Tokoh dan penokohan Unsur Intrinsik Novel Geni Jora
para gadis tergila-gila. Selain itu, ia juga digambarkan sebagai sosok yang gemar minum-minuman keras, seperti pada kutipan berikut ini:
“…..Aktivitas intelektual yang cukup bergengsi di Taqiyeh, itu saja sudah membuat para perempuan yang ada di majelisnya
saling mmeremas jemari, setiap kali Zakky melontarkan humor di antara kajian-
kajian seriusnya……. Masih banyak kelebihan yang ia miliki.”
GJ. h.160
……kegemaran Zakky minum khamar dan berganti-ganti pasangan. Semua yang kemilau menjadi pudar dan kusam oleh
tingkah laku yang tak terpuji. ”
GJ. h.148
Sifat Zakky yang gemar minum-minuman keras dan berganti- ganti pasangan ini sangat bertolak belakang dengan latar belakang
keluarganya yaitu pemilik pesantren terkenal. Di mana seharusnya sebagai putra pemilik pesantren ia sersikap baik, alim, dan mentaati
ajaran agamnya, tidak suka berganti-ganti pasangan dan tidak suka minum-minuman keras. Pada cerita ini pun Zakky digambarkan
sebagai sosok yang pecemburu dan tidak bisa menahan emosinya. Seperti pada kutipan berikut:
“Kalian bersekongkol untuk melecehkanku ya? Berkonspirasi untuk menghianatiku? Dasar para penghianat
Kursi ditendang. Meja dilantakkan, buku berhamburan. Kamarku banjir makian.
GJ. h.181
Pengarang membuat sosok Zakky yang tidak mudah terbawa emosi dan pecemburu ini menjadi sosok yang lemah dan selalu
mengalah jika dihadapkan dengan kekasihnya Kejora. Seolah pengarang ingin menyampaikan bahwa bukan hanya laki-laki saja
yang bisa mengendalikan situasi keadaan. Perempuan pun bisa melakukannya. Ini ditunjukkan dari tokoh Kejora yang tidak mau
mengalah pada siapa saja, dan tokoh Zakky yang seakan lemah dan patuh di hadapan perempuan Kejora.
“Aku tidak akan poligami. Ini janjiku. Jika aku mengingkarinya, kau boleh melalukan hal yang
sama. Dan itu adalah hukuman paling menyakitkan untukku. Aku tidak siap. Dan tidak akan pernah siap menyaksikan kau dengan yang
lain, Jora. Aku ingin kau hanya untukku. Selamanya ”
GJ. h. 260
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa Zakky adalah seorang yang pandai dan cerdas. Ia memiliki sifat playboy karena dia suka
berganti-ganti pasangan. Tetapi setelah bertemu dengan Kejora dia sudah tidak suka meladeni perempuan yang mendekatinya lagi. Mau
mengalah, walaupun Zakky adalah seorang laki-laki tetapi ia tidak sungkan untuk mengalah pada kekasihnya Kejora. Selain itu Zakky juga
seorang yang mudah cemburu, mudah terbawa emosi.
3. Elya Huraibi
Elya diceritakan sebagai sahabat baik Kejora. Ia digambarkan sebagai seorang yang perhatian dan penyayang terutama terhadap
Kejora. Ia sangat terkesan dengan kecerdasan yang dimiliki oleh Kejora. Ia juga tak segan-segan memperlihatkan kekagumannya
tersebut kepada Jora. Pengarang menggambarkan penokohan secara dramatic. Elya digambarkan sebagai sahabat yang sangat setia kawan.
Ia selalu ada di samping Kejora dan selalu mendengarkan cerita Kejora mengenai keadaan keluarganya dan sistem patriarki yang selalu
ditanamkan dalam keluarganya. Elya digambarkan sebagai perempuan yang tegas, perhatian dan penyayang, seperti pada kutipan berikut:
“Seperti seorang kaka yang penuh perhatian. Elya senantiasa mendorongku untuk maju dengan kritik dan pujian. Ia mengkritikku
dengan luapan kasih saying dan memujiku hampir setiap waktu. Kadang, aku merasa, Elya lebih memperhatikanku daripada dirinya
sendiri. ” Kejora menggambarkan Elya sebagai sosok yang begitu
perhatian dan penuh kasih sayang. Selain itu ia juga sangat mengagumi kepintaran dan kecerdasan Kejora. Elya selalu ada di sisi Kejora saat ia
senang atau pun saat Kejora sedang sedih, ia akan menjadi pendengar yang selalu bisa menenangkan hati Kejora.
Elya juga digambarkan sebagai seorang yang cuek tidak peduli atas gosip yang terjadi mengenai dirinya. Ini terbukti ketika ia dan
Kejora digosipkan memiliki hubungan khusus melebihi perteman. Ia
tidak mengambil pusing gosip tersebut dan membiarkannya hilang dengan sendirinya, seperti pada kutipn berikut:
“……beberapa kakak kelas enam terus menanyaiku” “Masa? Siapa mereka?”
“Diantaranya ka Lubna dan ka Sekha,” “Mereka menanyakan persahabatan kita atau gosip murahan?”
“Gosip murahan” katanya “lalu kujawab dengan gosip mahalan.” Lanjut Elya, sambil terus menerus tertawa.
GJ. h.127
Dari kutipan di atas, pengarang menjelaskan bahwa Elya Huraibi tidak pernah menanggapi gosip yang mengatakan bahwa ia dan Kejora
merupakan pasangan Lesbi. Ini bertentangan karena sangatlah wajar jika Elya berusaha menepis gosip yang menimpanya. Gosip tersebut
telah mencemarkan nama baiknya dan juga teman dekatnya dan seharusnya Elya melakukan pencegahan agar gossip itu tidak semakin
menjadi dan bukan malah membiarkannya begitu saja. Penggambaran tokoh Elya mendukung terbentuknya tema dalam
novel Geni Jora. Sikap dan pemikiran-pemikirannya Elya yang yang selalu mendukung pandangan Kejora. Penggambaran tokoh Elya
diceritakan semuanya oleh Kejora.
4. Bianglala
Bianglala atau sering disebut Lola ini merupakan kakak kandung Kejora. Pengarang menghadirkan Lola ketika Kejora mendapatkan
perlakuan tidak adil di lingkungan rumahnya. Lola dan Jora sama-sama tidak mendapatkan kebebasan di dalam rumahnya sendiri. Porsi
penceritaan Lola sendiri pun tidak terlalu banyak. Lola digambarkan secara analitik oleh Kejora sebagai perempuan yang memiliki wajah
cantik, seperti kutipan berikut: “ Bianglala. Seperti pelangi sore hari, saat matahari bersinar di sebelah barat dan hujan turun di sebelah
timur. Ia adalah spectrum besar yang melengkung oleh terurainya cahaya yang menembus rintik hujan. Merah, jingga, kuning, hijau, biru,
dan ungu. Indah nian penampilanmu Lola. ”
GJ. h.212
Dari kutipan di atas terlihat bahwa Bianglala mempunyai keindahan rupa yang sangat mempesona. Tidak hanya berwajah cantik,
Lola juga merupakan orang yang professional dalam mengerjakan pekerjaannya. Ketika ia medapatkan sebuah pekerjaan ia akan
menyelesaikannya tanpa menunda-nundanya. Terbukti pada kutipan berikut:
“……Sorry ya Zak, ini uang honorariummu dan lain lain. Tinggal tanda tangan, ayo silakan
“Acara masih besok kenapa terburu-buru?” “Aku ingi segala sesuatunya beres lebih awal. Nggak apa-apa
kan?”
GJ. h. 263
Dari kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Lola memiliki sikap yang bertanggungjawab terhadap pekerjaannya. Bertentangan dengan
kebiasaan dalam kultur patriarki. Dalam GJ Abidah menawarkan tokoh- tokoh perempuan yang berpendidikan dan memiliki pekerjaan di area
publik.
5. Asaav Muscovic
Asaav Muscovic adalah sahabat baik Zakky yang merupakan seorang mualaf keturunan Yahudi. Pengarang menggambarkan Asaav
secara analitik melalui tokoh Kejora sebagai seorang yang ramah dan suka dengan humor. Seperti pada kutipan berikut: “Biasanya orang
Yahudi pintar dalam berdagang dan pelitnya minta ampun. Tetapi Asaav lain. Ia membawa sebagian kebiasaan bangsa Yahudi yang suka
humor .”
GJ. h.175
Penggambaran sikap Asaav yang memiliki humor juga terlihat secara dramatik ketika ia sering melontarkan humor-humor
segar yang membuat suasana nyaman jika beradadi dekatnya. Pengarang menggambarkan penokohan Asaav secara dramatik
sebagai seorang yang tidak mudah terbawa emosi. Ini terbukti ketika Zakky yang memukulnya bertubi-tubi karena kesalahpahaman. Ia tidak
membalas nya. Seperti pada kutipan berikut: “tersinggung dan malu
oleh sindiran Asaav. Lebih malu lagi karena Asaav tidak membalasnya,
tak meladeni kemarahan yang kekanak-kanakan. ”
GJ. h. 225
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa sikapnya yang tidak mudah terbawa emosi
ini tidak sesuai dengan penggambaran orang-orang Yahudi yang biasanya pelit dan mudah terbawa emosi.
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa Asaav merupakan orang yang memiliki humor dan tidak mudah terbawa emosi.
b. Tokoh Antagonis
1 Nenek
Nenek adalah tokoh yang menerapkan sistem patriarki dalam keluarga Kejora. Tokoh neneklah yang selalu menempatkan
perempuan sebagai kelas dua, inferior, dan harus selalu mengalah dalam hubungannya dengan laki-laki sangat jelas.
Pandangan nenek Kejora yang mengatakan, “Perempuan harus
selalu mengalah, sebab jika perempuan tidak mau mengalah, dunia ini akan jungkir balik berantakan seperti pecahan kaca. Tidak ada laki-
laki yang mau mengalah. Laki-laki selalu ingin menang dan menguasai kemenangan
,”
GJ. h. 81
kutipan tersebut menunjukkan begitu kuatnya ideologi patriarki menguasai tatanan kehidupan ini.
Tokoh nenek digambarkan secara dramatik sebagai sosok yang pasrah menerima apa adanya apa pun yang terjadi pada dirinya, seperti
pada kutipan berikut: “Jadi selama ini nenek selalu mengalah?”
“Itulah yang harus nenek lakukan, cucu.” “Pantas nenek tidak pernah diperhitungkan.”
“Diperhitungkan?” nenek terlonjak “Benar. Nenek tidak pernah diperhitungkan. Nenek tahu kenapa?”
“Apa sebabnya, cucu?” “Sebab nenek telah mematok harga mati, dan harga mati nenek
adalah kekalahan. Siapakah yang mau memperhitungkan pihak yang kalah?”
GJ. h. 82
Sikap pasrah dan selalu mengalah dari kaum laki-laki itu terjadi karena nenek sangat menjunjung tinggi budaya patriarki. Itu juga ia
terapkan dalam cara mendidik anggota keluarga laki-laki dan perempuan. Pada dasarnya setiap anak berhak mendapatkan perlakuan
dan didikan yang sama tanpa menimbang-nimbang apakah ia anak laki- laki atau perempuan. Akan tetapi dalam novel ini nenek
memperlakukan cucu perempuan dan laki-lakinya dengan berbeda. Membuat kecemburuan terjadi pada pihak yang merasa dinomorduakan.
2 Sonya Al-Katiri dan Namya Al-Katiri
Sonya Al-Katiri dan Namya Alkatiri adalah teman Kejora saat ia masih di pesantren. Sonya dan Namya digambarkan secara dramatik
sebagai perempuan yang tidak hormat pada orang tua, sesuai dengan kutipan berikut: “Samar-samar kedengar dari ujung sebelah kiri
seorang santri menyahut, „Andai ada seribu Kejora, Ustad Omar akan lupa istrinya. Andai….‟ dengan intonasi orang membaca puisi”
GJ. h. 52
kutipan tersebut menegaskan bahwa Namya sama sekali tidak memiliki rasa hormat kepada gurunya. Hal ini bertentangan dengan
statusnya sebagai santri di pesantren tersebut, yang seharusnya bisa menghormati orang yang lebih tua terlebih lagi gurunya sendiri. Dalam
pendidikan di pesantren tentunya diajarkan bagaimana cara memperlakukan orang lain dengan baik dan itu tidak terlihat dari diri
Alkatiri bersaudara ini. Secara dramatik, pengarang menggambarkan Namya sebagai anak
yang suka berbohong. Terbukti ketika di ruang kelas ia yang sedang menggoda Kejora dan ketika ditanya oleh ustadnya ia tidak
menjawabnya dengan jujur. “Ustad Omar jatuh cinta padamu.”
……….. “Kau Namya Coba ulangi sekali lagi apa yang kau katakan tadi?”
“Saya bilang pada Jora bahwa otaknya hebat.”
GJ. h. 53
Namya dan Sonya Tidak hanya itu saja, latar belakang keluarga mereka yang kaya raya membuat mereka senang memamerkan barang-
barang mewah yang mereka miliki, seperti pada kutipan berikut: “Ia
berdiri di muka cermin daan memberikan komentar panjang lebar tentang kehebatan gaunnya kepada teman-teman yang bersedia
mendengarkan .”
GJ. h. 61
Sonya dan Namya juga suka membuat keonaran di lingkungan pesantren. Kadang-kadang mereka mencuri makanan milik teman-
temannya, bolos tidak masuk pada jam pelajaran, dan sebagainya. Sikap-sikap yang terdapat dalam diri Sonya dan Namya bertentangan
dengan kodratnya sebagai perempuan yang biasanya bersikap lembut, menghormati orang lain dan tidak melakukan hal-hal yang buruk.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa tokoh Sonya dan Namya memiliki sifat yang sama, yaitu sama-sama tidak memiliki rasa hormat
pada orang tua, pamer, pembohong, dan juga suka mencari keributan di pesantren.
3 Khalil dan Hasan
Khalil dan Hasan adalah paman Kejora sekaligus orang kepercayaan ayah Kejora. Khalil dan Hasan digambarkan secara
analitik melalui Kejora sebagai lelaki yang memiliki sikap semena- mena terhadap Kejora dan Bianglala. Mereka sering sekali melakukan
pelecehan seksual terhadap Kejora dan Bianglala, seperti pada kutipan berikut:
…..pandanganku masih terlalu jelas untuk mengintip tangan paman Hasan yang memegang pundak Lola, dan secepat kilat
Lola menepisnya. Kulihat paman mengucapkan sesuatu dan Lola menggeleng. Paman bangkit berdiri di belakang Lola tetapi
tangannya menjulur cepat ke payudaranya. Lola tersentak, tetapi paman Khalil di sampingnya malah tertawa.
GJ. h. 112
Ketipan tersebut pengarang mendeskripsikan bahwa kedua paman Kejora telah melakukan tindak pelecehan seksual terhadap Bianglala.
Hal tersebut bertentangan dengan status Khalil dan Hasan yang masih keluarga dekat Kejora yang seharusnya bisa menyayangi dan
melindungi Jora dan Lola.