Pasien Askes Pasien rawat jalanoperasi Instalasi Central Sterilization Supply Department CSSD

b. Pasien Askes

• Perbekalan farmasi yang diperlukan ditulis oleh dokter pada kartu obat. • Pada keesokan harinya, dokter menulisnya di blanko resep Askes rangkap tiga dengan ditandatangani oleh dokter, kepala ruangan dan oleh Tim legalisasi. Persyaratan yang harus dipenuhi yaitu membawa kartu Askes.

c. Pasien KreditPerusahaan

Untuk pasien kreditperusahaan dilakukan pelayanan seperti pada pasien umum. Penagihan biaya obat dilakukan bagian keuangan apotek dengan mengarsipkan kuitansi, copy resep dan surat resmi dari instansi, untuk diberikan kepada bagian keuangan rumah sakit. Oleh bendahara rumah sakit dilakukan pengklaiman ke perusahaan yang bersangkutan. 4. Mengisi perbekalan farmasi pada lemari emergensi. Pelayanan farmasi IGD mendistribusikan permintaan perbekalan farmasi emergensi ke ruangan-ruangan pasien rawat inap dan kamar bedah emergensi dengan memakai sistem distribusi floor stock yang disimpan di lemari khusus. Sistem pengelolaan obat di ruangan dilakukan oleh kepala ruangan yang bersangkutan sedangkan untuk KBE dilakukan oleh petugas farmasi IGD. Setiap obat-obatan yang dipakai dari lemari emergensi harus diganti segera mungkin. Contoh Daftar Stok Obat-obat Emergensi Adrenalin epineprin ampul Lidocain 10 Kortison asetat David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Aminofilin Magnesium sulfat Lanatosid Cadilarid Atropin sulfat Methergin Forgesictramadol Cyclocapron Na-bicarbonatmeylon Pethidin Dexamethason Nacl 0,9 Transamin 500 mg Dextrose 5 Oxytocinsynthocinon ampul Xylomidon Dopamin Papaverin HCl ampul Dobujek 500 mg Furoemidlasix Phenobarbital ampul Bic-nat Calcium glukonat Ringer lactate Klorfenondelladryl Klorpromazin HCl Ringer dextrose Lidocain 2 Kalium klorida obat-obat yang hanya disediakan di ruang khusus seperti ICU, ICCU, STROKE. Daftar Stok Alat-alat Kesehatan Emergensi Spuit 3 cc Catheter no.14 Abbocat 22 Spuit 5 cc Catheter no.16 Infusset mikro Spuit 10 cc Catheter no.18 Infusset dewasa Spuit 60 cc NGT 16 Abbocat 24 NGT 19 Jenis obat dan alat emergensi yang disediakan di setiap ruangan berbeda- beda untuk masing-masing ruang sesuai dengan kebutuhan dan jenis penyakit.

3.3.2.5 Pelayanan Farmasi di Central Operation Theatre COT – Instalasi

Bedah Sentral IBS Pelayanan farmasi COTIBS bertugas melayani Central Operation Theatre COT. Pengelolaan obat-obat di COT atau pembedahan yang direncanakan adalah dibawah pengawasan pelayanan farmasi COT. Pasien umum yang David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 mengambil obat membayar secara tunai yang kemudian akan disetor ke bagian keuangan sedangkan untuk pasien Askes pengobatan ditanggung oleh PT. Askes. Perbekalan farmasi yang terdapat di pelayanan farmasi COT adalah obat- obatan sediaan injeksi terutama obat anestesi dan alat kesehatan habis pakai untuk keperluan bedah. Pengadaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan berasal dari unit gudang instalasi farmasi yang diminta sekali seminggu dengan menggunakan formulir B2. Daftar Permintaan dan Pengeluaran Farmasi. Demikian juga dengan pengadaan obat-obat narkotika menggunakan Daftar Permintaan dan Pengeluaran Narkotika. Pemasukan dan pengeluaran barang dicatat dalam Buku Pemasukan dan Pengeluaran, lalu dimasukkan ke kartu stok dan dicross check dengan sub instalasi administrasi setiap bulan. Untuk pengadaan obat anestesi dan perlengkapannya di kamar bedah, petugas apotek COT mendistribusikan berdasarkan Daftar Permintaan Obat Anastesi dan Perlengkapannya. Dosis pemakaian obat anastesi dimonitor oleh petugas COT dalam kamar bedah yang dicatat dalam Daftar Dosis Pemakaian ObatAlat Anestesi sebagai bukti pengeluaran bagi pasien. Pemakaian golongan obat narkotika di kamar bedah contohnya pethidin, dicatat dalam formulir pemakaian pethidin di kamar bedah yang ditandatangani oleh dokter yang bersangkutan. Formulir ini merupakan pertinggal di sub instalasi distribusi sebagai pengganti kartu obat.

3.3.2.6 Distribusi Ruangan

Distribusi ruangan melayani permintaan dari poliklinik, ruang perawatan dan non perawatan misalnya nefrologihemodialisis. Obat dan alat-alat kesehatan David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 yang didistribusikan dari distribusi ruangan ke poliklinik dan ruangan perawatan merupakan kebutuhan rutin seperti kapas, plester, perban, alkohol, saplon. Perbekalan farmasi yang dibutuhkan didistribusikan ke ruanganpoliklinik adalah berdasarkan permintaan pemakai dengan memakai formulir Daftar Permintaan dan Penggunaan Farmasi yang ditandatangani oleh kepala ruangan dan dokter ruangan.

3.3.3 Sub Instalasi Administrasi

Merupakan bagian dari Instalasi Farmasi Rumah sakit yang bertugas melaksanakan kegiatan administrasi kefarmasian di Instalasi Farmasi. Dalam melaksanakan tugasnya Sub Instalasi Administrasi dibagi dua yaitu: 1. Umum, kepegawaian dan rumah tangga Tugasnya antara lain: - Mengarsipkan surat-surat yang masuk ke Instalasi Farmasi. Pada buku agenda, surat-surat yang masuk dicatat: tanggal, asal surat, isi ringkas dan sebagainya. - Mencatat dan mengarsipkan surat-surat yang keluar dari Instalasi Farmasi dan menyampaikan ke alamat yang dituju dengan pertanggung jawaban yang jelas. - Mengarsipkan data-data pegawai di Instalasi Farmasi. - Membalas surat yang masuk ke Instalasi Farmasi. - Mengatur mutasi pegawai di Instalasi Farmasi bekerja sama dengan staf yang lain. - Mengarsip resep dan kuitansi penjualan resep David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 - Mengurus permintaan keperluan rumah tangga di Instalasi Farmasi misalnya meja, alat-alat tulis. 2. Akuntansi, Laporan dan Statistik Tugasnya antara lain : - Mencatat semua data-data pengeluaran dan pemasukan obat-obatan, alat kesehatan dalam suatu pola administrasi yang sesuai dengan kebutuhan Instalasi Farmasi. - Melakukan pemeriksaan silang cross chek dengan gudang dan sub instalasi distribusi setiap bulan dan menyesuaikannya dengan Kartu Administrasi Persediaan Farmasi yang dapat dilihat pada lampiran. - Membuat laporan bulanan penjualan obat-obatan yang terjual melalui resep setiap bulan. - Membuat laporan pengeluaran obat-obatan, alat kesehatan yang dikeluarkan Instalasi Farmasi dalam bentuk laporan tahunan. - Menyesuaikan jumlah uang hasil penjualan dengan kuitansi penjualan resep yang akan disetor ke Bagian Keuangan Rumah sakit setiap hari. - Neraca rugi laba dibuat dengan mengumpulkan data dari semua bagian tiap akhir tahun. Berdasarkan data yang dikumpulkan tersebut dapat diketahui Persediaan akhir setiap bulan dan setiap tahun. Harga Pokok Penjualan HPP dapat dihitung dengan menambahkan persediaan awal tahun dengan pembelian barang selama setahun lalu dikurangi dengan persediaan akhir tahun. Semua dana yang keluar dan masuk direkapitulasi. David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Kemudian dihitung rugi labanya setiap tahun. Dari hasil tersebut dilakukan evaluasi. Sub Instalasi Administrasi membuat, mengatur dan mengevaluasi perhitungan unit cost. Pada prinsipnya seluruh perbekalan farmasi yang didistribusikan harus dapat dikembalikan dananya, melalui prinsip unit cost. Unit cost adalah biaya yang dikeluarkan oleh IFRS untuk keperluan pemeriksaan, perawatan, dan tindakan medis bagi pasien, yang dalam penggunaannya tidak dapat ditentukan jumlah satuannya seperti reagen, kapas, plester dan lain-lain. Penentuan besarnya biaya unit cost untuk pasien rawat jalan, operasi dan rawat inap dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

a. Pasien rawat jalanoperasi

Unit cost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan Jumlah pasien yang berkunjung setiap bulan Keterangan: Data diambil minimal selama 3 bulan kemudian diambil rata-ratanya.

b. Pasien rawat inap

Unit cost = Jumlah biaya perbekalan farmasi yang dikeluarkan setiap bulan Jumlah hari rawatan setiap bulan Biaya unit cost ini untuk pasien Askes dan Umum besarnya sama. Jumlah biaya unit cost ini dicatat oleh petugas ruangan melalui opname brief, dihitung jumlahnya oleh petugas Intalasi Farmasi dan pembayarannya langsung diklaim oleh Instalasi Farmasi ke RSUPM. Setiap bulan diperhitungkan RugiLaba untuk unit cost sehingga dapat dievaluasi secara berkala dan dapat segera disesuaikan jika terdapat perubahan yang signifikan. David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Contoh biaya yang termasuk unit cost serta tindakannya: Perhitungan Besarnya Unit Cost untuk Instalasi Farmasi pada pasien Askes dan Jamkesmas untuk Partus Normal Rincian Perbekalan Farmasi-nya adalah sebagai berikut: No. Nama Perbekalan Farmasi Kemasan Harga Satuan Pemakaian Harga Pemakaian 1. Lidocain Amp Rp. 863,- 2 amp Rp. 1.726,- 2. Kapas 1 kg Rp. 31.460,- 1 ons Rp. 3.146,- 3. Iodin Povidon 60 cc Botol Rp. 3.500,- ¼ botol Rp. 875,- 4. Chromic 20 Sachet Rp. 11.477,- 2 bh Rp. 22.954,- Jumlah Rp. 28.801,-

3.3.4 Farmasi Klinik

Instalasi Farmasi BPK RSU Dr.Pirngadi Medan memilik Sub Instalasi Farmasi Klinik yang dipimpin oleh seorang Apoteker, bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan dibidang farmasi klinik. Farmasi klinik merupakan suatu keahlian profesional dalam bidang kesehatan yang bertanggung jawab untuk meningkatkan keamanan, kerasionalan, dan ketepatan penggunaan terapi obat oleh pasien melalui penerapan pengetahuan dan fungsi terspesialisasi dari apoteker dalam pelayanan pasien. Pelayanan farmasi klinis yang baik akan memberikan manfaat bagi pasien maupun pihak rumah sakit, namun hingga saat ini belum banyak pelayanan farmasi klinis yang dilakukan di rumah sakit. Hal ini dikarenakan adanya kendala- kendala seperti kurangnya sumber daya manusia dan sarana rumah sakit yang belum mendukung. Adapun bagian dari farmasi klinis yang telah berjalan adalah pemberian informasi obat, konseling dan penghitungan dosis obat. Pemberian informasi obat David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 dilakukan terhadap pasien yang mengambil obatnya di Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan. Dengan adanya informasi, diharapkan pasien mengerti tentang tata cara penggunaan obat sehingga tujuan pengobatan yang optimal dapat tercapai, mewaspadai efek yang tidak diinginkan yang mungkin muncul atas pemakaian obat, mengerti manfaat dari obat yang telah diberikan. Contoh pelayanan informasi obat yang dilakukan pada Instalasi Farmasi Rawat Jalan: Pelayanan informasi: 1. Rifampisin a. Komposisi : tiap kapsul mengandung 450 mg rifampisin b. Indikasi : sebagai antituberkulosis c. Bentuk obat : kapsul d.Cara Pemakaian : 1 kali sehari 1 tablet e. Hal-hal yang perlu diinformasikan : David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 - Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi badan telah membaik. - Jika urin, air liur, air mata, keringat dan cairan tubuh lainnya bewarna merah, tidak perlu dikhawatirkan karena ini merupakan efek dari obat tersebut. - Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun. - Obat digunakan sebelum makan tiap pagi. 2. INH a. Komposisi : tiap kapsul mengandung 400 mg Isoniazid b. Indikasi : sebagai antituberkulosis c. Bentuk obat : Kapsul d. Cara pemakaian : 1 kali sehari 1 kapsul e. Hal-hal yang perlu diinformasikan - Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi badan telah membaik. - Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun. - Obat digunakan sebelum makan tiap pagi. 3. Ethambutol a. Komposisi : tiap kapsul mengandung 500 mg Ethambutol b. Indikasi : sebagai antituberkulosis c. Bentuk obat : Kapsul d. Cara pemakaian : 1 kali sehari 2 kapsul e. Hal-hal yang perlu diinformasikan: David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 - Obat harus dihabiskan sesuai dengan petunjuk dokter walaupun kondisi badan telah membaik. - Harus disiplin dan dimakan secara teratur, jangan terlupakan sekalipun. - Obat digunakan sebelum makan tiap pagi. - Bila pemakaian terlalu lama dapat menyebabkan gangguan penglihatan, hati-hati bila berkendaraan. 4. Livolin Forte a. Komposisi : tiap kapsul mengandung Phosphatidyl Choline Vitamin B1, B2, B12, E dan Nicotinamide. b. Indikasi :Untuk memenuhi kebutuhan vitamin dan hepatotonic. c. Bentuk obat : Kapsul d.Cara Pemakaian : 1 kali sehari 1 kapsul e. hal-hal yang perlu diinformasikan : - Obat dimakan dengan teratur setelah makan.

3.4 Instalasi Central Sterilization Supply Department CSSD

CSSD dikelola terpisah dari Instalasi Farmasi dan merupakan instalasi sendiri yang dipimpin oleh kepala instalasi yang bertanggung jawab langsung kepada kepala BPK RSU Dr.Pirngadi Medan. Pelayanan steril adalah suatu kegiatan yang memproses bahan , peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan dalam pelayanan medis, mulai dari pencucian pengadaan, pengemasan, pemberian tanda, proses sterilisasi, penyimpanan dan penyaluran untuk memenuhi kebutuhan rumah sakit. CSSD merupakan pusat David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 pelayanan kebutuhan steril untuk seluruh unit-unit rumah sakit yang membutuhkan. Sistem pelayanan yang dilakukan dibagi atas 2 kelompok yaitu: 1. Sterilisasi alat kesehatan dari ruangan. Menerima alat kesehatan yang belum steril dari ruangan untuk disterilkan di CSSD, kemudian menyerahkan kembali dalam keadaan steril kepada ruangan yang bersangkutan. Ruangan yang dilayani adalah poliklinik atau ruangan perawatan yang membutuhkan. 2. Sterilisasi kebutuhan operasi Memproses penyediaan dan kebutuhan alat atau perlengkapan bedah dimulai dari pencucian, pengeringan, pengepakan, sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian. Kamar bedah yang dilayani adalah COT, KBE, kamar bedah THT, kamar bedah mata dan kamar bedah kulit. Contoh alat-alat untuk operasi Myoma Uteri: 1. Alat dasar Basic: • Hak otot 2 buah • Hak garuk 2 buah • Joderen 1 buah • Spatel 1 buah • Suction 1 buah • Nald Poeder 1 buah • Gagang pisau 1 buah • Doek klem 1 buah David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 • Mosquito bengkok 5 buah • Gunting lurus 1 buah • Gunting bengkok 1 buah • Pinset lurus 1 buah • Pinset bergigi 1 buah 27 buah 2. Alat khusus: • Hak otomatis 2 buah • Spatel 1 buah • Mosteus tang 2 buah • Hak kecil 2 buah • Klem 8 buah • Klem gigi 4 buah • Gunting 3 buah • Pinset 4 buah • Klem pean panjang 3 buah • Joderen 3 buah • Klem lurus panjang 2 buah • Klem gigi panjang 2 buah • Nald Poeder 1 buah • Doek klem 4 buah • Mosquito 5 buah • Gagang pisau 1 buah David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 • Klem 90 2 buah 49 buah Alat-alat dasar untuk semua jenis operasi adalah sama, sedangkan alat-alat khusus tergantung jenis operasi. Kegiatan sterilisasi dibagi dalam lima tahap yaitu : 1. Penerimaan barang yang akan disterilkan. 2. Proses pencucian, pengeringan, pengemasan basic dan khusus dan penempelan label. 3. Sterilisasi 4. Penyimpanan 5. Pendistribusian Jenis bahan yang akan disterilkan yaitu: 1. Metal : alat – alat bedah. 2. Linenkatundressing: pakaian, masker, tutup kepala. 3. rubber : sarung tangan Tahapan Proses Sterilisasi : 1. Alat kotor disortir dan dicek kelengkapannya kemudian dicuci dengan air mengalir untuk membuang darah yang melekat pada alat. 2. Rendam dengan larutan klorin 0,5 selama 5 menit. 3. Cuci dengan air bersih dan disikat sampai bersih 4. Rendam dengan larutan saflon selama 30 menit, cuci dan dibilas lalu direndam dengan air panas kemudian dikeringkan di washing mechine yang menggunakan ultrasonik sistem. David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 5. Alat dikeluarkan dan disusun setting sesuai tindakan operasi standar 6. Beri tanda indikator paper 7. Sterilkan di autoclave selama 15 menit, 132 C 8. Dipacking dan didistribusikan. Contoh perlengkapan untuk operasi : 1. Baju operasi 4 buah 2. Doek besar operasi 1 buah 3. Doek kecil 5 buah 4. Alat – alat dasarbasic set 27 buah 5. Alat – alat khusus sesuai dengan jenis pembedahan yang akan dilakukan. David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 BAB IV PEMBAHASAN Badan Pelayanan Kesehatan RSU Dr. Pirngadi Medan merupakan rumah sakit milik pemerintah Medan memiliki wewenang untuk menggunakan penerimaan fungsionalnya secara langsung demi perkembangan rumah sakit. BPK RSU Dr. Pirngadi Medan termasuk Rumah sakit Umum Kelas B Pendidikan dan sejak diubah statusnya menjadi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan pimpinannya disebut dengan Kepala Badan Pelayanan Kesehatan yang dalam melaksanakan tugasnya tidak dibantu oleh Wakil Direktur melainkan oleh 5 Kepala Bidang dan 1 orang Sekretaris. Instalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan memiliki 4 Sub Instalasi yaitu: Perbekalan, Distribusi, Administrasi dan Farmasi Klinis. Setiap Sub Instalasi mempunyai tugas dan fungsi masing-masing yang saling berkaitan satu sama lainnya. Instalasi Farmasi Rumah sakit seharusnya merupakan satu-satunya unit di rumah sakit yang menyediakan dan mendistribusikan perbekalan farmasi serta menyajikan informasi obat kepada pasien rawat jalan dan rawat inap. Sistem pelayanan farmasi seperti ini dikenal dengan sistem satu pintu. Pada kenyataannya di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan belum sepenuhnya melaksanakan sistem pelayanan farmasi satu pintu. Hal ini dapat dilihat dengan adanya apotek Kimia Farma dan apotek Husada Farma selain Instalasi Farmasi Rumah Sakit. David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 Pelayanan Askes dan Jamkesmas rawat inap menggunakan sistem pelayanan ODDD One Day Dose Dispensing. Pada pasien umum rawat inap, sistem pelayanan ODDD belum dapat berjalan dengan baik hal ini karena belum adanya penagihan secara sentral. Untuk percepatan pelayanan pasien Askes dan Jamkesmas rawat inap maka pelayanan farmasi dibantu oleh dua depo yaitu depo farmasi lantai 5 dan lantai 7. Pada pelayanan resep Askes, ada kalanya dokter meresepkan obat-obatan yang terdapat di luar DPHO. Bila hal ini tak terhindarkan maka pasien Askes harus membayar harga obat tersebut setelah menerima informasi bahwa obat yang diresepkan diluar DPHO, sedangkan untuk pasien Jamkesmas, dokter semestinya meresepkan obat yang tercantum di Formularium Jamkesmas. Farmasi Klinis di BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan terbatas pada pemberian informasi, pemantauan penggunaan obat dan konseling obat. Namun pelaksanaan Farmasi Klinis lainnya seperti monitoring efek samping obat, pencampuran obat suntik secara aseptis, analisis efektivitas biaya, penentuan kadar obat dalam darah, penanganan obat sitostatika, penyiapan total parenteral nutrisi, dan pengkajian penggunaan obat belum terlaksana. Pengelolaan administrasi di Istalasi Farmasi BPK RSU Dr. Pirngadi Medan telah dilaksanakan dengan baik sebagai pengelola pembukuan dan pelaksana fungsi kontrol obat-obatan melalui sistem cross-check pada setiap sub Instalasi Farmasi. Dari neraca RugiLaba yang dibuat setiap tahun dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui instalasi farmasi mengalami RugiLaba. Jika dari neraca David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 RugiLaba tersebut diketahui instalasi farmasi telah mendapat keuntungan maka sistem operasional yang dijalankan dalam periode ini dipertahankan untuk periode selanjutnya. Tetapi jika mengalami kerugian maka dilakukan evaluasi pada bagian mana yang mengalami kerugian dan dilakukan pembenahan di bagian tersebut. Instalasi CSSD melakukan sterilisasi alat-alat untuk operasi yang disesuaikan dengan tindakan operasi yang dilakukan. Alat-alat kesehatan habis pakai dan bahan-bahan keperluan sterilisasi dipesan dengan menggunakan surat pesanan yang disetujui oleh Kepala Badan Pelayanan Kesehatan Rumah sakit kepada PBF. Sedangkan untuk alat-alat inventaris disediakan oleh pihak rumah sakit . David Ginting : Laporan Praktek Kerja Profesi Di Badan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan, 2008 USU Repository © 2008 BAB V STUDI KASUS

5.1 Studi Kasus Efisiensi Biaya Penggunaan Insulin Pada Pasien Jamkesmas Di Badan