Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, First Resources, Riau.

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT
(Elaeis guineensis Jacq.) DI PT PERDANA INTI SAWIT
PERKASA I, FIRST RESOURCES, RIAU

MUHAMMAD RIZAL PAHLEVI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Panen
Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Perdana Inti Sawit Perkasa
I, First Resources, Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Muhammad Rizal Pahlevi
NIM A24100033

ABSTRAK
MUHAMMAD RIZAL PAHLEVI. Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) di PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, First Resources,
Riau. Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam (SAH), PT Perdana
Inti Sawit Perkasa I, First Resources, Rokan Hulu, Riau dari bulan Februari
sampai Juni 2014. Kegiatan magang ini bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pengalaman, membentuk sikap dan keterampilan kerja serta
mempelajari proses pemanenan kelapa sawit baik secara teknis dan manajemen.
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Data primer yang
diamati meliputi taksasi panen, angka kerapatan panen, rotasi panen, tenaga kerja
panen, kualitas panen dan kualitas minyak kelapa sawit. Kebun SAH secara

umum telah melaksanakan prosedur kerja secara baik pada setiap kegiatan
budidaya kelapa sawit seperti pada kegiatan pemanenan. Permasalahan dalam
kegiatan panen yang perlu mendapat perhatian serius meliputi peningkatan
intensitas hujan dan hari libur nasional yang menyebabkan rotasi panen
meningkat. Optimalisasi manajemen panen di Kebun SAH harus ditingkatkan
agar pemanenan dapat berjalan sesuai dengan standar operating procedure (SOP)
perusahaan.
Kata kunci: budidaya kelapa sawit, Kebun Sei Air Hitam, rotasi panen, tenaga
kerja panen.

ABSTRACT
MUHAMMAD RIZAL PAHLEVI. Harvesting Management of Oil Palm (Elaeis
guineensis Jacq.) in Sei Air Hitam Estate, PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, First
Resources, Riau. Supervised by HERDHATA AGUSTA.
The internship program was conducted at Sei Air Hitam (SAH) Estate, PT
Perdana Inti Sawit Perkasa I, First Resources, Rokan Hulu, Riau from February to
June 2014. The purpose of this internship program is to increase knowledge and
experience, to built attitude and work skill and also learn the right palm oil harvest
processing technically and management. The data consisted of primary and
secondary data. Primary data that observed were harvest forecasting, harvest

density, harvest interval, harvest labour, harvest quality and quality of palm oil.
Generally, SAH Estate has implemented procedures work properly in every
activity like oil palm cultivation on the harvesting activity. Problems in harvesting
that need to be addressed include increased intensity of the rain and national
holidays that causes harvest interval increased. Harvest management at SAH
Estate should be optimized to comply to the company SOP.
Keywords: harvest interval, harvest labour, oil palm cultivation, Sei Air Hitam
Estate.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

MANAJEMEN PANEN TANAMAN KELAPA SAWIT

(Elaeis guineensis Jacq.) DI PT PERDANA INTI SAWIT
PERKASA I, FIRST RESOURCES, RIAU

MUHAMMAD RIZAL PAHLEVI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tugas akhir ini berhasil diselesaikan. Judul yang

dipilih dalam magang yang dilaksanakan sejak bulan Februari hingga bulan Juni
2014 adalah Manajemen Panen Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
di PT Perdana Inti Sawit Perkasa I, First Resources, Riau.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Herdhata Agusta selaku dosen pembimbing skripsi yang selalu
memberikan doa, dukungan, nasehat dan arahan.
2. Dr Ir Purwono MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan doa, dukungan, nasehat dan arahan.
3. Ibunda tercinta Hartutik Windayani, Ayahanda Drs Didik Dwan Irianto dan
adik penulis Sellya Harwin Arduana, beserta seluruh keluarga besar penulis
yang memberikan doa dan dukungan selama pendidikan penulis.
4. Ir Nuryadi (Group Manager), P. Sihombing (Field Manager Rayon A),
Guruh Mahardika SP (Field Assistant afdeling II, serta seluruh staf dan
karyawan PT PISP I yang telah memberikan motivasi, fasilitas dan arahan
selama kegiatan magang.
5. Seluruh Direksi First Resources Ltd. yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk melakukan kegiatan magang.
6. Sahabat-sahabat Edelweiss AGH 47 dan Dua Empat yang selalu memberikan
doa, dukungan, semangat dan nasehat selama ini.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-satu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Muhammad Rizal Pahlevi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Syarat Tumbuh
Pemanenan Kelapa Sawit
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data
KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Leaf Sample Unit (LSU)
Infus Akar FeSO4
Pemupukan
Pengendalian Gulma
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pemanenan
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor
Pendamping Asisten
HASIL DAN PEMBAHASAN

Taksasi dan Angka Kerapatan Panen
Rotasi Panen
Tenaga Kerja Panen
Kualitas Panen
OER, KER dan FFA
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

xiv
xiv
xiv
1
1
2
2
2
3
4
5

5
5
6
6
7
7
7
7
8
8
9
9
9
12
13
16
18
19
24
24

26
26
26
28
29
30
32
33
33
34

xiv

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

34
36
44


DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun SAH 7 tahun terakhir
Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun SAH tahun 2014
Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman
Rekomendasi pupuk anorganik di afdeling II Kebun SAH tahun 2014
Daftar peralatan panen dan fungsinya
Kriteria matang panen kebun SAH
Akurasi taksasi terhadap realisasi produksi minggu pertama bulan April
2014 di afdeling II Kebun SAH
Perbandingan rotasi panen standar dengan realisasi terhadap pencapaian
produksi afdeling II Kebun SAH
Hasil uji-t umur pemanen dan lama kerja terhadap rata-rata jumlah
tandan hari-1
Mutu buah di tempat pengumpulan hasil (TPH) afdeling II Kebun SAH
Efisensi afdeling II Kebun SAH
Ekstraksi buah di PKS PT PISP I tahun 2006-2013

8
9
12
14
20
21
27
28
30
31
32
33

DAFTAR GAMBAR
1. Bagian “ekor kadal” pelepah kelapa sawit
2. Pelaksanaan kegiatan penunasan di Kebun SAH
3. Kegiatan infus akar di Kebun SAH (a) Aplikasi infus akar, (b) Hasil

10
11

aplikasi infus akar, (c) Pelabelan pada pohon hasil aplikasi infus akar
Kegiatan penguntilan pupuk di gudang pupuk Kebun SAH
Aplikasi supply point pupuk di Kebun SAH
Pelaksanaan penyemprotan pasar pikul
Bentuk pengendalian hama dan penyakit di kebun SAH
Kegiatan panen TBS kelapa sawit
Pengangkutan TBS dari TPH

13
14
15
18
18
22
23

4.
5.
6.
7.
8.
9.

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Jurnal harian kegiatan magang sebagai KHL
Jurnal harian magang sebagai pendamping mandor
Jurnal harian kegiatan magang sebagai pendamping field assistant
Peta inti Kebun SAH
Data curah hujan Kebun SAH tahun 2005–2013
Struktur organisasi kebun SAH

37
38
39
41
42
43

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditi
perkebunan yang diekspor Indonesia. Kelapa sawit berperan dalam pembangunan
nasional, karena menjadi salah satu sumber devisa bagi negara. Indonesia
merupakan salah satu negara produsen kelapa sawit yang terus berkembang,
perkembangan luas dan produksi perkebunan kelapa sawit di Indonesia selama
beberapa tahun terakhir terus meningkat. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan
(2012) pada tahun 2012 luas perkebunan sawit di Indonesia telah mencapai lebih
dari 9.2 juta ha dan merupakan perkebunan kelapa sawit yang terluas di dunia.
Demikian pula produksinya tahun 2012 mencapai 23 juta ton dengan
produktivitas 3 571 kg ha-1 dan menduduki posisi pertama di dunia melampaui
Malaysia.
Perkembangan dan pertambahan produksi kelapa sawit di Indonesia
berdasarkan pada pemanfaatan dan pengolahan kelapa sawit. Tandan buah segar
(TBS) diolah di pabrik kelapa sawit untuk diambil minyak dan intinya. Minyak
dan inti yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (PKS) merupakan produk
setengah jadi. Minyak mentah atau Crude Palm Oil (CPO) dan minyak yang
berasal dari inti sawit atau Palm Kernel Oil (PKO) harus diolah lebih lanjut untuk
dijadikan produk jadi lainnya (Pahan 2008). Produksi minyak kelapa sawit pada
tahun 2010 mencapai 14 038 148 ton, pada tahun 2011 mencapai 14 632 406 ton,
sedangkan pada tahun 2012 produksi minyak kelapa sawit mencapai 14 788 270
ton (BPS 2012).
GAPKI (2009) menyatakan bahwa minyak sawit dapat dimanfaatkan di
berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup
lengkap. Minyak sawit dapat diolah menjadi minyak goreng, shortening,
margarine, oleokimia, kosmetik, farmasi dan biodiesel. Keistimewaan minyak
sawit selain ketersediaannya yang melimpah yaitu: minyak sawit menjadi sumber
minyak nabati termurah serta dari segi produktivitas minyak sawit lebih tinggi
dari pada minyak nabati lain, yakni dapat mencapai 4.26 ton ha-1, sedangkan
minyak kedelai hanya sebesar 0.41 ton ha-1, kanola 0.66 ton ha-1 dan bunga
matahari 0.43 ton ha-1.
Proses pemanenan tandan buah segar (TBS) merupakan hal yang sangat
penting dalam kegiatan produksi tanaman kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan
panen berpengaruh langsung terhadap kualitas minyak yang dihasilkan. Kualitas
minyak yang dihasilkan tergantung dari kriteria panen buah yang layak dipanen,
oleh karena itu sistem manajemen pemanenan yang baik harus dilakukan.
Manajemen dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian aktivitas termasuk
perencanaan dan pengambilan keputusan (planning and decision making),
pengorganisasian (organizing), kepemimpinan (leading) dan pengawasan
(controlling) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia,
finansial, fisik dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien (Griffin 2002). Proses panen kelapa sawit yang baik
harus menggunakan prinsip-prinsip manajemen tersebut. Aktivitas perencanaan
panen kelapa sawit mencakup penghitungan taksasi panen sebagai acuan untuk

2

mengambil keputusan tentang sumber daya yang digunakan. Aktivitas
pengorganisasian dilakukan dengan cara membentuk struktur organisasi panen
seperti pembagian kemandoran dan hanca panen. Aktivitas kepemimpinan
merupakan kegiatan yang menjadi tanggung jawab pimpinan kebun agar
pelaksanaan teknis dan administrasi panen berjalan lancar serta permasalahan
pada terselesaikan. Aktivitas pengawasan panen dilakukan untuk memastikan
semua proses dari kegiatan panen dan kualitas panen sesuai dengan standar kerja
perusahaan. Kegiatan magang ini dilatarbelakangi oleh pentingnya sistem
manajemen pemanenan TBS yang baik tersebut.
Tujuan
Kegiatan magang secara umum bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, menambah pengalaman, membentuk sikap dan keterampilan kerja
serta mempelajari proses pemanenan kelapa sawit baik secara teknis dan
manajemen. Kegiatan magang secara khusus bertujuan untuk menganalisis
pengelolaan pemanenan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas panen
kelapa sawit.

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan Amerika
Selatan, tepatnya di Brasilia. Kata Elaeis berasal dari kata Elaion yang berarti
minyak dalam bahasa Yunani dan guineensis berasal dari Guinea (pantai barat
Afrika). Kata Jacq berasal dari nama Botanis Amerika, Jacquin (Lubis 2008).
Kelapa Sawit dalam taksonomi tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam,
ordo Palmales; Famili Palmae; Sub-famili Cocoidae; Genus Elaeis; Spesies:
Elaeis guineensis Jacq. (ditanam di Indonesia) dan Elaeis Melanococca atau
Corozo oleifera.Varietas/tipe dibedakan berdasarkan: 1) tebal tipisnya cangkang
(endocarp) yaitu Dura, Pisifera dan Tenera, dan 2) warna buah yaitu Nigrescens,
Virescens dan Albescens (Setyamidjaja 2006). Tipe Dura memiliki daging buah
(mesocarp) yang tebalnya 2-6 mm, sedangkan cangkang (pericarp) tebal (2-5
mm). Pisifera memiliki daging buah yang tebal (5-10 mm), tetapi tidak memiliki
cangkang. Hasil persilangan antara Dura dan Pisifera disebut Tenera. Tenera
memiliki daging buah yang tebal (3-10 mm) dan cangkang yang tipis dengan
ketebalan 1-2.5 mm (Adiwiganda 2007).
Kelapa sawit termasuk tanaman monokotil. Akar merupakan bagian
tanaman yang berfungsi untuk menunjang struktur batang di atas tanah, menyerap
air dan unsur-unsur hara dalam tanah, serta sebagai salah satu alat respirasi.
Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri atas akar
primer, sekunder, tersier dan kuartener. Akar primer bercabang membentuk akar
sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar
tersier yang berdiameternya 0.7-1.2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk
akar kuartener (Pahan 2008).

3

Batang kelapa sawit tumbuh lurus berbentuk silindris, umumnya tidak
bercabang dan tidak berkambium. Diameter batang kelapa sawit berkisar antara
50 cm pada tanaman dewasa. Tinggi tanaman kelapa sawit dapat mencapai 30 m.
Pertambahan tinggi batang dapat mencapai 35-75 cm tahun-1, tergantung pada
keadaan lingkungan tumbuh dan keragaman genetik. Awal pertumbuhan kelapa
sawit, bagian batang tidak menunjukan pertambahan panjang (internodia). Batang
kelapa sawit menunjukan pertambahan panjang setelah berumur empat tahun
(Sastrosayono 2003). Batang kelapa sawit memiliki tiga fungsi utama, yaitu
sebagai struktur pendukung daun, bunga dan buah; sebagai sistem pembuluh yang
mengangkut air dan hara mineral dari akar serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari
daun ke bawah; serta berfungsi juga sebagai organ penimbun zat makanan (Pahan
2008).
Daun kelapa sawit terdiri dari beberapa bagian yaitu rachis (basis Folii),
tangkai daun atau petiola (petiolus) dan duri (spine), helai anak daun (lamina),
ujung daun (apex folii), lidi (nervatio), tepi daun (margo folii) dan daging daun
(tervenium). Filotaksis atau pola susunan daun kelapa sawit memiliki rumus 3/8,
artinya setiap mengelilingi tiga kali spiral terdapat sebanyak delapan daun (tidak
termasuk daun pertama). Letak daun kesembilan tepat berada pada satu garis
dengan daun pertama. Setiap tahun, tanaman kelapa sawit mampu mengeluarkan
20-24 helai daun (Sastrosayono 2003). Lingkaran daun atau spiral dapat berputar
ke kiri dan kanan. Produksi pelepah daun dalam setahun dapat mencapai 20-30
pelepah kemudian dapat berkurang menjadi 18-25 pelepah, tergantung pada umur
tanaman. Pada satu pohon dewasa dapat terdiri dari 40-50 pelepah dengan berat
kering 4.5 kg pelepah-1, sedangkan jumlah anak daun pada tiap sisi dapat
mencapai 125-200 helai (Lubis 2008).
Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu) yaitu bunga
jantan dan bunga betina terdapat pada satu tanaman, tetapi letaknya berada pada
ketiak daun (satu ketiak daun terdapat satu bunga jantan atau bunga betina).
Kelapa sawit mulai berbunga pada umur 12-24 bulan dan baru ekonomis untuk
dipanen pada umur 2.5 tahun. Tipe penyerbukan pada kelapa sawit adalah
penyerbukan silang (cross polination). Masa reseptif bunga betina adalah 72 jam
sedangkan pada bunga jantan masa untuk membuahi bunga betina adalah 24 jam.
Perbandingan bunga jantan dan bunga betina atau sex ratio tanaman kelapa sawit
tergantung pada pupuk dan ketersediaan air (bulan basah dan bulan kering), jika
bulan basah lebih banyak dari bulan kering dan ketersediaan pupuk banyak maka
akan mengakibatkan lebih banyak terbentuk bunga betina (Sunarko 2009).
Buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe secara botani. Buah
terdiri dari pericarp yang terbungkus oleh exocarp (kulit), lapisan tengah
(mesocarp), dan lapisan dalam atau cangkang (endocarp) yang membungkus 1-4
inti kernel-1 (Pahan 2008). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat, dan
sebuah embrio.
Syarat Tumbuh
Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan yang
hidup di daerah tropis dan saat ini menjadi tanaman penghasil minyak unggulan
untuk tujuan komersil, seperti halnya di Afrika, Amerika Selatan dan Asia
Tenggara. Produksi minyak kelapa sawit sangat bergantung kepada faktor

4

genetiknya, selain itu agar kelapa sawit menghasilkan minyak yang berkualitas
baik dan memiliki produktivitas tinggi, maka tanaman kelapa sawit mempunyai
lingkungan tumbuh yang tersendiri atau biasa disebut sebagai syarat tumbuh
(PPKS 2007).
Syarat tumbuh optimal bagi kelapa sawit antara lain yaitu lahan topografi
datar hingga bergelombang, ketebalan solum 60-80 cm, ketinggian maksimumnya
adalah 400 m di atas permukaan laut (mdpl), suhu optimal 26 °C, lama penyinaran
matahari 5−7 jam hari-1, memiliki curah hujan minimum 2 000−2 500 mm tahun-1
dan terbagi merata sepanjang tahun, kelembaban rata-ratanya 75%, dapat tumbuh
pada bermacam-macam jenis tanah yang gembur, aerasi dan drainasenya baik,
kaya akan humus dan tidak mempunyai lapisan padas, serta pH tanah antara
5.5−7.0 (PPKS 2007).
Pemanenan Kelapa Sawit
Pemanenan kelapa sawit sangat erat hubungannya dengan produksi
minyak kelapa sawit, oleh karena itu pemanenan harus memperhatikan beberapa
hal yaitu kriteria matang panen, cara panen, alat panen, rotasi panen, sistem panen,
kerapatan panen dan mutu panen (Fauzy et al. 2008). Panen adalah pemotongan
tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik. Tujuan panen
adalah untuk mendapatkan produksi tinggi dengan rendemen minyak yang tinggi
dan kualitas minyak yang baik (PPKS 2007).
Prinsip pada kegiatan panen adalah memotong tandan matang,
mengumpulkan dan mengangkut TBS ke pabrik untuk seterusnya diolah menjadi
minyak kelapa sawit berkualitas baik yaitu mendapatkan rendemen minyak yang
tinggi dengan asam lemak bebas (ALB) rendah serta menjaga kondisi tanaman
tetap baik. Pekerjaan pemotongan tandan merupakan pekerjaan utama di
perkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan bagi
perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit (CPO) dan inti kelapa sawit
(PKO). Tugas utama dalam pemanenan adalah mengambil tandan pada tingkat
kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik dengan cara dan waktu
yang tepat. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi),
sedangkan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (Pahan 2008).
Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya
menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa
sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari warna hijau pada
buah yang masih muda menjadi berwarna merah jingga pada waktu buah masak.
Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Buah
kelapa sawit yang lewat matang akan terlepas dari tangkai tandannya dan disebut
brondolan (Satyawibawa dan widyastuti 1992). Kriteria tandan buah yang dapat
dipanen apabila tanaman berumur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang
jatuh kurang lebih 10 butir, sedangkan tanaman berumur lebih dari 10 tahun
kriteria jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15−20 butir. Produktivitas kelapa
sawit dapat mencapai 20-25 ton ha-1 tahun-1 TBS atau sekitar 4-5 ton minyak
sawit pada kondisi optimal (Kiswanto et al. 2008).
Cara memanen tandan buah kelapa sawit adalah dengan memotong tangkai
tandan buah menggunakan dodos jika tanaman masih pendek dan menggunakan
egrek jika tanaman sudah tinggi. Pemanenan dilakukan satu kali seminggu dengan

5

rotasi antar blok secara rutin (Sunarko 2009). Sistem panen kelapa sawit dapat
menghasilkan minyak sawit bermutu baik jika sistem panen memenuhi standar
tertentu. Standar sistem panen yang ditentukan adalah tidak ada buah mentah yang
dipanen, tidak meninggalkan buah matang, semua brondolan dikumpulkan dan
dibawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dalam kondisi bersih,
membrondolkan buah yang terlalu matang, memotong tangkai tandan yang terlalu
panjang dan membentuknya seperti cangkem kodok (mulut kodok), serta cabang
harus dipotong dengan baik (Sastrosayono 2003). Sebelum melakukan kegiatan
pemanenan harus dilakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan tersebut meliputi
penyediaan tenaga kerja sesuai kebutuhan, peralatan, pengangkutan, data
kerapatan panen dan sarana panen. Peralatan panen yang harus disediakan adalah
dodos, kampak, egrek, gancu dan galah. Sarana panen meliputi pengerasan jalan,
pembuatan jembatan panen, jalan panen (pasar pikul) dan tempat pengumpulan
hasil (TPH). Persiapan pemanenan perlu dilakukan dengan baik dan tepat waktu
agar saat panen dimulai, hasil panen dapat segera diolah ke PKS (PPKS 2007).

METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Sei Air Hitam, PT Perdana Inti
Sawit Perkasa I, First Resources, Rokan Hulu, Riau. Kegiatan magang ini
dilaksanakan dari bulan Februari sampai Juni 2014.
Metode Pelaksanaan
Metode pelaksanaan magang yang dilakukan penulis adalah turut bekerja
aktif baik dalam pelaksanaan teknis di lapangan dengan berbagai tingkat jabatan
atau level manajerial. Pelaksanaan magang pada bulan pertama difokuskan pada
kegiatan karyawan harian lepas (KHL). Kegiatan yang dilakukan selama magang
sebagai KHL adalah pemanenan, pengendalian gulma, penunasan (prunning), leaf
sampling unit (LSU) dan pemupukan (Lampiran 1). Kegiatan pada bulan kedua
adalah sebagai pendamping mandor, baik mandor panen, mandor perawatan, krani
afdeling maupun krani produksi (Lampiran 2). Kegiatan yang dilakukan menjadi
pendamping mandor adalah mengawasi dan melakukan koordinasi tenaga kerja,
membuat taksasi dan rencana kerja keesokan hari dan mengisi kegiatan
administrasi seperti pembuatan laporan berkala mandor atau krani. Pelaksanaan
kegiatan magang pada dua bulan terakhir adalah menjadi pendamping field
assistant (Lampiran 3). Kegiatan yang dilakukan selama menjadi pendamping
field assistant adalah membantu memastikan semua kegiatan operasional dan
pengendalian biaya di areal yang dibawahinya agar dapat terlaksana sesuai
rencana dan membina bawahan agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan.

6

Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan penulis selama kegiatan magang
meliputi dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode tidak
langsung untuk data sekunder. Pengamatan dan pengumpulan data primer yang
dilakukan penulis didapat melalui wawancara, diskusi dan pengamatan langsung
di lapangan yang difokuskan pada kegiatan panen. Sedangkan untuk pengumpulan
data sekunder diperoleh dari laporan manajemen mengenai keadaan umum
perusahaan, letak geografi, keadaan tanah dan iklim, kondisi tanah dan produksi,
luas areal dan tata guna lahan, serta organisasi dan manajemen, penerapan teknik
budidaya dan peta kebun. Selain dari laporan manajemen, data sekunder juga
diperolah dari studi pustaka kebun.
Pengamatan dan pengumpulan data primer yang dilakukan penulis adalah:
(1) Taksasi dan angka kerapatan panen, dilakukan pada areal yang akan dipanen
hari berikutnya dengan menghitung angka kerapatan panen pada areal contoh
seluas ± 10 ha. (2) Rotasi panen, pengambilan data diperoleh dari kantor afdeling
II. (3) Tenaga kerja panen, pengamatan terhadap jumlah TBS yang dipanen oleh
sembilan pemanen contoh, dimana setiap pemanen dilakukan dengan empat kali
ulangan pengamatan selama bulan April 2014 dan dilakukan wawancara terhadap
pemanen tersebut untuk mendapatkan data umur dan lama kerja. (4) Kualitas
panen, dilakukan pengamatan mutu buah di TPH dilakukan pada sepuluh
pemanen contoh dengan mengambil 50 buah contoh pada setiap pemanen contoh
serta dilakukan sebanyak lima ulangan pada masing-masing pemanen.
Pengamatan mutu buah dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah mentah,
kurang matang, matang, lewat matang, janjangan kosong dan tandan busuk.
Pengamatan mutu hanca panen dilakukan dengan cara menghitung sumber
kehilangan hasil oleh lima pemanen contoh dengan mengambil 20 pohon contoh
pada setiap pemanen serta dilakukan sebanyak lima ulangan pada masing-masing
pemanen. (5) OER, KER dan FFA, pengambilan data diperoleh dari kantor PKS
PT PISP I.
Analisis Data
Analisis data yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang
kemudian dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang
ditentukan oleh perusahaan serta literatur atau pustaka yang mendukung. Analisis
kuantitatif digunakan dengan menggunakan analisis statistik uji t-student. Uji
t-student digunakan untuk mengetahui perbedaan antara data realisasi dan standar
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

7

KEADAAN UMUM
Letak Wilayah Administratif
Kebun Sei Air Hitam (SAH) merupakan perkebunan kelapa sawit milik PT
Perdana Inti Sawit Perkasa I (PISP I). Perusahaan ini dahulu tergabung dalam
Ciliandra Perkasa Group, kemudian pada tahun 2010 diakuisisi oleh sebuah
perusahaan perkebunan swasta asing yang berasal dari Singapura yaitu First
Resources Ltd. Letak wilayah administratifnya berada di Desa Kepenuhan Barat,
Kecamatan Kepenuhan, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi
perkebunan dapat dicapai dengan jalan darat dalam waktu 5-6 jam dari kota
Pekanbaru menuju ke Kota Tengah. Lokasi perkebunan dengan kota Kota Tengah
berjarak ± 30 km.
Secara geografis batas-batas lokasi Kebun SAH yaitu sebelah utara dan
barat berbatasan dengan PT Panca Surya Agrindo, sebelah timur berbatasan
dengan kebun plasma PIR-TRANS, sebelah selatan berbatasan dengan kebun
KKPA. Peta Kebun SAH terlampir pada Lampiran 4.
Keadaan Iklim dan Tanah
Kondisi iklim di Kebun SAH menurut Schmidt Ferguson bertipe iklim A
(sangat basah) dengan nilai Q = 5.56%. Variabel pengamatan yang dilakukan oleh
kebun adalah curah hujan dan hari hujan. Rata-rata hari hujan dan curah hujan
bulan Januari 2005 hingga Desember 2013 adalah 113 hari tahun-1 dan 2 511.67
mm tahun-1, kondisi tersebut telah termasuk kondisi hujan yang optimum untuk
pertumbuhan kelapa sawit (Pahan 2008). Keadaan curah hujan dan hari hujan
selama kurun waktu 9 tahun terakhir dapat dilihat pada Lampiran 5.
Jenis tanah di Kebun SAH tergolong ke dalam ordo entisol, hasil dari
endapan sungai dan diklasifikasikan menjadi dua sub grup yaitu humic
dystrudepts seluas 1 062 ha dan typic dystrudepts seluas 1 414 ha. Jenis tanah
didominasi oleh tanah mineral (aluvial) yang miskin unsur hara, terutama kationkation basa seperti Ca, Mg, K dan Na.
Kesesuaian lahan Kebun SAH tergolong ke dalam kelas S2
(sesuai/suitable) dengan faktor pembatas utama adalah tekstur tanah liat berdebu
dan beberapa titik lahan yang rawan banjir. Kemiringan lahan Kebun SAH yaitu
1-3% dengan derajat kemasaman tanah (pH) 4.37-5.12. Suhu rata-rata tahunan
berkisar antara 28º-31ºC. Berdasarkan klasifikasi kelas lahan, Kebun SAH cukup
sesuai untuk pengembangan kelapa sawit, namun harus diikuti dengan upaya
untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah, sehingga dapat memberikan dampak
positif terhadap produktivitas kelapa sawit.
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Kebun Sei Air Hitam (SAH) mempunyai hak guna usaha (HGU) dengan
total luas lahan 2 563.1 ha yang terdiri atas areal pertanaman kelapa sawit yang
telah menghasilkan (TM) seluas 2 384.26 ha. Berdasarkan Undang-Undang nomor
18 Tahun 2004, kemitraan yang digunakan oleh kebun SAH dengan masyarakat
sekitar adalah pola perkebunan inti rakyat (PIR-Trans) dan kredit koperasi primer

8

kepada anggota (KKPA). Luas kebun PIR-Trans mencapai 8 694.27 ha yang
terdiri dari lima satuan pemukiman (SP), sedangkan untuk kebun KKPA
mencapai 1 758.73 ha yang terdiri atas atas dua lokasi yaitu kebun SKPD Desa
Sukamaju Kecamatan Tambusai dengan luasan 940 ha dan kebun KKPA Muara
Nikum seluas 818.73 ha. Kebun SAH juga memiliki pabrik pengolahan crude
palm oil (CPO) yang berkapasitas 90 ton TBS jam-1.
Areal kebun inti dibagi menjadi tiga afdeling, yaitu afdeling I (755.06 ha)
yang terbagi atas 25 blok, afdeling II (770.86 ha) yang terbagi atas 26 blok dan
afdeling III (858.34 ha) terbagi atas 28 blok.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan di Kebun SAH adalah varietas
D x P Marihat (Tenera). Jarak Tanam yang digunakan 9.53 m x 9.53 m x 9.53 m
dengan jarak dalam barisan 8.25 m sehingga populasi pohon ha-1 yaitu 127 pohon.
Pembukaan lahan di Kebun SAH dimulai dari tahun 1992 dengan komposisi
tahun tanam 1993, 1994, 1995, 1998, 2000, 2002 dan 2004, serta tanaman sisipan
dengan tahun tanam 2008 dan 2010. Produksi dan produktivitas kelapa sawit di
Kebun SAH dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi dan produktivitas kelapa sawit di Kebun SAH 7 tahun terakhir
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013

Produksi (ton)
64 163.88
65 237.31
60 512.29
70 383.59
76 784.60
64 292.64

Produktivitas (ton ha-1 tahun-1)
26.91
27.36
25.38
29.52
32.20
26.96

Sumber: Laporan tahunan kantor kebun PT PISP I (2014)

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Struktur organisasi dan penempatan personil disesuaikan dengan pangkat,
jenis dan volume pekerjaan. Berdasarkan susunan garis dan struktur organisasi PT.
PISP I, kekuasaan tertinggi dipegang oleh chief executive officer (CEO),
sedangkan operasional perusahaan dikepalai oleh group manager (GM), yang
membawahi langsung mill manager, Humas Regional (HR), serta field manager
(FM). Pada tingkat kebun dipimpin oleh seorang field manager (FM) yang
dibantu oleh field assistant (FA) untuk masing-masing afdeling. Field assistant
dibantu oleh krani afdeling, krani produksi, mandor panen, mandor perawatan dan
mandor pupuk.
Komposisi ketenagakerjaan Kebun SAH terdiri atas karyawan staf,
karyawan non staf dan karyawan borongan/surat perintah kerja lokal (SPKL).
Karyawan staf terdiri atas group manager, kepala tata usaha (KTU), kepala
satpam, field manager (FM), asisten teknik dan field assistant (FA). Karyawan
non staf terdiri atas pegawai bulanan tetap (PBT), karyawan harian tetap (KHT),
serta karyawan borongan. Jumlah karyawan staf, non staf Kebun SAH dan indeks
tenaga kerja (ITK) dapat dilihat pada Tabel 2.
Kebutuhan jumlah karyawan dapat ditentukan berdasarkan ITK sebuah
kebun. Menurut Pahan (2008), ITK yang ideal untuk suatu perkebunan kelapa

9

sawit adalah 0.2 HK ha-1, sedangkan ITK pada Kebun SAH adalah 0.11 HK ha-1,
nilai tersebut masih dibawah kriteria ideal untuk suatu perkebunan kelapa sawit.
Tabel 2 Jumlah karyawan staf dan non staf Kebun SAH tahun 2014
Status Pegawai

Jumlah

Karyawan staf
Group Manager
Kepala Tata Usaha
Kepala Satpam

1
1
1
2
1
8

Field Manager
Asisten Teknik

Field Assistant
Karyawan non staf
Pegawai Bulanan Tetap
Karyawan Harian Tetap
Karyawan Borongan
Total
ITK

49
168
58
289
0.11

Sumber: Laporan tahunan kantor kebun PT PISP I (2014)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Leaf Sample Unit (LSU)
Leaf sample unit (LSU) merupakan sistem pengambilan daun di lapangan
untuk mendukung kegiatan analisis unsur hara daun yang dilakukan di
laboratorium. Analisis daun tersebut merupakan salah satu alat untuk mengetahui
kebutuhan tanaman terhadap status unsur hara. Analisis daun yang akurat harus
ditunjang dengan sistem LSU yang jujur, tepat dan teliti. Hasil LSU dan analisis
yang akurat akan memberikan rekomendasi pemupukan yang tepat dan sesuai
kebutuhan tanaman kelapa sawit untuk tahun yang akan datang. Pemupukan yang
tepat dan sesuai akan memberikan unsur hara yang mampu memaksimalkan
produksi tanaman kelapa sawit. Pada pelaksanaan LSU, data yang diambil harus
memiliki kondisi yang relatif seragam dalam hal umur tanaman, tipe tanah,
tindakan agronomi, drainase, topografi dan bahan tanam yang digunakan.
Pohon yang akan diambil sebagai pohon contoh harus memenuhi syarat,
jika tidak memenuhi syarat harus mengambil pohon barisan depannya atau
belakang. Pohon yang tidak memenuhi syarat sebagai pohon contoh, antara lain:
1) Pohon yang pelepah ke-17 tidak ada/rusak, 2) Pohon steril, 3) Pohon kerdil, 4)
Pohon sisipan, 5) Pohon yang tumbuh miring dilahan datar, 6) Pohon terserang
hama dan penyakit, 7) Pohon yang terletak dipinggir jalan, sungai/parit dan
perumahan, 8) Pohon abnormal.
Pengambilan pohon contoh dilakukan antara pukul 07.00-12.00 WIB dan
tidak pada saat hujan. Setiap blok diambil ±30 pohon contoh. Blok yang bisa
dilakukan LSU adalah blok yang memiliki luas diatas 10 ha. Pelaksanaan LSU
dilakukan dengan sistem “perhitungan tertentu” tergantung luas blok yang akan

10

diambil sampel daunnya, misal 12x11, 12x10, 8x7 (baca: 12 (baris) x 11 (pohon)
artinya barisan yang dipilih setiap 12 baris, dan sebagai pohon contoh diambil
setiap 11 pohon. Titik awal pelaksanaan LSU dimulai dari arah barat-utara. Pohon
pertama (permulaan hitungan) adalah pohon pada baris ketiga dari arah barat blok
dan masuk pada pohon kelima dari pinggir blok atau dari arah utara blok. Pohon
kedua mengikuti baris ketiga tersebut setiap beberapa pohon tergantung sistem
yang telah ditentukan. Misalnya sistem 12×11, pohon kedua adalah 11 pohon
setelah pohon contoh pertama atau pohon ke-16 dari pinggir awal masuk. Pohon
ketiga dan seterusnya mengikuti cara seperti perhitungan pohon kedua hingga
menembus jalan atau batas blok. Perhitungan pohon masuk baris pengamatan
kedua dan seterusnya dilanjutkan hitungannya dari pohon sampel pada baris
sebelumnya. Pengambilan contoh daun dilakukan oleh dua orang tenaga kerja.
Seorang pekerja memotong pelepah yang akan dijadikan contoh, sedangkan
seorang lagi mengambil contoh daun dan mengidentifikasi pohon sehat, gejala
defisiensi unsur hara (N, K, Mg, Fe, B dan Cu) dan pohon dengan pelepah patah.
Pohon contoh harus diberi tanda yang jelas dan nomor urut untuk masing-masing
LSU karena pohon yang sama akan dipakai untuk tahun berikutnya. Tanda pohon
yang biasa digunakan adalah tanda panah ke atas ( ) sebagai tanda masuk. Tanda
panah ke samping ( ) sebagai tanda perpindahan baris. Nomor pohon contoh
ditulis angka, misal (9).
Setiap contoh daun yang akan diambil adalah daun ke-17 (pelepah sampel
yang mewakili penentuan kandungan unsur hara tanaman), kemudian sampel daun
diambil dari bagian tengah pelepah yaitu daun yang berada pada posisi peralihan
dari sisi pelepah ke sisi runcing pelepah yang ditandai dengan “ekor kadal”
(Gambar 1). Contoh daun yang diambil sebanyak empat helai daun, dua dari sisi
kanan dan dua dari sisi kiri yang diambil dari batang berbentuk seperti “ekor
kadal”. Sampel daun diambil dari bagian tengah daun dengan panjang ± 10 cm,
daun kemudian dipisahkan dari tulang daun sebelum sampel dimasukkan ke
dalam kantong plastik bersih yang sudah diberi label. Sebelum sampel diserahkan
kepada petugas pengeringan daun, daun dibersihkan terlebih dahulu menggunakan
lap/kain. Kemudian sampel daun yang telah bersih dimasukkan kembali ke dalam
kantong plastik beserta label dan form pendukung LSU.

Gambar 1 Bagian “ekor kadal” pelepah kelapa sawit

11

Penunasan (Prunning)
Penunasan merupakan kegiatan pemeliharaan dengan mengelola bagian
tajuk kelapa sawit. Pengelolaan tajuk bertujuan untuk mempermudah pemanen
dalam melakukan kegiatan potong buah dan menjaga pelepah daun agar tetap
produktif. Teknik penunasan di lapangan perlu dipahami oleh setiap pemanen
sehingga tidak terjadi penunasan terlambat (under pruning) atau penunasan
berlebihan (over pruning). Efek yang disebabkan oleh penunasan terlambat (under
pruning) adalah jumlah pelepah sengkleh, serangan hama dan penyakit menjadi
meningkat. Efek yang disebabkan oleh penunasan berlebihan (over pruning)
adalah penurunan pencapaian produksi, jumlah bunga jantan meningkat, jumlah
bunga betina yang gugur meningkat serta penurunan berat rata-rata tandan yang
dihasilkan (Pahan 2008).
Penunasan yang dilakukan di Kebun SAH dibedakan menjadi dua macam
yaitu tunas periodik dan tunas progresif. Tunas periodik adalah penunasan yang
dilakukan setiap tahunnya. Penunasan secara periodik dilakukan saat terdapat
areal atau blok yang tidak tertunas hingga rotasi terakhir selesai dilakukan. Tunas
progresif adalah penunasan yang dilakukan bersamaan dengan kegiatan
pemanenan. Pemanen melakukan penunasan di setiap hancanya pada saat sebelum
dan setelah memotong tandan buah (Gambar 2).

Gambar 2 Pelaksanaan kegiatan penunasan di Kebun SAH
Penunasan sebelum memotong tandan buah bertujuan untuk
mempermudah pemanen melihat dan memotong tangkai sehingga tidak melukai
buah dan menghidari pemotongan buah mentah. Penunasan setelah kegiatan
potong buah bertujuan untuk pemeliharaan pelepah produktif. Penunasan
progresif memiliki keuntungan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan
penunasan periodik karena biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi
berkurang. Penunasan progresif ini menuntut pemanen untuk memelihara dan
bertanggung jawab atas hancanya masing-masing. Pemeliharaan pelepah
produktif melalui penunasan harus memperhatikan umur tanaman (tahun tanam)
kelapa sawit karena jumlah pelepah yang harus dipotong dan dipertahankan tidak
sama. Setiap pemanen harus memahami standar yang diberikan perusahaan untuk
menghindari terjadinya kesalahan dalam penunasan yang berdampak pada
kerusakan pohon kelapa sawit. Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan
umur tahun tanam disajikan pada Tabel 3.

12

Tabel 3 Jumlah pelepah yang dipertahankan berdasarkan umur tanaman
Umur tanaman
Jumlah pelepah yang
(tahun)
dipertahankan (pelepah)
4-7
48-56
8-14
40-48
≥15
32-40

Jumlah pelepah
Songgo
spiral-1 (pelepah)
6-7
3
5-6
2
4
1

Sumber: Buku panduan teknis lapangan First Resources (2014)

Alat yang digunakan dalam kegiatan penunasan adalah egrek dan kampak.
Pemotongan pelepah harus miring keluar dan rapat ke batang pokok. Fungsinya
adalah untuk menghindari tersangkutnya brondolan dan membantu menjaga
kebersihan pohon kelapa sawit. Pelepah yang sudah ditunas diletakkan di
gawangan mati. Posisi pangkal dan ujung pelepah diusahakan seragam sehingga
susunan pelepah menjadi rapi dan tidak melebar. Keuntungan dari cara
penyusunan pelepah ini adalah menghindari terjadinya curi buah antar sesama
pemanen, menekan pertumbuhan gulma dan sebagai pupuk organik bagi tanaman
kelapa sawit.
Infus Akar FeSO4
Infus akar adalah memasukkan cairan tertentu dengan menggunakan cara
injeksi pada akar aktif. Cairan yang digunakan di Kebun SAH adalah ferum (Fe).
Kegiatan infus akar ini bertujuan untuk mengurangi dan menghilangkan defisiensi
unsur hara Fe pada tanaman kelapa sawit. Alat dan bahan yang digunakan dalam
kegiatan infus akar adalah kantong plastik es ukuran 60 ml, koret, tali plastik,
jerigen berukuran sedang, botol aqua sedang yang tutupnya dilubangi dan diberi
pipet yang panjangnya ±5 cm, cat minyak, kuas dan cairan infus FeSO₄.
Kegiatan infus akar dimulai dari sensus pohon yang terkena gejala
defisiensi hara Fe. Pelabelan di batang pohon kelapa sawit dilakukan bersamaan
dengan kegiatan sensus pohon yang terkena gejala defisiensi hara Fe. Label
tersebut terdiri dari tingkat serangan, bahan yang digunakan dan tanggal aplikasi.
Cara kerja dalam kegiatan infus akar adalah mencari akar tanaman kelapa sawit
yang masih aktif dengan ciri-ciri akar tersebut tunggal, tidak bercabang, bukan
akar gantung, tidak terlalu kecil dan akar terkubur dalam tanah. Mencari akar aktif
dilakukan dengan cara menggali tanah dengan menggunakan koret, setelah akar
aktif ditemukan maka langkah selanjutnya adalah memasukkan ikatan plastik es
lilin yang telah diisi dengan cairan infus FeSO₄ ke dalam akar aktif sesuai dosis
yang telah ditentukan oleh perusahaan (Gambar 3).
Tanaman kelapa sawit yang mengalami defisiensi unsur hara Fe ditandai
dengan ciri-ciri daun muda berwarna hijau kekuningan untuk defisiensi ringan dan
akan terus menguning apabila tingkat defisiensi semakin berat kemudian patah
dari pangkal pelepah daun muda tersebut. Tindakan dalam mengurangi defisiensi
Fe diberikan larutan FeSO4 yang sudah dicampur dengan asam sitrat dan air
dengan dosis 60 ml pohon-1 (20 g FeSO4) untuk defisiensi ringan, 120 ml pohon-1
(40 g FeSO4) untuk defisiensi sedang dan 180 ml pohon-1 (60 g FeSO4) untuk
defisiensi berat. Cairan infus terdiri atas 1 kg larutan FeSO4 ditambahkan 2.5 liter
air dan 0.066 kg asam sitrat.

13

a

b

c

Gambar 3 Kegiatan infus akar di Kebun SAH (a) Aplikasi infus akar, (b) Hasil
aplikasi infus akar, (c) Pelabelan pada pohon hasil aplikasi infus akar
Tenaga kerja infus akar adalah tenaga kerja borongan yang diketuai oleh
kepala rombongan. Pekerja bekerja berdasarkan surat perintah kerja lokal (SPKL)
dengan standar kerja yang diterapkan adalah 3 liter bahan harinya-1. Upah yang
diberikan sesuai dengan dosis, yaitu Rp. 700 pohon-1 untuk defisiensi ringan, Rp.
800 pohon-1 untuk defisiensi sedang dan Rp. 900 pohon-1 untuk defisiensi berat.
Pemupukan
Pemupukan adalah kegiatan pemberian hara tambahan pada tanaman agar
tanaman tumbuh optimal. Pemupukan bertujuan memenuhi kebutuhan unsur hara
tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang normal, dapat
berproduksi secara maksimal, serta kesuburan tanah dapat dipertahankan. Prinsip
utama dalam aplikasi pupuk di perkebunan kelapa sawit adalah bahwa setiap
pohon harus menerima tiap jenis pupuk sesuai dosis yang telah direkomendasikan
oleh bagian Research and Development (R&D) dari perusahaan untuk mencapai
produktivitas tanaman yang tinggi, oleh karena itu ketepatan/ketelitian aplikasi
adalah sesuatu yang sangat mutlak untuk dilakukan. Pemupukan dikatakan efisien
dan efektif saat dosis pupuk, jenis pupuk, cara pemupukan, waktu pemupukan dan
tempat pemupukan dilakukan secara tepat.
Jenis dan dosis pupuk. Pupuk yang diaplikasikan di Kebun SAH terdiri
atas pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemupukan organik yang dilakukan
adalah dengan menggunakan limbah berupa janjangan kosong kelapa sawit.
Pemupukan dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sekali aplikasi dengan dosis
30 ton ha-1, sedangkan untuk pemupukan anorganik menggunakan pupuk tunggal
yaitu Urea, Kieserite, Muriate of Phosphate (MOP) dan Rock Phosphate (RPH).
Pemupukan RPH dan Kiesrite dilakukan dalam jangka waktu satu tahun sekali
aplikasi, sedangkan pupuk Urea dan MOP dilakukan dua kali selama satu tahun.

14

Rekomendasi pemupukan anorganik di afdeling II Kebun SAH tahun 2014 dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rekomendasi pupuk anorganik di afdeling II Kebun SAH tahun 2014
Tahun
tanam
1994
1995
1999
2000

Tahap*

Urea (kg
pohon-1)

RPH (kg
pohon -1)

MOP (kg
pohon -1)

Kieserite (kg
pohon -1)

I
II
I
II
I
II
I
II

1.5
1.25
1.25
1.25
1.25
1.25

1.5

1.5
1.5
1.5
1.25
1.5
1.25

1.5

1.5

1.5

1.75

-

1.5

1.5

1.5

-

Sumber: Data rekomendasi pupuk Kebun SAH (2014)
*Keterangan: Tahap I = Januari-Juli, Tahap II = September-Desember

Sistem pemupukan. Pelaksanaan pemupukan organik maupun anorganik
di Kebun SAH menggunakan sistem aplikasi pemupukan Block Manuring System
(BMS), yaitu sistem pemupukan yang menggunakan hanca sendiri sehingga
pemupukan lebih terkonsentrasi dan memudahlan mandor pupuk dalam
melakukan pengawasan. Tim pemupukan terdiri atas mandor pupuk, penabur
pupuk, pelangsir pupuk dan pengecer pupuk.
Penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk merupakan kegiatan membagi
bagi pupuk dengan bobot tertentu dan dikemas kembali di dalam karung sesuai
dengan dosis pupuk pohon-1. Kegiatan penguntilan dilakukan di gudang pupuk
dan dilakukan satu hari sebelum pemupukan (Gambar 4). Tujuan dilakukannya
penguntilan adalah untuk memudahkan tenaga pemupuk pada saat pelangsiran dan
penaburan pupuk di lapangan. Penguntilan dilakukan oleh tenaga penguntil sesuai
dengan yang tercantum di bon permintaan. Tenaga penguntil mendapatkan upah
sebesar Rp 20 kg-1.

Gambar 4 Kegiatan penguntilan pupuk di gudang pupuk Kebun SAH

15

Pengambilan pupuk. Pengambilan pupuk dari gudang dilakukan oleh
mandor pupuk dengan membawa bon permintaan pupuk yang telah ditandatangani oleh field assistant, field manager, KTU dan group manager. Jumlah
pupuk yang diangkut sesuai dengan jumlah pupuk yang tertulis pada bon pupuk
yang dibuat. Pupuk yang telah diuntil diangkut ke dalam dump truck oleh
karyawan pengecer.
Pengeceran pupuk ke lahan. Pengeceran pupuk adalah kegiatan
mengangkut hasil untilan di gudang ke lapangan dengan menggunakan dump
truck dan diawasi langsung oleh mandor pupuk. Pengeceran dilakukan di
collection road dengan meletakkan untilan pada titik pengeceran pupuk yang telah
ditentukan. Titik pengeceran tersebut dinamakan supply point. Supply point
merupakan titik pengeceran untilan pupuk yang berada tiap selang beberapa pasar
pikul. Ketentuan titik penempatan pupuk berdasarkan atas dosis pohon-1 dan
jumlah pohon dalam areal blok-1. Pada umumnya tiap supply point mewakili enam
jalur tanaman atau tiga pasar pikul. Tiap supply point pupuk berjumlah 33 karung
untilan. Pengeceran pupuk dimulai dengan membawa untilan pupuk ke dalam
pasar pikul. Dalam satu pasar pikul tanaman dibutuhkan 11 karung untilan. Tiap
untilan untuk enam pohon (jika dosis 2 kg pohon-1 dan bobot untilan 12 kg)
hingga sampai ke collection road. Aplikasi supply point di Kebun SAH dapat
dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Aplikasi supply point pupuk di Kebun SAH
Penaburan pupuk. Pupuk yang telah dilangsir di setiap pasar pikul
kemudian segera ditaburkan ke setiap pohon sesuai dengan dosis. Pupuk akan
ditabur oleh tenaga pemupuk dengan cara menaburkan di areal piringan sejauh
1−2 m dari pohon tersebut. Penaburan pupuk harus menggunakan prinsip 3M
(merata, melebar dan menipis) serta harus membentuk huruf U membelakangi
gawangan mati (U-shape). Aplikasi pupuk Urea, Kiesrite, MOP dan RPH ditabur
berbentuk U-shape dengan tujuan untuk mendapatkan akar yang paling
berpotensial untuk menyerap pupuk tersebut. Akar potensial atau akar aktif ini
berada pada daerah yang jarang terdapat aktivitas manusia diatasnya. Penaburan
berbentuk U-shape dimaksudkan untuk menghindari penaburan di pasar pikul.
Pasar pikul merupakan daerah yang sangat sering terdapat aktivitas manusia
diatasnya sehingga menyebabkan tanah sering terinjak dan akar tidak dapat
berkembang dengan baik menjadi akar aktif. Salah satu permasalahan yang terjadi
pada kegiatan pemupukan di Kebun SAH adalah kurangnya kesadaran oleh
karyawan terhadap pentingnya pemakaian alat pelindung diri (APD) saat bekerja.

16

Tenaga kerja yang digunakan sebagai pengecer, pelangsir dan penabur
pupuk adalah karyawan surat perintah kerja lokal (SPKL) atau biasa disebut
sebagai karyawan borongan dengan standar kerja 8 ha HK-1 dan upah sesuai
dengan dosis pemupukan-1. Daftar dosis pemupukan-1 beserta upah yang dibayar
sebagai berikut :
1. Dosis 250 g–400 g = Rp 6 000 ha-1
2. Dosis 400 g–750 g = Rp 8 000 ha-1
3. Dosis 750 g–1 kg = Rp 12 000 ha-1
4. Dosis 1 kg–1.5 kg = Rp 13 500 ha-1
5. Dosis >1.5 kg
= Rp 15 000 ha-1
Mandor pupuk mempunyai tugas mengawasi dan mengamati proses
pemupukan dari awal sampai selesai. Penabur yang telah selesai melakukan
kegiatan pemupukan diharuskan untuk meletakkan karung bekas pupuk di pinggir
jalan dan oleh pelangsir karung tersebut dikumpulkan ke tempat pengumpulan
karung yang letaknya di pinggir jalan kantor afdeling.
Pengendalian Gulma
Gulma menjadi masalah utama dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit,
oleh karena itu keberadaan gulma yang sangat merugikan bagi pertanaman kelapa
sawit harus dikendalikan pertumbuhannya sehingga tetap berada di bawah batas
ambang ekonomi. Pahan (2008) menyatakan bahwa pengendalian gulma harus
memperhatikan batas ambang ekonomi yaitu ketika kerugian yang ditimbulkan
oleh gulma lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk pengendaliannya.
Kebun SAH memiliki beberapa gulma dominan pada areal gawangan,
piringan, batang kelapa sawit dan areal parit. Gulma tersebut tergolong dalam
jenis rumput-rumputan, jenis daun lebar dan jenis paku-pakuan. Hasil identifikasi
yang dilakukan di blok A27 dan B29 di Kebun SAH menunjukkan bahwa jenis
gulma yang dominan di piringan adalah Mikania micrantha, Croton hirtus,
Axonopus compressus dan tukulan. Jenis gulma yang dominan pada areal
gawangan adalah Asystasia coromandeliana, Croton hirtus dan Mikania
micrantha. Jenis gulma yang dominan pada areal batang kelapa sawit adalah
Nephrolepis bisserata dan Cyclosorus aridus. Jenis gulma yang dominan pada
areal parit adalah Mikania micrantha, Cyperus rotundus, Cyperus kyllingia dan
tukulan. Jenis gulma yang dominan tersebut tidak semuanya diberantas karena
disisi lain memberi manfaat bagi tanaman dan kegiatan. Beberapa jenis gulma
yang bermanfaat (beneficial plant) adalah Axonopus compressus dan Nephrolepis
bisserata.
Kegiatan pengendalian gulma di Kebun SAH dilakukan dengan dua cara,
yaitu secara manual dan kimiawi. Pengendalian secara manual dilakukan dengan
cara membabat secara manual sedangkan pengendalian secara kimiawi dilakukan
dengan penyemprotan herbisida. Semua kegiatan pengendalian gulma secara
manual dan kimiawi ini dibawah pengawasan oleh mandor perawatan.
Pembabatan manual. Kegiatan pembabatan manual di Kebun SAH
dilakukan untuk memba