Sudut pandang Unsur Intrinsik Novel Geni Jora

namun Abidah tidak menyampaikan kritiknya secara terang-terangan seperti pada novel PBS. Berikut ini adalah pembahasan mengenai Ketidakdilan Gender yang terlihat dalam novel PBS dan GJ.

1. Marginalisasi terhadap Perempuan

Salah satu bentuk ketidakadilan yang terdapat dalam novel PBS dan GJ adalah marginalisasi. Marginalisasi pada perempuan merupakan batasan-batasan yang diterima oleh perempuan. Nilai-nilai partriarki yang sangat kental membuat kaum perempuan mengalami diskriminasi dalam kehidupannya. Di dalam keluarga, marginalisasi terhadap perempuan sudah terjadi dalam bentuk diskriminasi atas anggota keluarga laki- laki dan perempuan. “Keluarga merupakan pengaruh pertama dan utama dalam perkembangan seorang anak .” 10 Kutipan tersebut menyatakan bahwa seorang anak akan tumbuh menjadi seseorang yang berkarakter seperti apa itu tergantung dari bagaimana cara didikan yang diterapkan oleh orang keluarganya. orang tua selayaknya dapat memperlakukan anak-anak mereka tanpa melakukan diskriminasi atas dasar jenis kelamin. Dalam PBS disinggung bagaimana cara didik orang tua yang selalu membeda-bedakan perlakuan untuk anak laki-laki dan anak perempuan. Hal ini dialami oleh tokoh utama yang selalu mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan saudara laki-lakinya, seperti pada kutipan berikut: “Tidak seperti Wildan dan Rizal yang bebas keluyuran dalam kuasanya, main bola, dan main layang-layang, sementara aku disekap di dapur untuk mencuci kotoran bekas makanan mereka, mengiris bawang hingga mataku pedas demi kelezatan dan kenyamanan perut mereka. ” PBS. h. 23 Kutipan tersebut bercerita tentang bagaimana tokoh utama mendapatkan perlakuan berbeda yang dilakukan oleh ayahnya. Sikap tidak suka akan perbedaan perlakuan 10 Saparinah Sadli, Berbeda tetapi Setara, Jakarta, Kompas, 2010 , h. 158. yang diterima, ditunjukan oleh sikap tokoh utama yang sering melanggar aturan-aturan yang ada. Sikap-sikap yang ditunjukan oleh tokoh utama bermakna bahwa ia inginkan pembebasan dari budaya patriarki yang ada di lingkungannya. Ia tidak menerima hanya karena alasan ia merupakan seorang anak perempuan membuat ia diperlakukan berbeda. Pengambilan latar tempat di daerah Jawa juga mempengaruhi terjadinya diskriminasi terhadap perempuan pada novel ini. “Dalam konstruksi budaya Jawa, munculnya kecenderungan boy preference lebih berpihak pada anak laki-laki. Kecenderungan tersebut akhirnya menimbulkan ketidakadilan yang terefleksi dalam perlakuan yang berbeda terhadap anak laki- laki dan perempuan.” 11 Seperti yang dijelaskan pada kutipan tersebut, bahwa dalam budaya masyarakat Jawa anak laki-laki lebih diutamakan dan dihargai kebebasannya daripada anak perempuan. Ini pula yang terjadi dalam novel PBS yang mengambil latar di daerah Jawa Timur. Sikap yang ditunjukkan oleh Annisa menunjukkan bahwa ia memiliki keinginan untuk diperlakukan secara adil, meskipun ia seorang perempuan. Ia tidak menerima perlakuan orang-orang di sekitarnya yang menganggap perempuan sebagai makhuk lemah. Perlakuan orang-orang terhadap perempuan tentunya bertentangan dengan Al-Quran surat Al-Hujurat ayat 13: اي ا يأ ساّلا اّإ ْمكاّْقلخ ْنم رك ٰىثّْأ ْمكاّْلعج اب عش لئابق ا فراعتل ۚ ّإ ْمكمرْكأ ّْع هللا ْمكاقْتأ ۚ ّإ هللا ميلع ريبخ 11 Rahmawati dalam Amiroh Ambarwati, Perspektif Feminis dalam Novel Perempuan di Titik Nol Terjemah Novel Imra‟atun‟inda Nuqtah Karya Nawal El Sadaawi dan Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy. Muwazah: 2009., h. 27