Teh herbal lempuyang gajah sebagai penurun lipid peroksida darah tikus hiperkolesterolemia
ABSTRAK
FENI TRI ASMORO.
Teh Herbal Lempuyang Gajah sebagai Penurun Lipid
Peroksida Darah Tikus Hiperkolesterolemia. Dibimbing oleh SULISTIYANI dan
DIMAS ANDRIANTO.
Teh herbal lempuyang gajah dilaporkan mampu menurunkan konsentrasi
kolesterol darah, namun potensinya untuk menurunkan konsentrasi lipid peroksida
darah belum diketahui. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan potensi teh
herbal dari campuran lempuyang gajah (
Zingiber zerumbet
L.) dan teh hijau
(
Camellia sinensis
) sebagai antioksidan secara
in vivo
, terutama pada kondisi
hiperkolesterolemia. Sebanyak 26 ekor tikus dibagi menjadi kelompok normal dan
kelompok pakan kolesterol. Kelompok pakan kolesterol (HK) dibagi menjadi 3
kelompok: hiperkolesterolemia (HK I), teh herbal dosis 1 (HK II), teh herbal dosis
2 (HK III). Pengkondisian hiperkolesterolemia dilakukan dengan induksi pakan
kolesterol (1.5%) dan PTU (0.01%) secara oral selama 6 minggu. Kemudian
hewan coba diberi pakan standar. Ekstrak teh herbal diberikan secara oral pada 4
minggu berikutnya dengan dosis lempuyang gajah:teh hijau= 1:2 (dosis 1) dan
2.5:2 (dosis 2). Konsentrasi lipid peroksida dianalisis pada minggu ke-0,2,4,6,8,
dan 10 menggunakan metode spektrofotometri pada 533 nm. Pemberian pakan
kolesterol dan PTU secara signifikan (p<0.05) meningkatkan konsentrasi lipid
peroksida darah HK (40.31%) dibandingkan kelompok normal. Penurunan
konsentrasi lipid peroksida HK III lebih besar (40.50%) daripada HK II (32.57%)
pada akhir percobaan.
(2)
Peroxide in Hypercholesterolemic Rats Blood. Under the direction of
SULISTIYANI and DIMAS ANDRIANTO.
The lempuyang gajah herbal tea has been reported to reduce blood
cholesterol concentration, but reports on its potency to reduced blood lipid
peroxide concentration is not known. The objective of this research is to
determine the potency of this mixture of lempuyang gajah (
Zingiber zerumbet
L.)
and green tea (
Camellia sinensis
) as antioxidant
in vivo
, particularly in
hypercholesterolemic condition. Twenty six rats were divided into normal group
and cholesterol feed group. Cholesterol feed group (HK) were divided into 3
groups: hypercholesterolemic (HK I), herbal tea dosage 1 (HK II), herbal tea
dosage 2 (HK III). Hypercholesterolemia was induced by cholesterol diet (1.5%)
and PTU (0.01%) administered orally for 6 weeks. Afterward, animals were given
cholesterol free standard diet. Extract of herbal tea were administered orally for
another 4 weeks with dosage of lempuyang gajah:green tea= 1:2 (dosage 1) and
2.5:2 (dosage 2). Lipid peroxide concentration was analyzed in week-0,2,4,6,8,
and 10 using spectrophotometry method at 533 nm. Cholesterol fat and PTU
induction significantly (p<0.05) increased lipid peroxide concentration in blood of
HK (40.31%) compared with normal group. Reduction in blood lipid peroxide
concentration of HK III was more (40.50%) than HK II (32.57%) at the end of
experiment.
(3)
1
PENDAHULUAN
Penyakit degeneratif dapat dipicu oleh gaya hidup dan pola makan masyarakat yang tidak sehat seperti kecenderungan mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food) dan kurang mengkonsumsi buah dan sayuran. Polusi dan stres (baik fisik maupun psikis) juga mempercepat terbentuknya berbagai radikal bebas (Tapan 2005a). Konsentrasi lipid peroksida yang berlebihan pada darah maupun organ juga dapat mengakibatkan berbagai penyakit degeneratif (Yagi 1994). Beberapa penyakit degeneratif antara lain diabetes, kegemukan, arthritis, hipertensi, alzheimer, penyakit jantung dan aterosklerosis (Tapan 2005b). Penyakit degeneratif disebabkan karena antioksidan yang ada di dalam tubuh tidak mampu menetralisir peningkatan konsentrasi radikal bebas sehingga meningkatkan proses peroksidasi lipid (Percival 1998). Konsentrasi lipid peroksida akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia (Yagi 1994).
Bertambahnya usia merupakan salah satu faktor pemicu penuaan, yang ditandai dengan penurunan kemampuan organel dan penumpukan sisa metabolisme (Tapan 2005b). Sisa metabolisme ini dapat mengganggu reaksi kimia dan peredaran suatu bahan metabolit di dalam sel, sehingga ketahanan organisme terhadap penyakit menjadi menurun yang dapat menyebabkan kematian. Proses penuaan erat kaitannya dengan radikal bebas. Jumlah radikal bebas yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan sel, gangguan metabolisme, fungsi gen, dan membran (Percival 1998). Radikal bebas adalah molekul yang pada orbit terluarnya mempunyai satu atau lebih elektron tidak berpasangan, sifatnya sangat labil dan sangat reaktif sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada komponen sel seperti DNA, lipid, protein dan karbohidrat (Yagi 1994).
Senyawa yang dapat menghambat peroksidasi lipid akibat radikal bebas adalah antioksidan. Tubuh manusia sebenarnya mampu melakukan sintesis senyawa antioksidan (antioksidan endogen) dalam bentuk enzim seperti glutation peroksidase (GPx), superoksida dismutase (SOD), dan katalase (Shahidi 1997). Produksi enzim-enzim tersebut di dalam tubuh akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia (Percival 1998). Antioksidan tambahan dari luar (antioksidan eksogen) diperlukan dalam keadaan ini, seperti vitamin E, vitamin C maupun berbagai jenis sayuran, buah-buahan,
atau tumbuhan obat sebagai antioksidan alami (Shahidi 1997). Pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat seperti herbal dinilai lebih aman dibandingkan dengan obat-obatan sintetik. Tanaman obat di Indonesia di antaranya yaitu lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) dan teh hijau (Camellia sinensis), diketahui berpotensi sebagai antioksidan alami (Ridwina 2008; Rohdiana et al. 2005; Carlson et al. 2007, Tachibana 2011).
Keadaan hiperkolesterolemia atau keadaan ketika konsentrasi kolesterol melebihi normal, merupakan salah satu faktor pemicu terjadinya peroksidasi lipid sehingga banyak terbentuk radikal bebas. Kolesterol di dalam hati,
bereaksi dengan 7α-hidroksil yang dikatalisis
oleh 7α-hidroksilase dengan bantuan oksigen, NADPH, dan sitokrom P-450 oksidase akan menghasilkan asam empedu. Sitokrom P-450 oksidase menghasilkan radikal superoksida (O2-), sehingga semakin banyak kolesterol
maka akan dibutuhkan banyak sitokrom P-450 oksidasi dan banyak dihasilkan radikal bebas (Murray et al. 2009).
Radikal bebas ini berdampak buruk bagi kesehatan tubuh karena dapat merusak berbagai komponen sel yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit. Obat penurun kolesterol serum darah seperti golongan statin (atorvastatin, fluvastatin, pravastatin, dan simvastatin), dapat menurunkan konsentrasi (malondialdehida) MDA dan oksidasi (lipoprotein berdensitas rendah (low density lipoprotein, LDL) di dinding arteri kelinci yang hiperkolesterolemia (Jorge et al. 2005). Nurkriswanto (2009) melaporkan bahwa pemberian lovastatin dan ekstrak penurun kolesterol pada kelinci dapat menurunkan konsentrasi lipid peroksida darah kelinci. Pemberian obat penurun kolesterol atau ekstrak penurun kolesterol mampu menurunkan konsentrasi lipid peroksida atau konsentrasi MDA sebagai produk dari peroksidasi lipid. Namun Alviani (2007) melaporkan bahwa tidak terdapat korelasi antara konsentrasi lipid peroksida hati dengan konsentrasi kolesterol hatinya.
Telah diteliti ekstrak seduhan teh herbal lempuyang gajah yaitu campuran rimpang lempuyang gajah dan teh hijau (Ariyani 2010). Ekstrak seduhan teh herbal lempuyang gajah memiliki potensi sebagai antihiperkolesterolemia, yang mampu menurunkan konsentrasi kolesterol darah tikus dari kondisi hiperkolesterolemia. Potensi seduhan teh herbal lempuyang gajah sebagai penurun konsentrasi lipid peroksida serum
(4)
darah belum diketahui secara pasti, khususnya pada tikus yang hiperkolesterolemia.
Penelitian ini bertujuan membuktikan potensi teh herbal dari campuran rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) dan teh hijau (Camellia sinensis) sebagai antioksidan secara in vivo, terutama pada kondisi hiperkolesterolemia. Hipotesis dari penelitian ini adalah teh herbal dari campuran rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet
L.) dan teh hijau (Camellia sinensis) dapat menurunkan konsentrasi lipid peroksida darah tikus putih galur Sprague Dawley yang hiperkolesterolemia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai khasiat teh herbal dari campuran rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) dan teh hijau (Camellia sinensis) sebagai antioksidan alami dalam mencegah dan memperbaiki sel-sel tubuh akibat oksidasi. Teh herbal ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rekomendasi untuk dikonsumsi sebagai antioksidan khususnya ketika berada pada kondisi hiperkolesterolemia.
TINJAUAN PUSTAKA
Hiperkolesterolemia, Radikal Bebas, danPeroksidasi Lipid
Hiperkolesterolemia terjadi jika konsentrasi kolesterol melebihi batas normal, yang dapat menyebabkan aterosklerosis yaitu penyumbatan pembuluh darah arteri (Grundy 1991). Konsentrasi kolesterol serum manusia dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu normal, borderline-high serum cholesterol
(BHC), dan tinggi. Kemampuan sel menyerap kolesterol ada batasnya, sehingga kolesterol yang tidak terserap akan tetap tinggal di pembuluh darah dan membentuk plak (Tapan 2005b). Jika aterosklerosis terjadi di pembuluh darah arteri yang memasok oksigen ke jantung, maka menyebabkan penyakit jantung koroner. Jika penyumbatan terjadi pada pembuluh darah ke otak, maka menyebabkan stroke (Grundy 1991).
Lipoprotein berdensitas rendah (low density lipoprotein, LDL) berperan dalam menyebabkan penyakit aterosklerosis karena LDL bertugas dalam mengangkut kolesterol ke dalam pembuluh darah perifer sebab komponen lipid utamanya adalah kolesterol (Murray et al. 2009). Menurut Grundy (1991), kadar LDL serum darah pada manusia relatif lebih tinggi daripada beberapa hewan coba di laboratorium. Konsentrasi kolesterol LDL serum manusia yaitu 75-90 mg/dL untuk usia
4-20 tahun. Pada hewan coba seperti mencit 20 mg/dL, tikus 24 mg/dL, kelinci 17 mg/dL, babi 52 mg/dL, dan monyet 42 mg/dL. Jumlah LDL yang semakin meningkat di dalam tubuh maka dapat memperbesar kemungkinan terjadinya oksidasi dan terbentuknya radikal bebas.
Kolesterol berperan sebagai prekursor dalam pembentukan asam empedu di dalam hati (Murray et al. 2009). Kolesterol bereaksi
dengan 7α-hidroksil yang dikatalisis oleh 7α -hidroksilase. Reaksi tersebut memerlukan oksigen, NADPH, dan sitrokom P-450 oksidase. Sitokrom P-450 oksidase adalah enzim yang berperan dalam memperantarai metabolisme retikulum endoplasma yang menghasilkan radikal superoksida (O2-).
Konsentrasi kolesterol yang semakin meningkat di dalam tubuh menyebabkan semakin banyak asam empedu yang disintesis sehingga dibutuhkan banyak oksigen, NADPH, dan aktivitas sitokrom P-450 oksidase. Oleh karena itu, semakin meningkatnya aktivitas sitokrom P-450 oksidase maka radikal superoksida yang dihasilkan akan semakin banyak. Jika radikal bebas di dalam tubuh semakin banyak maka enzim antioksidan di dalam tubuh seperti superoksida dismutase (SOD) tidak mampu mengatasinya (Halliwell 1989).
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan (Yagi 1994). Radikal bebas sangat reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya. Radikal bebas baru dapat terbentuk dari atom atau molekul yang elektronnya terambil oleh radikal bebas sebelumnya, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel, jaringan, organ (Muhilal 1991; Tapan 2005a). Selain itu juga dapat mendenaturasi protein, lipid, dan asam nukleat (Yagi 1994).
Menurut Muhilal (1991), radikal bebas berupa peroksil anion akan bereaksi dengan dua proton membentuk hidrogen peroksida atau dapat terbentuk dari air yang terkena radiasi. Hidrogen peroksida bereaksi dengan ion seperti ferro (Fe2+) atau kupro (Cu+) sehingga terbentuk radikal hidroksil (OH-) yang sangat reaktif. Radikal bebas yang terbentuk memiliki masa paruh yang sangat pendek, tetapi berpotensi merusak sel. Zat besi dalam tubuh sudah terikat oleh berbagai senyawa misalnya oleh transferin dalam serum, oleh feritin dalam simpanan, oleh heme dalam hemoglobin dan mioglobin dan dalam sel terikat oleh berbagai senyawa kelat. Pemusnahan radikal bebas mungkin tidak
(5)
2
darah belum diketahui secara pasti, khususnya pada tikus yang hiperkolesterolemia.
Penelitian ini bertujuan membuktikan potensi teh herbal dari campuran rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) dan teh hijau (Camellia sinensis) sebagai antioksidan secara in vivo, terutama pada kondisi hiperkolesterolemia. Hipotesis dari penelitian ini adalah teh herbal dari campuran rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet
L.) dan teh hijau (Camellia sinensis) dapat menurunkan konsentrasi lipid peroksida darah tikus putih galur Sprague Dawley yang hiperkolesterolemia.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah mengenai khasiat teh herbal dari campuran rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) dan teh hijau (Camellia sinensis) sebagai antioksidan alami dalam mencegah dan memperbaiki sel-sel tubuh akibat oksidasi. Teh herbal ini diharapkan dapat dijadikan salah satu rekomendasi untuk dikonsumsi sebagai antioksidan khususnya ketika berada pada kondisi hiperkolesterolemia.
TINJAUAN PUSTAKA
Hiperkolesterolemia, Radikal Bebas, danPeroksidasi Lipid
Hiperkolesterolemia terjadi jika konsentrasi kolesterol melebihi batas normal, yang dapat menyebabkan aterosklerosis yaitu penyumbatan pembuluh darah arteri (Grundy 1991). Konsentrasi kolesterol serum manusia dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu normal, borderline-high serum cholesterol
(BHC), dan tinggi. Kemampuan sel menyerap kolesterol ada batasnya, sehingga kolesterol yang tidak terserap akan tetap tinggal di pembuluh darah dan membentuk plak (Tapan 2005b). Jika aterosklerosis terjadi di pembuluh darah arteri yang memasok oksigen ke jantung, maka menyebabkan penyakit jantung koroner. Jika penyumbatan terjadi pada pembuluh darah ke otak, maka menyebabkan stroke (Grundy 1991).
Lipoprotein berdensitas rendah (low density lipoprotein, LDL) berperan dalam menyebabkan penyakit aterosklerosis karena LDL bertugas dalam mengangkut kolesterol ke dalam pembuluh darah perifer sebab komponen lipid utamanya adalah kolesterol (Murray et al. 2009). Menurut Grundy (1991), kadar LDL serum darah pada manusia relatif lebih tinggi daripada beberapa hewan coba di laboratorium. Konsentrasi kolesterol LDL serum manusia yaitu 75-90 mg/dL untuk usia
4-20 tahun. Pada hewan coba seperti mencit 20 mg/dL, tikus 24 mg/dL, kelinci 17 mg/dL, babi 52 mg/dL, dan monyet 42 mg/dL. Jumlah LDL yang semakin meningkat di dalam tubuh maka dapat memperbesar kemungkinan terjadinya oksidasi dan terbentuknya radikal bebas.
Kolesterol berperan sebagai prekursor dalam pembentukan asam empedu di dalam hati (Murray et al. 2009). Kolesterol bereaksi
dengan 7α-hidroksil yang dikatalisis oleh 7α -hidroksilase. Reaksi tersebut memerlukan oksigen, NADPH, dan sitrokom P-450 oksidase. Sitokrom P-450 oksidase adalah enzim yang berperan dalam memperantarai metabolisme retikulum endoplasma yang menghasilkan radikal superoksida (O2-).
Konsentrasi kolesterol yang semakin meningkat di dalam tubuh menyebabkan semakin banyak asam empedu yang disintesis sehingga dibutuhkan banyak oksigen, NADPH, dan aktivitas sitokrom P-450 oksidase. Oleh karena itu, semakin meningkatnya aktivitas sitokrom P-450 oksidase maka radikal superoksida yang dihasilkan akan semakin banyak. Jika radikal bebas di dalam tubuh semakin banyak maka enzim antioksidan di dalam tubuh seperti superoksida dismutase (SOD) tidak mampu mengatasinya (Halliwell 1989).
Radikal bebas merupakan atom atau molekul yang memiliki satu elektron atau lebih yang tidak berpasangan (Yagi 1994). Radikal bebas sangat reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya. Radikal bebas baru dapat terbentuk dari atom atau molekul yang elektronnya terambil oleh radikal bebas sebelumnya, sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel, jaringan, organ (Muhilal 1991; Tapan 2005a). Selain itu juga dapat mendenaturasi protein, lipid, dan asam nukleat (Yagi 1994).
Menurut Muhilal (1991), radikal bebas berupa peroksil anion akan bereaksi dengan dua proton membentuk hidrogen peroksida atau dapat terbentuk dari air yang terkena radiasi. Hidrogen peroksida bereaksi dengan ion seperti ferro (Fe2+) atau kupro (Cu+) sehingga terbentuk radikal hidroksil (OH-) yang sangat reaktif. Radikal bebas yang terbentuk memiliki masa paruh yang sangat pendek, tetapi berpotensi merusak sel. Zat besi dalam tubuh sudah terikat oleh berbagai senyawa misalnya oleh transferin dalam serum, oleh feritin dalam simpanan, oleh heme dalam hemoglobin dan mioglobin dan dalam sel terikat oleh berbagai senyawa kelat. Pemusnahan radikal bebas mungkin tidak
(6)
pernah te yang sec maksimal di dalam t Radika (reactive
radikal de hidroksil, radikal ni lipid peroks 1998). S tetapi ti oksigen reaktif ba mitokondr oksigen menghasi reaktif se Spesies oks beberapa (SOD) d (Nelson & Kerus serangan protein, ke peroksida Pembentuka antara la berupa pe oksigen ol bebas den antioksida Beber pemberia hiperlipide (Gambar lipid per (2007) m kolesterol sembilan lipid per merupaka kelenjar konsentra jaringan berdensita darah dan Nurkrisw pemberia dapat m peroksida pakan kol kelinci peroksida daripada kali lipa 2009).
h terjadi 100% dan belum pernah ada ecara pasti menduga berapa persen al radikal bebas yang dapat dinetralisir m tubuh.
dikal bebas atau spesies oksigen reaktif
e oxygen species, ROS) merupakan dengan pusat oksigen seperti radikal il, superoksida, singlet oksigen, ozon, nitrit oksida, radikal hipoklorit, dan roksida (Wiseman et al. 2000; Percival Semua radikal oksigen adalah ROS, tidak semua ROS adalah radikal n (Halliwell 2006). Spesies oksigen banyak dihasilkan dalam respirasi di okondria. Beberapa tahapan reduksi n di mitokondria berpotensi asilkan radikal bebas yang sangat sehingga berbahaya bagi banyak sel. oksigen reaktif dapat diinaktivasi oleh a enzim seperti superoksida dismutase dan glutation peroksidase (GPx) on & Cox 2005).
usakan yang dapat ditimbulkan oleh n radikal bebas antara lain kerusakan n, kerusakan DNA, terbentuknya lipid da, autoimun, dan penuaan. ntukan radikal bebas dapat dicegah lain dengan pemusnahan zat awal peroksida ataupun hasil metabolisme n oleh enzim SOD. Pemusnahan radikal dengan zat gizi yang berperan sebagai
idan (Muhilal 1991).
berapa penelitian menunjukkan bahwa ian pakan kolesterol atau pakan pidemia dan propil tiourasil (PTU) bar 1) mampu meningkatkan konsentrasi peroksida pada hewan coba. Alviani melaporkan bahwa pemberian pakan rol 1.5% dan PTU 0.01% selama n minggu meningkatkan konsentrasi peroksida hati tikus. Propil tiourasil kan zat antitiroid yang dapat merusak r tiroid sehingga terjadi penurunan ntrasi dan ekspresi reseptor LDL di (Ganong 2001). Lipoprotein nsitas rendah banyak beredar di dalam dan menyebabkan hiperkolesterolemia. wanto (2009) melaporkan bahwa ian pakan hiperlipidemia pada kelinci meningkatkan konsentrasi lipid da darah sebesar 163.76%. Pemberian
kolesterol selama 10 minggu pada meningkatkan konsentrasi lipid da hati kelinci sebesar 209.20% da kelinci normal atau naik sekitar dua pat dibandingkan normal (Muliasari da en sir ktif kan kal , dan val S, kal en di duksi nsi at el. eh se x) eh kan pid n. ah al e kal ai a kan TU) si ni an a si sil ak an di in m ia. a nci pid an da pid 0% dua ari
Menurut Rael et al. (2004) tak jenuh lebih mudah disera lipid daripada asam lemak jenuh. dalam makanan dapat teroks spontan atau disebut auto-oks oksidasi tersebut dapat dipicu ol atau pengeringan.
Peroksidasi lipid tak ter menyebabkan kerusakan m menyebabkan tubuh mudah dise Peroksidasi lipid dapat konsentrasi asam lemak esens dan vitamin E dalam m berbahaya bagi protein dan DN 2002).
Menurut Murray et al. (2009)
al. (2002), proses peroksidasi li tiga tahap yaitu inisiasi, pr terminasi (Gambar 2). Tahap i dengan pemisahan sebuah atom radikal bebas dari suatu gugus CH2-) dari asam lemak tak
(polyunsaturated fatty acid, membentuk suatu radikal ka pada PUFA. Radikal karbon melalui pengaturan ulang ikatan membentuk diena terkonjuga terkonjugasi bereaksi dengan terbentuk radikal peroksida lipid (
Tahap propagasi, radikal pe juga dapat menghilangkan hidrogen dari molekul lipi berdekatan sehingga membentuk lain, yang bereaksi dengan O peroksidasi lipid terus berlanjut 2009). Pembentukan endoperoks PUFA yang mengandung s ikatan rangkap akan mendorong malondialdehida (MDA), sebaga reaksi peroksidasi. Tahap ter saat dua molekul radikal bebas adanya senyawa antioksidan da spesies nonradikal (Murray Menurut Yagi (1994), kons peroksida darah pada manusi lebih dari 4 nmol/mL. Per termasuk ke dalam jalur meka bersama dengan obesitas dan hi meningkatkan risiko kanke Dominguez et al. 2007).
Gambar 1 Propil tiourasi
004), asam lemak rang peroksidasi jenuh. Kolesterol roksidasi secara oksidasi. Proses u oleh pemanasan terkontrol dapat membran dan diserang penyakit. t menurunkan nsial, vitamin A makanan, serta NA (Gurr et al. 2009) dan Gurr et
i lipid terdiri atas propagasi, dan p inisiasi diawali om hidrogen oleh gus metilena (-ak jenuh ganda
, PUFA), yang karbon (-*CH-) bon distabilkan tan rangkap yang ugasi. Jika diena n O2 maka akan
pid (ROO*). l peroksida lipid n sebuah atom ipid lain yang ntuk radikal lipid O2 maka reaksi
njut (Murray et al. oksida lipid pada sedikitnya tiga ong pembentukan bagai produk dari terminasi terjadi bas bereaksi atau n dan membentuk
et al. 2009). konsentrasi lipid nusia tidak boleh eroksidasi lipid ekanisme umum n hipertensi dalam kanker
(7)
Metod Terda digunakan antara la hidroperoks isoprostana (MDA) (D Peroks dengan terkonjuga (uv) pada 235 nm terkonjuga murni ata (Halliwel dilakukan menggun (Devasag Metode produk pe lemak ta untuk me dan efisi antioksida digunakan pada cair Metode i spektrom mass spec metode yang maha Pengukur yang men Produk y antara gu dan produk dan produk asam ara ini sensit mahal (D Tehni (high pe
Gambar 2 Proses peroksi
tode Pengukuran Lipid Peroksida dapat beberapa cara yang dapat kan untuk mengukur peroksidasi lipid
lain pengukuran diena terkonjugasi, roksida lipid, 4-hidroksinonenal, tana, lipid DNA, dan malondialdehida
(Devasagayam et al. 2003).
oksidasi asam lemak tak jenuh terjadi n pembentukan struktur diena ugasi, yang menyerap sinar ultraviolet pada rentang panjang gelombang 230-nm. Metode pengukuran diena ugasi biasanya digunakan untuk lipid
tau proses peroksidasi pada tahap awal ell & Chirico 1993). Metode ini kukan dalam kondisi inert yaitu unakan nitrogen dan argon
agayam et al. 2003).
tode pengukuran isoprostana (yaitu oduk peroksidasi yang spesifik dari asam tak jenuh ganda, PUFA) digunakan engukur lipid peroksida pada manusia isien dalam melihat efek perlakuan idan. Pada manusia, metode ini dapat kan untuk pengukuran lipid peroksida airan biologis seperti plasma dan urin. ini menggunakan kromatografi gas ometri massa (gas chromatography-pectrometry, GC-MS). Kelemahan dari ini yaitu membutuhkan instrumen ahal (Devasagayam et al. 2003). ngukuran lipid DNA merupakan metode
engukur reaksi antara DNA dan MDA. yang dihasilkan terbentuk dari reaksi gugus asam amino dari basa-basa DNA oduk akhir karbonil (termasuk MDA oduk karbonil lainnya) dari peroksidasi rakidonat dan PUFA lainnya. Metode nsitif, namun membutuhkan biaya yang
(Devasagayam et al. 2003).
hnik kromatografi cair kinerja tinggi
performance liquid chromatography, Malondialdehida
oksidasi lipid (Murray et al. 2009).
at pid si, nal, da di na olet -na pid al ini itu on itu m kan ia kuan pat da in. gas -ari en ode A. ksi A A si ode ng nggi ,
HPLC) dapat digunakan unt peroksida dan aldehida sitotoks material menjadi turunan menguap dipisahkan dengan krom spektrometri massa diguna memperoleh informasi dari c kompleks. Tehnik ini digunakan yang berasal dari manusia. Kel ini yaitu perlu banyak persiapa harus dilakukan dan kewaspada saat bekerja karena dilakukan de untuk memastikan bahwa ma tidak hilang selama penanganan (Halliwell & Chirico 1993).
Penelitian ini akan mengguna asam tiobarbiturat (thiobarbitur
Yagi (1994) yang dimodifika telah banyak digunakan karena tidak memerlukan biaya yang TBA sering digunakan unt konsentrasi MDA yang ter sistem peroksidasi lipid (Halliw 1993). Pembuatan kur menggunakan larutan tetrametoksipropana (TMP) (Ga diasumsikan sebagai MDA. MDA sebagai produk peroksida akan bereaksi dengan TBA metode reaksi yang sensitif unt lipid di dalam jaringan atau seperti serum pada hewan (Ohkawa et al. 1979). Sampe bersama dengan TBA pada (Halliwell & Chirico 1993).
Asam tiobarbiturat akan be gugus karbonil dari MDA. Dua akan berikatan dengan satu m (Gambar 4) (Yagi 1994). Produk berwarna merah muda diukur se panjang gelombang 532 nm spektrofotometer atau denga pada panjang gelombang 553 nm
Hidroperok ROOH Endoperoksida
4
untuk mengukur otoksik. Konversi n yang mudah omatografi gas, unakan untuk campuran yang kan untuk sampel elemahan teknik pan sampel yang daan yang tinggi dengan nitrogen aterial oksidasi an material lipid ggunakan metode
turic acid, TBA) kasi. Metode ini na sederhana dan g mahal. Metode untuk mengukur erbentuk dalam lliwell & Chirico kurva standar
n
1,1,3,3-Gambar 3), yang A. Pengukuran oksidasi lipid yang TBA, merupakan untuk peroksidasi au cairan tubuh n atau in vivo
mpel dipanaskan da pH rendah bereaksi dengan ua molekul TBA u molekul MDA oduk reaksi TBA serapannya pada nm menggunakan ngan fluorometer 553 nm (Halliwell &
oksida H
(8)
Chirico berwarna penelitian gelomban spektrofot 1994). Gambar Gambar Gambar Antioks menetralka mencegah merugika reaksi yan (Tapan 2005 antioksida peluang
o 1993). Produk reaksi TBA yang na merah muda (Gambar 5) dalam ian ini, diukur serapannya pada panjang bang maksimum 533 nm menggunakan ofotometer uv-vis (Modifikasi Yagi
r 3 Struktur 1, 1, 3, 3 – tetrametoksi propana (TMP).
r 4 Struktur produk reaksi lipid peroksida (MDA) dengan TBA (Yagi 1994).
r 5 Kompleks berwarna merah muda antara MDA dengan TBA.
Antioksidan
ioksidan merupakan zat yang dapat alkan radikal bebas dan berfungsi ah sistem biologi tubuh dari efek yang kan yang timbul dari proses ataupun yang menyebabkan oksidasi berlebihan n 2005a; Percival 1998). Konsumsi idan yang memadai dapat mengurangi g terjadinya penyakit degeneratif.
Kompleks MDA dengan TBA ng m ng kan gi pid A uda pat si ng upun han si gi if.
Antioksidan tidak mampu kerusakan yang sudah terjadi mampu mencegah terjadinya ke lanjut (Muhilal 1991).
Berdasarkan sumbernya, dikelompokkan menjadi dua antioksidan alami dan antioks Antioksidan alami berasal dari bahan alami seperti tumbuhan. sintetik merupakan antioks diperoleh dari hasil sintesis (Buck 1991). Antioksidan diminati daripada antioksidan tingkat keamanannya dan ma luas dalam bidang kesehatan, kosmetik (Gordon 1994) antioksidan sintetik yan penggunaanya dalam makana
butylated hydroxyanisol (BH
hydroxytoluene (BHT),
hydroxyquinon (TBHQ), dan tokof 1991).
Menurut Gordon (1994), macam antioksidan berdasarkan pada senyawa radikal bebas ya primer, antioksidan sekunder, da tersier. Antioksidan primer be mengurangi pembentukan radika dengan memutus reaksi mengubahnya menjadi produk stabil. Antioksidan primer terdir glutation peroksidase (GPx), da dismutase (SOD). Misa superoksida dismutase (SOD) y radikal O2- menjadi H2O2 dan O
sekunder merupakan antioksida mengurangi laju awal reaksi rant bebas. Antioksidan sekunder be mengikat radikal bebas da amplifikasi senyawa radikal sekunder terdapat pada vitamin (Gambar 6), vitamin B, sen fitokimia, dan betakaroten. Anti berperan dalam mekanisme seperti pada enzim sulfoksida re perbaikan DNA dan metioni kerja antioksidan seluler antioksidan berinteraksi lang oksidan, radikal bebas, atau oks Antioksidan mencegah pembe oksigen reaktif atau mengubah reaktif menjadi kurang toksi antioksidan mengurangi kemam reaktif dan kerusakan yang tim 1989; Percival 1998).
Fitokimia merupakan anti yang terdapat pada tumbuha contoh fitokimia yaitu golong
pu memperbaiki adi tetapi hanya kerusakan lebih a, antioksidan dua macam yaitu oksidan sintetik. ri hasil ekstraksi buhan. Antioksidan ioksidan yang is reaksi kimia n alami lebih n sintetik karena anfaatnya lebih n, makanan, dan 1994). Beberapa ang diijinkan nan antara lain HA), butylated tert-butylated
n tokoferol (Buck , terdapat tiga kan cara kerjanya yaitu antioksidan , dan antioksidan berperan dalam dikal bebas baru berantai dan oduk yang lebih diri atas katalase, , dan superoksida isalnya enzim ) yang mengubah n O2. Antioksidan
idan yang dapat rantai dari radikal berperan dalam dan mencegah kal. Antioksidan in C, vitamin E enyawa-senyawa ntioksidan tersier e biomolekuler reduktase dalam onin. Mekanisme r antara lain ngsung dengan oksigen tunggal. bentukkan jenis ubah jenis oksigen oksik. Selain itu, ampuan oksigen timbul (Halliwell ntioksidan alami buhan. Beberapa ongan karotenoid,
(9)
fitosterol, biasanya tinggi ant flavonoid, karoten. antioksida terjadinya pangan be Peneli terdapat berkhasia Pemberia sangitan Blume) d pada serum 32.29% (Rustandi bahwa e
officinale
suruhan dan ca konsentra hiperurise memiliki hiperkole 2008). Buka jati belanda berpotens menurunka dan dara masing-m serta lipi hiperlipide 2009; Nur
Gambar
Teh he dalam be herbal Ha baku yan tanaman khasiat unt penyakit disajikan penyajian dalam be
ol, dan polifenol. Fitokimia yang a terdapat pada tumbuhan tingkat antara lain asam askorbat (vitamin C), vonoid, saponin, tanin, tokoferol, dan
n. Aplikasi dalam industri pangan, idan lazim digunakan untuk mencegah ya reaksi oksidasi terutama pada bahan n berlemak (Rohdiana et al. 2005). nelitian sebelumnya melaporkan bahwa
t beberapa bahan alami yang siat sebagai antioksidan alami. rian ekstrak air dan etanol daun n (Sambucus javanica Reinw. ex dapat menghambat peroksidasi lipid erum darah tikus sebesar 43.75% dan daripada kelompok parasetamol ndi 2006). Safaati (2007) melaporkan ekstrak air jahe merah (Zingiber nale Rosc.), ekstrak etanol 70% herba n (Peperomia pellucida (L.) H.B.K.), campurannya dapat menurunkan ntrasi lipid peroksida darah tikus isemia. Ekstrak daun salam juga ki potensi antioksidan pada tikus kolesterolemia sebesar 16.21% (Giri Bukan hanya itu, ramuan ekstrak daun anda (Guazuma ulmifolia Lamk.) juga nsi sebagai antioksidan karena mampu unkan konsentrasi lipid peroksida hati rah pada kelinci yang hiperlipidemia masing sebesar 58.83% dan 53.03%, ipid peroksida hati pada tikus yang pidemia sebesar 26.31% (Muliasari
urkriswanto 2009; Alviani 2007).
bar 6 Struktur α-tokoferol (vitamin E).
Teh Herbal
h herbal adalah produk minuman teh bentuk tunggal atau dalam campuran Hambali et al. (2005). Campuran bahan ang digunakan merupakan herbal atau n obat yang secara alami memiliki untuk membantu mengobati jenis kit tertentu. Teh herbal biasanya n dalam bentuk kering seperti an teh dari tanaman teh. Tanaman obat bentuk kering yang diformulasikan ng kat ), dan n, gah an a ng i. un ex pid dan ol kan ber ba .), unkan kus ga kus iri un ga pu hati ia , ng ari eh an an au iki nis ya rti obat kan
menjadi teh herbal, dapat dima konsumsi sehari-hari skala maupun industri. Pembuatan meliputi pencucian, pengirisan, pengecilan ukuran dan penge menghindari hilangnya zat-zat berkhasiat dari bahan segar (H 2005).
Komposisi daun teh terdiri 30-35%, karbohidrat 25%, protein 15%, asam amino 4% asam organik 1.5%, lipid 2% klorofil 0.5% (Irianto 2008) pengolahannya, teh (Came
diklasifikasikan kedalam tiga fermentasi (teh hitam), teh se (teh oolong) dan teh tanpa f hijau) (Fernandez et al. 2002)
Teh hijau secara luas dikons minuman yang sebagian bes utamanya berupa polifenol merupakan komponen kimia paling bertanggung jawab terh antioksidan (Rohdiana et al. 2005) mengandung senyawa pol memiliki aktivitas antioksidan banyak digunakan dalam indus sebagai produk pencerah kul secara optimum mampu mengh tirosinase dan dapat diguna pelindung kulit dari sinar sur 2011). Polifenol teh hijau mem antioksidan yang kuat karena m hidroksil yang lebih banyak dar teh hitam atau teh oolong (Ya 2000). Selain polifenol di dalam terdapat epigallocatechin-3-ga yang berperan sebagai antika menghambat pertumbuhan ba
Helicobacter pyrori di perut, sebagai karsinogen (Carlson et
hijau tidak mengalami ferment teh muda tidak dibiarkan Polifenol oksidase merupakan daun teh yang menyebabka fermentasi terhambat dengan (pemanasan), sehingga polifenol pada daun teh tidak teroksida utuh (Irianto 2008).
Lempuyang Gajah Lempuyang gajah (Zingiber
merupakan tumbuhan terna y semu dengan tinggi sekitar 1 m 7). Daunnya berbentuk lanset de 14-40 cm dan lebar 3-8.5 cm de yang bundar atau lancip, seda tangkainya sekitar 4-5 mm. Pe
6
anfaatkan untuk rumah tangga n herbal kering an, pengeringan, ngemasan, untuk at penting yang (Hambali et al.
diri atas polifenol , kafein 3.5%, 4%, lignin 6.5%, 2% abu 5% dan 2008). Berdasarkan
ellia sinensis) a jenis yaitu teh semi fermentasi fermentasi (teh konsumsi sebagai besar komponen nol. Polifenol ia yang diduga erhadap aktivitas 2005). Teh hijau polifenol yang dan kuat sehingga ndustri kosmetik kulit. Polifenol nghambat aktivitas unakan sebagai urya (Tachibana emiliki aktivitas memiliki gugus k daripada polifenol Yang & Landau am teh hijau juga gallate (EGCG) kanker dengan bakteri, seperti ut, yang diketahui
et al. 2007). Teh entasi, dedaunan kan beroksidasi. kan enzim pada bkan terjadinya n proses steam
nol yang terdapat idasi dan masih
ajah
ber zerumbet L.) yang berbatang 1 meter (Gambar t dengan panjang dengan pangkal dangkan panjang
(10)
dan tangka mayang t bunga lebi gagang bun kuat, mem dengan pa berwarna putih ke kuning puc aromanya Rimpang minyak a zerumbon, sineol, da flavonoid, Lempuya untuk pel mengobat penghang gas pada pe
BA
Alat-a antara lai tabung Eppe UV-Vis, vorteks, yang dig lipid pe tetrametoks tiobarbitur asetat 50% larutan fosfotung Sampel y
Gambar 7
ngkainya berbulu. Bunganya berbentuk tersembul di atas tanah dan gagang lebih panjang daripada mayang. Posisi bunga tegak, berbulu, ramping, sangat emiliki sisik merah berbentuk langset n panjang 3-6.5 cm. Mahkota bunganya na kuning terang, kuning gelap, atau kekuningan. Warna daging rimpang pucat dan rasanya sangat pahit, tetapi
ya tidak terlalu kuat (MTIC 2002). ng lempuyang gajah mengandung k atsiri sekitar 0.8% yang terdiri atas bon, pinen, alfa-kariofilen, kamfer, dan limonen. Kandungan lainnya yaitu vonoid, jinjerol, resin, gula dan saponin. yang dimanfaatkan dalam ramuan peluruh lemak, penambah nafsu makan, obati pusing, mengobati disentri,
ngat badan, membantu mengeluarkan da perut kembung (MTIC 2002).
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahanalat yang digunakan dalam percobaan lain alat-alat gelas, kuvet, pipet mikro, bung Eppendorf, sentrifus, spektrofotometer s, bulp, penangas air, gegep, oven, , mikrofus Beckman. Bahan–bahan digunakan dalam analisis konsentrasi peroksida darah adalah 1,1,3,3-toksipropana (TMP), asam biturat (TBA) 1% (b/v) dalam asam 50%, n-butanol:piridin 15:1, akuades, n H2SO4, larutan HCl, asam
ungstat, kertas tisu dan aluminum foil. l yang digunakan adalah serum darah
(a)
r 7 Lempuyang gajah (a) tumbuhan lem uk ng isi gat et ya au ng pi 2002). ndung as er, itu ponin. an n, ri, kan an o, ter n, han si -m m s, m . ah
tikus putih jantan galur Sprague
diperoleh dari Program Kreativi bidang Penelitian (PKMP) yan DIKTI tahun 2009 atas nama Novita Sari, Feni Tri Asmoro, R dan Lutfi Anshori dibimbing Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. deng Herbal dari Campuran Lem (Zingiber zerumbet L.) dan (Camellia sinensis) Antihiperkolesterolemia (Ariya
Metode Penelitian Hewan Coba dan Rancangan (Ariyani 2010)
Penelitian ini menggunakan putih jantan galur Sparague
dikelompokkan menjadi 2 kelom ke-0 hingga minggu ke-6), y normal (N) yang terdiri atas 6 kelompok pakan kolesterol (HK atas 20 ekor tikus. Kemudian ke-7 hingga minggu ke-10, ke coba menjadi 4 kelompok, yai kelompok HK dibagi menjadi yaitu kelompok hiperkolesterol n=6), kelompok teh herbal dos n=7), dan kelompok teh herba III, n=7). Kelompok norm kelompok yang hanya diberi dan akuades mulai minggu minggu ke-10. Kelompok HK HK III merupakan kelompok pakan kolesterol (1.5%) dan dengan dosis 0.5 mg/kg BB mulai dari minggu ke-0 hingga
(b)
mpuyang gajah dan (b) rimpang lempu
ague Dawley yang ivitas Mahasiswa ang didanai oleh a Raiza Ariyani, o, Rezana Falachi, bing oleh drh. dengan judul Teh mpuyang Gajah dan Teh Hijau sebagai yani 2009). tian
gan Percobaan kan 26 ekor tikus
ague Dawley yang lompok (minggu , yaitu kelompok 6 ekor tikus dan HK) yang terdiri n mulai minggu kelompok hewan yaitu normal dan adi 3 kelompok, erolemia (HK I, dosis 1 (HK II, bal dosis 2 (HK mal merupakan ri pakan standar u ke-0 hingga K I, HK II, dan pok yang diberi n PTU (0.01%) yang diberikan ngga minggu ke-6.
(11)
dan tangka mayang t bunga lebi gagang bun kuat, mem dengan pa berwarna putih ke kuning puc aromanya Rimpang minyak a zerumbon, sineol, da flavonoid, Lempuya untuk pel mengobat penghang gas pada pe
BA
Alat-a antara lai tabung Eppe UV-Vis, vorteks, yang dig lipid pe tetrametoks tiobarbitur asetat 50% larutan fosfotung Sampel y
Gambar 7
ngkainya berbulu. Bunganya berbentuk tersembul di atas tanah dan gagang lebih panjang daripada mayang. Posisi bunga tegak, berbulu, ramping, sangat emiliki sisik merah berbentuk langset n panjang 3-6.5 cm. Mahkota bunganya na kuning terang, kuning gelap, atau kekuningan. Warna daging rimpang pucat dan rasanya sangat pahit, tetapi
ya tidak terlalu kuat (MTIC 2002). ng lempuyang gajah mengandung k atsiri sekitar 0.8% yang terdiri atas bon, pinen, alfa-kariofilen, kamfer, dan limonen. Kandungan lainnya yaitu vonoid, jinjerol, resin, gula dan saponin. yang dimanfaatkan dalam ramuan peluruh lemak, penambah nafsu makan, obati pusing, mengobati disentri,
ngat badan, membantu mengeluarkan da perut kembung (MTIC 2002).
BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahanalat yang digunakan dalam percobaan lain alat-alat gelas, kuvet, pipet mikro, bung Eppendorf, sentrifus, spektrofotometer s, bulp, penangas air, gegep, oven, , mikrofus Beckman. Bahan–bahan digunakan dalam analisis konsentrasi peroksida darah adalah 1,1,3,3-toksipropana (TMP), asam biturat (TBA) 1% (b/v) dalam asam 50%, n-butanol:piridin 15:1, akuades, n H2SO4, larutan HCl, asam
ungstat, kertas tisu dan aluminum foil. l yang digunakan adalah serum darah
(a)
r 7 Lempuyang gajah (a) tumbuhan lem uk ng isi gat et ya au ng pi 2002). ndung as er, itu ponin. an n, ri, kan an o, ter n, han si -m m s, m . ah
tikus putih jantan galur Sprague
diperoleh dari Program Kreativi bidang Penelitian (PKMP) yan DIKTI tahun 2009 atas nama Novita Sari, Feni Tri Asmoro, R dan Lutfi Anshori dibimbing Sulistiyani, M.Sc., Ph.D. deng Herbal dari Campuran Lem (Zingiber zerumbet L.) dan (Camellia sinensis) Antihiperkolesterolemia (Ariya
Metode Penelitian Hewan Coba dan Rancangan (Ariyani 2010)
Penelitian ini menggunakan putih jantan galur Sparague
dikelompokkan menjadi 2 kelom ke-0 hingga minggu ke-6), y normal (N) yang terdiri atas 6 kelompok pakan kolesterol (HK atas 20 ekor tikus. Kemudian ke-7 hingga minggu ke-10, ke coba menjadi 4 kelompok, yai kelompok HK dibagi menjadi yaitu kelompok hiperkolesterol n=6), kelompok teh herbal dos n=7), dan kelompok teh herba III, n=7). Kelompok norm kelompok yang hanya diberi dan akuades mulai minggu minggu ke-10. Kelompok HK HK III merupakan kelompok pakan kolesterol (1.5%) dan dengan dosis 0.5 mg/kg BB mulai dari minggu ke-0 hingga
(b)
mpuyang gajah dan (b) rimpang lempu
7
ague Dawley yang ivitas Mahasiswa ang didanai oleh a Raiza Ariyani, o, Rezana Falachi, bing oleh drh. dengan judul Teh mpuyang Gajah dan Teh Hijau sebagai yani 2009). tian
gan Percobaan kan 26 ekor tikus
ague Dawley yang lompok (minggu , yaitu kelompok 6 ekor tikus dan HK) yang terdiri n mulai minggu kelompok hewan yaitu normal dan adi 3 kelompok, erolemia (HK I, dosis 1 (HK II, bal dosis 2 (HK mal merupakan ri pakan standar u ke-0 hingga K I, HK II, dan pok yang diberi n PTU (0.01%) yang diberikan ngga minggu ke-6.
(12)
Kemudian mulai minggu ke-7 hingga minggu ke-10 pakan kolesterol dan PTU dihentikan dan diganti dengan pakan standar. Kandungan nutrisi yang terdapat dalam pakan standar tersebut antara lain protein (18%), karbohidrat (8%), lemak (7%), serat (6%), fosfor (1%) dan kalsium (0.5%). Kelompok HK II dan kelompok HK III merupakan kelompok perlakuan ekstrak teh herbal lempuyang gajah dengan dosis yang berbeda untuk masing-masing kelompok. Kelompok perlakuan ekstrak teh herbal dicekok ekstrak seduhan teh herbal lempuyang gajah mulai minggu ke-7 sampai minggu ke-10. Kelompok HK II dan kelompok HK III masing-masing dicekok teh herbal dengan dosis 14.29 mg/kg BB dan 21 mg/kg BB.
Semua tikus diadaptasikan selama 7 hari untuk menyeragamkan cara hidup dan makanannya. Makanan hewan percobaan diberikan sebanyak 20 gram/ekor/hari, baik pakan standar maupun pakan kolesterol dan air minum diberikan secara ad libitum (selalu tersedia). Bobot badan ditimbang tiap minggu, sedangkan pakan sisa ditimbang setiap hari. Analisis lipid peroksida dilakukan pada sampel serum darah minggu ke-0, 2, 4, 6, 8, dan 10.
Pembuatan Teh Herbal
Teh herbal lempuyang gajah terdiri atas simplisia lempuyang gajah dan teh hijau yang diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro), Bogor. Adapun cara pembuatan teh herbal tersebut adalah teh hijau dan simplisia lempuyang gajah (Ariyani 2010) tersebut dikemas dalam kantung teh celup. Sesuai dengan Ariyani (2010), teh herbal lempuyang gajah mengandung lempuyang gajah:teh hijau yaitu dosis 1 sebanyak 1:2 dan dosis 2 sebanyak 2.5:2. Lempuyang gajah yang digunakan dalam penelitian ini jumlahnya lebih banyak daripada yang digunakan oleh Yasni et al (1996), yaitu hanya setengah dari dosis 1.
Masing-masing dosis teh herbal diseduh dengan air panas (100˚C) selama 5 menit. Lalu seduhan dikeringkan dengan rotavapor
pada suhu 50˚C selama 2 jam hingga diperoleh ekstrak seduhan teh herbal. Rendemen yang diperoleh dari ekstrak teh herbal 1 dan 2 yaitu 0.17% dan 0.16% (Ariyani 2010).
Pembuatan Pakan Kolesterol
Pakan kolesterol dibuat dari kolesterol tepung kuning telur 1.5%, lemak kambing 5%, minyak goreng curah 6%, dan pakan
standar hingga 100%. Semua bahan diaduk sampai tercampur rata, dan dijadikan bentuk pelet seperti bentuk pakan standar. Tepung kolesterol dipersiapkan dari kuning telur ayam negeri, yaitu digunakan sebanyak 48 kg telur ayam. Kuning telur dipisahkan dari putihnya, lalu direbus hingga matang (± 15 menit). Setelah matang, kuning telur dibersihkan dari selaput lendirnya dan digerus sampai halus kemudian dikeringkan dalam oven 70˚C (± 24 jam) sambil sesekali digerus lagi hingga benar-benar kering dan halus (Kristiani 2003). Tepung kuning telur kemudian diukur konsentrasi kolesterolnya dengan menggunakan metode Lieberman-Buchard (Kenny 1952). Tabung sentrifus 15 mL diisi dengan 12 mL campuran alkohol:eter (3:1). Kemudian dimasukkan 0.02 g tepung kuning telur ayam diaduk perlahan sampai semua bercampur. Tabung ditutup rapat dan didiamkan selama 15 menit. Selanjutnya tabung disentrifugasi pada 1600 g (3000 rpm) selama 3 menit. Supernatan yang diperoleh dipindahkan ke dalam gelas piala ukuran 50 mL, lalu diuapkan pada penangas air mendidih sampai supernatan kering. Kemudian residu yang tersisa ditambahkan 2 mL kloroform dan dikocok perlahan agar residu terekstrak, kemudian ekstraknya dipindahkan ke dalam tabung sentrifus. Lalu gelas piala tadi dibilas lagi dengan 2 mL kloroform. Lalu ukuran ekstrak ditepatkan menjadi 5 mL dengan kloroform untuk standar kolesterol diambil sebanyak 5 mL, dan blanko kloroform 5 mL, lalu ditempatkan ke dalam tabung sentrifus kemudian ditambahkan 2 mL asetat anhidrida dan 0.1 mL asam sulfat pekat pada semua tabung, lalu dikocok. Kemudian tabung disimpan di dalam ruang gelap selama 15 menit dan larutan diukur absorbansinya pada panjang
gelombang (λ) 420 nm dengan menggunakan spektrofotometer uv.
Pengambilan Sampel Darah
Sesuai dengan Ariyani et al (2009), Sebelum dilakukan pengambilan darah, tikus dipuasakan terlebih dahulu kurang lebih 16 jam. Pengambilan darah tikus dilakukan 2 minggu sekali pada masa percobaan. Bagian ujung ekor dibersihkan dengan alkohol 70% dan diolesi anastesi topical xylocaine. Lalu ekor disayat kira-kira 5 mm dari bagian ujung ekor, ekor tikus diurut perlahan-lahan sampai darahnya keluar ± 1 mL sambil ditampung dalam tabung Eppendorf lalu diletakkan pada suhu 0 ˚C. Darah dibiarkan selama 24 jam pada suhu 4˚C agar diperoleh serum.
(13)
9
Kemudian disentrifus pada kecepatan 1600 g (3000 rpm) selama 10 menit.
Pengukuran Lipid Peroksida Serum Darah (Modifikasi Yagi 1994)
Penentuan Kurva Standar. Konsentrasi lipid peroksida darah yang terukur dalam percobaan merupakan kompleks yang terbentuk dari dua molekul asam tiobarbiturat (tiobarbituric acid, TBA) akan berikatan dengan satu molekul malondialdehida (MDA). Kurva standar dibuat dengan menggunakan larutan 1,1,3,3-tetrametoksipropana (TMP) yang diasumsikan sebagai MDA yang terbentuk di dalam darah tikus, dengan konsentrasi 0.9, 1.8, 2.7, 3.6, 4.5 dan 6.0 µM. Kemudian larutan dipipet sebanyak 2 mL dan ditambahkan 0.5 mL asam tiobarbiturat (TBA) 1% dalam asam asetat glasial 50%. Campuran diletakkan di dalam penangas air bersuhu 95˚C selama 60 menit dan didinginkan pada suhu ruang.
Setiap tabung diberi 0.5 mL akuades dan 2.5 mL n-butanol:piridin (15:1 v/v), dikocok dengan kuat. Kemudian disentrifugasi pada kecepatan 1600 g (3000 rpm) selama 15 menit. Fase organik yang terdapat pada lapisan atas diambil dan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum 533 nm menggunakan spektrofotometer.
Analisis Sampel Lipid Peroksida Serum Darah. Serum darah yang akan dianalisis merupakan serum darah yang diperoleh dari PKMP yang dilakukan oleh Ariyani et al
(2009). Sampel (serum darah tikus) yang dipanaskan bersama dengan TBA pada pH rendah akan membentuk komples yang berwarna merah muda, kemudian serapannya diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang maksimum 533 nm.
Sebanyak 0.3 mL serum darah ditempatkan di dalam tabung sentrifus dan ditambahkan 1.2 mL H2SO4 1/12N lalu
dicampur. Kemudian sebanyak 0.15 mL asam fosfotungstat 10% ditambahkan. Setelah itu, larutan didiamkan pada suhu ruang selama 5 menit lalu disentrifus pada kecepatan 1600 g (3000 rpm) selama 20 menit. Peletnya dicampur dengan 1.2 mL H2SO4 1/12N,
kemudian didiamkan selama 10 menit pada suhu ruang. Sebanyak 0.15 mL asam fosfotungstat 10% ditambahkan dan didiamkan selama 5 menit pada suhu ruang, lalu disentrifus pada kecepatan 1600 g (3000 rpm) selama 15 menit. Peletnya disuspensi dengan 2 mL akuades dan ditambahkan 0.5 mL asam tiobarbiturat (TBA) 1% dalam asam
asetat glasial 50%. Campuran diletakkan di dalam penangas air bersuhu 95˚C selama 60 menit, kemudian didinginkan pada suhu ruang. Setiap tabung diberi 0.5 mL akuades (pH campuran 1.6-1.7), lalu ditambahkan 2.5 mL n-butanol:piridin (15:1 v/v), dikocok dengan kuat. Kemudian disentrifugasi pada kecepatan 1600 g (3000 rpm) selama 15 menit. Lalu fase yang terbentuk pada lapisan atas (yang berwarna merah muda) diambil dan diukur serapannya pada panjang gelombang maksimum 533 nm dengan spektrofotometer uv-vis.
Pengukuran Lipid Peroksida Hati (Vernanda 2010)
Pembuatan Homogenat Hati. Hati beku yang telah disimpan di dalam lemari beku dicairkan pada suhu ruang selama beberapa menit hingga hati agak mencair. Kemudian hati diambil ± 2 gram untuk dibuat menjadi homogenat sebanyak 10 mL dalam larutan KCl dingin 1.5%. Lalu homogenat diambil sebanyak 0.1 mL dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang bertutup dan dilapisi
aluminum foil.
Pembuatan Kurva Standar. Kurva standar dibuat menggunakan larutan stok pereaksi TMP 6M yang diencerkan dengan akuades menjadi 60 µM kemudian dibuat konsentrasinya menjadi 0.6, 0.9, 1.5, 3.0, 4.5, dan 6.0 µM. Larutan masing-masing konsentrasi dipipet sebanyak 4 mL ke dalam tabung reaksi. Kemudian tiap tabung ditambah 1 mL TBA 1% dalam pelarut asam asetat 50%. Setelah itu, dipanaskan di penangas air hingga mendidih pada suhu 95˚C selama 60 menit, lalu didinginkan pada suhu kamar. Kemudian tiap tabung ditambah 1 mL akuades dan 5 mL n-butanol:piridin (15:1 v/v), diaduk dengan vorteks, lalu disentrifugasi pada 3000 rpm selama 15 menit. Lapisan atas yang terbentuk pada larutan diambil, kemudian serapannya diukur pada panjang gelombang 532 nm dengan spektrofotometer.
Analisis Lipid Peroksida Hati. Homogenat hati yang telah dibuat, ditambah dengan 0.2 mL SDS 8.1% dan 1.5 mL asam asetat 20% ke dalam tiap tabung dan diatur pHnya dari 2.5 menjadi 3.5 dengan NaOH 1 M dengan menggunakan pH meter. Tiap tabung reaksi ditambah dengan 0.7 mL akuades dan 1.5 mL TBA 1.0% dalam pelarut asam asetat 50%, kemudian dipanaskan ke dalam penangas air pada suhu 950C selama 60 menit, dan didinginkan pada suhu ruang. Tiap tabung reaksi ditambah 1 mL akuades dan 5
(14)
mL n-butanol:piridin (15:1 v/v), diaduk dengan vorteks, disentrifus pada 4000 rpm selama 10 menit, diambil lapisan atasnya, dan diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm.
Analisis data (Mattjik & Sumertajaya 2002)
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini diperoleh secara statistik, menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model rancangan tersebut adalah:
Yij = µ + τi + εij
Keterangan:
Yij = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = pengaruh rataan umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i, i = 1,2,3,4
εij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j, j = 1,2,3,4,5,6
i1 = kelompok normal yang hanya diberi
akuades
i2 = kelompok negatif atau kelompok
hiperlipidemia yang diberi pakan hiperlipidemia, induksi PTU dan akuades
i3 = kelompok yang diberi pakan
hiperlipidemia, induksi PTU, dan ekstrak teh herbal dengan dosis 1 i4 = kelompok yang diberi pakan
hiperlipidemia, induksi PTU, dan ekstrak teh herbal dengan dosis 2 Data dianalisis menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dengan metode
t-test dan program SPSS 17.0 dengan metode analisis korelasi data dan Analysis of Variance
(ANOVA). Bila terdapat perbedaan dalam perlakuan, maka dilakukan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsentrasi Lipid Peroksida Darah padaAwal Percobaan
Dalam penelitian ini, analisis konsentrasi lipid peroksida darah dilakukan pada sampel minggu ke-0, 2, 4, 6, 8, dan 10. Rerata konsentrasi lipid peroksida serum darah seluruh tikus (26 ekor) dalam penelitian ini sebelum percobaan (pada minggu ke-0) yaitu 3.15 ± 0.12 nmol/mL. Pada minggu ini, hewan coba hanya diberi pakan standar saja dan belum mendapat perlakuan khusus. Konsentrasi lipid peroksida darah hewan coba kelompok normal (N) dan kelompok pakan kolesterol (HK) pada minggu ke-0 berturut-turut yaitu 3.24 ± 0.09 nmol/mL dan 3.12 ± 0.11 nmol/mL (Gambar 8). Berdasarkan uji
statistika (t-test), nilai tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan (p<0.05), artinya dapat dikatakan konsentrasi lipid peroksida semua tikus seragam.
Konsentrasi lipid peroksida darah tikus kelompok normal dalam penelitian ini lebih besar nilainya dibandingkan dengan laporan Safaati (2007), yang melaporkan bahwa bahwa rerata konsentrasi lipid peroksida serum darah tikus hari ke-0 sebesar 0.453 ± 0.059 nmol/mL. Nilai konsentrasi lipid peroksida darah tikus kelompok normal dalam penelitian ini juga sekitar lima kali lebih besar dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Lavenia (2010) yaitu sebesar 0.586 ± 0.177 nmol/mL. Nilai konsentrasi lipid peroksida darah tikus kelompok normal dalam penelitian ini sedikit lebih rendah dari nilai yang dilaporkan Haidari et al. (2009) yaitu 3.41 ± 0.57 nmol/mL, namun jenis tikus yang digunakan adalah Wistar. Hal ini terjadi karena adanya stres yang dialami oleh tikus percobaan. Stres ini dapat berasal dari perbedaan kondisi lingkungan asal tikus dengan lingkungan percobaan.
Nilai konsentrasi lipid peroksida tiap tikus berbeda walaupun perbedaannya tidak signifikan secara statistik, namun variasi nilai konsentrasi lipid peroksida darah pada masing-masing tikus terjadi karena radikal bebas yang diproduksi tiap tubuh individu berbeda dan kemampuan menetralkannya pun berbeda. Sesuai dengan Muhilal (1991) bahwa radikal bebas dapat dihasilkan di dalam tubuh sebagai produk sampingan dari oksidasi di dalam tubuh. Selain itu, peningkatan radikal bebas dapat disebabkan oleh stres yang dialami tikus karena belum terbiasa dengan lingkungan percobaan.
Gambar 8 Konsentrasi lipid peroksida darah tikus pada minggu ke-0 kelompok N ( ) dan HK ( ).
3,24 3,12
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
K
ons
ent
ra
si
l
ipi
d
pe
roks
ida
da
ra
h (
nm
ol
/m
L
)
(15)
10
mL n-butanol:piridin (15:1 v/v), diaduk dengan vorteks, disentrifus pada 4000 rpm selama 10 menit, diambil lapisan atasnya, dan diukur serapannya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm.
Analisis data (Mattjik & Sumertajaya 2002)
Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini diperoleh secara statistik, menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model rancangan tersebut adalah:
Yij = µ + τi + εij
Keterangan:
Yij = pengamatan perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
µ = pengaruh rataan umum
τi = pengaruh perlakuan ke-i, i = 1,2,3,4
εij = pengaruh galat perlakuan ke-i dan
ulangan ke-j, j = 1,2,3,4,5,6
i1 = kelompok normal yang hanya diberi
akuades
i2 = kelompok negatif atau kelompok
hiperlipidemia yang diberi pakan hiperlipidemia, induksi PTU dan akuades
i3 = kelompok yang diberi pakan
hiperlipidemia, induksi PTU, dan ekstrak teh herbal dengan dosis 1 i4 = kelompok yang diberi pakan
hiperlipidemia, induksi PTU, dan ekstrak teh herbal dengan dosis 2 Data dianalisis menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dengan metode
t-test dan program SPSS 17.0 dengan metode analisis korelasi data dan Analysis of Variance
(ANOVA). Bila terdapat perbedaan dalam perlakuan, maka dilakukan uji Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsentrasi Lipid Peroksida Darah padaAwal Percobaan
Dalam penelitian ini, analisis konsentrasi lipid peroksida darah dilakukan pada sampel minggu ke-0, 2, 4, 6, 8, dan 10. Rerata konsentrasi lipid peroksida serum darah seluruh tikus (26 ekor) dalam penelitian ini sebelum percobaan (pada minggu ke-0) yaitu 3.15 ± 0.12 nmol/mL. Pada minggu ini, hewan coba hanya diberi pakan standar saja dan belum mendapat perlakuan khusus. Konsentrasi lipid peroksida darah hewan coba kelompok normal (N) dan kelompok pakan kolesterol (HK) pada minggu ke-0 berturut-turut yaitu 3.24 ± 0.09 nmol/mL dan 3.12 ± 0.11 nmol/mL (Gambar 8). Berdasarkan uji
statistika (t-test), nilai tersebut tidak berbeda nyata atau tidak signifikan (p<0.05), artinya dapat dikatakan konsentrasi lipid peroksida semua tikus seragam.
Konsentrasi lipid peroksida darah tikus kelompok normal dalam penelitian ini lebih besar nilainya dibandingkan dengan laporan Safaati (2007), yang melaporkan bahwa bahwa rerata konsentrasi lipid peroksida serum darah tikus hari ke-0 sebesar 0.453 ± 0.059 nmol/mL. Nilai konsentrasi lipid peroksida darah tikus kelompok normal dalam penelitian ini juga sekitar lima kali lebih besar dibandingkan dengan yang dilaporkan oleh Lavenia (2010) yaitu sebesar 0.586 ± 0.177 nmol/mL. Nilai konsentrasi lipid peroksida darah tikus kelompok normal dalam penelitian ini sedikit lebih rendah dari nilai yang dilaporkan Haidari et al. (2009) yaitu 3.41 ± 0.57 nmol/mL, namun jenis tikus yang digunakan adalah Wistar. Hal ini terjadi karena adanya stres yang dialami oleh tikus percobaan. Stres ini dapat berasal dari perbedaan kondisi lingkungan asal tikus dengan lingkungan percobaan.
Nilai konsentrasi lipid peroksida tiap tikus berbeda walaupun perbedaannya tidak signifikan secara statistik, namun variasi nilai konsentrasi lipid peroksida darah pada masing-masing tikus terjadi karena radikal bebas yang diproduksi tiap tubuh individu berbeda dan kemampuan menetralkannya pun berbeda. Sesuai dengan Muhilal (1991) bahwa radikal bebas dapat dihasilkan di dalam tubuh sebagai produk sampingan dari oksidasi di dalam tubuh. Selain itu, peningkatan radikal bebas dapat disebabkan oleh stres yang dialami tikus karena belum terbiasa dengan lingkungan percobaan.
Gambar 8 Konsentrasi lipid peroksida darah tikus pada minggu ke-0 kelompok N ( ) dan HK ( ).
3,24 3,12
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
K
ons
ent
ra
si
l
ipi
d
pe
roks
ida
da
ra
h (
nm
ol
/m
L
)
(16)
Lipid Peroksida Darah selama Pemberian Pakan Kolesterol
Hiperkolesterolemia merupakan keadaan ketika konsentrasi kolesterol di dalam tubuh melebihi normal atau meningkat lebih dari 50%. Manusia dikatakan hiperkolesterolemia jika memiliki konsentrasi kolesterol melebihi 240 mg/dL (Dalimartha 2005; Grundy 1991), sedangkan pada tikus hiperkolesterolemia konsentrasi kolesterolnya melebihi 130 mg/dL (Malole & Pramono 1989). Dalam penelitian ini, konsentrasi kolesterol tikus ditingkatkan dengan pemberian pakan kolesterol dan induksi PTU selama 6 minggu.
Terdapat 2 kelompok percobaan pada minggu ke-0 hingga minggu ke-6, yaitu kelompok normal (N) dan kelompok pakan kolesterol (HK). Kelompok normal terdiri atas 6 ekor tikus, sedangkan kelompok pakan kolesterol terdiri atas 20 ekor tikus. Kelompok pakan kolesterol nantinya akan dibagi menjadi 3 kelompok lagi setelah minggu ke-6, yaitu kelompok hiperkolesterolemia (HK I) yang diberi pakan kolesterol dan diinduksi PTU, kelompok teh herbal dosis 1 (HK II) yang diberi pakan kolesterol, diinduksi PTU dan ekstrak teh herbal lempuyang gajah dosis 1, dan kelompok teh herbal dosis 2 (HK III) yang diberi pakan kolesterol, diinduksi PTU dan ekstrak teh herbal lempuyang gajah dosis 2.
Rerata konsentrasi lipid peroksida darah tiap kelompok hewan coba pada minggu ke-2 mengalami peningkatan dibandingkan pada minggu ke-0 (Gambar 9). Pada minggu ke-2 rerata konsentrasi lipid peroksida darah semua tikus yaitu sebesar 4.06 ± 0.69 nmol/mL. Konsentrasi lipid peroksida darah kelompok HK pada minggu ke-2 adalah 4.17 ± 0.73 nmol/mL atau meningkat 33.65% dibandingkan dengan minggu ke-0. Nilai konsentrasi lipid peroksida darah kelompok HK pada minggu ini lebih tinggi 12.99% dibandingkan dengan kelompok normal. Konsentrasi lipid peroksida darah kelompok normal yaitu sebesar 3.69 ± 0.36 nmol/mL.
Seluruh hewan coba mengalami peningkatan konsentrasi lipid peroksida darah pada minggu ke-4, yaitu 4.50 ± 0.64 nmol/mL atau meningkat 49.04% dibandingkan dengan minggu ke-0. Serupa dengan minggu ke-2, konsentrasi lipid peroksida darah kelompok HK pada minggu ke-4 lebih tinggi 15.78% dibandingkan dengan kelompok normal. Pada minggu ini, konsentrasi lipid peroksida darah kelompok HK yaitu 4.65 ± 0.58 nmol/mL, sedangkan konsentrasi lipid peroksida darah kelompok normal yaitu 4.02 ± 0.66 nmol/mL.
Gambar 9 Konsentrasi lipid peroksida darah tikus selama masa peningkatan kolesterol pada kelompok normal ( ) dan kelompok pakan kolesterol ( ).
Rerata konsentrasi lipid peroksida darah pada kelompok HK pada minggu ke-6 adalah 5.54 ± 1.12 nmol/mL. Berbeda dengan kelompok normal yang turun konsentrasi lipid peroksidanya menjadi 3.95 ± 0.38 nmol/mL, namun cenderung lebih stabil jika dibandingkan pada kelompok HK. Berdasarkan uji statistika, nilai tersebut sangat signifikan (p<0.05) jika dibandingkan antara nilai lipid peroksida darah kelompok HK dengan kelompok normal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan yang laporkan oleh Muliasari (2009) bahwa pemberian pakan kolesterol 0.5% selama 8 minggu dapat meningkatkan konsentrasi lipid peroksida hati kelinci sebesar 209.20% dibandingkan dengan konsentrasi lipid peroksida hati normal atau dua kali lipat dibandingkan normal. Selain itu, Nurkriswanto (2009) melaporkan bahwa proses peroksidasi lipid darah kelinci yang diberi pakan aterogenik (0.5% kolesterol dan 5% minyak kelapa) selama 8 minggu, meningkat hingga 163.76% dibandingkan dengan kelompok normal. Begitu pula dengan laporan Alviani (2007) bahwa pemberian pakan kolesterol 1.25% meningkatkan konsentrasi lipid peroksida hati tikus hingga 5 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok normalnya.
Pemberian pakan kaya kolesterol mulai minggu ke-0 hingga minggu ke-6 telah berhasil meningkatkan konsentrasi lipid peroksida darah hewan coba pada kelompok HK sebesar 40.31% dibandingkan kelompok normal. Pemberian pakan kolesterol selama 6 minggu ini diduga membuat tikus stres secara fisik dan psikis yang mungkin dialami tikus selama percobaan, sehingga meningkatkan konsentrasi lipid peroksida darah tikus kelompok HK sebesar 77.56% dibandingkan dengan sebelum pemberian pakan kolesterol (minggu ke-0). Hal ini didukung dengan laporan Ariyani (2010), yang melaporkan
0 2 4 6
0 2 4 6
K o ns ent ra si l ipi d pe ro k si da da ra h (nm o l/ m L ) Minggu
(17)
ke-12
bahwa konsentrasi kolesterol darah tikus kelompok HK (yang digunakan dalam penelitian ini) telah meningkatkan sebesar 61.23% (p=0.004).
Nilai koefisien korelasi (KK) pada kelompok HK, antara konsentrasi lipid peroksida darah dalam penelitian ini dengan konsentrasi kolesterol darah yang telah dilaporkan oleh Ariyani (2010) yaitu sebesar 0.384 (p=0.000). Artinya hubungan antara konsentrasi lipid peroksida darah dan konsentrasi kolesterol darah memiliki hubungan searah dan positif, namun pengaruh konsentrasi kolesterol terhadap konsentrasi lipid peroksida darah yaitu nilai koefisien determinasi (R2) hanya 13.4% (Gambar 10). Peningkatan konsentrasi lipid peroksida darah tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh peningkatan konsentrasi kolesterol karena pemberian pakan kolesterol dan induksi (propiltiourasil) PTU.
Gambar 10 Scatterplot konsentrasi lipid peroksida dengan konsentrasi kolesterol selama pemberian pakan kolesterol.
Lipid Peroksida Darah selama Perlakuan Ekstrak
Nilai konsentrasi lipid peroksida darah kelompok HK I, HK II, dan HK III menurun setelah minggu ke-6 (Gambar 11). Apabila konsentrasi lipid peroksida darah minggu ke-6 dibandingkan dengan minggu ke-8, maka terlihat adanya penurunan konsentrasi lipid peroksida darah pada minggu ke-8.
Rerata konsentrasi lipid peroksida minggu ke-8 pada kelompok HK I, HK II, dan HK III masing-masing sebesar 4.76 ± 0.29 nmol/mL, 4.25 ± 0.58 nmol/mL, dan 4.07 ± 0.67 nmol/mL. Antara ketiga kelompok tersebut, penurunan konsentrasi lipid peroksida belum berbeda nyata secara statistik (p=0.097) pada minggu ke-8, namun jika dibandingkan antara minggu ke-8 dan minggu ke-6 (sebelum diberi ekstrak) maka signifikan (p<0.05) baik pada kelompok HK II dan HK III. Penurunan konsentrasi lipid peroksida kelompok HK II dan HK III pada minggu ke-8 masing-masing 10.80% dan 14.40% lebih banyak daripada
kelompok HK I jika dibandingkan dengan minggu ke-6 (sebelum pemberian ekstrak teh herbal).
Penurunan konsentrasi lipid peroksida darah pada kelompok HK I, HK II, dan HK III disebabkan karena penghentian pakan kolesterol terhadap ketiga kelompok tersebut pada minggu ke-6, kemudian ketiga kelompok tersebut hanya diberi pakan standar seperti kelompok normal. Penurunan konsentrasi lipid peroksida darah pada kelompok HK II dan HK III lebih dikarenakan oleh pemberian ekstrak teh herbal. Selain dihentikannya pemberian pakan kolesterol, kelompok HK II dan HK III juga dicekok dengan ekstrak seduhan teh herbal lempuyang gajah mulai minggu ke-7 sampai minggu ke-10. Kelompok HK II dan HK III masing-masing dicekok teh herbal dengan dosis 14.29 mg/Kg BB dan 21 mg/Kg BB.
Efek pemberian teh herbal ini semakin terlihat pada minggu ke-10. Rata-rata konsentrasi lipid peroksida darah hewan coba pada minggu terakhir masa percobaan (minggu ke-10) untuk kelompok HK II adalah 3.78 ± 0.25 nmol/mL dan kelompok HK III yaitu 3.24 ± 0.28 nmol/mL. Konsentrasi lipid peroksida darah kedua kelompok ini lebih rendah daripada konsentasi lipid peroksida darah kelompok HK I yaitu 4.73 ± 0.21 nmol/mL. Konsentrasi lipid peroksida darah minggu ke-10 antara ketiga kelompok tersebut sangat berbeda nyata berdasarkan analisis ragam dan uji Duncan (p<0.05), artinya terdapat efek dari pemberian ekstrak teh herbal baik dosis 1 maupun dosis 2. Ini terlihat dengan konsentrasi lipid peroksida dari kedua kelompok tersebut yang mencapai di bawah konsentrasi lipid peroksida kelompok normal pada minggu ke-10.
Gambar 11 Konsentrasi lipid peroksida darah tikus selama masa perlakuan ekstrak teh herbal pada kelompok HK I ( ), kelompok HK II ( ), dan kelompok HK III ( X ). y = 0,019x + 3,100
R² = 0,134
0 2 4 6 8 10
0 50 100 150
K o ns ent ra si l ipi d pe ro k si da da ra h (nm o l/ m L )
Konsentrasi kolesterol darah (mg/dL)
0 1 2 3 4 5 6
6 8 10
K o ns ent ra si l ipi d pe ro k si da da ra h (nm o l/ m L ) Minggu
(18)
ke-Penurunan konsentrasi lipid peroksida darah kelompok HK I, HK II, dan HK III pada masa perlakuan ekstrak hingga akhir perlakuan (Gambar 12) sangat berbeda nyata (p=0.000) jika dibandingkan dengan sebelum minggu perlakuan (minggu ke-6). Kelompok HK III mengalami penurunan konsentrasi lipid peroksida darah terbesar yaitu sekitar 26.55% pada minggu ke-8 dan 40.50% pada minggu ke-10, sedangkan penurunan konsentrasi lipid peroksida darah pada kelompok HK II pada minggu ke-8 dan minggu ke-10 berturut-turut sebesar 32.57%. Hal ini disebabkan oleh dosis ekstrak teh herbal yang diberikan pada kelompok HK III lebih besar daripada kelompok HK II. Kedua kelompok tersebut mengalami penurunan konsentrasi lipid peroksida darah yang lebih besar daripada kelompok HK I yang hanya turun sekitar 12.65% pada minggu ke-8 dan 13.19% pada minggu ke-10.
Dapat dikatakan bahwa ekstrak teh herbal lempuyang gajah mampu menurunkan konsentrasi lipid peroksida darah tikus yang hiperkolesterolemia. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal dalam penelitian ini. Selain itu, ekstrak teh herbal lempuyang gajah mengandung beberapa senyawa bioaktif yang diduga berperan dalam proses antioksidasi, antara lain saponin, zerumbon (Gambar 13), dan flavonoid seperti afzelin dan diasetilafzelin (Jang et al. 2004, Ruslay et al.
2007, MTIC 2002). Zerumbon merupakan seskuiterpena dari Z. zerumbet, yang berpotensi sebagai antiinflamasi dan kemoterapi (Jang et al. 2004), sedangkan afzelin termasuk flavonoid glikosida dan merupakan turunan kaempferol, 3-flavonol yang diketahui sebagai antioksidan (Ruslay et al. 2007).
Gambar 12 Persentase penurunan konsentrasi lipid peroksida selama masa perlakuan ekstrak teh herbal pada minggu ke-8 ( ) dan minggu ke-10 ( ).
Gambar 13 Struktur zerumbon. Nilai koefisien korelasi (KK) antara konsentrasi lipid peroksida darah pada minggu terakhir percobaan ini (minggu ke-10) dengan konsentrasi lipid peroksida hati yang telah dilaporkan oleh Vernanda (2010) yaitu sebesar -0.191 (p=0.432). Bila dilihat hubungan antara konsentrasi lipid peroksida darah kelompok HK I, HK II dan HK III pada minggu ke-10 dengan konsentrasi lipid peroksida hati (Gambar 14), maka terlihat hampir tidak ada korelasi pada kelompok HK I (R2=11.1%) dan kelompok HK II (R2=29.3%), serta tidak terlihat adanya korelasi pada kelompok HK III (R2=0%). Nilai korelasinya negatif dan nilai R2 jauh di bawah 99% sehingga dapat dikatakan bahwa konsentrasi lipid peroksida darah tidak dipengaruhi konsentrasi lipid peroksida hati.
Penumpukan lipid peroksida di hati yang lebih banyak daripada di darah sesuai dengan Yagi (1994), bahwa konsentrasi lipid peroksida yang meningkat di hati dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati. Kemudian lipid peroksida tersebut akan keluar dari hati menuju pembuluh darah sehingga dapat merusak jaringan dan organ lainnya. Selain itu, ekstrak teh herbal yang diberikan pada kelompok HK II dan HK III semakin mengurangi konsentrasi lipid peroksida di darah, namun belum mampu menurunkan konsentrasi lipid peroksida di hati karena penumpukan lipid peroksida di hati yang terlalu banyak.
Nilai koefisien korelasi (KK) antara konsentrasi lipid peroksida darah kelompok HK I, HK II, dan HK III dengan konsentrasi kolesterol darah yang dilaporkan oleh Ariyani (2010) selama perlakuan ekstrak (Gambar 15), yaitu sebesar 0.381 (p=0.003). Bila dilihat hubungan antara konsentrasi lipid peroksida darah dalam penelitian ini dengan konsentrasi kolesterol darah pada kelompok HK I, HK II dan HK III, maka terlihat ada korelasi pada kelompok HK I (R2=13.2%), HK II (R2=4.3%) dan HK III (R2=33.0%) yang ditandai dengan garis kurva yang cenderung naik. Walaupun ekstrak yang diberikan memberikan respon yang positif terhadap penurunan konsentrasi lipid peroksida darah yang sejalan dengan penurunan konsentrasi -12,65 -24,20 -26,55 -13,19 -32,57 -40,50 -45 -40 -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0
HK I HK II HK III
P er se nt as e pe nur una n k o ns ent ra si l ipi d pe ro k si da da ra h (nm o l/ m L ) Kelompok
(19)
14
kolesterol pada kelompok HK II dan HK III, namun nilai R2 jauh di bawah 99% sehingga dapat dikatakan bahwa konsentrasi lipid peroksida darah tidak sepenuhnya dipengaruhi konsentrasi kolesterol darah.
Keadaan hiperkolesterolemia hanya salah satu faktor yang memicu timbulnya peroksidasi lipid. Faktor-faktor lain yang memicu timbulnya peroksidasi lipid antara lain kondisi stres, pertambahan usia dan respirasi di mitokondria. Usia tikus yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 4 bulan di awal penelitian, berbeda dengan Alviani (2007) menggunakan tikus berusia 2 bulan. Kondisi stres yang terjadi pada hewan coba merupakan salah satu faktor yang sulit untuk dikontrol karena bergantung dari setiap individu dari hewan coba dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Kondisi stres akan memicu timbulnya radikal bebas di dalam tubuh. Respirasi yang terjadi di mitokondria juga menghasilkan radikal bebas di dalam tubuh. Pembentukan radikal O2- di sel dapat terjadi secara alami,
contohnya ketika mitokondria berfungsi saat transport elektron para rantai pernapasan ke luar dari pembawa elektron dan secara langsung terpapar oksigen (Halliwell 1989).
Radikal bebas yang terlalu banyak di dalam tubuh hewan coba kemungkinan telah membuat SOD tidak mampu menetralkan radikal-radikal bebas tersebut sehingga menimbulkan peroksidasi lipid. Hal ini sesuai dengan Halliwell (1989), bila radikal bebas di dalam tubuh semakin banyak maka antioksidan endogen seperti superoksida dismutase (SOD) tidak mampu mengatasinya (Halliwell 1989).
Gambar 14 Scatterplot konsentrasi lipid peroksida darah dengan konsentrasi lipid peroksida hati kelompok HK I ( ), HK II ( ) dan HK III (X).
Gambar 15 Scatterplot konsentrasi lipid peroksida darah dengan konsentrasi kolesterol selama perlakuan ekstrak kelompok HK I ( ), HK II ( ), dan HK III (X).
y = 0,008x + 4,461 R² = 0.111 y = 0,009x + 3,377
R² = 0.293 y = 0,000x + 3,287
R² = 0.000
0 1 2 3 4 5 6
0 20 40 60 80
Konsentrasi
lipid
perok
sida
darah
(nm
ol/m
L
)
Konsentrasi lipid peroksida hati (nmol/gram)
y = 0,009x + 4,363 R² = 0.132 y = 0,008x + 4,005
R² = 0.043 y = 0,044x + 1,493
R² = 0.330
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9
0 50 100 150
Konsentrasi
lipid
perok
sida
darah
(nm
ol/m
L
)
(20)
SIMPULAN DAN SARAN
SimpulanTeh herbal dari campuran teh hijau (Camellia sinensis) dan rimpang lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) berpotensi sebagai antioksidan secara in vivo dan dapat menurunkan konsentrasi lipid peroksida darah tikus putih galur Sprague Dawley yang hiperkolesterolemia. Persentase penurunan konsentrasi lipid peroksida darah pada akhir masa perlakuan ekstrak kelompok HK III (21 mg/kg BB) yaitu 40.50% atau lebih besar daripada kelompok HK II (14.29 mg/kg BB) yaitu 32.57% jika dibandingkan dengan sebelum perlakuan ekstrak. Terdapat korelasi yang positif antara konsentrasi kolesterol darah dengan konsentrasi lipid peroksida darah, namun konsentrasi kolesterol darah tidak sepenuhnya berpengaruh terhadap konsentrasi lipid peroksida darah. Tidak terdapat korelasi antara konsentrasi lipid peroksida darah dengan konsentrasi lipid peroksida hati.
Saran
Perlu ditambah kelompok kontrol positif sebagai pembanding. Perlu variasi dosis yang lebih banyak agar dapat ditentukan dosis efektif teh herbal lempuyang gajah.
DAFTAR PUSTAKA
Alviani. 2007. Khasiat ramuan ekstrak daun jati belanda terhadap peroksidasi lipid hati tikus hiperlipidemia. [skripsi]. Bogor: IPB.
Ariyani R. 2010. Potensi
antihiperkolesterolemia ekstrak seduhan teh herbal lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.). [skripsi]. Bogor: IPB. Ariyani R, Sari N, Asmoro FT, Falachi R,
Anshori L. 2009. Laporan akhir program kreativitas mahasiswa: teh herbal dari campuran lempuyang gajah (Zingiber zerumbet L.) dan teh hijau (Camellia sinensis) sebagai antihiperkolesterolemia. Bogor: IPB.
Buck DF. 1991. Antioxidant. Di dalam: Food Additive User’s Handbook. Smith J, penyunting. Glasgow: Blakie Academic & Professional.
Carlson JR, Bauer BA, Vincent A, Limburg PJ, Wilson T. 2007. Reading the tea leaves: Anticarcinogenic properties of
(-)-epigallocatechin-3-gallate. Mayo Clin Proc. 82: 725-732.
Dalimartha S. 2005. 36 Resep Tumbuhan Obat untuk Menurunkan Kolesterol. Surabaya: Penebar Swadaya.
Devasagayam TPA, Boloor KK, Ramasarma T. 2003. Methods for estimating lipid peroxidation: an analysis of merits and demerits. Indian Journal of Biochemistry & Biophysics 40: 300-308.
Fernandez PL, Pablos F, Martin MJ, Gonzales AG. 2002. Study of catechin as xanthine the profiles as geographical tracer. J. Agric.Food Chem. 50: 1833-1839. Gago-Dominguez M, Xuejuan J, Castelao JE.
2007. Lipid peroxidation, oxidative stress genes and dietary factors in breast cancer protection: a hypothesis. Breast Cancer Research 9: 1-11.
Ganong WF. 2001. Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. Ed ke-20. Djauhari
Widjajakusumah, penerjemah. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Review of Medicinal Phsiology.
Giri LN. 2008. Potensi antioksidan daun salam: kajian in vivo pada tikus hiperkolesterolemia dan hiperglikemia. [skripsi]. Bogor: IPB.
Gordon I. 1994. Functional Food, Food Design, Pharmafood. New York: Champman and Hall.
Grundy SM. 1991. Multifactorial etiology of hypercholesterolemia: implication for prevention of coronary heart disease.
Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology 11: 1619-1635.
Gurr MI, Harwood JL, Frayn KN. 2002. Lipid Biochemistry. Oxford: Blackwell Science. Haidari F, Keshavarz SA, Rashidi MR, Shahi
MM. 2009. Orange juice and hesperetin supplementation to hyperuricemic rats alter oxidative stress markers and xanthine oxidoreductase activity. J Clin Biochem Nutr 45: 285-291.
Halliwell B. 1989. Tell me about free radicals, doctor: a review. Journal of the Royal Society of Medicine Volume 82: 747-752. Halliwell B. 2006. Reactive species and
antioxidants: Redox biology is a fundamental theme of aerobic life. Plant Physiology 141: 312–322.
(21)
TEH HE
FA
H HERBAL LEMPUYANG
LIPID PEROKSI
HIPERKOLE
FENI TRI
DEPARTEM
AKULTAS MATEMATIKA D
INSTITUT PER
BO
UYANG GAJAH SEBAGAI PE
ROKSIDA DARAH TIKUS
RKOLESTEROLEMIA
RI ASMORO
TEMEN BIOKIMIA
DAN ILMU PENGETAHUAN
ERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
ENURUN
(1)
Lampiran 7 Konsentrasi lipid peroksida hati (Vernanda 2010)
HK I Bobot hati (gram) A Konsentrasi lipid peroksida hati (nmol/gram)
1 2.0065 0.085 42.10
2 2.0396 0.072 35.22
3 2.0989 0.038 18.50
4 2.0790 0.081 38.76
5 2.0070 0.056 28.06
6 2.0429 0.082 39.92
Rerata 33.76±8.94
HK II Bobot hati (gram) A Konsentrasi lipid peroksida hati (nmol/gram)
1 2.0399 0.076 37.12
2 2.0503 0.059 28.89
3 2.0612 0.089 42.86
4 2.0668 0.068 32.88
5 2.0174 0.056 27.91
6 2.0651 0.142 67.70
Rerata 39.56±14.85
HK III Bobot hati (gram) A Konsentrasi lipid peroksida hati (nmol/gram)
1 2.0631 0.062 30.12
2 2.0978 0.100 47.21
3 2.0089 0.108 53.16
4 2.0048 0.091 45.04
5 2.0584 0.088 42.45
6 2.0560 0.044 21.72
7 2.0268 0.124 60.36
(2)
Kelompok Normal
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2.446 5 .489 3.056 .024
Within Groups 4.804 30 .160
Total 7.250 35
Kelompok HK I (minggu ke-0 hingga minggu ke-6)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 19.194 3 6.398 39.625 .000
Within Groups 3.229 20 .161
Total 22.423 23
Kelompok HK I (minggu ke-6 hingga minggu ke-10)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1.986 2 .993 9.644 .002
Within Groups 1.544 15 .103
Total 3.530 17
Kelompok HK II (minggu ke-0 hingga minggu ke -6)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 21.857 3 7.286 14.740 .000
Within Groups 11.863 24 .494
Total 33.721 27
Kelompok HK II (minggu ke-6 hingga minggu ke-10)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 12.571 2 6.285 25.186 .000
Within Groups 4.492 18 .250
Total 17.063 20
Kelompok HK III (minggu ke-0 hingga minggu ke-6)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 20.224 3 6.741 6.558 .002
Within Groups 24.671 24 1.028
(3)
Lanjutan lampiran 8
Kelompok HK III (minggu ke-6 hingga minggu ke-10)
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 18.240 2 9.120 6.859 .006
Within Groups 23.932 18 1.330
Total 42.171 20
Uji Duncan kelompok HK I
minggu N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
0 6 2.98550
2 6 4.25250
4 6 4.69467
6 6 5.44950
Sig. 1.000 .071 1.000
minggu N
Subset for alpha = 0.05
1 2
10 6 4.73067
8 6 4.76017
6 6 5.44950
Sig. .876 1.000
Uji Duncan perlakuan kelompok HK II
minggu N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
0 7 3.15329
2 7 4.27500
4 7 4.74014
6 7 5.60171
Sig. 1.000 .228 1.000
minggu N
Subset for alpha = 0.05
1 2
10 7 3.77700
8 7 4.24600
6 7 5.60171
Sig. .096 1.000
Uji Duncan perlakuan kelompok HK III
minggu N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
0 7 3.20971
2 7 3.98800 3.98800
4 7 4.51757 4.51757
6 7 5.54771
Sig. .164 .338 .069
minggu N
Subset for alpha = 0.05
1 2
10 7 3.30086
8 7 4.07471
6 7 5.54771
(4)
Hasil t-Test kelompok N dan HK pada minggu ke-0
3.244275 2.926209
Mean 3.234097 3.133119
Variance 0.010554 0.011238
Observations 5 19
Pooled Variance 0.011113
Hypothesized Mean Difference 0
df 22
t Stat 1.905712
P(T<=t) one-tail 0.034919
t Critical one-tail 1.717144
P(T<=t) two-tail 0.069838
t Critical two-tail 2.073873
Hasil t-Test kelompok N dan HK pada minggu ke-2
2.979798 3.156566
Mean 3.832828 4.221026
Variance 0.007041 0.504118
Observations 5 19
Hypothesized Mean Difference 0
df 20
t Stat -2.32238
P(T<=t) one-tail 0.015439
t Critical one-tail 1.724718
P(T<=t) two-tail 0.030879
t Critical two-tail 2.085963
Hasil t-Test kelompok N dan HK pada minggu ke-4
4.351145 4.732824
Mean 3.949109 4.644168
Variance 0.511301 0.349392
Observations 5 19
Hypothesized Mean Difference 0
df 6
t Stat -2.00105
P(T<=t) one-tail 0.046146
t Critical one-tail 1.94318
P(T<=t) two-tail 0.092291
(5)
Lanjutan lampiran 9
Hasil t-Test kelompok N dan HK pada minggu ke-4
3.333333 5.318066
Mean 4.071247 5.548681
Variance 0.066365 1.323075
Observations 5 19
Hypothesized Mean Difference 0
df 22
t Stat -5.13108
P(T<=t) one-tail 1.92E-05
t Critical one-tail 1.717144
P(T<=t) two-tail 3.84E-05
t Critical two-tail 2.073873
Analisis ragam konsentrasi lipid peroksida antar minggu (HK I, HK II, HK III)
Week Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
6 Between Groups .076 2 .038 .027 .973
Within Groups 23.787 17 1.399
Total 23.864 19
8 Between Groups 1.614 2 .807 2.683 .097
Within Groups 5.113 17 .301
Total 6.726 19
10 Between Groups 6.758 2 3.379 53.798 .000
Within Groups 1.068 17 .063
Total 7.826 19
Uji Duncan minggu ke-6
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05 1
Duncana,,b HK I 6 5.44950
HK III 7 5.54771
HK II 7 5.60171
Sig. .827
Uji Duncan minggu ke-8
Kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Duncana,,b HK III 7 4.07471
HK II 7 4.24600 4.24600
HK I 6 4.76017
(6)
Uji Duncan minggu ke-10
kelompok N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
Duncana,,b HK III 7 3.30086
HK II 7 3.77700
HK I 6 4.73067
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.632.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of the group sizes is used. Type I error levels are not guaranteed.
Lampiran 10 Korelasi konsentrasi lipid peroksida darah dengan konsentrasi
kolesterol
korelasi selama pemberian pakan kolesterol
konsentrasi_LP_darah konsentrasi_kolesterol
konsentrasi_LP_darah Pearson Correlation 1 .384**
Sig. (2-tailed) .000
N 104 104
konsentrasi_kolesterol Pearson Correlation .384** 1
Sig. (2-tailed) .000
N 104 104
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
korelasi perlakuan ekstrak
konsentrasi_LP_darah konsentrasi_kolesterol
konsentrasi_LP_darah Pearson Correlation 1 .381**
Sig. (2-tailed) .003
N 60 60
konsentrasi_kolesterol Pearson Correlation .381** 1
Sig. (2-tailed) .003
N 60 60
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 11 Korelasi konsentrasi lipid peroksida darah dengan konsentrasi lipid
peroksida hati selama perlakuan ekstrak
konsentrasi_LP_darah konsentrasi_LP_hati
konsentrasi_LP_darah Pearson Correlation 1 -.191
Sig. (2-tailed) .432
N 19 19