 - 18 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 1

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 9.5 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 3 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 10.2 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P >144 150 TOF Sianotik sianotik Ada 22.7 18,01 - 23 Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

L 0-24 1 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 15 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 49-72 51 ASD Asianotik asianotik Ada 12 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

L 73-96 73 VSD Asianotik asianotik Ada 12.4 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 73-96 91 TOF Sianotik sianotik Ada 21.3 18,01 - 23 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 8

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Tidak Ada 8.8 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 25-48 31 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 12.5 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada

P 25-48 37 AVSD Asianotik asianotik Ada 12 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 73-96 77 TOF Sianotik sianotik Ada 16 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 121-144 121 TOF Sianotik sianotik Ada 21.1 18,01 - 23 Ada Ada Tidak Ada

Tidak


(1)

P 49-72 57 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 12.2 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada L 49-72 58 PDA Asianotik asianotik Ada 12.9 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L >144 146 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 10.2 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada Ada Ada

P 0-24 3

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Ada 14.7 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 13

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 12 8,01 - 13 Ada Ada Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 6 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 16.8 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 25-48 26 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 10.2 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 11

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Tidak Ada 11.7 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

L 25-48 33 TOF Sianotik sianotik Ada 17.3 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 4 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 6.9 8-Mar Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 0-24 8 TA Sianotik sianotik Tidak Ada 14.2 13,01 - 18 Ada Ada Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 2 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 14.5 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 16 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 10 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

L 0-24 2

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 9.85 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 2

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 13.5 13,01 - 18 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada

L 0-24 7

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Ada 10 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 0-24 21 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 10.3 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 9 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 12.4 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 15

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Tidak Ada 10.2 8,01 - 13 Ada Ada Ada Ada

Tidak Ada


(2)

L 0-24 8 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 3.6 8-Mar Tidak Ada Ada Ada

Tidak

Ada Ada

P 97-120 115 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 13.4 13,01 - 18 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 49-72 51 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.6 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 49-72 56 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 10.7 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 0-24 6 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 10.3 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada P 0-24 2 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.1 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 7

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Tidak Ada 6.56 8-Mar Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 25-48 36 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 13.4 13,01 - 18 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada L 49-72 60 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.3 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

L 0-24 4

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 11.4 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

L 25-48 41 TOF Sianotik sianotik Ada 13.4 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 8

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Tidak Ada 18.9 18,01 - 23 Ada Ada Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 25-48 44 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 15 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 49-72 72 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 16.3 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 121-144 138 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 11 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 0 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 13.9 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 25-48 44 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 18.6 18,01 - 23 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 1

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 14.2 13,01 - 18 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 4 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 8.5 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak


(3)

P >144 161 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 18.3 18,01 - 23 Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 2

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Ada 11 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada P 0-24 5 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.1 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 73-96 74 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 13.6 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada Ada Ada P 0-24 3 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 12.1 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 0-24 3 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 9.8 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 25-48 27 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 17 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 25-48 42 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 9.78 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada

L 0-24 2

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 12.1 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 0-24 7 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 11.2 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada L 73-96 88 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 12 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Ada P 25-48 40 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 12.3 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

Tidak

Ada Ada

L 97-120 109 VSD Asianotik asianotik Ada 8.8 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 8 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 10.9 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

L 0-24 0

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 13.4 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 11

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 11.8 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 1 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 16.1 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 5 PDA Asianotik asianotik Ada 12.5 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P >144 171 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 7.83 8-Mar Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak


(4)

L 97-120 105 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 8.8 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada L >144 170 VSD Asianotik asianotik Ada 7.6 8-Mar Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 25-48 34 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 8.5 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 7 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 17.6 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada Ada Ada

L 0-24 5 VSD Asianotik asianotik Ada 11.4 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 0-24 0 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 18 13,01 - 18 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 25-48 46 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.5 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 1

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 10.1 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 20 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.3 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada P 25-48 35 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 12.1 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 49-72 69 TOF Sianotik sianotik Ada 15 13,01 - 18 Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 49-72 65 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 13.1 13,01 - 18 Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 97-120 98 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 14 13,01 - 18 Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L >144 170 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.2 8,01 - 13 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 4 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 11.9 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Ada L 121-144 123 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 9.1 8,01 - 13 Ada

Tidak

Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada

P 0-24 2

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Tidak Ada 16.6 18,01 - 23 Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 73-96 87

KOMBINASI

SIANOTIK Sianotik

kombinasi

sianotik Tidak Ada 17.2 18,01 - 23 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 0-24 1 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.7 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak


(5)

L 97-120 106 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 10.7 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Ada Ada

Tidak Ada P 0-24 3 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 9.7 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 0

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 12.9 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 0-24 17 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 6.3 8-Mar Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 7

KOMBINASI

ASIANOTIK Asianotik

kombinasi

asianotik Tidak Ada 11.5 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

L 0-24 0 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 16.9 13,01 - 18 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada

P 0-24 16 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 11.7 8,01 - 13 Ada Ada Ada Ada Ada

L 73-96 95 PDA Asianotik asianotik Ada 14.4 13,01 - 18 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 0-24 13 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 10.1 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada

L 25-48 27 TOF Sianotik sianotik Ada 11 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Ada

P 0-24 10 KoA Asianotik asianotik Tidak Ada 10.2 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Ada Ada Ada

P 49-72 50 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 11.3 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Ada P 0-24 1 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 15.5 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada L 0-24 23 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 13.1 13,01 - 18 Ada Ada Tidak Ada Ada

Tidak Ada L 97-120 108 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 12.9 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 0-24 4 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 10.9 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 14 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 9.6 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 0-24 13 TOF Sianotik sianotik Tidak Ada 10 8,01 - 13 Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 3 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 10.4 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak

Ada Ada

P 0-24 0 ASD Asianotik asianotik Tidak Ada 15.9 13,01 - 18 Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada


(6)

P 0-24 1 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 13.9 13,01 - 18 Tidak Ada

Tidak

Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada P 0-24 5 VSD Asianotik asianotik Tidak Ada 8.71 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada Ada Ada L 0-24 0 PDA Asianotik asianotik Tidak Ada 10.7 8,01 - 13 Tidak Ada Ada Tidak Ada

Tidak Ada

Tidak Ada