Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit (Elaeis Guineensis jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN
PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Oleh
TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU
A24070163

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

RINGKASAN
TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU. Pengelolaan Limbah
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit
Subur, Pelalawan, Riau. (Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI)
Kegiatan magang dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juli 2011.
Magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang
budidaya


tanaman

kelapa

sawit

sekaligus

pengolahannya,

memperoleh

pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa sawit baik
secara teknis maupun manajerial. Secara khusus magang ini mempelajari
pengelolaan limbah pabrik pengolahan limbah kelapa sawit dan efektivitas
pemanfaatan limbah dalam budidayanya.
Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti pekerjaan yang sedang
berlangsung di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Kegiatan teknis dilakukan
selama satu bulan di Afdeling II Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur. Kegiatan
teknis meliputi penunasan, perawatan jalan, pemupukan organik dan anorganik,

pengendalian gulma, pemanenan, sensus hama dan penyakit, sensus thinning out,
dan leaf sampling unit (LSU). Kegiatan manejerial sebagai mandor dilakukan
selama satu bulan di Afdeling II yang meliputi mandor I, mandor panen, mandor
pupuk dan mandor semprot. Kegiatan manajerial sebagai asisten dilakukan selama
dua bulan di Afdeling II dan IV yang meliputi asisten Afdeling dan asisten by
product.
Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur memiliki dua pabrik minyak kelapa
sawit (PMKS) yaitu PMKS Buatan I dan II. Limbah yang dihasilkan PMKS
Buatan adalah janjangan kosong (JJK), decanter solid (DS), palm oil mill effluent
(POME), fibre dan cangkang. Cangkang dan fibre dimanfaatkan di pabrik sebagai
umpan boiler sedangkan JJK, DS dan POME dikembalikan ke lahan sebagai
pupuk organik karena mengandung unsur hara dalam jumlah yang besar.
PMKS Buatan I menghasilkan JJK rata-rata 5 026 ton/bulan dan PMKS
Buatan II menghasilkan 4 845 ton/bulan. JJK yang dihasilkan dikirim ke Kebun
Buatan yang terbagi kedalam dua wilayah yaitu Wilayah I dan Wilayah II. Pada
Wilayah I tidak berpotensi restan dimana JJK yang dikirim oleh PMKS I lebih

iii
 


kecil dari prestasi tenaga kerja serak JJK yang terdapat di Wilayah I. Wilayah II
berpotensi restan dimana JJK yang dikirim oleh PMKS II lebih besar dari prestasi
tenaga kerja serak JJK yang terdapat di Wilayah II.
POME yang dihasilkan oleh PMKS Buatan dimafaatkan kembali ke lahan
dengan cara land application dan ditampung dalam flatbed yang tersedia di lahan.
Jumlah flatbed Wilayah I 18 587 dan Wilayah II 20 011. POME yang dihasilkan
dan dialirkan oleh PMKS Buatan belum mencukupi untuk mengisi seluruh flatbed
yang tersedia di lahan. Hal ini akan berdampak pada rotasi pengaliran POME
menjadi lebih panjang dan banyak flatbed yang tidak terisi.
Aplikasi JJK dan POME pada lahan memberikan dampak yang positif
terhadap pengurangan pupuk anorganik. Dosis pupuk ZA, MOP, RP dan dolomit
lebih besar pada lahan yang tidak diaplikasi limbah dari pada lahan yang
diaplikasi JJK dan POME. Hasil aplikasi JJK dan POME menghasilkan
produktivitas dan berat janjang rata-rata (BJR) yang tidak berbeda nyata dengan
areal yang diaplikasi pupuk anorganik. Dengan demikian aplikasi JJK dan POME
tersebut telah dapat mengurangi penggunaan dosis pupuk anorganik sekaligus
juga dapat memanfaatkan limbah dan mengurangi dampak negatifnya.

 
 


WASTE MANAGEMENT OF OIL PALM (Elaeis guineensis Jacq.)
IN KEBUN BUATAN PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN,
RIAU

Abstract
Waste management aspect was the focus of

internship in PT Inti

Indosawit Subur from March to June 2011. Besides producing the Crude Palm
Oil (CPO) and Kernel Palm Oil (KPO), palm oil industry also produces waste that
should be management properly. PT Inti Indosawit Subur has 5.549 ha of palm oil
plantation. The processing unit produce some wastes such empty fruit bunch
(EFB), palm oil mill effluent (POME), and solid. EFB, POME and Solid have
been used in field as organic fertilizer that can reduce usage of

inorganic

fertilizer. The observation was made on the performance from different block with

different treatment of fertilizer / waste application of the workers who spread the
empty fruit bunch, the POME flow rotation, flatbed average size, and comparing
the crop production. From observation, there was suggested that application of
EFB should be improved on supervising to avoid restand. Aplication of POME
should also be improved on rotation of application to match with schedule. The
comparison of productivity and average weight of fruit bunch proved that
application of EFB and POME were effective to reduce inorganic fertilizer
without reducing productivity and weight of fruit bunch.

Key words: Oil palm, waste management

PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN
PT INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh

TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

Judul

: PENGELOLAAN LIMBAH KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUATAN PT
INTI INDOSAWIT SUBUR, PELALAWAN, RIAU
Nama

: TUAN GUNTUR SARIAMAN PASARIBU

NIM

: A24070163


Menyetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi
NIP. 19681101 199302 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP. 19611101 198703 1 003

Tanggal Disetujui :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kisaran, Kabupaten Asahan, Propinsi Sumatera Utara
pada tanggal 30 Agustus 1988. Penulis merupakan anak keempat dari empat
bersaudara dari Bapak Berlopen Pasaribu, BA dan Ibu Sri Pintauli Lumban
Tobing.

Pada tahun 2000 penulis lulus dari SD Swasta Panti Budaya Kisaran,
kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 3 Kisaran
dan akhirnya lulus dari SMA Negeri 1 Kisaran pada tahun 2006. Pada tahun 2007
penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi
Penerimaan Mahasiswa Baru) sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian.

KATA PENGANTAR
Puji

dan

syukur

hadirat

Tuhan

Yang


Maha

Esa

yang

telah

menganugrahkan rahmat serta kemurahanNya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Pengelolaan Limbah
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana,
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama pembuatan skripsi.
2. Kedua orang tua yang selalu mendukung dan memberikan motivasi sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
3. Saudara penulis (Berlita Pasaribu, S.Si, Sutan Parlindungan Pasaribu, S.Th,

dan Jayanti Pasaribu, Amd) yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
4. Ir. Faisal, Ir. Benyamin dan Ir. Viktor Brahmana selaku Manajer Kebun
Buatan, Manajer Asian Agri Learing Institut dan Asisten Kepala Asian Agri
Learning Institut yang telah membimbing penulis selama melaksanakan
magang.
5. Teman-teman inti diaspora (Riko, Afrian, Stefany dan Yusenda) yang selalu
setia memberikan dukungan kepada penulis.
6. Merry, Loreta, Memei, Midian dan teman-teman AGH angkatan 44 lain yang
atas dukungannya selalu.
7. Teman-teman selama melaksanakan kegiatan magang (Syaharizan Mahyudin,
Josia Dading dan Parulian Julio) atas perjuangan yang telah dilalui bersama.
8. Baskom Forever (Eko, Loris, Martua, Rendra, Cici, Undu, Sauqi Baqs, Sriyo,
Albertus, Fahri dan teman-teman lainya) atas persahabatan yang telah dijalin.
9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Bogor, September 2011
Penulis

DAFTAR ISI


Halaman
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang ............................................................................................... 1
Tujuan ............................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................................3
Botani Kelapa Sawit ...................................................................................... 3
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit ........................................................................ 4
Limbah Padat ................................................................................................. 4
Solid Basah .................................................................................................... 6
Limbah Cair ................................................................................................... 6
METODE MAGANG ..............................................................................................8
Waktu dan Tempat......................................................................................... 8
Metode Pelaksanaan ...................................................................................... 8
Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................................. 8
Analisis Data dan Informasi .......................................................................... 9
KEADAAN UMUM ..............................................................................................10
Letak Wilayah Administrasi ........................................................................ 10
Keadaan Iklim dan Tanah ............................................................................ 10
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ................................................................ 10
Keadaan Tanaman dan Produksi ................................................................. 11
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan ................................................... 11
PELAKSANAAN MAGANG ...............................................................................14
Aspek Teknis ............................................................................................... 14
Aspek Manajerial ......................................................................................... 40
PEMBAHASAN ....................................................................................................45
Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Dosis Pupuk ..................................... 54
Pengurangan Pupuk Anorganik dari Aplikasi JJK dan POME ................... 56
Pengaruh Aplikasi Limbah Terhadap Produktivitas dan BJR ..................... 57
Dampak Aplikasi Limbah Terhadap Kualitas Air ....................................... 58
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................60
Kesimpulan .................................................................................................. 60
Saran ............................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................61
LAMPIRAN ...........................................................................................................63 
 

DAFTAR TABEL
 
No.

Halaman

1.

Unsur Hara yang Terkandung dalam JJK ...................................................... 5

2.

Potensi dan Pemanfaatan JJK dari PKMS sebagai Hara ............................... 5

3.

Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur
Tahun 2006 - 2010 ....................................................................................... 11

4.

Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 ........... 12

5.

Jumlah pelepah yang Dipertahankan Berdasarkan Umur Tanaman ............ 15

6.

Fraksi Kematangan Buah............................................................................. 25

7.

Basis dan Premi Lebih Borong pada Afdeling IV ....................................... 27

8.

Jenis Kesalahan dan Denda pada Pelaksanaan Potong Buah ...................... 28

9.

Standar Oil Losses dan Kernel Losses ......................................................... 33

10.

Unsur Hara yang Terkandung dalam Decanter Solid .................................. 36

11.

Kesetaraan Nilai Unsur Hara POME dengan Pupuk Anorganik ................. 39

12.

Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan I ................................................... 45

13.

Limbah yang Dihasilkan PMKS Buatan II .................................................. 46

14.

JJK yang Diaplikasikan pada Kebun Buatan ............................................... 47

15.

Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah I....................................... 51

16.

Rata-rata Ukuran dan Volume Flatbed Wilayah II ..................................... 51

17.

Rata rata Volume Limbah Cair (POME) yang Dialirkan oleh PMKS
Buatan I dan II ............................................................................................. 53

18.

Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap Produktivitas ..................................... 58

19.

Pengaruh Aplikasi Limbah terhadap BJR ................................................... 58 

 

DAFTAR GAMBAR

No.

Halaman

1.

Pemasangan gorong gorong pada badan jalan..............................................17

2.

Aplikasi JJK pada areal pertanaman kelapa sawit ....................................... 35

3.

Kolam Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ....................................... 38

4.

Flatbed di lapangan berisi limbah cair ........................................................ 39

5.

Layout aplikasi JJK di lahan ........................................................................ 47

6.

Layout flatbed pada lahan aplikasi POME .................................................. 50

7.

Dosis pupuk ZA pada blok E91f, D91a dan A91e ...................................... 54

8.

Dosis pupuk MOP pada blok E91f, D91a dan A91e ................................... 55

9.

Dosis pupuk RP pada blok E91f, D91a dan A91e ...................................... 55

10.

Dosis pupuk dolomit pada blok E91f, D91a dan A91e ............................... 56 

 
 

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman

1.

Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL)
di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur................................................... 64

2.

Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur .................................................................. 66

3.

Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur .................................................................. 69

4.

Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun Buatan, PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 ........................................................... 74

5.

Peta Sebaran Kelas Kesesuaian Lahan PT Inti Indosawit Subur................. 75

6.

Peta Tahun Tanam Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur2010................ 76

7.

Struktur Organisasi Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur .......................77

8.

Layout IPAL PMKS Buatan ........................................................................ 78

9.

Peta Rotasi Pengisian POME pada PMKS Buatan I ................................... 79

10.

Hasil Uji-t terhadap BJR Menggunakan Minitab 14 ................................... 80

11.

Hasil Uji-t terhadap Produktivitas Menggunakan Minitab 14..................... 81

12.

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP Lahan Kontrol ............................ 82

13.

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 1 .................................................. 83

14.

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 2 .................................................. 84

15.

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada SP 3 .................................................. 85

16.

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Down Stream ................................... 86

17.

Hasil Pemeriksaan Kualitas Air pada Up Stream ........................................ 87 

 

PENDAHULUAN
 

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman pendatang dari
Afrika Barat yang dapat dibudidayakan di Indonesia. Pada saat ini, tanaman ini
merupakan salah satu tanaman komoditas ekspor non migas yang sangat penting
yang dapat membantu perekonomian Indonesia. Sebagai salah satu komoditas
perkebunan, kelapa sawit berperan dalam pembangunan nasional karena
menghasilkan sumber devisa bagi negara.
Saat ini terjadi peningkatan produksi nasional CPO seiring dengan
peningkatan areal lahan untuk budidaya kelapa sawit. Tahun 2005 tercatat luas
seluruh areal perkebunan kelapa sawit sebesar 5 453 817 ha dan pada tahun 2009
terjadi peningkatan yang sangat signifikan mencapai 50% menjadi 7 508 023 ha
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010). Peningkatan areal perkebunan kelapa
sawit diikuti juga dengan peningkatan produksi CPO. Pada tahun 2005 produksi
CPO sebesar 11 861 615 ton dan pada tahun 2009 mencapai 18 640 881 ton
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2010).
Pengembangan industri kelapa sawit juga diikuti dengan pengembangan
Pabrik Minyak Kelapa Sawit (PMKS). Pengelolaan PMKS yang tidak baik dapat
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pengembangan PMKS juga akan
meningkatkan limbah yang dihasilkan. Jenis limbah yang dihasikan

berupa

limbah cair, padat maupun basah. Limbah padat berupa Janjangan Kosong (JJK),
fibre dan cangkang. Selain limbah padat, juga dihasilkan limbah cair (effluent)
berupa lumpur (sludge). Dalam proses pengolahan Tandan Buah Segar (TBS)
menjadi minyak kelapa sawit, setiap ton TBS yang diolah di pabrik akan
menghasilkan 220 kg tandan kosong, 670 kg limbah cair, 70 kg cangkang, dan 30
kg palm kernel cake (Buana dan Sihaan, 2003).
Aplikasi limbah cair PMKS di perkebunan kelapa sawit sebagai pupuk
telah dilakukan pada tanaman kelapa sawit menghasilkan di Indonesia. Aplikasi
limbah cair memiliki keuntungan antara lain dapat mengurangi biaya pengolahan
limbah cair dan dapat berfungsi sebagai pupuk. Limbah cair PMKS dengan
tingkat BOD antara 3 500 - 5 000 mg/l dapat langsung dipakai sebagai pupuk

2
 

pada tanaman kelapa sawit (Sutarta et al., 2003). Pengaruh positif dari
pemanfaatan limbah cair tersebut antara lain peningkatan produksi kelapa sawit
dan perbaikan sifat kimia dan fisika tanah.
JJK berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi pupuk organik. Potensi JJK
sebagai pupuk berkaitan dengan materi JJK yang merupakan bahan organik
dengan kandungan hara cukup tinggi. Aplikasi JJK secara langsung sebagai mulsa
di perkebunan kelapa sawit secara umum dapat meningkatkan kadar N, P, K, Ca,
Mg, C-organik dan KTK tanah. Secara ekonomis, aplikasi JJK sebagai mulsa di
perkebunan kelapa sawit memberikan tambahan pendapatan sekitar 34%
dibandingkan dengan pemupukan biasa (Sutarta et al., 2003).
Potensi

yang

dapat

ditimbulkan

industri

kelapa

sawit

dan

mempertimbangkan potensi bahan organik yang terkandung dalam limbah kelapa
sawit menuntut suatu perkebunan kelapa sawit untuk mengelola limbahnya.
Langkah tersebut merupakan upaya untuk mengurangi dampak negatif demi
mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan. Salah satu pemanfaatan
limbah kelapa sawit adalah pemanfaatan limbah sebagai pupuk. Limbah industri
kelapa sawit memiliki kekhasan berupa kandungan hara yang tinggi. Kandungan
bahan organik ini dapat dimanfaatkan dengan mengembalikannya kembali ke
lahan sehingga menguntungkan serta mempunyai nilai ekonomi yang tinggi.
Tujuan
Kegiatan magang ini secara umum bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit sekaligus pengolahannya,
memperoleh pengalaman dan keterampilan kerja dalam pengolahan kebun kelapa
sawit baik secara teknis maupun manajerial. Tujuan khusus dari kegiatan magang
ini adalah untuk mempelajari pengelolaan limbah pabrik pengolahan limbah
kelapa sawit dan efektivitas pemanfaatan limbah dalam budidayanya.

 
 

 

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah
Divisi

: Tracheophyta

Sub divisi

: Ptereopsida

Kelas

: Angiospermae

Sub kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Cocoidae

Famili

: Palmae (Aracaceae)

Sub famili

: Cocoidae

Genus

: Elaeis

Spesies

: Elaeis guineensis Jacq

Elaeis berasal dari Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani.
Guineensis berasal dari kata guinea yang berarti daerah di pantai Barat Afrika.
Jacq berasal dari nama botani Amerika yaitu Jacquin (Lubis, 1992). Kelapa sawit
tumbuh sebagai tanaman liar (hutan), setengah liar, dan sebagai tanaman budidaya
yang tersebar di berbagai negara beriklim tropis bahkan mendekati subtropis di
Asia, Amerika Selatan, dan Afrika (Setyamidjaja, 2006).
Pada saat ini varietas yang sering dipakai di perkebunan adalah varietas
Dura, Pisifera dan Tenera. Dura memiliki daging buah (mesocarp) yang tebalnya
berkisar 2-6 mm, sedangkan cangkang (pericarp) tebalnya berkisar 2-5 mm.
Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm) tetapi tidak memiliki
cangkang. Jika Dura dikawinkan dengan Pisifera maka akan menghasilkan
varietas baru yang disebut Tenera yang memiliki daging buah tebal (3-10 mm)
dan cangkang tipis berkisar 1-2.5 mm (Mangoensoekarjo, 2005).
Kelapa sawit memiliki sistem perakaran serabut yang terdiri dari akar
primer, sekunder, tersier dan kuartener (Pahan, 2008). Akar primer umumnya
berdiameter 6-10 mm, keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horizontal.
Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang berdiameter 2-4 mm.
Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0.7-1.2 mm
dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuartener yang tidak memiliki

4
 

lignin dengan panjang 1-4 mm berdiameter 0.1-0.3 mm. Sistem perakaran yang
aktif berada pada kedalaman 5-35 cm. Sebagian besar perakaran kelapa sawit
berada dekat permukaan tanah. Jika aerasi cukup baik, akar tanaman kelapa sawit
dapat menembus kedalaman 8 meter di dalam tanah, sedangkan yang tumbuh
kesamping bisa mencapai radius 16 m. Keadaan ini tergantung pada umur
tanaman, sistem pemeliharaan dan aerasai tanah (Sastrosayono, 2008). Sistem
perakaran seperti ini menyebabkan tanaman tidak tumbang.
Syarat Tumbuh Kelapa Sawit
Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu udara 27oC
dengan suhu maksimum 33oC dan suhu minimum 22oC sepanjang tahun (Buana
dan Sihaan, 2000). Curah hujan yang optimal untuk menunjang pertumbuhan
tanaman kelapa sawit berkisar 1 750 - 2 500 mm. Kelembaban nisbi kelapa sawit
berkisar antara 50-90%. Lama penyinaran matahari yang optimal adalah 6 jam per
hari. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian kurang
dari 400 m di atas permukaan laut.
Bentuk dan kondisi tanah yang sangat berpengaruh pada produktivitas
kelapa sawit. Bentuk wilayah yang sesuai untuk kelapa sawit adalah datar sampai
berombak dengan kemiringan lereng 0-8%. Secara umum, kelapa sawit dapat
tumbuh dan berproduksi dengan baik pada tanah tanah ultisol, entisol, inceptisol,
andisopls dan histosol. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik jika tanah tersebut
memiliki drainase yang baik dan pH berkisar antara 5-6 (Sastrosayono, 2008).
Limbah Padat
Janjangan kosong (JJK) merupakan produk dari PMKS setelah TBS di
proses sterilizer dan stripper. JJK kaya akan materi organik dan nutrisi bagi
tanaman. Menurut Lubis (1992) manfaat janjang kosong kelapa sawit adalah
1. Meningkatkan KTK (kapasitas tukar kation) dan pH tanah
2. Mengandung unsur hara N, P, K dan Mg.
3. Dapat berperan sebagai mulsa karena dapat menurunkan terperatur tanah,
mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi erosi, dan menekan
pertumbuhan gulma.
 
 

5
 

4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah karena JJK memiliki ratio C/N yang
cukup tinggi.
Aplikasi JJK sangat sesuai untuk menggantikan sebagian kebutuhan pupuk
anorganik, asalkan pasokan haranya sebanding dengan pupuk anoganik tersebut.
Informasi mengenai status hara daun diperlukan sebagai salah satu pertimbangan
dalam menentukan kebutuhan pupuk tanaman menghasilkan kelapa sawit.
Meskipun demikian, hasil analisis daun dan juga tanah bukan menyatakan besaran
pupuk yang harus diberikan tetapi hanya menggambarkan status hara pada
tanaman (Lubis, 1992). Unsur hara yang terkandung dalam JJK disajikan dalam
Tabel 1.
Tabel 1. Unsur Hara yang Terkandung dalam JJK
% Unsur Hara JJK
Hara utama
Kisaran
Rata - rata
Nitrogen (N)
0.32 - 0.43
0.37
Fosfor (P)
0.03 – 0.05
0.04
Potassium (K)
0.89 – 0.95
0.91
Magnesium (Mg)
0.07 – 0.10
0.08
Sumber : Pahan (2008)

Kesetaraan pupuk
(kg/ton JJK)
8.00 kg Urea
2.90 kg RP
18.30 kg MOP
5.00 kg Kieserit

JJK yang diproduksi oleh PKMS pertahunnya sangat besar sehingga
memerlukan penanganan yang tepat agar bermanfaat dan tidak mengganggu
kegiatan produksi kebun. Produksi JJK berkisar antara 31 200 – 62.400 ton/tahun.
JJK banyak mengandung unsur hara sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik. Potensi dan pemanfaatan JJK dari PMKS disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Potensi dan Pemanfaatan JJK dari PKMS sebagai Hara
Kapasitas pabrik
JJK
Luasan yang dapat di aplikasi
(ton/jam)*
(ton/tahun)**
(ha/tahun)***
30
31 200
780
45
46 800
1 170
60
62 400
1 560
Keterangan : * jam kerja pabrik 12 jam/hari; hari kerja dalam setahun = 260hari
** 20% TBS merupakan JJK
*** dosis aplikasi JJK 40 ton/ha
Sumber : Buana dan Sihaan, 2003
Selain sebagai pupuk, JJK juga dapat dimanfaatkan sebagai mulsa.
Pemanfaatan JJK sebagai mulsa memerlukan waktu yang relatif lama yaitu enam
bulan sampai satu tahun. JJK yang dipotong-potong kemudian ditaburkan di atas
 
 

6
 

tanah dapat mengurangi kebutuhan pemupukan dengan pupuk sintesis sebanyak
50% (Said, 1994).
Solid Basah
Solid basah merupakan limbah padat yang dihasilkan dari pengolahan
TBS di PMKS yang mengalami sistem decanter. Pemanfaatannya sama seperti
JJK yaitu sebagai bahan pengganti pupuk anorganik. Pemanfaatan solid basah
sebagai bahan pengganti pupuk anorganik di lapangan akan menekan penggunaan
dan biaya pupuk anorganik.
Sumber utama dihasilkannya solid basah adalah pada saat proses
pemurnian minyak (sterilisasi). Pada proses ini minyak akan dipisahkan dari
lumpur (sludge) melalui proses pengendapan (Pahan, 2008). Sludge terdiri dari
padatan, cairan, dan sedikit minyak. Dosis pemberian solid basah di lapangan
disesuaikan dengan dosis pemupukan anorganik melalui hasil analisis contoh
daun.
Limbah Cair
Pengolahan TBS di PMKS menghasilkan dua bentuk limbah cair yaitu air
kondensant dan effluent. Air kondensant biasa digunakan sebagai umpan boiler
untuk mengoprasikan mesin pengolahan kelapa sawit. Effluent yang banyak
mengandung unsur hara dimanfaatkan sebagai bahan pengganti pupuk anorganik.
Pencemaran lingkungan akibat limbah cair dapat diatasi dengan cara
mengendalikan limbah cair tersebut secara biologis. Pengendalian biologis
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan bakteri anaerob (Tobing dan
Darmoko, 1992). Penanganan dan perlakuan limbah cair dilakukan dengan
metode kolam pendingin.
Pemberian limbah cair dilakukan berdasarkan keadaan limbah cair tersebut
yang dinyatakan dengan BOD (biological oxygen demand). Parameter lain yang
digunakan antara lain : pH, COD (Chemichal Oxygen Demand), TS (Total Solid),
dan SS (Suspended Solid). BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
organisme untuk menguraikan bahan organik secara biologis didalam limbah cair
pada waktu dan suhu tertentu. COD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan
 
 

7
 

oleh organisme untuk menguraikan bahan organik secara kimiawi. Hubungan
antara BOD dan COD tidak dapat digariskan secara tepat, tetapi besar nilai COD
akan lebih tinggi dibandingkan dengan nilai BOD.
Limbah cair pabrik kelapa sawit yang belum diolah mempunyai BOD
sekitar 25 000 mg/liter. Limbah cair kelapa sawit mengandung padatan suspensi
dengan minyak dengan kadar yang tinggi. Padatan tersebut bila masuk kedalam
perairan akan mengendap, terurai secara perlahan, mengkonsumsi oksigen yang
ada didalam air, mengeluarkan bau yang tidak enak dan merusak tempat
pembiakan ikan. Sifat limbah cair yang merusak kualitas ekologi perairan tempat
pembuangan, maka limbah cair pabrik kelapa sawit harus dikelola dengan baik
sehingga jumlah/debitnya dan kualitasnya layak untuk dibuang ke perairan umum
(Buana dan Sihaan, 2003)

 
 

 

METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan pada Maret hingga Juni 2011 di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur, Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten
Pelalawan, Provinsi Riau.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang ini dilaksanakan secara langsung dengan mengikuti dan
mempelajari seluruh kegiatan di lapangan sebagaimana kegiatan Karyawan
Harian Lepas (KHL) selama satu bulan, pendamping mandor selama satu bulan
dan dua bulan sebagai pendamping Asisten Afdeling. KHL adalah pelaksana
langsung pekerjaan di kebun yang bertugas melaksanakan segala kegiatan kebun
yang diperintahkan sesuai dengan kebutuhan kebun. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan selama menjadi KHL meliputi pemanenan, pemupukan, pengendalian
gulma, sensus hama dan penyakit, serak janjangan kosong (JJK), prasarana, Leaf
Sampling Unit (LSU), sensus Thining Out (TO) dan penunasan. Jurnal selama
melakukan kegiatan magang sebagai KHL disajikan pada Lampiran 1.
Kegiatan yang dilaksanakan sebagai pendamping mandor meliputi
pengawasan kegiatan di kebun, penentuan tenaga kerja dan pembuatan laporan
hasil kegiatan. Jurnal selama melaksanakan kegiatan magang sebagai pendamping
mandor disajikan pada Lampiran 2. Pada saat menjadi pendamping Asisten
Afdeling, kegiatan yang dilaksanakan adalah mengevaluasi hasil kegiatan kebun,
mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan (kontrol lapangan) untuk
mengetahui cara penilaian hasil kerja mandor dan membantu asisten dalam
menyelesaikan administrasi kebun serta mencari pemecahan masalah yang ada di
kebun. Jurnal kegiatan magang sebagai pendamping asisten disajikan pada
Lampiran 3.
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan sekunder. Data sekunder yang diperoleh dari kebun meliputi lokasi

9
 

dan letak geografis kebun, organisasi dan manajemen perusahaan, keadaan tanah
dan iklim, luas areal dan tata guna lahan, kondisi pertanaman, produksi kebun,
produksi dan kualitas limbah dari PMKS.
Pengamatan data primer dilakukan melalui pengamatan langsung di
lapangan. Data pengamatan dipusatkan pada kegiatan pengelolaan limbah pabrik
minyak kelapa sawit (PMKS) meliputi JJK dan POME. Pengamatan pada
pengelolaan JJK dilakukan dengan mengamati prestasi kerja BHL serak JJK
kemudian dibandingkan dengan jumlah JJK yang dikirim oleh PMKS.
Pengamatan pada pengelolaan POME dilakukan dengan mengukur flatbed yang
ada di lahan serta menghitung POME yang dapat ditampung kemudian
membandingkannya dengan POME yang dihasilkan oleh PMKS.
Analisis Data dan Informasi
Data primer dan sekunder yang diperoleh dianalisis mengunakan nilai rata
rata, persentase, dan pegujian statistik lainya. Analisis produksi dilakukan dengan
uji-t student menggunakan minitab 14.

 
 

 

KEADAAN UMUM

Letak Wilayah Administrasi
Wilayah perkebunan kelapa sawit Kebun Buatan, PT. Inti Indosawit Subur
berada di Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan
Pangkalan Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau.
Lokasi perkebunan terletak antara 101o 40’ – 102o 15’ BT dan 0o 05’ – 0o 43’ LS.
Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya
yang menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Jambi.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson areal perkebunan termasuk
dalam tipe A. Puncak musim hujan terjadi pada bulan September dan Oktober,
sedangkan puncak musim kemarau terjadi pada bulan Mei dan Juni. Rata-rata
curah hujan selama 4 tahun terakhir (2007-2010) adalah 2 251.5 mm/tahun
dengan rata-rata hari hujan adalah 102 hari/tahun. Rata-rata bulan kering 1.25
bulan/tahun dan rata-rata bulan basah 9.75 bulan/tahun. Suhu rata–rata harian
adalah 31oC kisaran 27–33oC per hari. Data curah hujan dan hari hujan di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau, Periode 2007-2010 disajikan
pada Lampiran 4.
Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning.
Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik
merah kuning. Kedalaman tanah lebih dari 100 cm, tekstur tanah terdiri dari
lempung liat berpasir, lempung berpasir dan lempung. Peta kelas kesesuaian lahan
PT Inti Indosawit Subur disajikan pada Lampiran 5.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun
inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik 6 Afdeling yang terdiri dari
Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III
dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas
883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Peta tahun tanam Kebun Buatan PT

11
 

Inti Indosawit Subur 2010 disajikan pada Lampiran 6. Selain itu terdapat juga
lahan plasma (kerjasama masyarakat dengan perusahaan ) dengan luas 10 946 ha
serta lahan KKPA (Kredit Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling
yaitu Afdeling VII dengan luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Jenis tanaman kelapa sawit yang ditanam di Kebun Buatan PT Inti
Indosawit Subur adalah jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian
Perkebunan Marihat. Jarak tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m
dengan jarak antar barisan 7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga
populasi per hektarnya 136 pokok. Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan,
populasi tanaman rata-rata per hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya.
Hal tersebut disebabkan oleh adanya tanaman yang mati karena terserang hama
dan penyakit, kemiringan tempat, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya.
Produktivitas dan Bobot Janjang Rata-rata (BJR) TBS Kebun Buatan PT Inti
Indosawit Subur tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produktivitas dan BJR TBS di Kebun Buatan PT Inti Indosawit
Subur Tahun 2006 - 2010
Produksi
Produktivitas
BJR
Tahun
Luas
Areal
(ton/ha)
(kg/tandan)
Jumlah TBS Bobot TBS
(ha)
(tandan)
(ton)
2006
5.549
6 583 304 129 094 480
22.73
19.61
2007
5.549
6 486 647 133 869 140
23.57
20.64
2008
5.549
6 348 920 140 089 790
24.67
22.07
2009
5.549
6 182 967 143 665 640
25.77
23.24
2010
5.549
5 376 461 126 851 010
22.84
23.59
Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011)
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur merupakan salah satu anak
perusahaan dari PT Asian Agri. PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh seorang
General Manager yang bertanggung jawab kepada direksi atas pengelolaan unit
usaha yangmencakup tanaman, pabrik, teknik dan administrasi. Seorang General
Manager dibantu oleh Manajer Kebun (Estate Manager), Manajer Pabrik (Mill
Manager), Humas dan Kepala Tata Usaha (KTU). Struktur organisasi Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur disajikan pada Lampiran 7.
 
 

12
 

Estate Manager berperan untuk mengkordinasikan semua kegiatan di
Afdeling, menjaga produksi dan mutu hasil tetap optimal, selain itu juga agar
menjamin aplikasi perawatan, menjamin operasional kebun agar berjalan efektif,
efisien, dan sesuai dengan prosedur sistem manajemen yang telah ditetapkan, serta
menjamin ketersediaan sumberdaya manusia di unit organisasinya. Dalam
menjalankan tugasnya, Estate Manager dibantu oleh Asisten kepala (Askep) yang
bertugas

membantu dalam pengawasan kegiatan disetiap Afdeling, Asisten

kepala membawahi asisten Afdeling. Asisten Afdeling bertanggung jawab
langsung kepada Asisten Kepala, Estate Manager, dan General Manager atas
pelaksanaan hasil kerja dari Afdeling yang dipimpinnya. Jumlah karyawan staf
dan non staf PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010
No
Jabatan
Jumlah
1
Staf
1
Estate Manager
Asisten Kepala
2
Asisten Afdeling
6
Asisten QC
1
Asisten Humas
1
Asisten By Product
1
Asisten Traksi
1
KTU
1
2

Non Staf
Tenaga kerja tak langsung
SKU B/H : - Traksi
SKU B/H : - Kantor
SKU B/H : - Afdeling
Tenaga Kerja langsung
SKU B/H : - Panen
SKU B/H : - Upkeep
Total SKU H/B + PHL

Jumlah
Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011)

48
141
196
292
616
1 293
1 307

Jumlah seluruh tenaga kerja yang terdapat pada Kebun Buatan PT Inti
Indosawit Subur sebesar 1 307 orang sehingga Indeks Tenaga Kerja (ITK) pada
Kebun Buatan sebear 0.24 orang/ha. ITK merupakan rasio antara jumlah tenaga
kerja dengan luas kebun. Jumlah ITK yang ideal untuk perkebunan kelapa sawit
 
 

13
 

sebesar 0.2-0.3 orang/ha, oleh sebab itu pengelolaan tenaga kerja pada Kebun
Buatan sudah efisien karena ITK pada Kebun Buatan diantara 0.2-0.3 orang/ha.
Dalam pelaksanaan kegiatan di tingkat afdeling, asisten afdeling
bertanggung jawab untuk mengelola afdeling secara menyeluruh, baik dalam hal
teknis di lapangan maupun dibidang administrasi afdeling. Pengelolaan teknis
meliputi pemberian pengarahan dan instruksi kerja kerani afdeling, mandor I,
mandor, dan PHL, melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap pekerjaan
dan mengevaluasi hasil kerja di lapangan. Kegiatan pengelolaan administrasi di
kantor yang dilakukan oleh asisten afdeling meliputi pembuatan rencana kerja
harian, bulanan, dan tahunan, memeriksa dan mengevaluasi laporan kerja mandor,
laporan manajemen dan laporan lainnya, serta membuat bon permintaan dan
pengeluaran barang (BPPB).
Dalam melaksanakan tugasnya asisten afdeling dibantu oleh mandor I,
mandor I dibantu oleh beberapa mandor yang mengawasi langsung pekerjaan di
lapangan. Mandor membuat laporan harian yang diserahkan kepada krani afdeling
yang bertugas dibagian adminstrasi di kantor afdeling. Dalam adminstrasi
afdeling, krani afdeling juga dibantu oleh seorang krani keliling yang betugas
memantau kesesuai hasil kerja dilapangan dengan hasil laporan dari mandor.
Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab dalam bagian adminstrasi kebun.
KTU dibantu oleh kepala gudang dalam hal pelaksanaan dan pengawasan
administrasi di gudang.

 
 

 

PELAKSANAAN MAGANG

Kegiatan magang yang dilakukan mencakup aspek teknis dan aspek
manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan pengendalian gulma
(manual dan kimiawi), pemupukan, pemanenan, penunasan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana.
Pelaksanaan kerja di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur secara umum
dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu hari kerja rata–rata selama 7
jam yang dimulai pada pukul 07.00 – 11.30 WIB, istirahat selama setengah jam
(11.30 – 12.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama dua jam dari pukul 12.00 sd.
13.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti master morning yang dimulai pukul
05.30 bersama asisten, mandor dan krani, kemudian kegiatan dilanjutkan pada
sore hari ke kantor afdeling pada pukul 16.00 sd. 18.00 WIB untuk melaksanakan
kegiatan administrasi dan perencanaan kegiatan untuk esok hari.
Aspek Teknis
Pada aspek teknis dipelajari dengan berperan sebagai pekerja harian lepas
(PHL) selama 1 bulan. Kegiatan yang dilakukan mencakup pengendalian gulma,
pemeliharaan sarana dan prasarana, pemupukan, taksasi panen dan pemanenan,
penunasan, sensus ulat api, dan sensus thinning out. Sebelum melaksanakan
kegiatan selalu diawali dengan master morning pada pukul 05.30 – 06.00 WIB,
kemudian dilanjutkan dengan kerja di lapangan.
Penunasan
Penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) adalah pemotongan pelepah
dengan memperhitungkan jumlah pelepah yang dipertahankan. Tujuan penunasan
adalah mempermudah pekerjaan potong buah (melihat dan memotong buah
masak), menghindari tersangkutnya brondolan pada ketiak pelepah dan
memperlancar proses penyerbukan alami. Selain itu, penunasan dilakukan untuk
sanitasi (kebersihan) tanaman sehingga menciptakan lingkungan yang tidak sesuai
bagi perkembangan hama dan penyakit.

15
 

Penunasan merupakan pekerjaan yang mengandung dua aspek yang saling
bertolak belakang, yaitu menjaga produksi agar maksimum dan memperkecil
losses produksi. Untuk menjaga produksi maksimum diperlukan pelepah
produktif (berkaitan dengan fotosintesis) sebanyak-banyaknya, tetapi untuk
mempermudah pekerjaan potong buah dan memperkecil losses produksi maka
beberapa pelepah harus dipotong. Jumlah pelepah yang dipertahankan
berdasarkan umur tanaman disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5. Jumlah pelepah yang Dipertahankan Berdasarkan Umur Tanaman
Umur Tanaman
Jumlah pelepah /
Kebijakan
Songgo
(Tahun)
Spiral
Pemotongan pelepah tidak
diperbolehkan. Prioritas untuk
15
4
1
pelepah
Sumber : Agricultural Policy Manual Asian Agri (2010)
Penunasan pada Kebun Buatan PT Inti Idosawit Subur menggunakan
sistem progresif pruning yaitu penunasan dilakukan oleh tenaga potong buah pada
saat melakukan pemotongan buah. Seiring berjalannya waktu, sering sekali sistem
ini tidak berjalan dengan lancar dan mengalami banyak kendala. Pada umumnya
kendala-kendala yang terjadi adalah pemanen tidak sanggup untuk memperoleh
basis sekaligus melakukan penunasan. Untuk mengatasi hal ini maka pihak
manajemen membentuk suatu tim/geng tunas yang khusus untuk melakukan
penunasan. Rotasi penunasan yang dilakukan adalah 9 bulan (1.3 kali/tahun)
namun hal ini dapat disesuaikan dengan keadaan di lapangan.
Pekerjaan penunasan harus dilakukan dengan baik sesuai dengan instruksi
kerja yang dikeluarkan oleh pihak manajemen karena akan mempengaruhi
pelaksanaan pemanenan. Apabila pelepah tidak dipotong atau kualitas penunasan
jelek akan mengakibatkan brondolan tersangkut di ketiak batang. Selain itu,
penunasan yang tidak baik akan mengakibatkan tandan yang telah matang tidak
dipanen karena tertutupi oleh pelepah tersebut sehingga tandan menjadi busuk.
 
 

16
 

Pelepah yang terlalu banyak ditunas juga tidak baik karena hal ini akan
menyebabkan over pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah
produktif secara berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi.
Penurunan produksi ini terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok
mengalami stress yang terlihat melalui peningkatan gugurnya bunga betina,
penurunan seks ratio (peningkatan bunga jantan) dan penurunan BJR.
Di Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur terdapat beberapa instruksi
kerja dalam melakukan pekerjaan penunasan yaitu :
a. Pelepah dipotong mepet ke batang dengan bidang tebasan berbentuk tapak
kuda.
b. Selama menunas semua epifit pada batang tanaman dibersihkan dengan
mencabut menggunakan tangan dan “digebyok” dengan batang pelepah pada
bagian yang lebih tinggi.
c. Pokok yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara
harus ditunas lebih hati hati, cukup membuang daun keringnya saja.
d. Pokok yang telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada akhirnya
akan di thinning out.
Perawatan Jalan
Kondisi jalan di suatu perkebunan harus benar diperhatikan dengan baik
agar akses transportasi dapat berjalan dengan baik. Jaringan jalan dibuat dengan
sasaran dapat dilalui dengan segala kondisi cuaca. Dengan perencanaan dan
pengendalian mutu yang baik diharapkan konstruksi jalan akan kuat dan awet.
Banyak hal-hal yang menyebabkan jalan suatu perkebunan rusak dan tidak dapat
dilalui oleh dump truck pengangkutan buah. Faktor-faktor yang menyebabkan
adalah air, bahan organik tanah, kurangnya sinar matahari, sifat tanah (tekstur dan
struktur), beban (tonase) kendaraan.
Beberapa kegiatan perawatan jalan yang umum dilakukan di Kebun
Buatan PT Inti Indosawit Subur adalah rempesan dan pemasangan/servis gorong
gorong. Rempesan adalah memotong cabang/pelepah yang menghalangi sinar
matahari sehingga menutupi jalan. Apabila jalan tidak terkena sinar matahari
maka akan menyebabkan jalan tersebut menjadi lembab dan licin sehingga sulit
 
 

17
 

untuk dilalui dump truck buah. Jalan yang sudah terkena sinar matahari secara
langsung dapat mempercepat pengeringan genangan air yang terdapat di jalan
sehingga tanah tetap keras, tidak licin dan dapat dilalui dump truck buah. Jumlah
pekerja dalam kegiatan rempesan terdiri dari tiga tim masing-masing tiga orang
per tim.
Perawatan jalan yang lain adalah pembuantan atau servis gorong-gorong.
Gorong-gorong berfungsi untuk mengalirkan genangan air yang terdapat di badan
jalan (Gambar 1). Genangan air dapat menyebabkan stuktur tanah menjadi remah
dan sulit dilalui oleh kendaraan. Terdapat dua jenis gorong-gorong yaitu goronggorong yang terbuat dari bahan semen/beton dan paralon yang masing masing
berdiameter 30 cm. Apabila jalan pada pada areal dibuat di lereng bukit, maka
badan jalan dibuat dengan kemiringan 100 ke arah bukit.

Gambar 1. Pemasangan gorong gorong pada badan jalan
Pada setiap jarak ± 50 m atau di tempat-tempat yang cekung, dibuat rorak
dengan ukuran 75 cm x 75 cm kedalaman 1 m. Untuk mengalirkan air dari bukit
yang ditampung di dalam rorak, maka dibuat gorong-gorong diameter 30 cm dan
diletakkan 20 cm di atas dasar rorak. Setelah pemasangan gorong gorong selesai,
pada sisi jalan dibuat rumpukan karung yang berisi pasir. Hal ini berfungsi untuk
menahan tanah yang terdapat di badan jalan jatuh kebawah yang akan
menyebabkan

terjadi

penyumbatan

pada

lubang

gorong

gorong.

Pada

pelaksanaannya pembuatan gorong gorong dilakukan oleh tim prasarana yang
 
 

18
 

terdiri dari ≤ 4 orang. Setiap tim dapat menyelesaikan pemasangan gorong gorong
sebanyak 3 gorong gorong/HK.
Kegiatan perawatan jalan lain yang dilakukan adalah melakukan
pengerasan jalan dengan batu. Untuk jalan jalan tertentu dimana struktur tanah
tidak cukup untuk mendukung beban berat, maka dilakukan pengerasan. Bahan
bahan untuk pengerasan jalan menggunakan batu kerikil, sirtu (pasir & batu).
Pengerasan dengan menggunakan kerikil atau sirtu disarankan dicampur tanah
dengan perbandingan 1: 4 (1 bagian tanah : 4 bagian batu kerikil/sirtu) yang
berguna untuk meningkatkan efektivitas pengerasan dan efisiensi biaya.
Pemupukan
Kegiatan pemupukan merupakan kegiatan yang sangat penting dalam
pengelolaan suatu perkebunan karena biaya (budget) untuk kegiatan pemupukan
mencapai 60% dari total biaya pemeliharaan. Prinsip utama dalam penaburan
(aplikasi) pupuk adalah bahwa setiap pokok harus menerima setiap jenis pupuk
sesuai dengan dosis rekomendasi. Dosis, jenis, waktu dan cara pemupukan adalah
empat faktor terpenting dalam menentukan efisiensi pupuk. Selain keempat faktor
tersebut, kualitas pemupukan mempunyai peranan penting dalam menentukan
keberhasilan pemupukan. Kualitas pemupukan dibagi menjadi dua hal yaitu:
1) Kualitas penaburan pupuk di lapangan. Berkaitan dengan pengolahan dan
organisasi kerja pelaksanaan pemupukan di lapangan dan administrasinya.
2) Kualitas pupuk, ditentukan oleh jumlah/besarnya kandungan unsur hara utama
didalam pupuk tersebut dan kadar airnya
Pengambilan LSU (Leaf Sampling Unit). Kegiatan pengambilan sampel
daun dilakukan untuk mengetahui status hara tanaman melalui jaringan daun
sehingga didapat rekomendasi pemupukan pada tiap blok. Identifikasi gejala
defisiensi hara secara visual dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel
daun. Pengambilan sampel daun pada Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur
dilakukan oleh pekerja harian lepas (PHL) yang sebelumnya sudah dilatih/training
oleh bagian research and development (R&D) selama tiga hari. Peralatan dan
bahan yang digunakan adalah egrek, pisau, kuas, cat dan kantong sampel yang
telah diberi label. Kegiatan yang pertama dilakukan adalah pemilihan start awal
 
 

19
 

pokok yang menjadi sampel, selanjutnya daun ke 17 dipotong dan racisnya
diambil sebanyak 8 buah selain itu pangkal pelepah diukur lebar dan tebalnya.
Identifikasi gejala defisiensi unsur hara dilakukan pada tanaman sampel dan
delapan tanaman di sekeliling tanaman sampel. Tingkat keparahan defisiensi
unsur hara dibagi menjadi tiga bagian yaitu ringan , sedang dan berat. Jarak antara
tanaman sample pertama dengan kedua dan selanjutnya adalah 10 tanaman.
Setelah satu blok selesai diambil seluruhnya, daunnya dibersihkan dengan kain
basah. Selanjutnya dipotong menjadi tiga bagian dan bagian tengah daun yang
diambil untuk dikeringkan dengan oven dan dikirim ke bagian R&D untuk diteliti.
Penguntilan. Kegiatan penguntilan pupuk dilakukan untuk menjamin
ketepatan dosis pemupukan serta mempermudah pengangkutan pupuk dari gudang
ke lapangan dan mempermudah penaburan pupuk kesetiap tanaman. Pada
umunnya dalam satu untilan pupuk untuk delapan tanaman sehingga berat satu
untilan itu tergantung dosis yang dikomendasikan. Apabila dosis yang
direkomendasikan adalah 2 kg/pokok maka berat untilan 16 kg dan apabila dosis
yang direkomendasikan 1 kg/pokok maka berat satu untilan 8 kg. Penguntilan
dilakukan dengan menggunakan takaran khusus yang sudah dikalibrasi sesuai
kebutuhan. Penguntilan pupuk yang dilakukan hari ini digunakan untuk
pemupukan besok.
Pelaksanaan pemupukan. Pengeceran pupuk adalah kegiatan mengambil
pupuk yang telah diuntil di gudang pupuk untuk dibawa ke lapangan. Pupuk
dibawa menggunakan dump truck dengan kapasitas 5 ton kemudian pupuk diecer
kemasing-masing tempat peletakan pupuk (TPP). Pupuk diturunkan sesuai dengan
jumlah untilan yang tertera pada TPP. Losses pupuk sering terjadi pada saat
melakukan pengangkutan pupuk dengan dump truck. Saat menaikan dan
menurunkan pupuk dari dump truck sering sekali untilan pupuk terbuk