Karakteristik Penderita Demam Typhoid Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2009

(1)

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2009

SKRIPSI

Oleh :

NURHAYATI HARAHAP NIM. 081000280

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2009

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NURHAYATI HARAHAP NIM. 081000280

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

KARAKTERISTIK PENDERITA DEMAM TIFOID RAWAT INAP DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan Dan Dipertahankan Oleh : NURHAYATI HARAHAP

NIM. 081000280

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 Juni 2011 dan Dinyatakan

Telah Memenuhi Syarat untuk Diterima

Ketua Penguji Penguji I

Drs. Jemadi, M.Kes drh. Rasmaliah, M.Kes

NIP. 19640404 199203 1 005 NIP. 19590818 198503 2 002

Penguji II Penguji III

Prof. dr. Nerseri Barus, MPH drh. Hiswani, M.Kes NIP. 19450817 197302 2 001 NIP.19650112 199402 2 001

Medan, Juni 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Penyakit ini erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan serta personal hygiene yang buruk. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid dengan CFR 3,5 %.

Pada tahun 2008 proporsi penderita demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit di Sumatera Utara adalah 11,4 %. Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang tahun 2009 yaitu 3,5 %.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang tahun 2009. Populasi penelitian ini adalah 344 data penderita dengan besar sampel 185 data yang diambil secara simple random sampling.

Analisa statistk dengan menggunakan uji chi-square dan uji-t.

Proporsi tertinggi penderita demam tifoid berdasarkan sosiodemografi ditemukan pada kelompok umur 11 – 20 tahun 31,9 % dengan proporsi perempuan 17,8 % dan laki-laki 14,1 %. Umur termuda 2 tahun 3,2 %, tertua 78 tahun 0,5 %, sex ratio 134 %, agama Islam 64,5 %, pelajar/mahasiswa 49,7 %, status tidak kawin 68,1 %, berasal dari Kota Lubuk Pakam 52,4 %. Proporsi penderita demam tifoid tertinggi dengan gejala demam 100 %,mual 73 %,badan lemas 48,6 %, muntah 45,9 %, anoreksia 42,2 %, sakit kepala 30,3 %, batuk 15,7 %, diare 15,1 %, sakit perut 15,1 %, mual 7,3 %, perut kembung 5,4 %, lidah tifoid 4,3 %, konstipasi 2,7 %, tidak ada komplikasi 97,8 %, jenis komplikasi meningitis 2 orang, lama rawatan rata-rata 4,03 hari, sumber biaya bukan biaya sendiri 53 % dan pulang berobat jalan/sembuh klinis 93,5 %. Penderita demam tifoid yang meninggal tidak dijumpai.

Uji chi-square tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi umur berdasarkan status komplikasi (p = 0,533), lama rawatan rata-rata (p = 0,120), ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,000) secara bermakna lebih lama dirawat penderita demam tifoid pulang berobat jalan dibanding dengan penderita pulang atas permintaan sendiri, tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p = 0.080), idak ada perbedaan yang bermakna sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,417).

Dianjurkan kepada penderita demam tifoid pada saat kontrol untuk melakukan pemeriksaan bakteriologis dan menjaga kebersihan personal hygiene.

Kata kunci : Penderita demam tifoid, karakteristik, Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang


(5)

ABSTRACT

Typhoid fever is a contagious diseases caused by the bacterium Salmonella typhi or Salmonella paratyphi. The disease is closely related to the environment, particularly environments that do not meet health requirements as well as poor personal hygiene. Based on the WHO report in 2003 there were 17 million cases of typhoid fever with a CFR of 3,5 %. In 2008 the proportion of hospitalized patients with typhoid fever at the Hospital in North Sumatra is 11,4 %. The proportion of hospitalized patients with typhoid fever in Deli Serdang Hospital in 2009 is 3,5 %.

The study is descriptive case series with a design that aims to investigate the characteristict of hospitalized patients with typhoid fever in Deli Serdang Hospital in 2009. The study population was 344 patients with a large data sample of 185 data taken by simple random sampling. Statistic Analysis using chi-square test and t – test.

The highest proportion of patient with typhoid fever based on sociodemografic found in the age group 11 – 20 years 31,9 % with the proportion of women 17,8 % men and 14,1 %. Age youngest 2 years 3,2 %, 0,5 % of the oldest 78 years, sex ratio of 134 %, Islam 64,5 %, study/colager 49,7 %, 68,1 % unmarried status, derived from the City of Lubuk Pakam 52,4 %. The highest proportion of typhoid fever patients with symptoms of fever 100 %, nausea 73 %,48,6 % of seakness, vomiting 45,9 %, anorexia 42,2 %, headache 30,3 %, cough 15,7 %, diarrhea 15,1 %, pain stomach 15,1 %, abdominal bloating 5,4 %, typhoid tongue 4,3 %, constipation 2,7 %, 97,8 % no complications, complications of meningitis two types of people, the average long-maintainability average 4,03 days, the source of costs rather than cost alone 53 % and home ambulatory/clinically cured 93,5 %. Patients who died of typhoid fever is not found.

Chi-square test there was no significant difference in the proportion of age based on the status of complications (p = 0,533), length of treatment on average (p = 0,120), no significant difference average treatment time based on the state coming home (p = 0,000) in significantly longer cared for patients with typhoid fever than the home ambulatory patients to go home at his own request, there was no significant difference in average nursing time based on cost sources (p = 0,080), no significant difference based on the state as the source of the cost of home (p = 0,417).

It is recommended to patients with typhoid fever at the time of the control to perform bacteriological examinations and hygiene personal hygiene.

Key words : Patients with typhoid fever, characteristic, Regional General Hospital Deli Serdang.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS

Nama : Nurhayati. Harahap Tempat/tanggal lahir : Medan, 19 Februari 1970

Agama : Islam

Status Perkawinan : Sudah menikah Jumlah Anak : 2 (Dua) orang

Alamat Rumah : Jl. Batang Kuis Gg. Tambak Rejo Lr. Cemara Buntu Bedimbar Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang.

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. SDN No. 064985 Medan tahun 1977 – 1983 2. SMPN 16 Medan tahun 1983 – 1986

3. SMAN 11 Medan tahun 1986 – 1989

4. AKPER DepKes RI Medan tahun 1990 – 1993 5. FKM USU tahun 2008 - 2011

III. RIWAYAT PEKERJAAN

1. Tahun 1996 – 2004 : Staf RSU Pirngadi Medan

2. Tahun 2005 s/d sekarang : Staf Puskesmas Tanjung Morawa Kab. Deli Serdang


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta

hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Karakteristik Penderita Demam Typhoid Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang

Lubuk Pakam Tahun 2009”.

Skripsi ini disusun untum memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program studi Strata di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Drh. Rasmaliah, M.Kes selaku Ketua Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Syarifah, M.S selaku dosen Pembimbing Akademik penulis .

4. Ibu Drh. Rasmaliah, M. Kes dan Bapak Drs. Jemadi, M. Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

5. Ibu Prof. Dr. Nerseri Barus, MPH dan Ibu Drh. Hiswani, M.Kes selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh dosen pengajar dan pegawai staf akademik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

7. Direktur RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam yang telah memberikan izin penulis untuk melakukan penelitian serta Kepala Rekam Medis beserta pegawai rekam medis yang turut membantu dalam pengumpulan data

8. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih dan hormat kepada yang kusayangi Ayahanda Alm H. Pangeran Harahap dan Ibunda Hj. Sawiyah Silalahi yang telah membesarkan, membimbing dan mendidik penulis, serta yang ku cintai suamiku Sugiatno, S. Sos dan anak-anakku tercinta Ridho Alfi Fauzan dan Aisha Ayu Andira atas pengorbanan dan kasih sayang sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

9. Ibu mertua terima kasih atas doa dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

10.Kakak, abang dan adikku terimah kasih atas doa dan motivasi yang telah diberikan

11.Teman-teman peminatan Epidemiologi Nenny, Rapael, Prida, Lia, Vera, Sinta, Mika, Vilino, Nina dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan namanya terima kasih atas doa, bantuan, semangat dan kebersamaan dalam meraih gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat


(9)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat menbangun demi perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmad-Nya kepada kita semua. Amin....

Tanjung Morawa, Juni 2011 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ………. 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1. Tujuan Umum ... 3

1.3.2. Tujuan Khusus ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Defenisi Demam Tifoid ... 6

2.2. Infectious Agent ... 6

2.3. Patogenesis ... 7

2.4. Gejala klinis ... 8

2.5. Epidemiologi Demam Tifoid ... 9

2.5.1. Distribusi dan Frekwensi ... 9

2.5.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi ... 9

2.6. Sumber Penularan ... 11

2.6.1. Penderita Demam Tifoid ... 11

2.6.2. Karier Demam Tifoid ... 11

2.7. Komplikasi ... 12

2.7.1. Komplikasi Intestinal ... 12

2.7.2. Komplikasi Ekstraintestinal ... 13

2.8. Pencegahan Demam Tifoid ... 14

2.8.1. Pencegahan Primer ... 14

2.8.2. Pencegahan Sekunder ... 15


(11)

BAB 3 KERANGKA KONSEP ... 22

3.1. Kerangka Konsep ... 22

3.2. Defenisi Operasional ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 26

4.1. Jenis Penelitian ... 26

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.2.1. Lokasi Penelitian ... 26

4.2.2. Waktu Penelitian ... 26

4.3. Populasi dan Sampel ... 26

4.3.1. Populasi ... 26

4.3.2. Sampel ... 26

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 28

4.5. Analisa Data ... 28

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 29

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 29

5.1.1. Pelayanan Medis ... 30

5.1.2. Penunjang Umum ... 31

5.2. Sosiodemografi Penderita Demam Typhoid ... 31

5.3. Gejala Klinis ... 34

5.4. Status Komplikasi ... 35

5.5. Lama Rawatan Rata-Rata ... 35

5.6. Sumber Biaya ... 36

5.7. Keadaan Sewaktu Pulang ... 37

5.8. Analisa Statistik ... 38

5.8.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 38

5.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi ... 38

5.8.3. Lama Rawatan Berdasarkan Status Komplikasi ... 40

5.8.4. Sumber Biaya Berdasarkan Status Komplikasi ... 41

5.8.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 42

5.8.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 43

5.8.7. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang. 44 5.8.8. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 45


(12)

BAB 6 PEMBAHASAN ... 46

6.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Typhoid Rawat Inap Berda Sarkan Sosiodemografi ... 46

6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin ... 46

6.1.2. Suku ... 48

6.1.3. Agama ... 49

6.1.4. Pekerjaan ... 50

6.1.5. Status Perkawinan ... 51

6.1.6. Tempat Tinggal ... 52

6.2. Proporsi Penderita Demam Typhoid Berdasarkan Gejala Klinis ... 51

6.3. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Status Komplikasi.. 52

6.4. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Jenis Komplikasi ... 53

6.5. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid ... 54

6.6. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Sumber Biaya ... 54

6.7. Proporsi Penderita Demam Tifoid Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 55

6.8. Analisa Statistik ... 56

6.8.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi ... 56

6.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi ... 58

6.8.3. Lama Rawatan Berdasarkan Status Komplikasi ... 61

6.8.4. Sumber Biaya Berdasarkan Status Komplikasi ... 64

6.8.5. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya ... 64

6.8.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 65

6.8.7. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang .... 66

6.8.8. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang ... 67

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

7.1.Kesimpulan ... 68

7.2. Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1 RANDOM NUMBER LAMPIRAN 2 SPIN DIAL DIRECTION LAMPIRAN 3 MASTER DATA

LAMPIRAN 4 OUTPUT MASTER DATA

LAMPIRAN 5 LEBIH DARI SATU GEJALA KLINIS LAMPIRAN 6 SURAT PENELITIAN DARI FKM


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Umur dan Jenis Kelamin) di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 31 Tabel 5. 2. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Sosiodemografi (Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan, Tempat Tinggal di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 33 Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Gejala Klinis di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 34 Tabel 5.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 35 Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 36 Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli Serdang Tahun2009 ... 37 Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 38 Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status

Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 39 Tabel 5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi

Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 40 Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Status

Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 41


(14)

Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita

Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 42 Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 43 Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 44 Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 45


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 6.1. Diagram Bar Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 46 Gambar 6.2. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Suku di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 48

Gambar 6.3. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Agama di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 49 Gambar 6.4. Diagram Bar Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Pekerjaan di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 50 Gambar 6.5. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Status Perkawinan di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 51 Gambar 6.6. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Tempat Tinggal di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 52 Gambar 6.7. Diagram Bar Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Gejala Klinis di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 53 Gambar 6.8. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Status Komplikasi di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 55 Gambar 6.9. Diagram Bar Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 56 Gambar 6.10. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 57


(16)

Gambar 6.11. Diagram Pie Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli Serdang

Tahun 2009 ... 58 Gambar 6.12. Diagram Bar Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 59 Gambar 6.13. Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status

Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 60 Gambar 6.14. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status

Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 62 Gambar 6.15. Diagram Bar Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Status

Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inapdi RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 63 Gambar 6.16. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber

Biaya Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 64 Gambar 6.17. Diagram Bar Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di

RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 65 Gambar 6.18. Diagram Bar Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan

Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 66 Gambar 6.19. Diagram Bar Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan

Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 67


(17)

ABSTRAK

Demam tifoid merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi. Penyakit ini erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan serta personal hygiene yang buruk. Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid dengan CFR 3,5 %.

Pada tahun 2008 proporsi penderita demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit di Sumatera Utara adalah 11,4 %. Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang tahun 2009 yaitu 3,5 %.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain case series yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang tahun 2009. Populasi penelitian ini adalah 344 data penderita dengan besar sampel 185 data yang diambil secara simple random sampling.

Analisa statistk dengan menggunakan uji chi-square dan uji-t.

Proporsi tertinggi penderita demam tifoid berdasarkan sosiodemografi ditemukan pada kelompok umur 11 – 20 tahun 31,9 % dengan proporsi perempuan 17,8 % dan laki-laki 14,1 %. Umur termuda 2 tahun 3,2 %, tertua 78 tahun 0,5 %, sex ratio 134 %, agama Islam 64,5 %, pelajar/mahasiswa 49,7 %, status tidak kawin 68,1 %, berasal dari Kota Lubuk Pakam 52,4 %. Proporsi penderita demam tifoid tertinggi dengan gejala demam 100 %,mual 73 %,badan lemas 48,6 %, muntah 45,9 %, anoreksia 42,2 %, sakit kepala 30,3 %, batuk 15,7 %, diare 15,1 %, sakit perut 15,1 %, mual 7,3 %, perut kembung 5,4 %, lidah tifoid 4,3 %, konstipasi 2,7 %, tidak ada komplikasi 97,8 %, jenis komplikasi meningitis 2 orang, lama rawatan rata-rata 4,03 hari, sumber biaya bukan biaya sendiri 53 % dan pulang berobat jalan/sembuh klinis 93,5 %. Penderita demam tifoid yang meninggal tidak dijumpai.

Uji chi-square tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi umur berdasarkan status komplikasi (p = 0,533), lama rawatan rata-rata (p = 0,120), ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,000) secara bermakna lebih lama dirawat penderita demam tifoid pulang berobat jalan dibanding dengan penderita pulang atas permintaan sendiri, tidak ada perbedaan yang bermakna lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p = 0.080), idak ada perbedaan yang bermakna sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p = 0,417).

Dianjurkan kepada penderita demam tifoid pada saat kontrol untuk melakukan pemeriksaan bakteriologis dan menjaga kebersihan personal hygiene.

Kata kunci : Penderita demam tifoid, karakteristik, Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang


(18)

ABSTRACT

Typhoid fever is a contagious diseases caused by the bacterium Salmonella typhi or Salmonella paratyphi. The disease is closely related to the environment, particularly environments that do not meet health requirements as well as poor personal hygiene. Based on the WHO report in 2003 there were 17 million cases of typhoid fever with a CFR of 3,5 %. In 2008 the proportion of hospitalized patients with typhoid fever at the Hospital in North Sumatra is 11,4 %. The proportion of hospitalized patients with typhoid fever in Deli Serdang Hospital in 2009 is 3,5 %.

The study is descriptive case series with a design that aims to investigate the characteristict of hospitalized patients with typhoid fever in Deli Serdang Hospital in 2009. The study population was 344 patients with a large data sample of 185 data taken by simple random sampling. Statistic Analysis using chi-square test and t – test.

The highest proportion of patient with typhoid fever based on sociodemografic found in the age group 11 – 20 years 31,9 % with the proportion of women 17,8 % men and 14,1 %. Age youngest 2 years 3,2 %, 0,5 % of the oldest 78 years, sex ratio of 134 %, Islam 64,5 %, study/colager 49,7 %, 68,1 % unmarried status, derived from the City of Lubuk Pakam 52,4 %. The highest proportion of typhoid fever patients with symptoms of fever 100 %, nausea 73 %,48,6 % of seakness, vomiting 45,9 %, anorexia 42,2 %, headache 30,3 %, cough 15,7 %, diarrhea 15,1 %, pain stomach 15,1 %, abdominal bloating 5,4 %, typhoid tongue 4,3 %, constipation 2,7 %, 97,8 % no complications, complications of meningitis two types of people, the average long-maintainability average 4,03 days, the source of costs rather than cost alone 53 % and home ambulatory/clinically cured 93,5 %. Patients who died of typhoid fever is not found.

Chi-square test there was no significant difference in the proportion of age based on the status of complications (p = 0,533), length of treatment on average (p = 0,120), no significant difference average treatment time based on the state coming home (p = 0,000) in significantly longer cared for patients with typhoid fever than the home ambulatory patients to go home at his own request, there was no significant difference in average nursing time based on cost sources (p = 0,080), no significant difference based on the state as the source of the cost of home (p = 0,417).

It is recommended to patients with typhoid fever at the time of the control to perform bacteriological examinations and hygiene personal hygiene.

Key words : Patients with typhoid fever, characteristic, Regional General Hospital Deli Serdang.


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional yang pada hakekatnya merupakan upaya penyelenggaraan kesehatan oleh bangsa Indonesia untuk mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional.

Sesuai dengan UU No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Pembangunan Nasional (RPJP – N) Tahun 2005 – 2025 pembangunan kesehatan diarahkan untuk peningkatan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dapat terwujud. 1

Di dalam Deklarasi Millenium (Millenium Development Goals 2015) mempunyai delapan tujuan umum yaitu mencakup kemiskinan, pendidikan, kesetaraan gender, angka kematian bayi, kesehatan ibu, beberapa penyakit menular, lingkungan, permasalahan global, bantuan dan uang. Tujuan umum tersebut Salah satunya adalah lingkungan. Lingkungan berperan besar sekali dalam penyebaran penyakit menular, seperti sanitasi umum, polusi udara dan kualitas air merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit.2

Demam tifoid (thypoid fever atau tifus abdominalis) merupakan salah satu penyakit menular yang erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan


(20)

memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.3

Demam tifoid atau tifus abdominalis banyak ditemukan dalam kehidupan masyarakat kita, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat kaitannya dengan kualitas yang rendah dari higiene pribadi dan sanitasi lingkungan yang kurang serta prilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk hidup sehat.4

Berdasarkan laporan WHO tahun 2003 terdapat 17 juta kasus demam tifoid di seluruh dunia, dimana 600.000 diantaranya meninggal (CFR 3,5 %).5

Berdasarkan hasil penelitian Crump, J.A,dkk (2000), insiden rate demam tifoid di Eropa yaitu 3 per 100.000 penduduk, di Afrika yaitu 50 per 100.000 penduduk dan di Asia yaitu 274 per 100.000 penduduk.Pada tahun 2005 insiden rate demam tifoid di Dhaka yaitu 390 per 100.000 penduduk.6

Angka insiden demam tifoid di Indonesia selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 mempunyai kecendrungan penurunan dari 64 per 100.000 penduduk pada tahun 2002 menjadi 2.6 per 100.000 penduduk pada tahun 2006.7

Berdasarkan Profil Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2005, angka kesakitan demam tifoid adalah 500 per 100.000 penduduk, dengan kematian(CFR 0,6 % - 5 %)8

Berdasarkan Data Surveilans tahun 2007, insiden demam tifoid tahun 2007 sangat tinggi sebesar 110,7 per 100.000 penduduk. Propinsi Lampung merupakan propinsi di seluruh Indonesia yang merupakan insiden demam tifoid yang tertinggi sebesar 344,7 per 100.000 penduduk.9


(21)

Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara tahun 2008, demam tifoid yang rawat jalan di Rumah Sakit menempati urutan ke-5 dari 10 penyakit terbesar yaitu 661 penderita dari 12876 pasien rawat jalan (5.1%), sedangkan rawat inap di Rumah Sakit menempati urutan ke-2 dari 10 penyakit terbesar yaitu sebanyak 1.276 penderita dari 11.182 pasien rawat inap (11.4 %).10

Berdasarkan data yang diperoleh dari Survei pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang, proporsi kasus demam tifoid yang dirawat inap tahun 2009 3,5 % (344 kasus dari 9807 kasus rawat inap). Dari data di atas maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009.

1.2.Rumusan Masalah

Belum diketahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009.

1.3.2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal ).


(22)

c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi dan jenis komplikasi.

d. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid.

e. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan sumber biaya.

f. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang

g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan status komplikasi. h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan status

komplikasi dan jenis komplikasi.

i. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan berdasarkan status komplikasi. j. Untuk mengetahui perbedaan proporsi sumber biaya berdasarkan status

komplikasi.

k. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan berdasarkan sumber biaya.

l. Untuk mengetahui perbedaan lama rawatan berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

m. Untuk mengetahui perbedaan proporsi status komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

n. Untuk mengetahui perbedaan sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Sebagai bahan informasi bagi Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang dalam rangka meningkatkan fasilitas serta upaya pelayanan terhadap penderita demam tifoid.

1.4.2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti laian yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai demam tifoid.


(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Defenisi Demam Tifoid

Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tipoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran .11 2.2. Infectious Agent 4

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi dari Genus Salmonella. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatip, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan mempunyai flagella (bergerak dengan rambut getar). Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di

dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 600C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi.

Salmonella typhi mempunyai 3 macam antigen, yaitu : 12

1. Antigen O (Antigen somatik), yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.

2. Antigen H (Antigen Flagella), yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas dan alkohol.


(25)

3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis.

Ketiga macam antigen tersebut di atas di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin.

2.3. Patogenesis 13

Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk kedalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus dan berkembang biak.

Bila respon imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik maka kuman

akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama

oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan selanjutnya dibawa ke plaque Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakterimia pertama yang asimtomatik) dan menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi yang mengakibatkan bakterimia yang kedua kalinya dengan disertai tanda-tanda dan gejala penyakit infeksi sistemik, seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala dan sakit perut.


(26)

2.4. Gejala Klinis14

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10 – 20 hari. Setelah masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat.

Kemudian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu : a. Demam

Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam. Dalam minggu ketiga suhu tubuh beraangsur-angsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.

b. Ganguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-pecah (ragaden) . Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa dalam, yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi sopor, koma atau gelisah.


(27)

2.5. Epidemiologi Demam Tifoid 2.5.1. Distribusi dan Frekwensi

a. Orang

Demam tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada perbedaan yang nyata antara insiden pada laki-laki dan perempuan.

Insiden pasien demam tifoid dengan usia 12 – 30 tahun 70 – 80 %, usia 31 – 40 tahun 10 – 20 %, usia > 40 tahun 5 – 10 %.15

Menurut penelitian Simanjuntak, C.H, dkk (1989) di Paseh, Jawa Barat terdapat 77 % penderita demam tifoid pada umur 3 – 19 tahun dan tertinggi pada umur 10 -15 tahun dengan insiden rate 687,9 per 100.000 penduduk. Insiden rate

pada umur 0 – 3 tahun sebesar 263 per 100.000 penduduk.16 b. Tempat dan Waktu

Demam tifoid tersebar di seluruh dunia. Pada tahun 2000, insiden rate demam tifoid di Amerika Latin 53 per 100.000 penduduk dan di Asia Tenggara 110 per 100.000 penduduk.6 Di Indonesia demam tifoid dapat ditemukan sepanjang tahun, di Jakarta Utara pada tahun 2001, insiden rate demam tifoid 680 per 100.000 penduduk dan pada tahun 2002 meningkat menjadi 1.426 per 100.000 penduduk.17

2.5.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi (Determinan) a. Faktor Host

Manusia adalah sebagai reservoir bagi kuman Salmonella thypi. Terjadinya penularan Salmonella thypi sebagian besar melalui makanan/minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau carrier yang biasanya keluar bersama


(28)

dengan tinja atau urine. Dapat juga terjadi trasmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada dalam bakterimia kepada bayinya.18

Penelitian yang dilakukan oleh Heru Laksono (2009) dengan desain case control , mengatakan bahwa kebiasaan jajan di luar mempunyai resiko terkena penyakit demam tifoid pada anak 3,6 kali lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan tidak jajan diluar (OR=3,65) dan anak yang mempunyai kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan beresiko terkena penyakit demam tifoid 2,7 lebih besar dibandingkan dengan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan (OR=2,7).20

b. Faktor Agent

Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella thypi. Jumlah kuman yang dapat menimbulkan infeksi adalah sebanyak 105 – 109 kuman yang tertelan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Semakin besar jumlah Salmonella thypi yang tertelan, maka semakin pendek masa inkubasi penyakit demam tifoid.24

c. Faktor Environment

Demam tifoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai secara luas di daerah tropis terutama di daerah dengan kualitas sumber air yang tidak memadai dengan standar hygiene dan sanitasi yang rendah. Beberapa hal yang mempercepat terjadinya penyebaran demam tifoid adalah urbanisasi, kepadatan penduduk, sumber air minum dan standart hygiene industri pengolahan makanan yang masih rendah.

Berdasarkan hasil penelitian Lubis, R. di RSUD. Dr. Soetomo (2000) dengan desain case control , mengatakan bahwa higiene perorangan yang kurang, mempunyai resiko terkena penyakit demam tifoid 20,8 kali lebih besar dibandingkan dengan yang higiene perorangan yang baik (OR=20,8) dan kualitas air minum yang


(29)

tercemar berat coliform beresiko 6,4 kali lebih besar terkena penyakit demam tifoid dibandingkan dengan yang kualitas air minumnya tidak tercemar berat coliform (OR=6,4) .19

2.6. Sumber Penularan (Reservoir)

Penularan penyakit demam tifoid oleh basil Salmonella typhi ke manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin dari penderita tifoid.4

Ada dua sumber penularan Salmonella typhi, yaitu :13 2.6.1. Penderita Demam Tifoid

Yang menjadi sumber utama infeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit, baik ketika ia sedang menderita sakit maupun yang sedang dalam penyembuhan. Pada masa penyembuhan penderita pada umumnya masih mengandung bibit penyakit di dalam kandung empedu dan ginjalnya.

2.6.2. Karier Demam Tifoid.

Penderita tifoid karier adalah seseorang yang kotorannya (feses atau urin) mengandung Salmonella typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala klinis. Pada penderita demam tifoid yang telah sembuh setelah 2 – 3 bulan masih dapat ditemukan kuman Salmonella typhi di feces atau urin. Penderita ini disebut karier pasca penyembuhan.

Pada demam tifoid sumber infeksi dari karier kronis adalah kandung empedu dan ginjal (infeksi kronis, batu atau kelainan anatomi). Oleh karena itu apabila terapi


(30)

medika-mentosa dengan obat anti tifoid gagal, harus dilakukan operasi untuk menghilangkan batu atau memperbaiki kelainan anatominya.3

Karier dapat dibagi dalam beberapa jenis.21

a. Healthy carrier (inapparent) adalah mereka yang dalam sejarahnya tidak pernah menampakkan menderita penyakit tersebut secara klinis akan tetapi mengandung unsur penyebab yang dapat menular pada orang lain, seperti pada penyakit poliomyelitis, hepatitis B dan meningococcus.

b. Incubatory carrier (masa tunas) adalah mereka yang masih dalam masa tunas, tetapi telah mempunyai potensi untuk menularkan penyakit/ sebagai sumber penularan, seperti pada penyakit cacar air, campak dan pada virus hepatitis. c. Convalescent carrier (baru sembuh klinis) adalah mereka yang baru sembuh

dari penyakit menulat tertentu, tetapi masih merupakan sumber penularan penyakit tersebut untuk masa tertentu, yang masa penularannya kemungkinan hanya sampai tiga bulan umpamanya kelompok salmonella, hepatitis B dan pada dipteri.

d. Chronis carrier (menahun) merupakan sumber penularan yang cukup lama seperti pada penyakit tifus abdominalis dan pada hepatitis B.

2.7. Komplikasi

Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu : 2.7.1. Komplikasi Intestinal13

a. Perdarahan Usus

Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan tranfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita


(31)

mengalami syok. Secara klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.

b. Perforasi Usus

Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian meyebar ke seluruh perut. Tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun dan bahkan sampai syok.

2.7.2. Komplikasi Ekstraintestinal 22

a. Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (syok, sepsis), miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

b. Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopenia, koaguolasi intravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

c. Komplikasi paru : pneumoni, empiema, dan pleuritis

d. Komplikasi hepar dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis e. Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis

f. Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan artritis g. Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,


(32)

2.8. Pencegahan Demam Tifoid

Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.23 2.8.1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yaitu : 4

a. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin ini kontraindikasi pada wanita hamil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi antibiotik . Lama proteksi 5 tahun.

b. Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni, K vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-Phenol preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 – 12 tahun 0,25 ml dan anak 1 – 5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada tempat suntikan. Kontraindikasi demam,hamil dan riwayat demam pada pemberian pertama.

c. Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin diberikan secara intramuscular dan booster setiap 3 tahun. Kontraindikasi pada hipersensitif, hamil, menyusui, sedang demam dan anak umur 2 tahun.


(33)

Indikasi vaksinasi adalah bila hendak mengunjungi daerah endemik, orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid dan petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan.

Mengkonsumsi makanan sehat agar meningkatkan daya tahan tubuh, memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat dengan cara budaya cuci tangan yang benar dengan memakai sabun, peningkatan higiene makanan dan minuman berupa menggunakan cara-cara yang cermat dan bersih dalam pengolahan dan penyajian makanan, sejak awal pengolahan, pendinginan sampai penyajian untuk dimakan, dan perbaikan sanitasi lingkungan.4

2.8.2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat.

Untuk mendiagnosis demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ada 3 metode untuk mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :24

a.Diagnosis klinik

Diagnosis klinis penyakit ini sering tidak tepat, karena gejala kilinis yang khas pada demam tifoid tidak ditemukan atau gejala yang sama dapat juga ditemukan pada penyakit lain. Diagnosis klinis demam tifoid sering kali terlewatkan karena pada penyakit dengan demam beberapa hari tidak diperkirakan kemungkinan diagnosis demam tifoid.

b. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman


(34)

pertama. Hasil ini menurun drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana hasil positip menjadi 40%. Meskipun demikian kultur sum-sum tulang tetap memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90% positip. Pada minggu-minggu selanjutnya hasil kultur darah menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu 85% dan 25% berturut-turut positip pada minggu ke-3 dan ke-4. Organisme dalam tinja masih dapat ditemukan selama 3 bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap mengeluarkan kuman Salmonella typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yang lama.

c.Diagnosis serologik12 c.1. Uji Widal

Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid.

Antigen yang digunakan pada uij Widal adlah suspensi Salmonella typhi yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam tifoid.25

Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin besar pula kemungkinan didiagnosis sebagai penderita demam tifoid. Pada infeksi yang aktif, titer aglutinin akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang


(35)

waktu paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.

Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :12

a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut

b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah menderita infeksi

c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier. Beberapa faktor yang mempengaruhi uji Widal antara lain :11,25

1. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penderita a. Keadaan umum gizi penderita

Gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi. b. Waktu pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Aglutinin baru dijumnpai dalam darah setelah penderita mengalami sakit selama satu minggu dan mencapai puncaknya pada minggu kelima atau keenam sakit.

c. Pengobatan dini dengan antibiotik

Pemberian antibiotik dengan obat antimikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.

d. Penyakit-penyakit tertentu

Pada beberapa penyakit yang menyertai demam tifoid tidak terjadi pembentukan antibodi, misalnya pada penderita leukemia dan karsinoma lanjut.


(36)

e. Pemakaian obat imunosupresif atau kortikosteroid dapat menghambat pembentukan antibodi.

f. Vaksinasi

Pada orang yang divaksinasi demam tifoid, titer aglutinin O dan H meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh karena itu titer aglutinin H pada seseorang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.

g. Infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya

Keadaan ini dapat menyebabkan uji Widal positif, walaupun titer aglutininnya rendah. Di daerah endemik demam tifoid dapat dijumpai aglutinin pada orang-orang yang sehat.

2. Faktor-faktor teknis a. Aglutinasi silang

Karena beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang sama, maka reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat juga menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies lain. Oleh karena itu spesies Salmonella penyebab infeksi tidak dapat ditentukan dengan uji widal. b. Konsentrasi suspensi antigen

Konsentrasi suspensi antigen yang digunakan pada uji widal akan mempengaruhi hasilnya.


(37)

Daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik daripada suspensi antigen dari strain lain.

c.2. Uji Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)12

a. Uji ELISA untuk melacak antibodi terhadap antigen Salmonella typhi belakangan ini mulai dipakai. Prinsip dasar uji ELISA yang dipakai umumnya uji ELISA tidak langsung. Antibodi yang dilacak dengan uji ELISA ini tergantung dari jenis antigen yang dipakai.

b.Uji ELISA untuk melacak Salmonella typhi

Deteksi antigen spesifik dari Salmonella typhi dalam spesimen klinik (darah atau urine) secara teoritis dapat menegakkan diagnosis demam tifoid secara

dini dan cepat. Uji ELISA yang sering dipakai untuk melacak adanya antigen Salmonella typhi dalam spesimen klinis, yaitu double antibody sandwich ELISA. Pencegahan sekunder dapat berupa :

a. Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui penigkatan usaha surveilans demam tifoid.

b. Perawatan umum dan nutrisi

Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinis jelas sebaiknya dirawat di rumah sakit atau sarana kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan. Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Bila klinis berat, penderita harus istirahat total. Bila penyakit membaik, maka dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan


(38)

Nutrisi pada penderita demam tifoid dengan pemberian cairan dan diet. Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan kalori yang optimal.

Sedangkan diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita tifoid biasanya diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.

c. Pemberian anti mikroba (antibiotik)

Anti mikroba (antibiotik) segera diberikan bila diagnosa telah dibuat. Kloramfenikol masih menjadi pilihan pertama, berdasarkan efikasi dan harga. Kekurangannya adalah jangka waktu pemberiannya yang lama, serta cukup sering menimbulkan karier dan relaps.

Kloramfenikol tidak boleh diberikan pada wanita hamil, terutama pada trimester III karena dapat menyebabkan partus prematur, serta janin mati dalam kandungan. Oleh karena itu obat yang paling aman diberikan pada wanita hamil adalah ampisilin atau amoksilin.


(39)

2.8.3. Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari penyakit demam tifoid sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat, sehingga imunitas tubuh tetap terjaga dan dapat terhindar dari infeksi ulang demam tifoid.

Pada penderita demam tifoid yang carier perlu dilakukan pemerikasaan laboratorium pasca penyembuhan untuk mengetahui kuman masih ada atau tidak.


(40)

BAB 3

KERANGKA KONSEP 3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian mengenai karakteristik penderita demam tifoid yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Tahun 2009 adalah sebagai berikut :

Karakteristik Penderita Demam Tifoid 1. Sosiodemografi :

Umur

Jenis kelamin Suku

Agama Pekerjaan

Status perkawinan Tempat tinggal

2. Gejala klinis

3. Status komplikasi dan jenis komplikasi 4. Lama rawatan rata-rata

5. Sumber pembiayaan 6. Keadaan sewaktu pulang

3.2. Defenisi Operasional

3.2.1. Penderita demam tifoid adalah pasien yang dinyatakan menderita demam tifoid berdasarkan diagnosis dokter dan hasil pemeriksaan laboratorium (Widal Test) positip dinyatakan menderita demam tifoid.


(41)

3.2.2. Sosiodemografi penderita demam tifoid dibedakan atas :

a. Umur adalah usia penderita demam tifoid rawat inap sesuai dengan yang tertulis di kartu status , berdasarkan Rumus Sturges.

1. 1 – 10 tahun 2. 11 – 20 tahun 3. 21 – 30 tahun 4. 31 – 40 tahun 5. 41 – 50 tahun 6. 51 – 60 tahun 7. 61 – 70 tahun 8. 71 – 80 tahun

Untuk analisa statistik, umur dikategorikan atas : 1. Anak ( <= 14 tahun)

2. Dewasa (. 14 tahun)

b. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki penderita demam tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Laki-laki 2. Perempuan

c. Suku adalah etnis yang melekat pada penderita demam tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Jawa 2. Batak 3. Melayu 4. Minang 5. Aceh

d. Agama adalah kepercayaan yang diyakini penderita demam tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Islam 2. Kristen 3. Hindu


(42)

e. Pekerjaan adalah kegiatan rutin dan utama yang dilakukan penderita demam tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Pegawai Negeri Sipil/TNI-POLRI 2. Pegawai Swasta/Karyawan 3. Pelajar/Mahasiswa

4. Wiraswasta

5. Ibu Rumah Tangga

6. Dan Lain-lain (Belum sekolah, tidak/belum bekerja, pensiunan)

f. Status perkawinan adalah keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita demam tifoid sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu : 1. Kawin

2. Belum kawin

g. Tempat tinggal adalah daerah dimana penderita demam tifoid tinggal menetap sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Kota Lubuk Pakam 2. Luar kota Lubuk Pakam

3.2.3. Gejala Klinis adalah keadaan penderita demam tifoid saat masuk ke rumah sakit yang merupakan manifestasi dari infeksi Salmonella typhi sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu :

1. Demam 2. Mual 3. Muntah 4. Sakit kepala 5. Diare 6. Konstipasi

7. Lidah Kotor (Lidah tipoid) 8. Nyeri otot

9. Anoreksia 10. Badan lemas 11. Perut kembung 12. Batuk


(43)

3.2.4. Status komplikasi adalah keterangan mengenai ada atau tidaknya komplikasi pada penderita demam tifoid, yaitu :

1. Ada komplikasi 2. Tidak ada komplikasi

3.2.5. Jenis komplikasi adalah adanya penyakit lain yang bersifat memperberat penyakit demam tifoid sesuai dengan yang tercatat pada kartu status, yang dikategorikan atas :13

1. Meningitis 2. Anemia 3. Pneumonia

3.2.6. Lama rawatan adalah lama hari rawatan penderita demam tifoid, dihitung dari tanggal mulai masuk sampai dengan keluar, sesuai dengan yang tertulis di kartu status.

3.2.7. Sumber biaya adalah asal biaya rawatan penderita demam tifoid dihitung mulai dari masuk sampai dengan keluar, sesuai yang tertulis di kartu status , yaitu :

1. Askes

2. Jamkesmas/Askeskin 3. Umum (Biaya sendiri)

Untuk analisa statistik, sumber biaya dikategorikan atas : 1. Biaya sendiri

2. Bukan biaya sendiri

3.2.8. Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi penderita demam tifoid sewaktu keluar dari rumah sakit sesuai dengan yang tertulis di kartu status, yaitu : 1. Pulang Berobat jalan/sembuh klinis

2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 3. Meninggal


(44)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan desain case series. 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang. Pemilihan lokasi penelitian ini dengan pertimbangan bahwa di rumah sakit tersebut tersedia data penderita demam tifoid yang dibutuhkan, selain itu belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita demam tifoid untuk tahun 2009 di rumah sakit tersebut.

4.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 sampai dengan Juni2011. 4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah data seluruh penderita demam tifoid yang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009 yang berjumlah 344 data penderita.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian ini adalah data sebagian penderita demam tifoid yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009.


(45)

Besar sampel diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :26 n = N

1 + N ( d ) 2

344

n =

1 + 344 ( 0,05 )2 344

n =

1 + 0,86 344

n =

1,86 n = 184,9

n = 185 Keterangan : n = Besar sampel

N = Besar populasi adalah 344

d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan ( 0,05 )

Berdasarkan perhitungan di atas, besar sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 185 data penderita demam tifoid rawat inap tahun 2009.

a. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara simple random sampling (pengambilan sampel acak sederhana), dengan menggunakan angka acak pada program komputer C survey. Sampel diambil dari populasi yang sudah diacak oleh komputer. Untuk menentukan sampel pertama diambil dari baris atau kolom tertentu yang diperoleh dengan menggunakan spin dial direction. Dari spin dial direction tersebut akan diperoleh satu angka untuk menentukan dari baris atau kolom ke berapa


(46)

akan diambil sampel pertama. Kemudian diambil sampel sebanyak yang dibutuhkan. Sampel yang telah diambil disesuaikan dengan kartu status yang telah diberi nomor urut 1 – 344.

4.4. Metode Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kartu status penderita yang berasal dari rekam medis Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang tahun 2009. Kartu status penderita demam tifoid yang dipilih sebagai sampel, dikumpul dan dilakukan pencatatan tabulasi sesuai dengan variabel yang akan diteliti.

4.5. Analisa Data

Data yang diperoleh diolah dengan menggunakan program SPSS. Analisis univariat secara deskriptif dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dan uji t. Disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram pie dan batang.


(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Kelas B terletak di Kota Lubuk Pakam, Ibukota Kabupaten Deli Serdang hanya berjarak +29 Km dengan jarak tempuh + 1 jam dari kota Medan. Rumah Sakit ini mempunyai luas areal + 2 Ha dan luas bangunan + 10.362 m2.

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang pada tahun 1958 sebagai Rumah Sakit Pembantu, tahun 1979 sebagai Rumah Sakit Umum Kelas D sesuai dengan Kep. Menkes. RI Nomor : 51/Menkes/SK/II/1979.Pada tahun 1987 sebagai Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C, dan tahun 2008 sebagai Rumah Sakit Umum Kelas B Non Pendidikan (Kep. Menkes RI Nomor : 405/MENKES/SK/IV/2008) tanggal 25 April 2008.

Saat ini Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang Lubuk Pakam, adalah satu-satunya Rumah Sakit Umum milik Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, sebagai Pusat Rujukan Pelayanan, dan telah terakreditasi penuh 12 Pelayanan sesuai SK.No. HK. 03.05/III/3389/2008.

Visi Rumah Sakit Umum Deli Serdang adalah “ Pelayanan yang unggul dalam mutu, prima dalam pelayanan dan menjadi pusat rujukan pelayanan kesehatan yang paripurna dan proaktif untuk terwujudnya masyarakat sehat 2010”.

Adapun Misi dari Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang, adalah sebagai berikut : 1. Memberikan pelayanan yang profesional, terjangkau, mudah, serta


(48)

2. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM maupun sarana prasarana sesuai kebutuhan secara universal terarah dan berkesinambungan.

3. Mengembangkan sistem administrasi, informasi dan komunikasi serta pengelolaan data dan pelaporan secara cepat dan akurat.

4. Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama sektor pelayanan kesehatan, pendidikan, penelitian, dan lingkungan dengan instansi, perusahaan, lembaga pendidikan serta lembaga sosial lainnya.

5. Meningkatkan serta mengembangkan sistem manajemen yang transparan, akomodatif dan responsive.

Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang mempunyai wilayah kerja efektif di 14 Kecamatan yang ada di kabupaten Deli Serdang, dengan jumlah penduduk sekitar 1.700.000 jiwa, yaitu : Kec. Lubuk Pakam, Kec. Tanjung Morawa, Kec. B.Kuis, Kec. Pantai Labu, Kec. Galang, Kec. Pagar Merbau, Kec. Deli Tua, Kec. Gunung Meriah, Kec. STM Hilir, Kec. STM Hulu, Kec. Patumbak, Kec. Namo Rambe, Kec. Kotarih, dan Kec. Bangun Purba.

5.1.1. Pelayanan Medis

Rumah Sakit ini dilengkapi dengan berbagai prasarana yang terdiri dari Instalasi Rawat jalan, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Penyakit Dalam dan Instalasi Bedah.

Memiliki 14 jenis tenaga spesialis (Penyakit Dalam, Anak, Bedah, Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Mata, THT, Kulit dan Kelamin, Paru, Jiwa, Neurologi, Anaestesi, Radiologi, Patologi Klinik, dan Patologi Anatomi).


(49)

Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang menerima pasien anggota TNI/POLRI, PNS, Keluarga dan Praktek Umum. Sumber biaya pasien untuk berobat berasal dari Askes, Askeskin/Jamkesda, dan biaya sendiri.

5.1.2. Penunjang Umum

Penunjang umum yang terdapat di Rumah Sakit Umum Daerah Deli Serdang terdiri dari administrasi, jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, laboratorium, taman, parkir, instalasi gizi, instalasi farmasi dan fasilitas umum lainnya.

5.2. Sosiodemografi Penderita Demam Tifoid

Hasil penelitian tentang karakteristik penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009, diperoleh distribusi berdasarkan sosiodemografi (umur dan jenis kelamin) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Umur dan Jenis Kelamin) di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Umur(Tahun)

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-Laki Perempuan

f % f % f %

1 1 - 10 25 13,5 22 11,9 47 25,4

2 11 - 20 26 14,1 33 17,8 59 31,9

3 21 - 30 14 7,6 23 12,5 37 20,1

4 31 - 40 6 3,2 10 5,4 16 8,6

5 41 - 50 3 1,6 5 2,7 8 4,3

6 51 - 60 4 2,2 9 4,9 13 7,1

7 61 - 70 1 0,5 3 1,6 4 2,1

8 71 - 80 0 0 1 0,5 1 0,5


(50)

Dari tabel 5.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan kelompok umur tertinggi pada kelompok umur 11 – 20 tahun 31,9 % dengan proporsi perempuan 17,8 % dan laki-laki 14,1 %, dan terendah pada kelompok umur 71 – 80 tahun 0,5 % dengan proporsi perempuan 0,5 % dan laki-laki tidak dijumpai. Berdasarkan jenis kelamin perempuan 57,3 % dan laki-laki 42,7 % dengan sex ratio = 57,3 % : 42,7 % = 1,34 : 1 (134 %), artinya perempuan penderita demam tifoid lebih banyak daripada laki-laki.

Karakteristik penderita demam tifoid dengan umur termuda 2 tahun (3,2 %) sebanyak 6 orang, dimana jenis kelamin laki-laki 3 orang, perempuan 3 orang, 1 orang dengan biaya sendiri dan 5 orang bukan biaya sendiri, tempat tinggal 3 orang di kota Lubuk Pakam dan 3 orang di luar kota Lubuk Pakam, lama rawatan 5 hari 2 orang, 4 hari 3 orang, 3 hari 1 orang, pulang atas permintaan sendiri 1 orang dan pulang berobat jalan 5 orang.

Karakteristik penderita demam tifoid dengan umur tertua 78 tahun (0,5 %) sebanyak 1 orang dengan jenis kelamin perempuan, biaya sendiri, tempat tinggal kota Lubuk Pakam, lama rawatan 7 hari dan pulang berobat jalan.


(51)

Tabel 5.2. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan, Tempat Asal) di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Karakteristik Sosiodemografi Jumlah

f %

1 Suku :

Jawa 70 37,8

Batak 81 43,8

Melayu 20 10,8

Minang 14 7,6

Jumlah 185 100

2 Agama

Islam 121 65,4

Kristen 64 34,6

Jumlah 185 100

3 Pekerjaan :

PNS/TNI-POLRI 20 10,8

Karyawan/Pegawai Swasta 8 4,3

Wiraswasta 13 7,0

Pelajar/Mahasiswa 92 49,7

IRT 26 14,1

Lain-Lain (Belum sekolah,

tidak/belum bekerja, pensiunan) 26 14,1

Jumlah 185 100

4 Status perkawinan :

Kawin 59 31,9

Tidak kawin 126 68,1

Jumlah 185 100

5 Tempat Tinggal :

Kota Lubuk Pakam 97 52,4

Luar kota Lubuk Pakam 88 47,6

Jumlah 185 100

Berdasarkan tabel 5.2. di atas dapat dilihat distribusi proporsi penderita demam tifoid berdasarkan Sosiodemografi (Suku, agama, pekerjaan, status perkawinan dan tempat tinggal) adalah sebagai berikut :

Proporsi suku yang tertinggi adalah Batak 43,8 % (81 orang) dan yang terendah adalah Minang 7,6 % (14 orang).


(52)

Proporsi agama yang tertinggi adalah Islam 65,4 % (121 orang) dan yang terendah adalah Kristen 34,6% (64 orang).

Proporsi pekerjaan yang tertinggi adalah Pelajar/Mahasiswa 49,7 % (92 orang) dan yang terendah adalah Karyawan/Pegawai Swasta 4,3 % (8 orang).

Proporsi status perkawinan yang tertinggi adalah Tidak Kawin 68,1 % (126 orang) dan yang terendah adalah Kawin 31,9 % (59 orang).

Proporsi tempat tinggal yang tertinggi adalah Kota Lubuk Pakam 52,4 % (97 orang) dan yang terendah adalah Luar Kota Lubuk Pakam 47,6 % (88 orang). 5.3. Gejala Klinis

Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 berdasarkan gejala klinis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3. Disribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Gejala Klinis di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Gejala Klinis (n = 185) f %

1 Demam 185 100

2 Mual 135 73

3 Badan lemas 90 48,6

4 Muntah 85 45,9

5 Anoreksia 78 42,2

6 Sakit kepala 56 30,3

7 Batuk 29 15,7

8 Diare 28 15,1

9 Sakit perut 28 15,1

10 Perut kembung 10 5,4

11 Lidah tifoid 8 4,3

12 Konstipasi 5 2,7

Berdasarkan tabel 5.3. di atas dapat dilihat bahwa dari 185 penderita demam tifoid, semuanya mengalami gejala demam (100 %) dan yang terendah adalah


(53)

konstipasi 2,7 % (5 orang). Untuk mengetahui distribusi frekuensi > 1 gejala klinis penderita demam tifoid dapat dilihat pada tabel 5.15 (Lampiran 5).

5.4. Status Komplikasi

Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 berdasarkan status komplikasi tertinggi adalah penderita tidak ada komplikasi 97,8 % (181 orang) dan proporsi penderita dengan komplikasi 2,2 % (4 orang). Adapun jenis komplikasi yang ditemukan adalah meningitis 2 orang, pneumonia 1 orang dan anemia 1 orang dengan Hb 6,8 gr/dl. Meningitis, anemia dan pneumonia adalah jenis komplikasi ekstraintestinal (didalam usus).

5.5. Lama Rawatan Rata-rata

Lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

X 4,03

SD 1,584

95 % Confidence Interval 3,80 – 4,26

Coefficient of Variation 39,3 %

Minimum 1

Maksimum 9

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid adalah 4,03 hari (4 hari), Standar Deviasi (SD) 1,584 dan nilai Coefficient of Variation sebesar 39,3% yang berarti lama rawatan rata-rata penderita demam tifoid bervariasi, dimana lama rawatan minimum adalah 1 hari dan lama


(54)

rawatan maksimum adalah 9 hari. Berdasarkan 95 % Confidence Interval didapatkan bahwa lama rawatan rata-rata selama 3,80 – 4,26 hari.

Penderita demam tifoid yang dirawat 1 hari berjumlah 5 orang (2,7 %), 2 orang jenis kelamin perempuan berumur 9 tahun dan 50 tahun sedangkan 3 orang jenis kelamin laki-laki berumur 5 tahun, 6 tahun dan 15 tahun. Penderita pulang atas permintaan sendiri (PAPS) dan sumber biaya semua penderita biaya sendiri.

5.6. Sumber Biaya

Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Sumber Biaya Jumlah

f %

1 Biaya sendiri 87 47

2 Bukan biaya sendiri 98 53

Jumlah 185 100

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan sumber biaya yang tertinggi adalah bukan biaya sendiri 53 % (98 orang) dan yang terendah adalah biaya sendiri 47 % (87 orang).


(55)

5.7. Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 berdasarkan keadaan sewaktu pulang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.6. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Keadaan Sewaktu Pulang Jumlah

f %

1 PBJ/Sembuh Klinis 173 93,5

2 PAPS 12 6,5

Jumlah 185 100

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah Pulang Berobat Jalan (PBJ)/Sembuh Klinis 93,5 % (173 orang) dan yang terendah adalah Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS) 6,5 % (12 orang).


(56)

5.8. Analisa Statistik

5.8.1. Umur Berdasarkan Status Komplikasi

Proporsi umur penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi Pada Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Status Komplikasi

Umur (tahun)

Total <= 14 tahun > 14 tahun

f % f % f %

1 Ada komplikasi 2 50 2 50 4 100

2 Tidak ada

komplikasi 76 42 105 58 181 100

Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi sebanyak 4 orang, dimana usia <= 14 tahun 50 % (2 orang) dan usia > 14 tahun 50 % (2 orang). Dari 181 penderita demam tifoid tidak ada komplikasi usia <= 14 tahun 42 % (76 orang), dan usia >14 tahun 58 % (105 orang).

Analisa statistik dengan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50 %) expected count yang besarnya kurang dari 5, sehingga menggunakan uji Exact Fisher diperoleh p > 0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna umur penderita demam tifoid berdasarkan status komplikasi.


(57)

5.8.2. Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi a.. Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi

Jenis kelamin berdasarkan status komplikasi pada penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi

Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Status Komplikasi

Jenis Kelamin

Total Laki-Laki Perempuan

f % f % f %

1 Ada komplikasi 1 25 3 75 4 100

2 Tidak ada

komplikasi

78 43,1 103 56,9 181 100

Berdasarkan tabel 5.8 dapat diketahui bahwa proporsi penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi sebanyak 4 orang dengan jenis kelamin laki-laki 25 % (1 orang) dan 75 % (3 orang) dengan jenis kelamin perempuan. Sedangkan dari 181 orang penderita demam tifoid yang tidak ada komplikasi 43,1 % (78 orang) dengan jenis kelamin laki-laki dan 56,9 % (103 orang) dengan jenis kelamin perempuan.

Analisa statistik dengan uji Chi- Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50 %) expected count yang besarnya kurang dari 5, sehingga menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p > 0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara


(58)

b. Jenis Kelamin Berdasarkan Jenis Komplikasi

Proporsi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 berdasarkan jenis komplikasi ada 4 orang dimana 2 orang meningitis dengan jenis kelamin prempuan berusia 23 tahun dan 25 tahun, 1 orang anemia dengan jenis kelamin perempuan berumur 10 tahun dan 1 orang pneumonia dengan jenis kelamin laki-laki berumur 11 tahun. Semua penderita bertempat tinggal di luar kota Lubuk Pakam.

5.8.3. Lama Rawatan Berdasarkan Status Komplikasi

Lama rawatan rata-rata berdasarkan status komplikasi penderita demam tifoid di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.9. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Status Komplikasi Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

N X SD

1 Ada komplikasi 4 5,25 0,957

2 Tidak ada komplikasi 181 4,01 1,586

t= 1,560 df = 184 p = 0,120 Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi sebanyak 4 orang dengan lama rawatan rata-rata 5,25 hari (5 hari) dan penderita tidak ada komplikasi sebanyak 181 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,01 hari (4 hari).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan


(59)

5.8.4. Sumber Biaya Berdasarkan Status Komplikasi

Sumber biaya berdasarkan status komplikasi penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Status Komplikasi Pada Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Status Komplikasi

Sumber Biaya

Total Biaya Sendiri Bukan Biaya

Sendiri

f % f % f %

1 Ada Komplikasi 1 25 3 75 4 100

2 Tidak ada komplikasi 86 47,5 95 52,5 181 100 Berdasarkan tabel 5.10 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid yang mengalami komplikasi 25 % (1 orang) dengan biaya sendiri, 75 % (3 orang) bukan biaya sendiri. Dari 181 orang penderita demam tifoid yang tidak ada komplikasi 47,5 % (86 orang) dengan biaya sendiri dan 52,5 % (95 orang) bukan biaya sendiri.

Analisa statistik dengan uji Chi-Square tidak dapat dilakukan karena terdapat 2 sel (50 %) expected count yang besarnya kurang dari 5, sehingga menggunakan uji Exact Fisher diperoleh nilai p > 0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara sumber biaya berdasarkan status komplikasi.


(60)

5.8.5. Lama Rawatan Berdasarkan Sumber Biaya

Lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 5.11. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita

Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 No Sumber Biaya Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

N X SD

1 Biaya sendiri 87 3,82 1,443

2 Bukan biaya sendiri 98 4,22 1,684

t= - 1,760 df = 183 p = 0,080 Berdasarkan tabel 5.11 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid dengan biaya sendiri sebanyak 87 orang dengan lama rawatan rata-rata 3,82 (4 hari) dan

bukan biaya sendiri sebanyak 98 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,22 (4 hari).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t- test diperoleh nilai p > 0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan yang bermakna antara


(61)

5.8.6. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Lama rawatan rata-rata berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita

demam tifoid di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.12. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Keadaan Sewaktu Pulang Lama Rawatan Rata-Rata (Hari)

N X SD

1 PBJ/sembuh klinis 173 4,14 1,511

2 PAPS 12 2,50 1,883

t= 3,574 df = 183 p = 0,000 Berdasarkan tabel 5.12 dapat dilihat bahwa penderita demam tifoid yang berobat jalan/sembuh kilins sebanyak 173 orang dengan lama rawatan rata-rata 4,14 hari (4 hari) dan penderita demam tifoid yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS) sebanyak 12 orang dengan lama rawatan rata-rata 2,50 hari (2 hari).

Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji t-test diperoleh nilai p < 0,05. Hal ini berarti secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara lama

rawatan rata-rata penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

Secara bermakna penderita demam tifoid pulang berobat jalan lebih lama dirawat dibanding dengan penderita demam tifoid pulang atas permintaan sendiri.


(62)

5.8.7. Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Proporsi status komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.13. Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Tahun 2009.

No Keadaan Sewaktu Pulang

Status Komplikasi

Total Ada

Komplikasi

Tidak ada komplikasi

f % f % f %

1 PBJ/Sembuh klinis 4 2,3 169 97,7 173 100

2 PAPS 0 0 12 100 12 100

Berdasarkan tabel 5.13 dapat dilihat bahwa dari 173 penderita demam tifoid yang pulang berobat jalan/sembuh klinis 2,3 % (4 orang) dengan komplikasi, dan 97,7 % (169 orang) tidak ada komplikasi. Dari 12 penderita demam tifoid yang pulang atas permintaan sendiri (PAPS), semuanya adalah penderita yang tidak ada komplikasi.

Analisa statistik dengan uji Chi-Square tidak memenuhi syarat untuk dilakukan karena terdapat 2 sel (50 %) expectet count yang besarnya kurang dari 5, sehingga menggunakan uji Fisher Exact diperoleh nilai p > 0,05. Hal ini berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara status komplikasi penderita demam tifoid berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(63)

5.8.8. Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada penderita demam tifoid rawat inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.14. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

No Keadaan Sewaktu

Pulang

Sumber Biaya

Total Biaya Sendiri Bukan Biaya

Sendiri

f % f % f %

1 PBJ/Sembuh Klinis 80 46,2 93 53,8 173 100

2 PAPS 7 58,3 5 41,7 12 100

Berdasarkan tabel 5.14 dapat dilihat bahwa dari 173 penderita demam tifoid yang berobat jalan/sembuh klinis 46,2 % (80 orang) dengan biaya sendiri dan 53,8 % (93 orang) bukan biaya sendiri. Dari 12 penderita demam tifoid yang PAPS 58,3 % (7 orang) dengan biaya sendiri dan 41,7 % (5 orang) bukan biaya sendiri.

Analisa statistik dengan uji chi-square didapat nilai p > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna antara sumber biaya berdasarkan keadaan sewaktu pulang.


(64)

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Umur, Jenis Kelamin, Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan dan Tempat Tinggal) di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 6.1.1. Umur dan Jenis Kelamin

Proporsi penderita demam tifoid rawat ianp berdasarkan umur dan jenis kelamin di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 dapat dilihat pada gambar 6.1.

Gambar 6.1. Diagram Bar Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap

Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin di RSUD Deli Serdang Tahun 2009

Berdasarkan gambar 6.1 dapat dilihat bahwa proporsi penderita demam tifoid pada laki-laki telah ada pada kelompok umur 1 – 10 tahun 13,5 %, meningkat pada kelompok umur 11 – 20 tahun 14,1 %, menurun pada kelompok umur 21 – 30 tahun 7,6 %, menurun pada kelompok umur 31 – 40 tahun 3,2 %, menurun pada kelompok umur 41 – 50 tahun 1,6 %, meningkat pada kelompok umur 51 – 60 tahun 2,2 %,


(1)

(2)

(3)

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Umur dan Jenis Kelamin) di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 30

Tabel 5. 2. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi (Suku, Agama, Pekerjaan, Status Perkawinan, Tempat Tinggal di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 31

Tabel 5.3. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Gejala Klinis di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 32


(5)

Tabel 5.4. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Status Komplikasi di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 33 .

Tabel 5.5. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 33

Tabel 5.6. Lama Rawatan Rata-Rata Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 34

Tabel 5.7. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 35

Tabel 5.8. Distribusi Proporsi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 35

Tabel 5.9. Distribusi Proporsi Umur Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 36

Tabel 5.10. Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 37


(6)

Tabel 5.12. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Status Komplikasi Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 39

Tabel 5.13. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Sumber Biaya Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 40

Tabel 5.14. Lama Rawatan Rata-Rata Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 41

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Status Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 42

Tabel 5.15. Distribusi Proporsi Sumber Biaya Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di RSUD Deli Serdang Tahun 2009 ... 43