Manajemen Pemanenan Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaesis Guineensis Jacq.) Di Pt Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau

i

MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA
SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT
SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

JOSIA DADING TAMBUNAN
A24070164

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

ii

RINGKASAN

JOSIA DADING TAMBUNAN. Manajemen Pemanenan pada
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Inti Indosawit Subur,
Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. (Dibimbing oleh SUDIRMAN

YAHYA).
Kegiatan magang secara umum bertujuan agar penulis dapat meningkatkan
pengalaman dan keterampilan kerja dalam memahami proses kerja nyata
pengelolaan perkebunan kelapa sawit, khususnya mempelajari pemanenan baik
dari aspek teknis maupun pengelolaan yang diterapkan di Kebun Buatan, PT
Asian Agri.
Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan mulai dari bulan Maret
hingga bulan Juli 2011 di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur (PT Asian
Agri), Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Penulis pada saat melakukan kegiatan
magang bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan
harian lepas, pendamping mandor sampai menjadi pendamping asisten afdeling.
Penulis bertanggung jawab sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu
bulan pertama, pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping
asisten selama dua bulan terakhir.
Pengumpulan data dan informasi magang dilakukan dengan metode
langsung dan tidak langsung dalam mencari data primer maupun data sekunder.
Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi dan letak geografis
kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi
pertanaman dan produktifitas, basis dan premi panen, realisasi produksi, sistem
pengawasan dan denda, norma kerja di lapangan serta organisasi dan manajemen.

Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui
pengamatan penulis di lapangan meliputi losses (kehilangan produksi), keadaan
pokok, kualitas kinerja pemuat, kriteria matang panen, sistem dan rotasi panen,
taksasi produksi dan pengawasan panen.
Hasil pengamatan data primer dan data sekunder dianalisis secara
deskriptif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu
diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang

iii

berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan. Pengamatan mengenai sumber losses berdasarkan tahun tanam
diketahui bahwa pada tahun tanam 1990 terdapat kondisi pokok dan kondisi areal
yang belum sesuai dengan ketetapan perusahaan sehingga memungkinkan
terjadinya buah mentah terpanen, buah matang yang tidak terpanen dan brondolan
yang tertinggal. Rotasi panen tinggi (≥ 10 hari) yang terjadi di kebun Buatan dapat
memicu terjadinya losses dan buah busuk. Rotasi panen yang tinggi ini terjadi
karena banyaknya perpindahan karyawan dan absensi karyawan. Pengamatan
berdasarkan kriteria matang panen berdasarkan Lubis (2008) didapat bahwa buah
matang normal sebesar 90.24% yang masih belum sesuai dengan ketetapan

perusahaan sebesar 100%.

iv

MANAJEMEN PEMANENAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI INDOSAWIT SUBUR,
KABUPATEN PELALAWAN, PROVINSI RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

JOSIA DADING TAMBUNAN
A24070164

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011


v

JUDUL : MANAJEMEN

PEMANENAN

PADA

TANAMAN

KELAPA SAWIT (ELAESIS GUINEENSIS JACQ.) DI
PT

INTI

INDOSAWIT

SUBUR,

KABUPATEN


PELALAWAN, PROVINSI RIAU
NAMA : JOSIA DADING TAMBUNAN
NRP

: A24070164

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc.
NIP : 19490119 197412 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura
Fakultas Pertanian IPB

Dr Ir Agus Purwito, MSc.Agr
NIP 19611101 1987 03 1 003


Tanggal Lulus :

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Mei 1989 di Medan. Penulis merupakan
anak kedua dari pasangan Bapak Mangasi Tambunan dan Ibu Dominika
Marpaung.
Penulis lulus dari TK Santo Antonius Medan pada tahun 1995, kemudian
melajutkan studi ke SD Santo Antonius VI Medan pada tahun 2001. Pada tahun
2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Santa Maria Medan, kemudian
melanjutkan studi ke SMA Santo Thomas I Medan dan lulus pada tahun 2007.
Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi
Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

vii

KATA PENGANTAR


Segala Puji dan Syukur saya panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa atas Berkat dan Karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir
akademik sebagai syarat untuk menyelesaikan studi program sarjana di
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor. Hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang telah
dilaksanakan penulis selama 4 bulan di perkebunan kelapa sawit tepat di kebun
Buatan PT. Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau. Penulis menyadari bahwa
dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Bapak (Mangasi Tambunan) dan Ibu (Dominika Marpaung) tercinta serta
seluruh keluarga besar atas segala doa, dukungan dan bantuan yang diberikan
kepada penulis selama kegiatan magang sampai penulisan skripsi.

2.

Bapak Prof Dr Ir Sudirman Yahya, MSc. selaku pembimbing skripsi yang

telah memberikan dukungan, bimbingan, saran serta nasihat selama
pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi.

3.

Bapak Dr. Ir. Memen Surahman, MSc selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan dukungan dan nasihat selama perkuliahan.

4.

Bapak Ir Faisal selaku Estate Manager, Ir Benjamin Basuki Yulianto S selaku
Training Center Manager dan keluarga besar PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau.

5.

Bapak Nirwan Ginting selaku asisten di Afdeling II dan Bapak Firman selaku
asisten di Afdeling III yang telah memberi bimbingan dan masukan kepada
penulis.


6.

Surya Milpan Tambunan dan Regina Maharani Tambunan selaku kakak dan
adik penulis yang telah memberikan bantuan, dukungan serta doanya.

7.

Veranika Br Kemit yang telah memberikan dukungan dan perhatian dalam
menyelesaikan skripsi ini.

viii

8.

Christopher Danny, Kakak Andrew Joshua, teman-teman Agronomi dan
Hortikultura angkatan 44 beserta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan

dapat digunakan sebagaimana mestinya.


Bogor, Desember 2011

Penulis

ix

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ...............................................................................................

ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................


xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

xiii

PENDAHULUAN.......................................................................................
Latar Belakang.........................................................................................
Tujuan ......................................................................................................

1
1
2

TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
Teknis Panen ...........................................................................................
Persiapan Panen ..................................................................................
Alat Perlengkapan Panen....................................................................
Kriteria Matang Panen........................................................................
Manajemen Panen ...................................................................................
Sistem Panen ......................................................................................
Rotasi Panen .......................................................................................
Taksasi Produksi.................................................................................
Basis dan Premi Panen .......................................................................
Pengawasan Panen..............................................................................
Pengangkutan Tandan Buah Segar ..........................................................

3
3
3
3
4
4
4
5
5
6
6
7

METODE MAGANG .................................................................................
Tempat dan Waktu ..................................................................................
Metode Pelaksanaan ................................................................................
Pengamatan dan Pengumpulan Data ..................................................
Analisis Data dan Informasi ...............................................................

8
8
8
8
11

KEADAAN UMUM ...................................................................................
Letak Wilayah Administrasi ....................................................................
Keadaan Iklim dan Tanah ........................................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ............................................................
Keadaan Tanaman dan Produksi .............................................................
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ...............................................

12
12
12
13
13
14

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG...............................................
Aspek Teknis............................................................................................
Pengendalian Gulma ...........................................................................
Penunasan ...........................................................................................
Pemupukan .........................................................................................
Sarana dan Prasarana ..........................................................................
Sensus Pokok Mati .............................................................................
Sensus Ulat Api ..................................................................................
Pemanenan..........................................................................................

17
17
17
19
20
26
27
29
30

x

Aspek Manajerial .....................................................................................
Pendamping Mandor ..........................................................................
Mandor I .............................................................................................
Mandor Panen.....................................................................................
Mandor Pupuk ....................................................................................
Mandor Semprot .................................................................................
Kerani Buah ........................................................................................
Pendamping Asisten ...........................................................................

39
39
40
40
41
41
42
42

HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................
Kehilangan Produksi (Losses) .................................................................
Pengangkutan Tandan Buah Segar ..........................................................
Kriteria Matang Panen.............................................................................
Rotasi Panen ............................................................................................
Peralatan Panen .......................................................................................
Taksasi Produksi......................................................................................
Pengawasan Panen...................................................................................

44
44
48
50
53
55
56
60

KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan ..............................................................................................
Saran ........................................................................................................

61
61
62

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

63

LAMPIRAN ................................................................................................

64

xi

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT IIS Tahun
2006 - 2010 ....................................................................................

13

2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010

16

3. Persentase Unsur Hara dalam Abu janjang ....................................

22

4. Luas Seksi Panen di Afdeling II ...................................................

30

5. Kriteria Kematangan Panen di Kebun Buatan ...............................

32

6. Basis Borong dan Premi Potong Buah Harian di Afdeling II ........

36

7. Parameter Denda Karyawan Potong Buah .....................................

38

8. Hasil Pengamatan TBS Tinggal di Dalam Hanca di Kemandoran A
Afdeling II .....................................................................................

45

9. Jumlah Brondolan yang Tidak Dikutip di Kemandoran B ...........

45

10. Total Losses Berdasarkan Tahun Tanam (1989, 1990, 1991) di Blok
Afdeling II .....................................................................................

46

11. Pengamatan Kondisi Tanaman Tahun Tanam 1990 ....................

48

12. Hasil Pengamatan Kinerja Kerja Pemuat .....................................

49

13. Kriteria Matang Panen Berdasarkan Lubis (2008) ......................

50

14. Data Mutu Buah per Kemandoran Afdeling II ............................

51

15. Rekapitulasi Data Pengamatan Mutu Buah pada Afdeling II ......

51

16. Hubungan Rotasi Panen Terhadap Losses serta Mutu Buah........

53

17. Persentase Absensi Karyawan Panen Bulan Januari-Mei 2011 ...

54

18. Pengamatan Kematangan Panen pada Afdeling II .......................

57

19. Selisih Taksasi dengan Realisasi pada Tanggal 11 Mei (Rabu) ..

58

20. Tonase dan BJR di Afdeling III pada Bulan Mei .........................

59

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. a. Aplikasi Penyemprotan Gulma dengan Knapsack Sprayer RB-15;
b. Alat CDA.....................................................................................

19

2. Pemberian Limbah Cair di Lahan ...................................................

24

3. Penguntilan Pupuk ...........................................................................

25

4. Pemasangan Gorong-Gorong ...........................................................

27

5. Tanda Pengecatan Pokok yang akan Thinning Out .........................

28

6. Peletakan Tandan Buah Segar (TBS) di TPH ..................................

34

7. Hasil Pengamatan Mutu Buah pada Afdeling II ..............................

52

8. Alat-alat Panen di Kebun Buatan .....................................................

56

xiii

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas
(PHL) di PT Inti Indosawit Subur ...................................................

65

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di
PT Inti Indosawit Subur ..................................................................

67

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di
PT Inti Indosawit Subur ..................................................................

69

4. Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Tunggal Perkasa Plantations,
Indragiri Hulu, Riau Periode 2007-2010 ........................................

72

5 .Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ...............................

73

6. Peta Satuan Peta Tanah dan Kesesuaian lahan di PT Inti Indosawit
Subur, Pelalawan, Ria .....................................................................

74

7. Struktur Organisasi di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ...

75

8. Formulir Taksasi Potong Buah di Kebun Buatan ............................

76

9. Formulir Pemeriksaan Hanca yang Dilakukan oleh Mandor ...........

77

10. Formulir Pengangkutan Janjang di TPH yang Dilakukan dengan Truk
.........................................................................................................
78
11. Contoh Bon Pengantar TBS ...........................................................

79

12. Peta Seksi Panen pada Afdeling II di Kebun Buatan .....................

79

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati, merupakan salah
satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa
negara. Walaupun bukan merupakan tanaman asli Indonesia, produksi kelapa
sawit di Indonesia terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan
minyak kelapa sawit dunia. Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah
kelapa sawit berupa minyak sawit mentah (CPO atau Crude Plam Oil) yang
berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau Palm Kernel Oil) yang tidak
berwarna (jernih). Pada tahun 2010, luas perkebunan sawit di Indonesia telah
mencapai lebih dari 8.43 juta ha dengan produksi sebesar 19.76 juta ton CPO
(BPSRI, 2010). Menurut Sastrosayono (2008), minyak nabati kelapa sawit banyak
digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng dan margarin), industri
sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil,
kosmetik, dan sebagai biodiesel.
Keberhasilan dalam manajemen perkebunan kelapa sawit dapat dicapai
melalui pengelolaan kebun yang baik mulai dari pembukaan lahan hingga
pemanenan dan pasca panen. Baik dan buruknya pemeliharaan tanaman kelapa
sawit akan tercermin dari pemanenan dan produksi (Lubis, 2008).
Proses pemanenan pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan
memotong tandan buah masak, memungut brondolan, dan mengangkutnya dari
pohon ke TPH serta ke pabrik (Fauzi, 2008). Rangkaian ketiga kegiatan tersebut
harus dilaksanakan secara terpadu karena kepetingannya saling mempengaruhi.
Pemanen juga harus memperhatikan kriteria matang panen. Kriteria matang panen
merupakan indikator yang dapat digunakan untuk membantu pemanenan agar
memotong buah yang telah layak untuk panen.
Saat buah mulai masak, kandungan minyak dalam daging buah (mesokarp)
meningkat cepat. Peristiwa ini disebabkan karena adanya proses konversi
karbohidrat menjadi lemak dalam buah. Setelah kadar minyak dalam buah
maksimal, buah akan lepas (brondolan) dari tandannya. Asam lemak bebas dalam
buah akan terus naik. Perlu diperhatikan agar buah yang dipanen tidak terlalu

2

masak karena buah yang terlalu masak akan mengandung asam lemak bebas yang
tinggi yang dapat menyebabkan minyak mudah membeku sehingga menyulitkan
dalam proses transportasi minyak pada suhu kamar. Cara mendapatkan mutu dan
rendemen minyak sawit atau CPO yang baik yaitu dengan memperhatikan mulai
dari masa panen sampai lepas panen.
Pelaksanaan pemanenan dapat berjalan normal bila dikelola dengan baik
(Pahan, 2010). Oleh karena itu, aspek-aspek penting yang berkaitan dengan
manajemen pemanenan yaitu, persiapan panen, kriteria matang panen, sistem dan
rotasi panen, angka kerapatan panen, tenaga panen, teknis panen, premi panen dan
pengangkutan hasil panen harus diperhatikan.

Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah:
1.

Meningkatkan kemampuan professional dan keterampilan kerja dalam
memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit.

2.

Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan
perkebunan kelapa sawit.

Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah menganalisis dan mempelajari
secara langsung teknis dan permasalahan yang terjadi dalam proses pemanenan
kelapa sawit

3

TINJAUAN PUSTAKA

Teknis Panen
Panen merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari kegiatan budidaya
kelapa sawit. Pelaksanaan panen perlu dilakukan secara baik dengan
memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah
untuk mendapatkan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang
baik (Fauzi, 2008). Oleh karena itu, aspek pemanenan merupakan salah satu aspek
penting dalam budidaya kelapa sawit.

Persiapan Panen
Persiapan panen merupakan kegiatan penyiapan areal yang akan dipanen
sejak TBM hingga menjadi TM, penyediaan tenaga kerja dan alat-alat panen yang
diperlukan (Sunarko, 2009). Persiapan panen merupakan kegiatan yang perlu
dipersiapkan dengan baik dan terencana sampai kegiatan panen berlangsung.
Kegiatan persiapan panen antara lain perbaikan dan pengerasan jalan, perawatan
TPH, pembuatan dan perawatan pasar rintis (pasar panen), pembersihan pokok
jaringan, pemasangan jembatan dan titi panen dan lain-lain (Miranda, 2009).

Alat Perlengkapan Panen
Alat perlengkapan panen harus disiapkan dengan baik agar dapat berjalan
dengan lancar. Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda
bedasarkan tinggi tanaman (Pahan, 2010). Penggolongan alat kerja tersebut dibagi
menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat
TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH. Pisau egrek, dodos, kapak dan batu
asah merupakan alat yang digunakan untuk memotong TBS. Angkong, gancu dan
karung goni merupakan alat yang digunakan untuk membawa TBS ke TPH serta
tojok besi merupakan alat untuk bongkar muat TBS dari TPH ke PMKS.
Selain memperhatikan kelengkapan alat-alat panen, alat pelindung diri
(APD) untuk pemanen harus diperhatikan untuk menjaga keselamatan pemanen.

4

Kriteria Matang Panen
Kriteria matang panen merupakan indikasi yang tepat untuk membantu
pemanen agar memotong buah kelapa sawit yang telah layak panen. Menurut
Sunarko (2009) tingkat kematangan buah kelapa sawit juga dapat dilihat dari
perubahan warna dimana pada saat masih muda, buah kelapa sawit berwarna hijau
karena mengandung pigmen klorofil kemudian buah akan berubah menjadi warna
merah atau oranye akibat pengaruh pigmen beta karoten yang menandakan bahwa
minyak sawit yang terkandung di dalamnya telah tinggi dan buah akan lepas dari
tandannya (membrondol) .
Umumnya, kriteria lain yang dapat digunakan tergantung pada bobot
tandan yaitu bobot tandan > 10 kg sebanyak 2 brondolan/kg tandan dan untuk
berat tandan < 10 kg sebanyak 1 brondolan/kg tandan (Setyamidjaja, 2006).
Umumnya panen dilaksanakan antara 1-2 brondolan per kg tandan yang telah
jatuh ke tanah (Hakim, 2007).

Manajemen Panen

Sistem Panen
Secara umum sistem panen pada perkebunan kelapa sawit menggunakan
sistem hanca giring murni, sistem hanca tetap dan hanca giring tetap per
mandoran (Pahan, 2010). Terdapat kelebihan dan kekurangan pada sistem-sistem
panen tersebut. Kelebihan sistem hanca giring murni adalah pekerjaan lebih cepat
selesai karena selalu diawasi oleh mandor, memudahkan transport TBS dan
kemungkinan hanca tertinggal kecil sedangkan kekurangannya yakni, tanggung
jawab karyawan terhadap hancanya rendah, susah untuk menyelusuri kesalahan
yang dilakukan karyawan dan output karyawan rendah. Adapun kelebihan dari
sistem hanca tetap adalah tanggung jawab karyawan terhadap hancanya tinggi,
kondisi areal relatif bagus dan penguasaan terhadap areal tinggi sedangkan
kekurangannya yakni, ada kesan bahwa mandor malas, distribusi buah menyebar,
transport kurang efektif dan turnover karyawan tinggi. Pada sistem hanca giring
tetap per mandoran, kelebihannya adalah jumlah tenaga kerja dapat diatur (harus
ditambah/dikurangi) sesuai kebutuhan dan kondisi kematangan buah, antara

5

mandor dapat bersaing dengan sehat, menghindari kecemburuan di antara
karyawan karena hanca dapat ditukar/digilir dari pusingan yang satu ke
selanjutnya sedangkan kekurangannya yakni, tanggung jawab karyawan relatif
kecil dan jika ada pelanggaran sulit untuk dideteksi.

Rotasi Panen
Rotasi panen adalah waktu yang dibutuhkan antar panen yang terakhir dan
panen berikutnya di tempat yang sama. Rotasi panen tergantung dari kecepatan
buah matang. Menurut Pahan (2010), rotasi panen merupakan faktor yang paling
mempengaruhi pekerjaan panen. Rotasi panen juga dapat mempengaruhi
transport, pengolahan, biaya potong buah, persentase buah mentah, kesempurnaan
pengutipan brondolan dan kadar asam lemak bebas (FFA) (Hutagaol, 2009).
Rotasi panen biasanya menggunakan simbol 6/7 yang artinya enam hari kerja
dengan interval 7 hari, sehingga dalam satu bulan setiap seksi dipanen sebanyak 4
kali (Miranda, 2009). Umumnya rotasi dengan menggunakan sistem tersebut
masih sesuai dan buah tidak lewat matang.

Taksasi Produksi
Taksasi produksi adalah kegiatan menghitung jumlah tandan buah segar
(TBS) yang akan dipanen bedasarkan jumlah dan keadaan tandan bunga betina
yang akan menjadi tandan buah (Sunarko, 2009). Tujuan dari kegiatan ini adalah
untuk memudahkan pengaturan dan pelaksanaan kegiatan panen, sehingga
mencapai produksi yang maksimal. Adapun tujuan lain dari kegiatan ini adalah
untuk mengetahui perkiraan produksi harian, bulanan ataupun semesteran.
Taksasi harian digunakan untuk meramal besarnya produksi harian yang
tercemin pada angka kerapatan panen (AKP). Angka kerapatan panen
menujukkan persentase jumlah buah yang matang pada suatu seksi yang akan
dipanen. Perhitungan AKP dilakukan oleh mandor untuk mengetahui dan
meramalkan jumlah produksi TBS yang akan dipanen keesokan harinya dan
menentukan kebutuhan jumlah pemanen per hari. Selain itu, tujuan lainnya untuk
memudahkan dalam penyediaan dan pengaturan transportasi.

6

Cara mencarinya dapat dihitung dengan rumus:
Angka Kerapatan Panen (AKP) =

Jumlah Tandan Matang
Jumlah Pokok Contoh

Basis dan Premi Panen
Basis dan premi panen mempunyai hubungan yang sangat erat. Pemanen
harus mendapatkan basis terlebih dahulu jika ingin mendapatkan premi. Menurut
Pahan (2010), penetapan jumlah basis borong untuk setiap pemanen umumnya
didasarkan pada pertimbangan, yakni rata-rata kemampuan seorang karyawan
memanen TBS, keadaan tanaman dalam blok-blok yang bersangkutan, dan
kondisi spesifik setempat. Pembuatan dan penetapan premi panen harus
didasarkan pada biaya potong buah per kg TBS sesuai anggaran tahun berjalan
dan sistem premi sebelumnya (Pahan, 2010). Premi yang ditetapkan perusahaan
dapat berdasarkan jumlah janjang yang didapat atau jumlah bobot janjangan yang
didapat (Agricultural Policy Manual Asian Agri Group, 2011).
Premi dibagi menjadi 2 jenis, yakni premi siap borong dan premi lebih
borong. Premi siap borong adalah premi yang diberikan kepada pemanen pada
saat jumlah janjang panen sama dengan atau lebih dari basis borong yang telah
ditentukan sedangkan premi lebih borong adalah premi yang diberikan kepada
pemanen pada saat pemanen mendapat janjang panen yang lebih dari jumlah
janjang basis borong yang ditentukan.

Pengawasan Panen
Pengawasan panen diperlukan untuk mendapatkan produksi dan kualitas
yang baik. Pengawasan dilakukan dengan memeriksa hanca, mutu buah di TPH
dengan tujuan agar mutu hanca dan buah dapat terjaga serta mengurangi
terjadinya losses. Di perkebunan kelapa sawit, yang paling berperan dan
bertanggung jawab terhadap besar kecilnya losses produksi yaitu asisten Afdeling
(Pahan, 2010).
Pemanen yang melakukan kesalahan akan mempeloreh hukuman berupa
denda atau sanksi dengan tujuan agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan

7

panen secara benar dan diharapkan tidak mengulangi kesalahan yang telah
diperbuat.

Pengangkutan Tandan Buah Segar
Pengangkutan memiliki peranan penting dalam kegiatan pemanenan. TBS
dan brondolan harus segera diangkut ke PMKS untuk diolah pada hari itu juga.
Keterlambatan (restan) pengangkutan TBS ke PMKS akan mempengaruhi proses
pengolahan, kapasitas olah dan mutu produk akhir
Ketersediaan alat angkut yang cukup dan sarana jalan yang baik sangat
mendukung sistem pengangkutan TBS sehingga menjamin TBS tidak menginap
di lapang (restan). Kebutuhan alat angkut tergantung pada jumlah produksi,
kapasitas alat angkut dan waktu yang dibutuhkan alat angkut dari kebun ke pabrik
dan sebaliknya. Oleh karena itu pengangkutan juga menempati urutan yang
penting dalam sistem pemanenan kelapa sawit.
Dalam pemanenan, praktik manajemen sangat berpengaruh untuk
meningkatkan efisiensi produktifitas yaitu dalam memanen seluruh buah yang
masak dengan rotasi panen setiap minggu, pemberian pupuk yang efisien dan
efektif, pertumbuhan tanaman dan produksi TBS yang optimal, serta ketersediaan
air yang cukup sepanjang tahun. Menurut Pahan (2010), praktik manajemen
terbaik secara strategis akan memberikan data produksi blok tanaman yang
dirawat secara optimal.

8

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur
yang berada di Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau yang dilaksanakan mulai dari 1 Maret sampai 1 Juli 2011.
Metode Pelaksanaan
Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah
dengan melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai
tingkat jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu
sebagai karyawan harian lepas, pendamping mandor sampai menjadi pendamping
Asisten Afdeling. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung
jawab sebagai karyawan harian lepas (KHL) selama satu bulan pertama,
pendamping mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten selama dua
bulan terakhir. Secara khusus kegiatan magang akan lebih diarahkan pada aspek
pemanenan kelapa sawit.
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode
tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung
dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode
tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan
manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di
kantor

kebun.

Metode

tidak

langsung

juga

dapat

dilakukan

dengan

mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi
lokasi dan letak geografis kebun, keadaan tanah dan iklim, luas areal dan tata

9

guna lahan, kondisi pertanaman dan produksi, basis dan premi panen, realisasi
produksi di bulan Mei pada Afdeling III, absensi karyawan dari Januari-Mei 2011
pada Afdeling II , sistem pengawasan dan denda serta organisasi dan manajemen
pemanenan.
Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui
observasi lapangan maupun berupa hasil diskusi atau wawancara dengan Asisten
Afdeling, mandor dan karyawan. Pengumpulan data primer dilakukan melalui
pengamatan/kegiatan lapang terhadap kegiatan yang berlangsung di perkebunan.
Data primer difokuskan pada kegiatan panen seperti diuraikan dibawah ini:
1. Kehilangan Produksi (Losses)
Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan menghitung buah mentah
yang terpanen, buah masak tinggal di pokok dan di piringan (gawangan),
brondolan tertinggal, brondolan di potongan tangkai dan kondisi pokok. Penulis
mengamati kualitas kerja pemanen yang meliputi persentase TBS tinggal,
pengutipan brondolan dan brondolan di potongan tangkai. Penulis juga melakukan
pengamatan losses berdasarkan tahun tanam. Pengamatan berdasarkan persentase
TBS tinggal dilakukan di kemandoran A dengan mengambil 3 pemanen sebagai
sampel pada Afdeling II. Pengamatan pengutipan brondolan dan brondolan di
potongan tangkai dilakukan dengan mengambil 5 pemanen di kemandoran B pada
Afdeling II. Pengamatan TBS tinggal dan pengutipan brondolan dilakukan dengan
mengikuti kegiatan panen selama 1 hari untuk 1 pemanen dan hanya dilakukan 1
kali pengamatan untuk setiap pemanen. Losses berdasarkan tahun tanam
dilakukan dengan mengambil 5 pemanen di kemandoran C pada tahun tanam
1989, 1990, dan 1991 di Afdeling II. Setiap tahun tanam diamati 1 blok dan setiap
pemanen diamati satu kali pengamatan.
2. Kondisi tanaman
Pengamatan yang dilakukan dengan memperhatikan kondisi tanaman yang
gondrong (under pruning) dan tanaman yang memiliki pelepah sengkleh sehingga
memicu terjadinya losses. Pengamatan dilakukan dengan mengambil 2 pemanen
di setiap kemandoran (A, B dan C) dengan mengambil sampel 60-70 pokok per
pemanen. Pengamatan dilakukan dengan mengikuti kegiatan panen selama 1 hari
untuk 2 pemanen dan setiap pemanen diamati satu kali pengamatan.

10

3. Pengangkutan Tandan Buah Segar.
Pengamatan dilakukan dengan mengamati kinerja pemuat yang berhubungan
dengan faktor losses. Penulis mengambil 2 orang pemuat di kemandoran A dan B.
Aspek yang diamati yakni brondolan tinggal di TPH dan keefektifan dalam
pengiriman.
4. Kriteria Matang Panen
Pengamatan kriteria mutu buah dilaksanakan berdasarkan Lubis (2008)
dengan mengambil 5 pemanen di setiap kemandoran (A, B dan C). 1 pemanen
diambil 5 TPH dimana setiap mandoran diambil 3 ulangan (3 blok yang berbedabeda).
5. Rotasi Panen
Pengamatan rotasi panen dilakukan dengan mengamati pengaruh rotasi panen
terhadap losses dan mutu buah di Afdeling II serta mencari penyebab utama
terjadinya rotasi panen yang bertambah (> 10 hari) dengan mengamati tingkat
absensi karyawan panen selama lima bulan terakhir.
6. Peralatan Panen
Pengamatan dilaksanakan berdasarkan kondisi yang terjadi di lapangan
dengan memperhatikan kelengkapan alat-alat panen dan alat pengaman diri
(APD).
7. Taksasi Produksi
Pengamatan dilaksanakan dengan melakukan taksasi produksi harian secara
langsung di Afdeling II pada seksi yang berbeda-beda (A, B, C, D, E dan F).
Dengan menghitung taksasi produksi harian didapat pula persentase kematangan
panen dan kebutuhan jumlah pemanen.
8. Pengawasan Panen
Pengamatan pengawasan panen dilakukan bersama dengan Asisten Afdeling,
Mandor I dan Mandor panen. Pengamatan dilakukan berdasarkan dengan faktor
losses yang sering terjadi di lapangan. Selain itu, penulis bersama dengan QC
(quality control) juga melakukan kontrol buah terhadap penilaian mutu buah dan
kebersihan hanca.

11

Analisis Data dan Informasi
Data primer dan data sekunder yang dipeloreh, dianalisis secara deskriptif.
Analisis deskriptif dengan mencari rata-rata dan persentase hasil pengamatan lalu
diuraikan secara deskriptif dengan membandingkan terhadap norma baku yang
berlaku pada perkebunan kelapa sawit dan standar yang ditetapkan oleh
perusahaan. Analisis ini digunakan pada pengamatan losses (kehilangan
produksi), kondisi pokok, kriteria matang panen, rotasi panen, peralatan panen,
taksasi produksi dan pengawasan panen.

12

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administrasi
Wilayah perkebunan kelapa sawit Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit Subur
(IIS) berada di Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung,
Kecamatan Pangkalan Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Provinsi
Riau. Lokasi perkebunan terletak antara 01o 40’-102o 15’ BT dan 0o 05’-0o 43’
LS. Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya
yang menghubungkan Provinsi Riau dengan Provinsi Jambi.
Batas-batas lokasi kebun Buatan PT. Inti Indosawit Subur adalah sebelah
Utara berbatasan dengan Desa Kerinci Kanan, dan sebelah Selatan berbatasan
dengan Desa Pangkalan Kerinci.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson (1951), areal perkebunan di
Kebun Buatan termasuk dalam tipe A. Puncak musim hujan terjadi pada bulan
Mei dan Juni. Rata-rata curah hujan selama 4 tahun terakhir (2007-2010) adalah 2
251.5 mm/tahun dengan rata-rata hari hujan adalah 102 hari/tahun. Rata-rata
bulan kering 1.25 bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 9.75 bulan/tahun. Maka
dengan diketahuinya rata-rata bulan basah dan bulan kering di Kebun Buatan
dipeloreh nisbah sebesar 12.82% sehingga termasuk dalam tipe A. Suhu rata-rata
harian adalah 31 oC kisaran dengan kisaran 27oC-33oC. Data curah hujan dan hari
hujan di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 20072010 disajikan pada Lampiran 4.
Jenis tanah pada areal Kebun Buatan adalah Alluvial dan Podsolik Merah
Kuning. Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah
Podsolik Merah Kuning. Kedalaman tanah lebih dari 100 cm, tekstur tanah terdiri
dari lempung liat berpasir, lempung berpasir dan lempung. Pada areal yang relatif
datar, jenis tanahnya adalah alluvial. Kedalaman tanah lebih dari 100 cm, tekstur
lempung berpasir sampai pasir. Adapun peta satuan peta tanah dan sebaran kelas
kesesuaian lahan PT IIS dapat dilihat pada Lampiran 6.

13

Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun
inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut terdiri dari 6 Afdeling yang terdiri
dari Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III
dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1112 ha, Afdeling V dengan luas
883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Selain itu terdapat juga lahan
kemitraan pola PIR-Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit
Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling yaitu Afdeling VII dengan
luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha. Peta PT Inti Indosawit Subur
dapat dilihat pada Lampiran 5.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Jenis Tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan, PT Inti
Indosawit Subur adalah jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian
Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m
dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga
populasi per hektarnya 136 pokok. Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan,
populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama
dan penyakit, kemiringan tempat, dan jarak tanam yang tidak teratur.
Produktivitas dan bobot janjang rata-rata (BJR) TBS di Kebun Buatan PT Inti
Indosawit Subur tahun 2006-2010 disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT IIS Tahun
2006 - 2010
Tahun

2006
2007
2008
2009
2010

Luas
Areal
(ha)
5 549
5 549
5 549
5 549
5 549

Produksi
Jumlah TBS Bobot TBS
(tandan)
(ton)
6 583 304 129 094 480
6 486 647 133 869 140
6 348 920 140 089 790
6 182 967 143 665 640
5 376 461 126 851 010

Produktivitas
(ton/ha/tahun)

BJR
(kg/tandan)

22.73
23.57
24.67
25.77
22.84

19.61
20.64
22.07
23.24
23.59

Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011).

14

Berdasarkan data produktifitas, lahan di Kebun Buatan termasuk kategori
yang tinggi. Rata-rata produktifitas selama 5 tahun sebesar 23.91 ton/ha dan ratarata curah hujan selama 4 tahun yaitu 2 251 mm/tahun. Hal ini sesuai dengan
kriteria lahan kelas I yang menyatakan bahwa rata-rata produktifitas sebesar 22
ton/ha dengan curah hujan > 2 000mm/tahun (Sunarko, 2009).

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak
perusahaan dari PT Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang
General Manager yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit
usaha yang mencakup tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General
Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill
Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU).
Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan semua kegiatan di
Afdeling serta menjaga produksi dan mutu tetap optimal. Selain itu, menjamin
dalam kegiatan perawatan, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif,
efisien dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang telah ditetapkan.
Dalam menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten kepala
(Askep) yang bertugas membantu dalam pengawasan kegiatan di setiap Afdeling,
Asisten kepala membawahi asisten Afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab
langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager dan General Manager atas
pelaksanaan hasil kerja dari Afdeling yang dipimpinnya. Struktur organisasi PT
Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Lampiran 7.
Dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat Afdeling, Asisten Afdeling
bertanggung jawab untuk mengelola Afdeling secara menyeluruh, baik dalam hal
teknis di lapangan maupun dalam bidang administrasi Afdeling. Pengelolaan
teknis meliputi pemberian pengarahan dan instruksi kerja untuk kerani Afdeling,
mandor satu, mandor, dan PHL; melakukan pengawasan dan pengontrolan
terhadap pekerjaan dan mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan
pengelolaan administrasi di kantor yang dilakukan oleh Asisten Afdeling meliputi
pembuatan rencana kerja harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan

15

mengevaluasi laporan kerja mandor, laporan manajemen dan laporan lainnya,
serta membuat bon permintaan dan pengeluaran barang (BPPB).
Dalam melaksanakan tugasnya Asisten Afdeling dibantu oleh Mandor I,
Mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang mengawasi langsung pekerjaan di
lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada kerani
Afdeling yang bertugas di bagian adminstrasi di kantor Afdeling. Dalam
adminstrasi Afdeling, Kerani Afdeling juga dibantu oleh seorang kerani keliling
yang betugas memantau kesesuaian hasil kerja di lapangan dengan hasil laporan
dari mandor.
Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi
kebun. KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan
administrasi di gudang.
Status pegawai di kebun PT Inti Indosawit Subur terdiri atas karyawan tetap
(SKU) dan pekerja harian lepas (PHL). Jumlah karyawan staf dan non staf PT Inti
Indosawit Subur dapat dilihat pada Tabel 2.

16

Tabel 1. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010
No
1

2

Jabatan
Staf
General Manager
Estate Manager
Asisten Kepala
Asisten Afdeling
Asisten QC
Asisten Humas
Asisten By Product
Asisten Traksi
KTU
Non Staf
Tenaga kerja tak langsung
SKU B/H : - Traksi
SKU B/H : - Kantor
SKU B/H : - Afdeling

Jumlah
1
1
2
6
1
1
1
1
1

48
141
196

Tenaga Kerja langsung
SKU B/H : - Panen
SKU B/H : - Upkeep
Total SKU H/B + PHL

292
616
1293

Jumlah

1308

Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011)

Keterangan:
QC

: Quality Control

SKU B/H

: Standard Kerja Umum Buruh/Harian

17

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis

Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit umumnya difokuskan
pada 3 tempat, yaitu di piringan, pasar pikul dan TPH. Hal ini dikarenakan bahwa
ketiga tempat tersebut memiliki peranan masing-masing. Piringan sebagai tempat
penyebaran pupuk dan tempat jatuhnya tandan buah serta brondolan, sedangkan di
pasar pikul sebagai jalan pengangkutan buah ke TPH dan di TPH sebagai tempat
pengumpulan TBS ataupun brondolan sebelum diangkut ke PMKS.

Pengendalian gulma secara manual (Dongkel Anak Kayu). Dongkel
anak kayu adalah salah satu teknik pengendalian gulma secara manual.
Pengendalian gulma ini selain berfokus terhadap gulma berkayu juga melakukan
pembersihan di piringan dengan membersihkan pelepah-pelepah yang berada di
sekitar piringan dengan menyusun dengan letter “I” jika berada di dekat jalan raya
dan di daerah tanjakan atau menyusun dengan letter “U”. Gulma berkayu yang
dimaksud, yaitu: (1). Chromolaena odorata (putihan), (2).

Melastoma

malabathricum (senduduk atau senggani), (3). Lantana sp (bunga tahi ayam), (4).
Clidemia hirta (harendong atau akar kala). Pengendalian ini menggunakan
beberapa alat seperti alat cados (cangkul kecil) dengan cara membongkar gulma
sampai perakarannya dan tidak dibenarkan membabat (slashing) serta parang.
Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan oleh penulis pada TM 17 di Blok
B90b. Sistem kerja yang digunakan adalah sistem berdasarkan hari kerja (HK)
yang diperoleh. Waktu kerja dimulai dari pukul 07.00-14.00 WIB dan istirahat
dari pukul 11.30-12.00 WIB. Norma yang digunakan untuk pengendalian gulma
secara manual adalah 1 pasar pikul/2HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah
1⁄2 pasar pikul. Dari perolehan prestasi kerja, hasil kerja penulis masih dibawah
prestasi kerja PHL. Hal ini disebabkan oleh alat yang digunakan dipinjam dari
pekerja, cuaca yang sangat terik dan kemampuan fisik penulis.

18

Pengendalian gulma secara kimiawi. Pengendalian gulma secara kimia
merupakan kegiatan pengendalian yang pengaplikasiannhjija menggunakan alat
semprot. Alat semprot yang digunakan yaitu Controlled droplet applicator (CDA)
/Micron Herbi dan Knapsack sprayer. Pengendalian gulma secara kimiawi di
Kebun Buatan dibagi menjadi 2 tim unit semprot (TUS) yaitu (1). TUS yang
menggunakan Controlled droplet applicator (CDA); (2). TUS yang menggunakan
alat Knapsack sprayer.
Pengendalian dengan alat semprot CDA. Herbisida yang digunakan dalam
CDA antara lain (1). Bionassa (bahan aktif glifosat) + Lindomin (bahan aktif
2,4D) atau (2). Trychrophirl = Biolon. Sebelum pengaplikasian, kedua larutan
yang akan digunakan harus sesuai dengan anjuran asisten afdeling dan asisten
kebun agar sesuai dengan area yang akan disemprot. Kosentrasi larutan yang
digunakan juga berbeda-beda, yaitu (1). Bionassa (4 %) + Lindomin (2 %); (2).
Trychrophirl (0,5 %). Larutan ini sudah dilarutkan dalam tangki mobil dengan
kapasitas 275 liter lalu dipindahkan dan dimasukkan ke CDA dengan kapasitas 10
liter yang menggunakan nozzle nomor 3. Jenis gulma yang diberantas dengan
alat ini adalah jenis Asystasia, rumput-rumputan dan gulma anak kayu. Norma
kerja yang digunakan untuk penyemprotan gulma dengan CDA adalah 5 ha/HK,
sedangkan prestasi kerja penulis rata-rata adalah 1 ha/HK.
Pengendalian dengan alat semprot Knapsack sprayer RB-15. Herbisida
yang digunakan dalam Knapsack sprayer yaitu (1). Gramoxone (bahan aktif
paraquat) dengan konsentrasi 0,5 % + Trapp (bahan aktif Methyl metsolfuron)
dengan konsentrasi 0,03%; (2). Bionasa (bahan aktif glifosat) dengan konsentrasi
1 % + Lindomin (bahan aktif 2,4 D) dengan konsentrasi 0,25 %; (3). Trychropir
(bahan aktif Biolon) dengan konsentrasi 0,15 %. Jenis gulma yang diberantas
dengan alat ini adalah gulma yang tergolong anak kayu,

pakis-pakisan dan

kentosan. Norma kerja yang digunakan untuk penyemprotan gulma dengan
Knapsack sprayer adalah 3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis adalah ½
ha/HK. Kurangnya prestasi kerja dari penulis adalah karena kurangnya peralatan
yang diperlukan untuk melakukan kegiatan seperti alat semprot dan APD selain
itu juga karena kondisi fisik penulis.

19

Sebelum dilakukan penyemprotan, terlebih dahulu dilakukan briefing di
gudang untuk menentukan area yang akan disemprot. Setelah di lapangan, para
pekerja menggunakan alat pengaman diri (APD). Kecepatan jalan penyemprotan
harus diatur agar bahan yang digunakan tidak kurang dan berlebih.
Penyemprotan pada piringan dilakukan terhadap gulma yang berada
sekitar 2 meter dari batang kelapa sawit. Pada aplikasi herbisida di pasar pikul
dilakukan dengan lebar 1,5 meter. Hasil yang diharapkan yaitu dalam keadaan
yang bersih karena pasar pikul berfungsi sebagai jalan dalam pengerjaan dan
pengawasan pemanenan serta pemupukan. Pada pengendalian gulma di TPH
dilakukan dengan luas 3 m x 4 m dengan standar yang harus dipertahankan adalah
tidak ada gulma, tidak ada anak sawit, tidak ada brondolan tertinggal dan tidak
ada kotoran di TPH. Aplikasi penyemprotan gulma dengan Knapsack Sprayer dan
alat CDA dapat dilihat pada Gambar 1.

a

b

Gambar 1. (a) Aplikasi Penyemprotan Gulma dengan Knapsack Sprayer RB-15;
(b) Alat CDA
Penunasan
Penunasan adalah kegiatan pemotongan pelepah untuk menjaga luasan
permukaan daun (leaf area) yang optimum agar diperoleh produksi yang
maksimum, mempermudah pemanenan dan mengurangi kehilangan produksi
(losses). Losses yang sering terjadi akibat tidak berjalannya penunasan seperti
buah masak yang tertinggal di pokok serta brondolan tersangkut di ketiak pelepah.

20

Tujuan lain penunasan adalah agar menjaga sanitasi atau kebersihan tanaman
sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan hama dan
penyakit. Sistem penunasan yang berlaku di Kebun Buatan adalah progressive
pruning. Dalam mencapai produksi yang maksimum maka harus dihindari
terjandinya over pruning dan under pruning. Keadaan di lapangan menujukkan
bahwa terdapat pokok yang mengalami over pruning dan under pruning. Over
pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan yang
akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi dapat terjadi
karena berkurangnya areal fotosintesis, pokok mengalami stress yang terlihat
melalui peningkatan gugurnya bunga betina, peningkatan bunga jantan

dan

penurunan bobot janjang rata- rata (BJR), sedangkan under pruning adalah tidak
terbuangnya

sejumlah

pelepah

yang

tidak

berproduksi

lagi

sehingga

mengakibatkan berlebihnya unsur hara. Unsur hara yang berlebih ini dapat
mengganggu proses panen dan meningkatkan serangan penyakit Marasmius dan
Tirathaba. Untuk menghindari terjadinya kedua hal tersebut maka harus dilakukan
pengawasan yang ketat dan menggunakan tenaga kerja yang terampil dalam
menunas.
Kegiatan penunasan dilakukan penulis di Blok 91d (Inti 35). Pada saat
penulis melakukan kegiatan menunas, anggota tunasan berasal dari mandoran
dongkel anak kayu dan mandor sarana prasarana, sehingga dibuat geng khusus.
Geng khusus ini bersifat tidak tetap karena tidak berjalan setiap hari dan jumlah
anggotanya yang tidak tetap. Hal ini diakibatkan karena kegitan penunasan yang
seharusnya tidak berjalan (progressive pruning). Umumnya dalam 1 hari jumlah
anggota geng tunas berjumlah 12 orang yang terdiri dari 6 laki-laki dan 6
perempuan. Waktu pekerjaan yang dilaksanakan juga sama yaitu 7 jam dimana
basis pekerjaan yang ditetapkan untuk kegiatan ini adalah 300 pokok/12 HK,
sedangkan prestasi kerja yang dipeloreh penulis tidak ada kar