Profil Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi yang Diberi Sediaan Nanokurkuminoid.

PROFIL LIPID PEROKSIDA HATI TIKUS INFLAMASI YANG
DIBERI SEDIAAN NANOKURKUMINOID

CHELSEA

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Profil Lipid Peroksida
Hati Tikus Inflamasi yang Diberi Sediaan Nanokurkuminoid adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir

skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Chelsea
NIM G84110069

ABSTRAK
CHELSEA. Profil Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi yang Diberi Sediaan
Nanokurkuminoid. Dibimbing oleh WARAS NURCHOLIS dan LAKSMI
AMBARSARI.
Terjadinya inflamasi dalam tubuh menyebabkan terbentuknya prostaglandin
dan radikal bebas. Namun, selain mengatasi inflamasi, obat yang digunakan juga
perlu memiliki efek antioksidan untuk mengatasi radikal bebas yang terbentuk.
Permasalahan ini diharapkan dapat diatasi dengan nanopartikel kurkuminoid
temulawak tersalut asam palmitat. Penelitian ini bertujuan menguji efek
antioksidan sediaan nanopartikel ekstrak kurkuminoid temulawak tersalut asam
palmitat terhadap kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi. Efek antioksidan
nanokurkuminoid diuji pada tikus yang diinduksi karagenan 1% dan diukur kadar
lipid peroksida hatinya setelah 24 jam. Kadar lipid peroksida diukur menggunakan

spektrofotometer dengan panjang gelombang 532 nm. Sediaan nanopartikel
kurkuminoid tersalut asam palmitat memiliki ukuran 561.53 nm dengan nilai IP sebesar
0.309. Kelompok ekstrak kurkuminoid dosis 100 mg/kg BB memiliki kadar lipid

peroksida 0.27x10-4 nmol/g. Konsentrasi lipid peroksida kelompok
nanokurkuminoid temulawak dosis 250 mg/kg BB lebih tinggi, yaitu 1.22 x10-4
nmol/g. Nanokurkuminoid temulawak dosis 250 mg/kg BB memiliki efisiensi 114
kali lebih besar sebagai antioksidan dibandingkan ekstrak kurkuminoid dosis 100
mg/kg BB.
Kata kunci: antioksidan, lipid peroksida, nanokurkuminoid

ABSTRACT
CHELSEA. Hepatic Lipid Peroxide Profile on Inflamation Rats with
Nanocurcuminoid Treatment. Supervised by WARAS NURCHOLIS and
LAKSMI AMBARSARI.
Inflammation can cause the formation of prostaglandin and free radicals. In
addition overcome inflammation, a drug used also need to have an affect as
antioxidants to treat the free radicals. This problem can be solved by curcuminoid
nanoparticle covered with palmitic acid. This research aims to test antioxidants
effect of curcuminoid nanoparticel covered with palmitic acid from curcuma to

lipid peroxide levels on inflammation rat hepar. Antioxidants effect of
nanokurkuminoid tested on rats that induced by 1% karagenan and the hepar lipid
peroxide measured after 24 hours. Lipid peroxide level was measured with
spectrophotometer in 532 nm wavelength. The average size of curcuminoid
nanoparticle covered with palmitic acid is 561.53 nm with IP score 0.309. Lipid
peroxide level of inflammation rats hepar given curcuminoids extract 100 mg/kg
BW is 0.27x10-4 nmol/g. It was lower from the nanocurcuminoids 250 mg/kg BW
groups which is 1.22 x10-4 nmol/g. Nanocurcuminoids 250 mg/kg BW is 114
times more efficient as an antioxidant than curcuminoids extract 100 mg/kg BW.
Keywords: antioxidan, lipid peroxide, nanocurcuminoids

PROFIL LIPID PEROKSIDA HATI TIKUS INFLAMASI YANG
DIBERI SEDIAAN NANOKURKUMINOID

CHELSEA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada

Departemen Biokimia

DEPARTEMEN BIOKIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

vi

Judul skripsi
Nama
NIM

Profil Lipid PeroksidaHati Tikus Inflamasi yang Diberi Sediaan
Nanokurkuminoid
Chelsea
G84110069

Disetujuioleh


$lwtk/'

Dr Laksmi Ambarsari MS
PembimbingII

PembimbingI

Diketahuioleh

lulus: 0
Tanggal
S tl|

Z/JIS

viii

PRAKATA


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmatNya skripsi yang berjudul “Profil Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi yang
Diberi Sediaan Nanokurkuminoid” dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan
program sarjana biokimia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014
sampai Februari 2015 di Laboratorium Kimia Fisik Departemen Kimia Institut
Pertanian Bogor, UKHP Pusat Studi Biofarmaka Taman Kencana Bogor, dan
Laboratorium Penelitian Departemen Biokimia Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Waras Nurcholis, SSi,
MSi dan Dr Laksmi Ambarsari, MS selaku pembimbing pertama dan kedua serta
DIPA IPB (83/IT3.11/LT/2014) yang telah membantu pendanaan peneltian ini.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada drh. Dian Mayasafira, drh.
Innes Maulidya, Pak Mul, Kak Rini, Ardi, Liya, Lisa, Desi, Olina, Kathie, Indah,
Natali, Cindo, Alfi, Hanif, Bayu, Yusman, Abghi, dan Gamma yang telah
membantu dan memberikan dukungan kepada penulis. Terima kasih penulis
ucapkan untuk ayah dan ibu serta adik yang senantiasa selalu mendukung dan
memberi motivasi setiap harinya demi kelancaran penyusunan skripsi.
Penulis menyadari kesalahan, kelemahan, bahkan kekurangan dari penulisan
ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan
agar dapat dijadikan acuan dalam penelitian periode berikutnya. Demikian yang
dapat penulis sampaikan. Atas bantuan dari semua pihak penulis mengucapkan

terima kasih. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2015

Chelsea

ix

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

x

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN

1


METODE PENELITIAN

2

Bahan dan Alat

2

Prosedur Penelitian

2

HASIL

4

Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Asam Palmitat

4


Volume Edema Kaki Tikus

4

Konsentrasi Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi

5

Analisis Korelasi

7

PEMBAHASAN

7

Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Asam Palmitat

7


Volume Edema Kaki Tikus

8

Konsentrasi Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi

9

Analisis Korelasi
SIMPULAN DAN SARAN

11
12

Simpulan

12

Saran


12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

15

RIWAYAT HIDUP

25

x

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Emulsi nanopartikel kurkuminoid temulawak dan emulsi nanopartikel kosong 5
Kurva volume rerata kaki tikus
5
Kurva konsentrasi lipid peroksida hati tikus
6
Plot tebaran volume edema kaki tikus dengan kadar lipid peroksida hati tikus 7
Biosintesis prostaglandin
9
Reaksi endoperoksida
10

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Gambaran umum penelitian
Dosis larutan
Volume kaki tikus
Kurva standar
Konsentrasi lipid peroksida
Analisis variansi konsentrasi lipid peroksida
Efisiensi antioksidan
Analisis korelasi
Limit deteksi spektrofotometer

16
17
18
19
20
21
22
23
24

1

PENDAHULUAN
Lipid peroksida merupakan suatu produk yang terbentuk akibat adanya
serangan radikal bebas terhadap molekul lipid (Yin et al. 2011). Salah satu
penyebab terjadinya peroksidasi lipid adalah inflamasi. Inflamasi merupakan
respon fisiologis tubuh terhadap suatu luka dan gangguan yang disebabkan oleh
faktor eksternal. Inflamasi biasanya menimbulkan bengkak, nyeri, kemerahan, dan
panas (Murphy 2012). Salah satu reaksi perubahan asam arakidonat menjadi
prostaglandin dikatalisis oleh prostaglandin endoperoksida sintetase yang dapat
membentuk radikal bebas berupa singlet oksigen (1O2) (Winarsi 2007).
Masyarakat sering menggunakan obat-obatan sintetik antiinflamasi
golongan non-steroid (non-steroidal anti-inflammatory drugs, NSAIDs).
Penggunaan NSAIDs dalam jangka panjang dapat menimbulkan berbagai efek
samping seperti gangguan saluran cerna, kerusakan pada ginjal, dan gangguan
kardiovaskuler (Haghighi et al. 2005). Penggunaan obat tradisional dapat menjadi
salah satu alternatif pengobatan antiinflamasi. Salah satu tanaman yang dapat
digunakan sebagai antiinflamasi adalah temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.)
(Nurcholis et al. 2012). Selain mengatasi inflamasi, temulawak juga dapat
digunakan sebagai antioksidan (BPOMRI 2005).
Rimpang temulawak diketahui mempunyai kandungan metabolit sekunder
berupa kurkuminoid (Quiles et al. 2002). Kurkuminoid merupakan pigmen kuning
yang berasal dari tanaman rimpang genus Curcuma termasuk temuklawak.
Kurkuminoid yang terdapat dalam temulawak adalah kurkumin dan
desmetoksikurkumin (Rahardjo dan Rostiana 2003). Kurkuminoid temulawak
diketahui memiliki aktivitas farmakologis sebagai antiinflamasi. Kurkuminoid
yang terkandung dalam temulawak asal Wonogiri sebesar 20.04 mg/g dengan
aktivitas antiinflamasi yang diuji secara in vitro, pada konsentrasi 100 ppm
memiliki persen inhibisi sebesar 47.45% (Kusuma 2012). Selain itu, Wijayanto
(2013) menguji bioaktivitas aktioksidan ekstrak kasar kurkuminoid temulawak
Ciemas dilihat dari nilai IC50-nya.
Kurkuminoid mempunyai efek biologis, tetapi secara oral bioavailabilitas
kurkuminoid sangat rendah di dalam tubuh tikus dan manusia (Chirio et al. 2011).
Kurkuminoid mempunyai efisiensi penjerapan yang tinggi ketika berada dalam
bentuk mikropartikel lemak padat. Penelitian terkait mikrokurkumin tersalut asam
palmitat menghasilkan efisiensi penjerapan sebesar 74.58 (±0.03)%. Efisiensi
penjerapan tersebut dihasilkan dari mikrokurkumin yang berukuran 131 (±2.22)
µm (Yadav et al. 2009). Penelitian tentang nanopartikel kurkuminoid tersalut
lemak padat menghasilkan efisiensi penjerapan yang tinggi, yaitu sebesar 77.65%
dengan ukuran 199.03 (± 67.62) nm (Mujib 2011).
Penelitian terkait presentase daya inflamasi in vivo nanokurkuminoid
temulawak dilakukan oleh Maulina (2014). Nanokurkuminoid dosis 100 mg/kg
BB pada jam keenam menghasilkan persentase daya antiinflamsi sebesar 60%.
Efek antioksidan nanokurkuminoid temulawak Ciemas terhadap kadar lipid
peroksida hati tikus Sparague dawley jantan dan betina dilakukan oleh
Afitriansyah (2013) dan Atmaja (2014).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, temulawak memiliki efek sebagai
antiinflamasi dan juga antioksidan. Permasalahan terbentuknya radikal bebas
dalam reaksi inflamasi diharapkan dapat diatasi dengan nanopartikel kurkuminoid

2
temulawak tersalut asam palmitat. Penelitian ini bertujuan menguji efek
pemberian sediaan nanokurkuminoid temulawak tersalut asam palmitat terhadap
kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi. Selain itu, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh nanokurkuminoid
terhadap kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi.

METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Hewan uji yang digunakan adalah 54 ekor tikus putih jantan galur Sparague
dawley yang diperoleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
berumur 2 bulan, sehat, memiliki aktivitas normal, dan mempunyai bobot badan
antara 200 gram-300 gram. Bahan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain
ekstrak kurkuminoid temulawak asal Ciemas dari Pusat Studi Biofarmaka (PSB),
asam palmitat (Merck), poloksamer 188 (BASF), air reverse osmosys (RO),
karagenan 1% dalam larutan garam fisiologis (NaCl 0.9%), natrium diklofenak,
hati tikus, pakan standar, sekam, KCl dingin 1.15%, sodium dodesil sulfat (SDS)
8.1%, NaOH 1 M, asam asetat 20%, asam tiobarbiturat (TBA) 1.0% dalam pelarut
asam asetat 50%, akuades, n-butanol:piridin (15:1 v/v), larutan formalin 10%, dan
1,1,3,3-tetrametoksi propana (TMP) sebagai larutan standar.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang tikus di
kandang percobaan PSB, pletismometer, gunting bedah, sarung tangan, masker,
neraca analitik, sonde oral, kapas, timbangan tikus, kotak pendingin, tabung kaca,
tabung Eppendorf, pelat pemanas, pipet mikro, pengaduk magnet, homogenizer
ultra turrax (Dispergierstation TB.10 IKA), ultrasonic processor (130 Watt 20
kHz, Cole-Parmer), alat-alat gelas, gunting, pipet volumetrik, penghancur jaringan
Potter-Elvehjem, sentrifus (Beckmann J2-21 Centrifuge), penangas air, dan
spektrofotometer UV-Vis (Genesys 10UV, Thermo Scientific).
Prosedur Penelitian
Pembuatan Sediaan Nanopartikel Ekstrak Kurkuminoid Temulawak
Tersalut Asam Palmitat (Mujib 2011)
Fase lemak yang terdiri atas 1.0 g asam palmitat dan 0.1 g pasta
kurkuminoid dipanaskan pada suhu 750C lalu diaduk dengan ultrasonikator di
dalam penangas. Fase berair yang terdiri atas 0.5 g poloksamer 188 dan 100 mL
air reverse osmosys (RO) dipanaskan pada suhu 750C lalu diaduk menggunakan
pengaduk magnetik. Fase lemak kemudian didispersikan ke dalam fase berair.
Campuran fase lemak dan fase berair lalu diaduk di atas pelat pemanas dengan
pengaduk magnetik pada suhu 750C. Emulsi nanokurkuminoid yang dihasilkan
kemudian dihomogenisasi dengan kecepatan 13500 rpm selama 5 menit. Emulsi
nanokurkuminoid yang diperoleh lalu didinginkan dengan cara ditempatkan pada
wadah berisi air dan es batu. Sebanyak 20 mL emulsi nanokurkuminoid diambil
dari stok awal, diletakkan ke dalam botol kaca kecil untuk diultrasonikasi dengan
amplitudo 20% selama 1 jam. Hal ini dilakukan hingga semua emulsi
nanokurkuminoid tersonikasi.

3
Hewan Coba dan Rancangan Percobaan (Maulia 2014)
Hewan coba yang digunakan dalam percobaan adalah tikus yang
sebelumnya telah diadaptasikan selama satu bulan dalam kandang percobaan
UKHP PSB. Adaptasi hewan coba bertujuan untuk menyeragamkan cara hidup
dan makanannya. Tikus yang digunakan dalam percobaan adalah sebanyak 54
ekor yang dibagi menjadi empat belas kelompok secara acak. Masing-masing
kelompok terdiri atas tiga ekor tikus. Bobot badan tikus diukur untuk menentukan
dosis sampel yang akan diberikan dan tikus dipuasakan selama 12-16 jam sebelum
perlakuan. Sebelum perlakuan kaki tikus diberi tanda batas pada lututnya untuk
menyamakan persepsi pembacaan pada setiap jamnya. Kemudian volume awal
kaki tikus diukur dengan pletismometer (Vo). Hewan percobaan diinduksi
inflamasi dengan menginjeksikan larutan karagenan 1% sebanyak 0.1 mL pada
telapak kaki belakang yang telah diberi tanda. Satu jam setelah diinduksi
inflamasi, kaki tikus diukur (VK) dan tikus diberi sampel secara oral (Lampiran 2).
Kaki tikus diukur setiap jam hingga 6 jam setelah menerima perlakuan secara oral
(Vt). Tikus dibius secara intraperitoneal dengan menggunakan campuran ketamine
dan xylazine untuk nekropsi dan diambil hatinya 24 jam setelah diberi perlakuan
secara oral. Hati tikus disimpan dalam formalin 10%.
Pengukuran Volume Edema (Raji et al. 2002)
Perhitungan volume edema pada kaki tikus dihitung dengan menggunakan
rumus:
Vu = Vt - Va
Keterangan:
Vu : volume edema kaki tikus pada waktu tertentu
Vt : volume kaki tikus setelah diradangkan dengan karagenan 1%
Va : volume kaki tikus sebelum diradangkan dengan karagenan 1%
Pengukuran Lipid Peroksida (Modifikasi dari Yagi 1994)
Kurva standar dibuat dengan menggunakan larutan stok pereaksi 1,1,3,3tetrametoksi propana (TMP) 6 M yang diencerkan dengan akuades menjadi 0.002;
0.003; 0.004; 0.005; 0.006; 0.007 μM. Larutan masing-masing konsentrasi dipipet
sebanyak 4 ml ke dalam tabung reaksi. Lalu masing-masing tabung ditambahkan 1
ml TBA 1.0% dalam pelarut asam asetat 50%, dipanaskan di penangas air
mendidih pada suhu 95°C selama 60 menit, kemudian didinginkan pada suhu
kamar. Selanjutnya pada masing-masing tabung ditambahkan 1.0 ml akuades dan
5 ml n-butanol: piridin (15:1 v/v), diaduk dengan vorteks, lalu disentrifugasi pada
kecepatan 3000 rpm selama 15 menit. Lapisan atas yang terbentuk pada larutan
diambil, lalu serapannya diukur pada panjang gelombang 532 nm dengan
spektrofotometer. Hati yang telah disimpan dalam formalin 10% dibuat 10% b/v
homogenat hati dalam larutan KCl dingin 1.15%. Lalu diambil sebanyak 0.1 mL
homogenat ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya ke dalam tiap tabung
ditambahkan 0.2 mL SDS 8.1% dan 1.5 mL asam asetat 20%, serta diatur pHnya
dari 2.5 menjadi pH 3.5 oleh NaOH 1 M dengan menggunakan pH meter.
Kemudian ditambahkan 0.7 mL akuades dan 1.5 mL TBA 1.0% dalam pelarut
asam asetat 50 % dan dipanaskan ke dalam penangas air mendidih pada suhu 95°C
selama 60 menit. Setelah dipanaskan selanjutnya didinginkan pada suhu ruang.
Lalu tiap tabung ditambahkan 1 mL akuades dan 5 mL n-butanol:piridin (15:1

4
v/v), diaduk dengan vorteks, disentrifus pada kecepatan 4000 rpm selama 10
menit,dan diambil lapisan atasnya, lalu diukur serapannya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel
atau lebih. Analisis korelasi yang paling sederhana adalah analisis korelasi
Pearson yang digunakan untuk melihat korelasi linear antara dua variabel.
Korelasi Pearson dinyatakan dalam r (koefisien korelasi) dan memiliki nilai antara
-1 hingga 1 atau dapat dinyatakan -1 < r < 1. Rumus korelasi Pearson:
r=

nƩxy - (Ʃx) (Ʃy)
√{nƩx - (Ʃx)2} {nƩy2 - (Ʃy)2}
2

Keterangan:
r : koefisien korelasi
x : volume edema kaki tikus
y : konsentrasi lipid peroksida hati tikus
n : banyaknya pasangan data
Ʃx : total jumlah variabel x
Ʃy : total jumlah variabel y
Ʃx2 : total jumlah kuadrat variabel x
Ʃy2 : total jumlah kuadrat variabel y
Ʃxy : total jumlah perkalian variabel x dan variabel y
Selain menghitung nilai r, perlu dilakukan penyebaran nilai variabel x dan
variabel y kedalam plot tebaran (scatter plot) untuk melihat korelasi x dan y
positif atau negatif.

HASIL
Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Asam Palmitat
Parameter karakterisasi nanopartikel meliputi rataan ukuran partikel dan
nilai indeks polidispersitas. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan oleh Novita
(2014), rata-rata ukuran nanopartikel kurkuminoid temulawak tersalut asam
palmitat adalah 561.53 nm dengan nilai indeks polidispersitas sebesar 0.309.
Pengukuran juga dilakukan terhadap nanopartikel kosong dan didapatkan rerata
ukurannya sebesar 354.52 nm dengan nilai indeks polidispersitas sebesar 0.218.
Nanopartikel kurkuminoid temulawak memiliki warna kuning karena adanya
kurkuminoid yang terlarut dalam media pendispersi. Sementara itu nanopartikel
kosong memiliki warna putih (Gambar 1).
Volume Edema Kaki Tikus
Induksi inflamasi menggunakan karagenan 1% dilakukan terhadap kaki
belakang tikus jantan galur Sparague dawley. Volume edema kelompok perlakuan
nanopartikel kosong dosis 250 mg/kg BB pada jam keenam bernilai 0. Hal
tersebut menunjukkan bahwa volume kaki tikus sudah kembali seperti semula.

5
Kelompok perlakuan nanokurkuminoid dosis 25 dan 50 mg/kg BB mengalami
penurunan udem paling baik dilihat dari volume edema yang bernilai negatif.
Natrium diklofenak, ekstrak kasar kurkuminoid, dan nanokurkuminoid dosis 75
mg/kg BB memiliki volume edema yang sama sehingga dapat dikatakan memiliki
kemampuan menurunkan pembengkakan yang sama. Volume edema kelompok
perlakuan air salin merupakan yang tertinggi kedua setelah kelompok perlakuan
nanokurkuminoid dosis 100 mg/kg BB (Gambar 2).
Konsentrasi Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi
Kemampuan antioksidan nanopartikel kurkuminoid temulawak dilihat dari
pengaruhnya terhadap kadar lipid peroksida hati tikus Sparague Dawley jantan
yang telah diinduksi inflamasi. Kadar lipid peroksida terendah pada kelompok
yang diberikan nanokurkuminoid dihasilkan dari hati tikus kelompok dosis 250
mg/kg BB, yaitu sebesar 1.22 x10-4 nmol/g. Konsentrasi tersebut masih lebih

(a)

(b)

Gambar 1 Emulsi nanopartikel kurkuminoid temulawak (a)
dan emulsi nanopartikel kosong (b)
0.05
0.04
Volume edema (mL)

0.03
0.02
0.01
0.00
-0.01
-0.02
-0.03

-0.04

Dosis (mg/kg BB)

Gambar 2 Kurva persentase daya antiinflamasi. AS: air salin;
NaD: natrium diklofenak; NK: nanopartikel kosong

6

Lipid peroksida
(x10-4 nmol/g)

bisa dibandingkan dengan kelompok tikus natrium diklofenak. Namun, bila
dibandingkan dengan kelompok perlakuan air salin (0.52 x10-4 nmol/g), seluruh
kelompok perlakuan nanokurkuminoid memiliki kadar lipid peroksida yang lebih
tinggi.
Kelompok yang diberikan natrium diklofenak memiliki konsentrasi lipid
peroksida yang cukup tinggi (1.82 x10-4 nmol/g). Natrium diklofenak merupakan
salah satu obat antiinflamasi yang umum digunakan oleh masyarakat yang dapat
menghambat kerja enzim siklooksigenase. Enzim siklooksigenase merupakan
enzim yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat menjadi prostaglandin
selain enzim prostaglandin endoperoksida sintetase.
Kelompok yang diberikan ekstrak kurkuminoid dengan dosis 100 mg/kg BB
memiliki kadar lipid peroksida yang lebih rendah (0.27 x10-4 nmol/g) bila
dibandingkan dengan seluruh kelompok perlakuan nanokurkuminoid. Nilai
tersebut juga lebih rendah bila dibandingkan dengan kelompok perlakuan air salin
dan nanopartikel kosong sehingga dapat dikatakan ekstrak kurkuminoid memiliki
kemampuan antioksidan tertinggi. Kelompok tikus yang diberikan perlakuan
nanopartikel kosong dosis 250mg/kg BB memiliki kadar lipid peroksida sebesar
0.52 x10-4 nmol/g (Gambar 3).
Konsentrasi lipid peroksida masing-masing perlakuan diuji variansinya
menggunakan program Minitab 17 pada taraf nyata 5% (0.05). Nilai P yang
didapat dari hasil pengujian lebih kecil bila dibandingkan dengan taraf nyatanya
sehingga terdapat perbedaan yang nyata pada konsentrasi lipid peroksida masingmasing perlakuan. Pengujian lebih lanjut terhadap perbedaan tersebut dilakukan
dengan pengujian Dunnett dan air salin digunakan sebagai kontrol. Hasil uji
Dunnett menunjukkan bahwa perbedaan yang signifikan terletak pada perlakuan
dengan dosis 25, 50, 75, 100, 125, 175, 200, 225 mg/kg BB yang ditandai dengan
tidak adanya huruf A pada hasil pengujian.
Berdasarkan konsentrasi lipid peroksida yang didapat, efisiensi nanopartikel
kurkuminoid dengan dosis 250 mg/kg BB sebagai antioksidan dihitung dengan
menggunakan ekstrak kurkuminoid dengan dosis 100 mg/kg BB sebagai
pembanding. Pengamatan pada Tabel 1 menunjukkan efisiensi nanopartikel
kurkuminoid dengan dosis 250 mg/kg BB lebih tinggi 113.924 kali dari efisiensi
ekstrak dengan dosis 100 mg/kg BB.
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00

Dosis (mg/kg BB)

Gambar 3 Kurva konsentrasi lipid peroksida hati tikus. AS: air salin;
NaD: natrium diklofenak; NK: nanopartikel kosong

7
Tabel 1 Efisiensi nanokurkuminoid dibandingkan ekstrak
Perlakuan
Nanokurkuminoid
250 mg/kg BB
Ekstrak 100 mg/kg BB

Konsentrasi
sampel (ppm)

Kadar lipid peroksida
(x10-4 nmol/g)

Efisiensi

129.8334

1.22

113.924

44 600

0.27

1

Analisis Korelasi
Koefisien korelasi (r) antara volume edema kaki tikus (x) dan konsentrasi
lipid peroksida hati tikus (y) bernilai -0.1183. Nilai tersebut menunjukkan
hubungan kedua variabel tidak linier karena semakin mendekati nol. Selain itu,
dari nilai tersebut juga dapat dinyatakan bahwa kedua variabel memiliki korelasi
yang lemah. Ketidaklinieran variabel dapat juga dilihat melalui plot tebaran antara
volume edema kaki tikus dengan konsentrasi lipid peroksida hati tikus. Pola plot
tebaran yang terbentuk tidak linier melainkan tersebar secara acak (Gambar 4).

PEMBAHASAN
Karakterisasi Nanopartikel Kurkuminoid Tersalut Asam Palmitat

Kadar lipid peroksida (x10-4 nmol/g)

Kurkuminoid termasuk golongan senyawa fenolik dan merupakan senyawa
turunan dari diferuloilmetan (Ramirez-Ahumada et al. 2006). Kurkuminoid tidak
larut dalam air dan eter namun larut dalam etanol, DMSO, dan aseton.
Kurkuminoid menghasilkan warna kuning atau jingga dalam suasana asam dan
merah dalam suasana basa. Perubahan warna kurkumunioid menjadi merah dalam
suasana basa (pH 8.5 – 10) terjadi akibat degradasi struktur. Kurkuminoid juga
merupakan senyawa yang sensitif terhadap cahaya (Andarwulan dan Faradilla
2012).
Campuran bahan yang digunakan dalam pembuatan nanopartikel
kurkuminoid tersalut lemak padat merupakan formula terbaik yang didapat dari

-0.04

4.00
3.50
3.00
2.50
2.00

1.50
1.00
0.50
-0.02

0.00
0.00
0.02
Volume edema (mL)

0.04

0.06

Gambar 4 Plot tebaran volume edema kaki tikus dengan kadar lipid
peroksida hati tikus

8
hasil penelitian Mujib (2011), yaitu asam palmitat dengan kurkuminoid (1:0.1)
dalam volume 100 mL. Penggunaan asam palmitat sebagai bahan penyalut
mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Yadav et al. (2009) dan Mujib
(2011). Ukuran dari nanopartikel lemak padat yang terbentuk mempengaruhi
penyerapannya di dalam tubuh. Partikel dengan ukuran besar membutuhkan
waktu yang lama untuk diserap. Partikel dengan ukuran dibawah 100 nm
merupakan ukuran yang tepat untuk dapat langsung diserap oleh tubuh (Weiss et
al. 2008).
Nanopartikel merupakan suatu sistem koloid yang memiliki ukuran partikel
10-1000 nm (Yen et al. 2008). Sharma et al. (2011) menyatakan nanopartikel
lemak padat yang baik memiliki ukuran antara 50 – 500 nm. Nanopartikel
kurkuminoid tersalut asam palmitat yang dibuat dalam penelitian ini memiliki
ukuran 561.53 nm. Ukuran partikel nanokurkuminoid yang dibuat dapat dikatakan
cukup besar. Namun nilai tersebut masih termasuk ke dalam rentang 10-1000 nm.
Sementara itu ukuran nanopartikel kosong asam palmitat yang dibuat memiliki
ukuran 354.52 nm. Ukuran partikel nanopartikel kosong tersebut masih lebih kecil
bila dibandingkan dengan ukuran nanopartikel kurkuminoid yang dibuat.
Keseragaman ukuran partikel nano yang dibuat juga memiliki pengaruh
terhadap kemampuan penyerapan partikel tersebut. Indeks polidispersitas
merupakan suatu nilai yang digunakan untuk menyatakan keseragaman ukuran
partikel. Nilai IP < 0.3 menunjukkan partikel memiliki ukuran pada rentang yang
kecil atau dapat dikatakan cukup seragam (Yen et al. 2008). Nanopartikel
kurkuminoid dan nanopartikel kosong yang dibuat dalam penelitian ini memiliki
nilai IP sebesar 0.309 dan 0.218 sehingga dapat dikatakan partikel yang terbentuk
seragam. Koloid yang terbentuk termasuk stabil karena dari pembuatan hingga
masa penyimpanan tidak terbentuk agregat.
Koloid nanopartikel kurkuminoid tersalut asam palmitat yang dibuat
memiliki warna kuning. Warna kuning tersebut berasal dari ekstrak temulawak
yang mengandung kurkuminoid. Bila dibandingkan dengan koloid nanopartikel
kurkuminoid yang dibuat oleh Maulia (2014), nanopartikel kurkuminoid yang
dibuat pada penelitian ini memiliki warna yang lebih keruh. Namun
nanokurkuminoid yang dibuat dalam penelitian ini memiliki warna yang sama
dengan yang dibuat oleh Mujib (2011).
Volume Edema Kaki Tikus
Kemampuan nanopartikel kurkuminoid dalam mengurangi inflamasi diuji
terhadap tikus Sparague dawley jantan yang diinduksi dengan karagenan 1% pada
bagian kakinya. Terjadinya penurunan volume edema menunjukkan kemampuan
nanokurkuminoid untuk meredakan inflamasi. Menurut Maulia (2014),
nanopartikel kurkuminoid temulawak dengan dosis 100 mg/kg BB secara in vivo
memiliki persentasi daya inflamasi sebesar 60% pada jam keenam. Namun pada
penelitian ini nanopartikel kurkuminoid temulawak dengan dosis 100 mg/kg BB
memiliki volume edema tertinggi. Nanopartikel kosong asam palmitat memiliki
kemampuan sebagai antiinflamasi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah
dilakukan oleh Maulia (2014) yang menunjukkan bahwa nanopartikel kosong
mampu menurunkan volume edema pada tikus inflamasi.
Natrium diklofenak digunakan sebagai kontrol positif. Natrium diklofenak

9
(NSAIDs). Obat-obatan NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim
siklooksigenase yang berperan dalam biosintesis prostaglandin, mediator atau
substansi radang (Haghighi et al. 2005). Senyawa yang memiliki efek sebagai
antiinflamasi dalam natrium diklofenak adalah garam natrium dan garam dietil
amonium. Natrium diklofenak memiliki waktu paruh di dalam plasma 1-2 jam
(Anggraeni et al. 2012).
Syahputra (2014) melakukan penelitian secara in silico dengan metode
docking untuk melihat kemampuan interaksi bisdemetoksikurkumin dan
demetoksikurkumin terhadap enzim lipoksigenase. Lipoksigenase merupakan
salah satu enzim yang mengkatalisis perubahan asam arakidonat dalam reaksi
inflamasi (Gambar 5). Ikatan yang terbentuk antara demetoksikurkumin dengan
lipoksigenase memiliki kesamaan terhadap 7 residu asam amino dengan ikatan
yang terbentuk antara asam arakidonat dengan lipoksigenase.
Analisis juga dilakukan untuk melihat kestabilan ikatan yang terbentuk
antara bisdemetoksikurkumin dan demetoksikurkumin sebagai ligan dengan
enzim lipoksigenase sebagai reseptor. Kestabilan ditandai dengan nilai energi
bebas Gibbs (ΔG) yang kecil. Energi bebas Gibbs yang terbentuk antara
bisdemetoksikurkumin dan demetoksikurkumin dengan enzim lipoksigenase
adalah -7.8 kkal/mol dan -7.3 kkal/mol. Zukhurullah et al. (2012) melakukan
penelitian terhadap kemampuan kurkuminoid dalam menghambat enzim
siklooksigenase-2 yang juga berperan dalam perubahan asam arakidonat menjadi
prostaglandin dalam reaksi inflamasi. Nilai energi bebas Gibbs yang didapat yaitu
-6.51 kkal/mol. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kurkuminoid
temulawak memiliki potensi sebagai antiinflamasi.
Konsentrasi Lipid Peroksida Hati Tikus Inflamasi
Khasiat nanopartikel kurkuminoid tersalut asam palmitat sebagai
antioksidan diuji terhadap hati tikus Sparague dawley jantan yang sebelumnya
diinduksi inflamasi menggunakan karagenan 1%. Pengambilan hati tikus
dilakukan 24 jam setelah induksi inflamasi. Lipid peroksida merupakan hasil
metabolisme, sehingga setelah 24 jam masih dapat dideteksi keberadaannya.

Gambar 5 Biosintesis prostaglandin (Katzung 2004)

10
Peroksidasi lipid dapat terjadi akibat adanya serangan dari molekul-molekul
yang bersifat radikal bebas seperti superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2),
hidroksil radikal (HO•), peroksil radikal (HOO•), dan singlet oksigen (1O2) (Ayala
et al. 2014, Repetto et al. 2012, Winarsi 2007). Singlet oksigen merupakan
molekul yang memiliki reaktivitas sangat tinggi bila dibandingkan dengan
molekul oksigen pada bentuk dasarnya. Salah satu penyebab terbentuknya singlet
oksigen berasal dari kerja enzim prostaglandin endoperoksida sintetase. Enzim ini
mengubah PGG2 (endoperoksida) menjadi PGH2 (prostaglandin). Endoperoksida
merupakan intermediet yang terbentuk dalam reaksi perubahan asam arakidonat
menjadi prostaglandin akibat kerja enzim siklooksigenase (Gambar 6) (Winarsi
2007). Tahap terakhir proses peroksidasi lipid akan membentuk malondialdehida
(MDA). Keberadaan MDA dapat dianalisis dengan asam tiobarbiturat. Proses
peroksidasi lipid ini dikatalisis oleh logam Fe (Tang et al. 2000).
Ekstrak kurkuminoid temulawak memiliki bioaktivitas antioksidan sebesar
47,97 ppm yang diuji dengan menggunakan metode DPPH (Wijayanto 2013).
Nanokurkuminoid ekstrak temulawak mampu menghambat lipid peroksida hati
pada dosis 100 mg/kg BB dengan konsentrasi lipid peroksida sebesar 5,41 nmol/g.
Namun bila dilihat secara keseluruhan, nanokurkuminoid dengan dosis 1500
mg/kg BB merupakan formula terbaik karena dapat menurunkan kadar MDA dan
glutation peroksidase serta meningkatkan aktivitas SOD dan peroksidase.
Penelitian ini menggunakan vitamin C sebagai kelompok pembanding
(Afitriansyah 2013).
Natrium diklofenak sebagai obat yang umum digunakan masyarakat untuk
meredakan inflamasi ternyata menghasilkan kadar lipid peroksida yang tinggi. Hal
tersebut menunjukkan bahwa natrium diklofenak tidak dapat mengatasi radikal
bebas yang terbentuk dalam reaksi inflamasi. Hati tikus inflamasi yang diberikan
natrium diklofenak memiliki kadar lipid peroksida sebesar 1.82 x10 -4 nmol/g.
Kelompok yang diberikan nanokurkuminoid dengan dosis 250 mg/kg BB
memiliki kadar lipid peroksida yang paling rendah bila dibandingkan dengan
kelompok perlakuan nanokurkuminoid lainnya, yaitu 1.22 x10-4 nmol/g. Namun
secara keseluruhan, kelompok perlakuan nanokurkuminoid menghasilkan kadar
lipid peroksida yang lebih tinggi daripada kelompok ekstrak. Hal tersebut dapat
disebabkan dari rendahnya konsentrasi kurkuminoid pada nanokurkuminoid.
Kemungkinan lain yang dapat menyebabkan hal tersebut adalah nanokurkuminoid
mampu meningkatkan kerja enzim prostaglandin endoperoksida sintetase.
Penyerapan suatu zat di dalam tubuh dipengaruhi oleh besarnya ukuran
partikel (Weiss et al. 2008). Ekstrak kurkuminoid memiliki ukuran partikel yang
lebih besar bila dibandingkan dengan nanokurkuminoid. Namun kadar lipid
peroksida hati tikus inflamasi yang diberikan ekstrak kurkuminoid 100 mg/kg BB
lebih rendah dibandingkan dengan kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi yang
diberikan nanokurkuminoid 250 mg/kg BB, yaitu sebesar 2.7 x10-5 nmol/g. Bila
dibandingkan dengan kelompok air salin, kadar lipid peroksida kelompok
perlakuan ekstrak masih lebih rendah sehingga dapat dikatakan kurkuminoid
memiliki efek sebagai antioksidan.

Gambar 6 Reaksi endoperoksida (Winarsi 2007)

11
Ukuran partikel yang kecil dari nanokurkuminoid seharusnya memiliki
pengaruh yang lebih baik terhadap kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi.
Namun, selain ukuran partikel, konsentrasi kurkuminoid yang diberikan juga
mempengaruhi kadar lipid peroksida. Ekstrak kurkuminoid 100 mg/kg BB yang
dilarutkan dalam 0.5 mL akuabidestilata steril memiliki konsentrasi 32037.88
ppm. Nilai tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan konsentrasi
nanokurkuminoid 250 mg/kg BB yang hanya 1000 ppm. Hal inilah yang
menyebabkan kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi yang diberikan ekstrak
kurkuminoid lebih kecil dari kadar lipid peroksida hati tikus inflamasi yang
diberikan nanokurkuminoid 250 mg/kg BB.
Besarnya ukuran partikel ekstrak kurkuminoid akan mempengaruhi efisiensi
manfaatnya di dalam tubuh. Efisiensi kelompok ekstrak sebagai antioksidan lebih
rendah daripada kelompok nanokurkuminoid 250 mg/kg BB. Nilai efisiensi
tersebut didapat dengan membandingkan kadar lipid peroksida yang terbentuk bila
nanokurkuminoid memiliki konsentrasi yang sama dengan konsentrasi ekstrak.
Kadar lipid peroksida ini terbilang cukup kecil untuk dapat diukur. Namun
nilai tersebut masih masuk ke dalam limit deteksi spektrofotometer yang
digunakan. Penentuan limit deteksi spektrofotometer dilakukan dengan mengukur
absorbansi blanko sebanyak 30 kali dalam rentang waktu 30 detik. Limit deteksi
spektrofotometer yang digunakan adalah 1.9 x10-5 nmol/g. Kadar lipid peroksida
yang diukur dalam penelitian ini masih lebih tinggi dari limit deteksi
spektrofotometer yang digunakan sehingga kadar lipid peroksida sampel yang
diukur masih dapat dihitung.
Penyimpanan hati tikus yang baik adalah dalam larutan NaCl 0.9% dalam
kondisi dingin (Yagi 1994). NaCl 0.9% merupakan larutan fisiologis dalam tubuh
sehingga kemungkinan untuk bereaksi dengan hati sangat kecil. Selain itu kondisi
dingin dapat menghambat kerusakan zat yang ada di dalam hati seperti enzimenzim. Pengunaan formalin 10% untuk penyimpanan organ biasanya dilakukan
terhadap organ yang akan dianalisis secara histopatologis.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi dilambangkan dengan koefisien korelasi (r) yang memiliki
nilai antara -1 hingga 1 atau dapat dinyatakan -1 < 0 < 1. Koefisien korelasi
menggambarkan keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih secara linier.
Nilai r yang mendekati 1 atau -1 menunjukkan hubungan linier yang semakin erat.
Selain itu dapat juga diamati berdasarkan pola tebaran yang terbentuk pada plot
tebaran. Korelasi positif terbentuk dari pola titik yang bergerombol membentuk
garis lurus dengan kemiringan positif (kiri bawah ke kanan atas). Sedangkan pola
titik bergerombol yang membentuk garus lurus dari kiri atas ke kanan bawah
(kemiringan negatif) menunjukkan korelasi negatif (Mattjik dan Sumertajaya
2006).
Volume edema kaki tikus (x) dan konsentrasi lipid peroksida hati tikus (y)
memiliki nilai r sebesar -0.1183. Tanda negatif menunjukkan adanya korelasi
negatif antara kedua variabel. Nilai yang mendekati nol menunjukkan hubungan
yang lemah antara kedua variabel. Pola yang terbentuk pada plot tebaran juga
menunjukkan titik yang tersebar secara acak. Hal tersebut menunjukkan bahwa
kedua variabel memiliki korelasi linier yang lemah. Berdasarkan hasil tersebut

12
maka dapat dikatakan pengaruh kurkuminoid sebagai pereda inflamasi dan
antioksidan memiliki korelasi yang lemah.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kelompok ekstrak kurkuminoid dosis 100 mg/kg BB memiliki kadar lipid
peroksida 0.27x10-4 nmol/g. Konsentrasi lipid peroksida kelompok
nanokurkuminoid temulawak dosis 250 mg/kg BB lebih tinggi, yaitu 1.22 x10-4
nmol/g. Nanokurkuminoid temulawak dosis 250 mg/kg BB memiliki efisiensi 114
kali lebih besar sebagai antioksidan dibandingkan ekstrak kurkuminoid dosis 100
mg/kg BB.
Saran
Perlu dilakukan perbaikan dalam penyimpanan sampel hati. Selain itu dapat
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menghasilkan produk berupa obat yang
dapat dipasarkan dan digunakan masyarakat sebagai antiiflamasi dan antioksidan
secara langsung.

DAFTAR PUSTAKA
Afitriansyah E. 2013. Status antioksidan tikus jantan diinduksi CCl4 dengan
perlakuan nanopartikel kurkuminoid temulawak lokal Ciemas [skripsi]
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Andarwulan N, Faradilla RHF. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan. Bogor (ID):
SEAFAST Center
Anggraeni Y, Hendradi E, Purwanti T. 2012. Karakteristik sediaan dan pelepasan
natrium diklofenak dalam sistem niosom dengan basis gel carbomer 940.
PharmaScientia. 1(1):1-15.
Atmaja S. 2014. Aktivitas antioksidan nanokurkuminoid temulawak lokal Ciemas
pada tikus Sparague Dawley betina [skripsi] Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Ayala A, Munoz MF, Argüelles S. 2014. Lipid peroxidation: production,
metabolism, and signaling mechanisms of malondialdehyde and 4-hydroxy2-nonenal [ulasan]. Oxidative Medicine and Cellular Longevity. 2014.
doi:10.1155/2014/360438.
[BPOMRI] Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. 2005.
Gerakan nasional minum temulawak. InfoPOM. 6(6):1-4.
Chirio D, Gallarate M, Peira E, Battaglia L, Serpe L, Trotta M. 2011. Formulation
of curcumin-loaded solid lipid nanoparticles produced by fatty acids

13
coacervation technique. Journal of Microencapsulation. 28(6):537-548. doi:
10.3109/02652048.2011.590615.
Haghighi M, Khalvat A, Toliat T, Jallaei S. 2005. Comparing the effects of ginger
(Zingiber officinale) extract and ibuprofen on patients with osteoarthritis.
Arch Iranian Med. 8(4):267-271.
Katzung BG. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Jakarta (ID): Salemba
Medika.
Kusuma RW. 2012. Aktivitas antioksidan dan antiinflamasi in vitro serta
kandungan kurkuminoid dari temulawak dan kunyit asal Wonogiri [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press.
Maulia P. 2014. Aktivitas antiinflamasi sediaan nanopartikel ekstrak kurkuminoid
termulawak tersalut asam palmitat secara in vivo [skripsi] Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Mujib MA. 2011. Pencirian nanopartikel kurkuminoid tersalut lemak padat [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Murphy K. 2012. Janeway’s Immunobiology. New York (US): Garland Science.
Novita R. 2014. Aktivitas antiinflamasi nanokurkuminoid temulawak tersalut
asam palmitat pada tikus Sparague dawley [tesis] Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Nurcholis W, Ambarsari L, Sari NL, Darusman LK. 2012. Curcuminoid contents,
antioxidant and anti-inflammatory activities of Curcuma xanthorrhiza
Roxb. And Curcuma domestica Val. Promising lines from Sukabumi of
Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 [internet]. 2012
Feb 25; Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID): Universitas Negeri Surabaya.
hlm C-284 – C-292; [diunduh 2015 Mei 27]. Tersedia pada:
http://biofarmaka.ipb.ac.id/phocadownloadpap/userupload/Publication/2012
/2012%20-%20Full%20Paper%20National%20Seminar%20of%20Chemica
l%20WN%20284-292.pdf
Quiles JL, Mesa MD, Tortosa CLR, Aguilera CM, Battio M, Gil A, Tortosa MCR.
2002. Curcuma longa extract supplementation reduces oxidative stress and
attenuates aortic fatty streak development in rabbits. Arterioscler Thromb
Vasc Biol. 22: 1225-1231. doi: 10.1161/01.ATV.0000020676.11586.F2.
Rahardjo M, Rostiana O. 2003. Standar prosedur operasional budidaya
temulawak. Sirkular. 8:33-38.
Raji Y, Udoh US, Oluwadara OO, Akinsomisoye OS, Awobajo O, Adeshoga K.
2002. Anti-inflammatory and analgesic prperties of the rhizome extract of
Zingiber officinale. Afr. J. Biomed. Res. 5 (2002): 121-124.
Ramirez-Ahumada MdC, Timmermann BN, Gang DR. 2006. Biosynthesis of
curcuminoids and gingerols in tumeric (Curcuma longa) and ginger
(Zingiber officinale): identification of curcuminoid synthase and
hydroxycinnamoyl-CoA thioesterases. Phytochemistry. 67 (2006): 20172029. doi:10.1016/j.phytochem.2006.06.028.

14
Repetto M, Semprine J, Boveris A. 2012. Lipid peroxidation: chemical
mechanism, biological implications and analytical determination. Lipid
Peroxidation. doi:10.5772/45943.
Sharma V K, Diwan A, Sardana S, Dhall V. 2011. Solid lipid nanoparticles
system: an overview. Int. J. Res. Pharm. Sci. 2(3):450–461.
Syahputra G. 2014. Simulasi docking senyawa kurkumin dan analognya sebagai
inhibitor enzim 12-lipoksigenase [tesis] Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Tang L, Zhang Y, Qian Z, Shen X. 2000. The machanism of Fe2+-initiated lipid
peroxidation in liposomes: the dual function of ferrous ions, the roles of the
pre-existing lipid peroxides and the lipid peroxyl radical. J. Biochem. 352
(2000): 27-36.
Weiss J, Decker EA, McClements DJ, Kristbergsson K, Helgason T, Awad T.
2008. Solid lipid nanoparticles as delivery systems for bioactive food
components. Food Biophysics. 3:146-154. doi: 10.1007/s11483-008-9065-8.
Wijayanto EA. 2013. Kandungan kurkuminoid dan daya antioksidan aksesi
temulawak (Curcuma xanthoriza Roxb.) asal Sukabumi [skripsi] Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Winarsi H. 2007. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta (ID):
Kanisius.
Yadav RV, Suresh S, Devi K, Yadav S. 2009. Novel formulation of solid lipid
microparticles of curcumin for anti-angiogenic and anti-inflammatory
activity for optimization of therapy of inflammatory bowel disease. Journal
of
Pharmacy
and
Pharmacology.
61
(3):
311-321.
doi:10.1211/jpp/61.03.0005.
Yagi K. 1994. Lipid peroxides in hepatic, gastrointestional, dan pancreatic
disease, hlm. 165-169. Di dalam Free Radicals in Diagnostic Medicine.
Amstrong D, penyunting. New York (US): Plenum Press.
Yen FL, Wu TH, Lin LT, Cham TM, Lin CC. 2008. Nanoparticles formulation of
Cuscuta chinensis prevents acetaminophen-induced hepatotoxicity in rats.
Food
and
Chemical
Toxicology.
4:
1771-1777.
doi:
10.1016/j.fct.2008.01.021.
Yin H, Xu L, Porter NA. 2011. Free radical lipid peroxidation: mechanisms and
analysis
[ulasan].
Chem.
Rev.
111
(2011):
5944-5972.
doi:10.1021/cr200094z.
Zukhrullah M, Aswad M, Subehan. 2012. Kajian beberapa senyawa antiinflamasi:
docking terhadap siklooksigenase-2 secara in silico. Majalah Farmasi dan
Farmakologi. 16 (1) : 37-44.

15

LAMPIRAN

16
Lampiran 1 Gambaran umum penelitian

Pembuatan sediaan nanopartikel ekstrak kurkuminoid
temulawak tersalut asam palmitat

Adaptasi hewan coba

Uji antiinflamasi secara in vivo, kelompok
percobaan

10 kelompok
nanokurkuminoid

1 kelompok
kontrol positif
natrium diklofenak

1 kelompok
nano kosong

1 kelompok
ekstrak

Pengukuran kaki VO, VK, dan V6

Pengambilan hati

Pengujian lipid peroksida

1 kelompok
kontrol negatif
air salin

17
Lampiran 2 Dosis larutan
1. Dosis ekstrak kurkuminoid
Dosis berdasarkan dari daya hambat aktivitas enzim siklooksigenase-2
mg
- Konsentrasi ekstrak kurkuminoid temulawak 100 ppm ~
~
m

-

~100 mg/kg BB
bobot tikus (g)
Perhitungan dosis =
x 100 mg
g

2. Dosis ekstrak nanokurkuminoid temulawak
Dosis yang digunakan adalah 25 – 250 mg/kg BB
bobot tikus (g)
x dosis nanokurkuminoid (mg)
Dosis =
g

3. Dosis natrium diklofenak
Berdasarkan dosis konsumsi manusia
- Dosis natrium diklofenak per tablet = 50 mg
- Bobot natrium diklofenak per tablet = 230 mg
- Perbandingan dosis : bobot
= 50 : 230
1 : 4.6
-

Perhitungan dosis =

bobot tikus (g)
g

x 75 mg x 4.6 x 0.018

mg
g

18
Lampiran 3 Volume edema kaki tikus
Perlakuan

Ulangan

Va (ml)

Rata-rata
V6 ± SD
(ml)

V6
(ml)

Rata-rata
V6 ± SD
(ml)

Vu (ml)

1
0.62
0.62
0
0.63 ±
0.61 ±
2
0.6
0.6
0
0.04
0.01
3
0.68
0.62
-0.06
1
0.66
0.62
-0.04
Nanokurkuminoid
0.64 ±
0.61 ±
2
0.68
0.62
-0.06
50 mg
0.05
0.02
3
0.58
0.58
0
1
0.6
0.64
0.04
Nanokurkuminoid
0.57 ±
0.59 ±
2
0.58
0.56
-0.02
75 mg
0.04
0.05
3
0.52
0.56
0.04
1
0.58
0.66
0.08
Nanokurkuminoid
0.55 ±
0.59 ±
2
0.54
0.56
0.02
100 mg
0.02
0.06
3
0.54
0.56
0.02
1
0.56
0.6
0.04
Nanokurkuminoid
0.52 ±
0.55 ±
2
0.5
0.52
0.02
125 mg
0.03
0.04
3
0.5
0.54
0.04
1
0.52
0.56
0.04
Nanokurkuminoid
0.52 ±
0.55 ±
2
0.5
0.52
0.02
150 mg
0.02
0.03
3
0.54
0.58
0.04
1
0.56
0.58
0.02
Nanokurkuminoid
0.55 ±
0.57 ±
2
0.5
0.56
0.06
175 mg
0.04
0.01
3
0.58
0.58
0
1
0.58
0.6
0.02
Nanokurkuminoid
0.54 ±
0.55 ±
2
0.52
0.54
0.02
200 mg
0.03
0.04
3
0.52
0.52
0
1
0.5
0.54
0.04
Nanokurkuminoid
0.52 ±
0.55 ±
2
0.56
0.58
0.02
225 mg
0.03
0.03
3
0.5
0.52
0.02
1
0.56
0.56
0
Nanokurkuminoid
0.55 ±
0.56 ±
2
0.58
0.58
0
250 mg
0.03
0.02
3
0.52
0.54
0.02
1
0.54
0.54
0
Nanopartikel
0.50 ±
0.50 ±
2
0.46
0.46
0
kosong 250 mg
0.04
0.04
3
0.5
0.5
0
1
0.52
0.56
0.04
0.54 ±
0.57 ±
Air salin
2
0.56
0.6
0.04
0.02
0.02
3
0.54
0.56
0.02
1
0.5
0.5
0
0.53 ±
0.55 ±
Ekstrak 100mg
2
0.56
0.58
0.02
0.03
0.05
3
0.54
0.58
0.04
Natrium
1
0.52
0.51 ±
0.52
0.53 ±
0
diklofenak
0.01
0.01
2
0.5
0.54
0.04
 Nanokurkuminoid dan nanopartikel kosong ditambahkan akuabides hingga 0.5 ml
** Ekstrak dan natrium diklofenak dilarutkan dengan 0.5 ml akuabidestilata
Nanokurkuminoid
25 mg

Ratarata Vu ±
SD (ml)
-0.02 ±
0.03
-0.03 ±
0.03
0.02 ±
0.03
0.04 ±
0.03
0.03 ±
0.01
0.03 ±
0.01
0.03 ±
0.03
0.01 ±
0.01
0.03 ±
0.01
0.01 ±
0.01
0.00 ±
0.00
0.03 ±
0.01
0.02 ±
0.02
0.02 ±
0.03

19
Lampiran 3 Volume edema kaki tikus (lanjutan)
Contoh perhitungan:
Volume edema nanokurkuminoid 125 mg ulangan 1
Vu = V6 - Vo
Vu = (0.6 – 0.56) ml
Vu = 0.04 ml
Lampiran 4 Kurva standar
-

Absorbansi (ʎ=532 nm)

-

Absorbansi standar
Standar (µM)

Absorbansi
(ʎ = 532 nm)

0
0.002
0.003
0.004

0
0.254
0.298
0.394

0.005
0.006

0.511
0.608

0.007

0.677

Kurva standar

0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

y = 95.92x + 0.021
R² = 0.991

0

0.001

0.002

0.003

0.004
0.005
Konsentrasi (µM)

0.006

0.007

0.008

20
Lampiran 5 Konsentrasi lipid peroksida
Absorbansi

Konsentrasi (x10-4 nmol/g)

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2

0.063
0.043
0.045
0.050
0.047
0.062
0.047
0.041
0.044
0.040
0.061
0.061
0.049

4.38
2.29
2.50
3.02
2.71
4.27
2.71
2.09
2.40
1.98
4.17
4.17
2.92

0.052
0.045
0.047
0.042

3.23
2.50
2.71
2.19

0.040
0.041
0.050
0.054
0.052
0.051

1.98
2.09
3.02
3.44
3.23
3.13

3
1

0.050
0.047
0.050
0.042
0.043
0.025

3.02
2.71
3.02
2.19
2.29
0.42
0.94
0.31
0.42
0.1
0.42
0.94
0.52
-0.42
0.31
0.73
2.08
1.56

Perlakuan
Nanokurkuminoid
25 mg
Nanokurkuminoid
50 mg
Nanokurkuminoid
75 mg
Nanokurkuminoid
100 mg
Nanokurkuminoid
125 mg
Nanokurkuminoid
150 mg
Nanokurkuminoid
175 mg
Nanokurkuminoid
200 mg
Nanokurkuminoid
225 mg
Nanokurkuminoid
250 mg

2
3
1
2
3
1

Ekstrak 100 mg

2
3

Nanopartikel
kosong
250 mg

1
2

0.030
0.024
0.025
0.022
0.025
0.030

3
1
2
3
1
2

0.026
0.017
0.024
0.028
0.041
0.036

Air salin
Natrium
diklofenak

Rata-rata konsentrasi
(x10-4 nmol/g)
3.06 ± 1.15

3.34 ± 0.83

2.40 ± 0.31

3.44 ± 1.26

2.88 ± 0.37

2.29 ± 0.38

2.85 ± 0.69

3.13 ± 0.10

2.64 ± 0.42

1.22 ± 0.97

0.27 ± 0.16

0.63 ± 0.28

0.52 ± 0.30

1.82 ± 0.37

21
Lampiran 5 Konsentrasi lipid peroksida (lanjutan)
Contoh perhitungan:
- Konsentrasi lipid peroksida nanokurkuminoid 25 mg
Y = 95.92 X + 0.021
0.063 = 95.92 X + 0.021
X = 4.38 x 10-4 nmol/g
- Rata-rata konsentrasi lipid peroksida nanokurkuminoid 25 mg
u
Rata-rata =
( .

.

.

)x

=
= 3.06 x 10-4 nmol/g

- nmol g

Lampiran 6 Analisis variansi konsentrasi lipid peroksida
-

Analisis variansi dilakukan dengan menggunakan program Minitab 17 pada
taraf nyata 5%

-

Uji lanjut dengan metode Dunnett dalam program Minitab 17

22
Lampiran 7 Efisiensi antioksidan
1.

2.

3.

Bobot dosis rata-rata kelompok perlakuan nanokurkuminoid 250 mg/kg BB
( .
.
) mg
= 64.9167 mg ≈ .
7 µl (diencerkan
Bobot dosis =
dengan akuades hingga 0.5 ml)
Bobot dosis rata-rata kelompok perlakuan ekstrak 100 mg/kg BB
( .7
.
.7) mg
= 22.3 mg (dilarutkan dalam 0.5 ml
Bobot dosis =
akuabidestilata)
Efisiensi antioksidan:
- Nanokurkuminoid 250 mg/kg BB:
.
7 µl x
ppm
= 1.22 x 10-4 nmol/g 
µl
-

129.8334 ppm = 1.22 x 10-4 nmol/g  113.924
Ekstrak 100 mg/kg BB :
. mg
= 0.27 x 10-4 nmol/g  44600 ppm = 0.27 x 10-4 nmol/g  1
µl

23
Lampiran 8 Analisis korelasi

Perlakuan
Nanokurkuminoid
25 mg
Nanokurkuminoid
50 mg
Nanokurkuminoid
75 mg
Nanokurkuminoid
100 mg
Nanokurkuminoid
125 mg
Nanokurkuminoid
150 mg
Nanokurkuminoid
175 mg
Nanokurkuminoid
200 mg
Nanokurkuminoid
225 mg
Nanokurkuminoid
250 mg
Ekstrak 100 mg
Nanopartikel
kosong 250 mg
Air salin
Natrium diklofenak
Total

x

y

Volume
edema
(mL)

Konsentrasi
lipid peroksida
(x10-4 nmol/g)

x2

y2
(x10-8)

xy
(x10-6)

-0.02

3.06

0.0004

9.36

-6.12

-0.03

3.34

0.0009

11.16

-10.02

0.02

2.40

0.0004

5.76

4.80

0.04

3.44

0.0016

11.83

13.76

0.03

2.88

0.0009

8.29

8.64

0.03

2.29

0.0009

5.24

6.87

0.03

2.85

0.0009

8.12

8.55

0.01

3.13

0.0001

9.8

3.13

0.03

2.64

0.0009

6.97

7.92

0.01

1.22

0.0001

1.49

1.22

0.02

0.27

0.0004

0.07

0.54

0.00

0.63

0.0000

0.4

0.00

0.03
0.02
0.22

0.52
1.82

0.0009
0.0004
0.0088

0.27
3.31
82.08

1.56
3.64
44.49

30.49

 n = 14

r=

=

nƩxy - (Ʃx) (Ʃy)
√{nƩx - (Ʃx)2} {nƩy2 - (Ʃy)2}
2

(14 x 44.49x10-6) - (0.22 x 30.49x10-4)
√{14 x 0.0088 - (0.22)2} {(14 x 82.08x10-8) - (30.49x10-4)2}

r = -0.1183
Keterangan:
r : koefisien korelasi
x : volume edema kaki tikus
y : konsentrasi lipid peroksida hati tikus
n : banyaknya pasangan data
Ʃx : total jumlah variabel x
Ʃy : total jumlah variabel y
Ʃx2 : total jumlah kuadrat variabel x
Ʃy2 : total jumlah kuadrat variabel y
Ʃxy : total jumlah perkalian variabel x dan variabel y

24
Lampiran 9 Limit deteksi spektrofotometer
Waktu

A blanko

30'

0.045
0.043

60'
90'

0.042
0.043

120'
150'

0.042
0.042

180'
210'
240'
270'
300'
330'
360'
390