Anggur Sebagai Penurun Kadar Kolesterol Didalam Darah

This page was exported from - Karya Tulis Ilmiah
Export date: Sun Sep 3 3:30:31 2017 / +0000 GMT

Anggur Sebagai Penurun Kadar Kolesterol Didalam Darah
LINK DOWNLOAD [24.84 KB]
Sebagian besar masyarakat mengalami masalah kesehatan yang berkaitan dengan kolesterol, seperti obesitas dan penyakit
kardiovaskuler. Banyak usaha untuk menurunkan kadar kolesterol didalam darah, salah satunya adalah mengkonsumsi sayur dan
buah-buahan secara rutin. Buah-buahan yang berpotensi menurunkan kolesterol, salah satunya adalah buah anggur merah. Anggur
merah (Vitis vinifera) memiliki beberapa kandungan penting, diantaranya ialah proantosianidin, flavonoid, polifenol, dan resveratrol
(Nassiri, 2009).
Resveratrol mengandung senyawa polifenol yang memberikan warna bagi anggur merah dan juga resveratrol dapat mencegah
penyakit jantung dan kanker. Semakin gelap warna anggurnya,maka semakin banyak kandungan resveratrol buah tersebut (Fatih,
2013). Proantosianidin dapat menimbulkan efek hipokolesterol, khususnya dalam mengurangi kolesterol LDL (Low-Density
Lipoprotein) plasma dan meningkatkan kadar HDL (High-Density Lipoprotein) (Fine, 2000).
Dimana penyakit yang sangat berhubungan dengan kolesterol adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular adalah
penyebab nomer satu kematian di seluruh dunia. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2011 menunjukkan
bahwa penyakit jantung koroner menempati urutan ketiga dalam deretan penyebab kematian di Indonesia (Wiyatnoko, 2011).
Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan seseorang berisiko terhadap penyakit kardiovaskular, yaitu Faktor resiko yang dapat
dikendalikan dan yang tidak dapat dikendalikan. Faktor resiko yang dapat dikendalikan meliputi kadar kolesterol darah yang tinggi
(hiperkolesterolemia), hipertensi, diabetes melitus, obesitas, dan gaya hidup (kurang gerak, merokok, konsumsi alkohol berlebihan).
Sementara faktor resiko yang tidak dapat dikendalikan meliputi usia, jenis kelamin, dan riwayat penyakit kardiovaskular dalam

keluarga. Faktanya, sekitar 75% penyakit kardiovaskular di seluruh dunia disebabkan oleh faktor resiko konvensional termasuk
obesitas, kurang aktivitas fisik, dan penggunaan tembakau (Nita, 2008).
Faktor resiko penyakit kardiovaskular yang sebenarnya dapat dikendalikan adalah sindroma metabolik dan hiperkolesterolemia.
Kolesterol merupakan salah satu jenis lemak dalam darah. Kolesterol penting untuk pembentukan membran sel tubuh, selubung
saraf dan produksi hormon tertentu. Di samping itu, kolesterol juga membantu proses pencernaan. Sekitar 80% kolesterol dalam
tubuh diproduksi oleh organ hati. Selebihnya bersumber dari produk hewani yang kita konsumsi. Kolesterol didistribusikan ke
seluruh tubuh melalui aliran darah. Dalam proses pendistribusian ini, kolesterol membentuk ikatan dengan protein yang disebut
lipoprotein (Nutrafor, 2008).
Banyak istilah yang berhubungan dengan kolesterol. Diantaranya adalah LDL, HDL dan trigliserida. HDL juga kadang dapat disebut
kolesterol "baik" dikarenakan lipoprotein ini berfungsi untuk membawa trigliserida, kolesterol lain, yang disebut lipid dalam darah
dari bagian lain dari tubuh menuju ke hati, bila kadar HDLnya cukup tinggi, maka akan dapat terhindar dari sindroma metabolik.
Kriteria sindroma metabolik menurut NCEP-ATP lll (National Cholesterol Education Program dan Adult Treatment Panel lll)
dimana diagnosis sindroma metabolik dapat ditegakkan apabila memenuhi 3 atau lebih faktor resiko berikut :

- Lingkar pinggang : Pria > 102cm, wanita > 88cm.
- Trigliserida ? 150 mg/dl.
- HDL : Pria < 50 mg/dl, wanita