Teknik Analisis Data Metodologi Penelitian
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gender adalah pembeda antara perempuan dengan laki-laki baik itu mengenai hak, kewajiban,
tanggung jawab, dan peran yang dapat dibentuk dan diubah oleh kultur budaya, tradisi, pemahaman agama, dan status sosial masyarakat setempat. Gender yang
berlaku dalam suatu masyarakat ditentukan oleh pandangan masyarakat antara laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu gender berbeda dengan jenis kelamin.
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan merupakan ketentuan Tuhan yang mutlak sedangkan gender terwujud dari ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh
manusia bukan oleh Tuhan. 1.
Perbedaan Gender Gender differences perbedaan gender sebenarnya bukan suatu masalah
sepanjang tidak menimbulkan gender inequalities ketidakadilan gender. Namun, yang menjadi masalah adalah ternyata perbedaan gender ini telah
menimbulkan berbagai ketidakadilan, baik bagi kaum laki-laki dan utamanya terhadap kaum perempuan.
Di masyarakat, laki-laki selalu digambarkan dengan sifat-sifat maskulin, seperti perkasa, berani, rasional, keras dan tegar. Sebaliknya perempuan
digambarkan dengan sifat-sifat feminis, seperti lembut, pemalu, penakut, emosional, rapuh dan penyayang.
4
Feminisitas dan maskulinitas ini telah dianggap sebagai kodrat yang sudah tertanamkan dari lahir.
2. Ketidakadilan Gender
Gender inequalities ketidakadilan gender merupakan sistem dan struktur di mana kaum laki-laki dan perempuan menjadi korban dari sistem tersebut
dengan demikian agar dapat memahami perbedaan yang menyebabkan
4
Siti Musdah Mulya, op. cit., h. 56.
ketidakadilan, maka dapat dilihat dari berbagai manifestasinya, yaitu sebagai berikut:
5
a. Marginalisasi
Bentuk marginalisasi yang biasa terjadi pada perempuan adalah yang disebabkan oleh gender defferences perbedaan gender. Gender defferences
sebagai akibat dari beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu, serta marginalisme dari proses marginalisasi kaum perempuan. Bentuk
marginalisasi terhadap kaum perempuan dapat terjadi dalam rumah tangga, masyarakat atau kultur, dan bahkan negara.
b. Subordinasi
Subordinasi timbul sebagai akibat pandangan gender terhadap kaum perempuan, sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang tidak
penting muncul dari adanya anggapan bahwa perempuan itu emosional atau irasional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin merupakan bentuk
dari subordinasi yang dimaksud. c.
Stereotip Pelebelan atau penandaan negatif terhadap kelompok atau jenis kelamin
tertentu, secara umum dinamakan stereotip. Akibat dari stereotip ini biasanya timbul diskriminasi dan berbagai ketidakadilan. Salah satu bentuk stereotip ini
adalah bersumber dari pandangan gender. Banyak sekali stereotip yang terjadi di masyarakat yang dilekatkan kepada umumnya kaum perempuan, sehingga
berakibat menyulitkan, membatasi, memiskinkan, dan merugikan kaum perempuan.
d. Violence
Violence kekerasan merupakan assoult invasi atau serangan terhadap fisik maupun intregitas mental psikologis seseorang yang dilakukan terhadap
jenis kelamin tertentu, umumnya perempuan sebagai akibat dari perbedaan
5
Riant Nugroho, op.cit., h. 9.
gender. Violence terhadap perempuan banyak sekali terjadi karena stereotip gender. Gender violence pada dasarnya disebabkan karena ketidaksetaraan
kekuatan yang ada dalam masyarakat. Violence yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender
—relalite violence. e.
Beban Kerja Peran gender perempuan dalam anggapan masyarakat luas adalah
mengelola rumah tangga sehingga banyak perempuan yang menanggung beban kerja domestik lebih banyak dan lebih berat dibanding kaum laki-laki.
Kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala keluarga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik
rumah tangga menjadi tanggung jawab perempuan.
6
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketidakadilan gender yang terwujud dalam bentuk marginalisasi, subordinasi, stereotip, dan beban
kerja pada umumnya telah terjadi pada berbagai kalangan masyarakat. Semua perwujudan ketidakadilan gender ini saling terkait satu sama lain. Perwujudan
ketidakadlinan gender itu tersosialisasikan kepada perempuan dan laki-laki dan pada akhirnya laki-laki dan perempuan menjadi terbiasa dan menganggap
bahwa peran gender itu merupakan suatu kodrat yang harus dijalani.