Manajemen Penunasan Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaesis Guineensis Jacq.) Di Pt Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau
MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI
INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN,
PROPINSI RIAU
PARULIAN JULIO ALBERTO
A24070099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI
INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN,
PROPINSI RIAU
PARULIAN JULIO ALBERTO
A24070099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
PARULIAN JULIO ALBERTO. Manajemen Penunasan pada Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Inti Indosawit Subur,
Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. (Dibimbing oleh SUDIRMAN
YAHYA).
Kegiatan magang bertujuan menambah pengalaman dan keterampilan
kerja dalam proses kerja nyata pengelolaan kebun kelapa sawit, meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit baik teknis maupun
manajerial, serta secara khusus mempelajari teknik pemeliharaan kelapa sawit
yang baik melalui penunasan untuk mempertahankan jumlah pelepah optimum
sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit agar mendapat produksi maksimum.
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan mulai dari bulan
Maret hingga bulan Juli 2011 di PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan,
Propinsi Riau. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang bekerja secara
langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas
(KHL), pendamping mandor, sampai menjadi pendamping asisten Afdeling.
Penulis bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping
mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua
bulan terakhir.
Pengumpulan data dan informasi magang dilakukan dengan metode
langsung dan tidak langsung dalam mencari data primer maupun data sekunder.
Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui
pengamatan penulis di lapangan meliputi sistem penunasan, waktu dan sistem
pembayaran, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan, jumlah bunga
jantan dan bunga betina, serta diskusi langsung dengan KHL dan staf. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur dan laporan manajemen
mengenai kondisi umum perusahaan, kondisi iklim, peta, kondisi tanaman,
organisasi manajemen dan data produksi dari areal perkebunan tersebut.
Baik data primer maupun data sekunder dianalisis dengan metode
kualitatif dan kuantitatif, nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis
sederhana lainnya. Secara khusus analisis data dilakukan dengan membandingkan
kondisi penunasan antara kebun inti dan kebun plasma.
Penunasan merupakan pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta
pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan
pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun
(leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum. Tujuan
utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan
pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan
tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.
Kebijakan PT Inti Indosawit Subur untuk penunasan di kebun inti adalah
menggunakan sistem penunasan progresif, sedangkan untuk kebun plasma
menggunakan sistem penunasan periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali.
Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen bersamaan
dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam enam seksi wilayah,
satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dalam satu tahun. Jika sistem penunasan
progresif tidak berjalan dengan baik pada suatu blok, maka akan dibentuk
organisasi kelompok/gang khusus tunas. Pelepah daun yang telah ditunas
dipotong menjadi tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar
pelepah yang sudah kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa
sawit.
MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI
INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN,
PROPINSI RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PARULIAN JULIO ALBERTO
A24070099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul
: MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaesis guineensis Jacq.) DI PT
INTI
INDOSAWIT
SUBUR,
PELALAWAN, PROPINSI RIAU
Nama
: PARULIAN JULIO ALBERTO
NRP
: A24070099
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc)
NIP 19490119 197412 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr)
NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :……………
KABUPATEN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1988 di Jakarta. Penulis
merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Tonggo Tambunan dan Ibu Arie
Adriany Gultom.
Penulis lulus dari SD Strada Bhakti Wiyata II Bekasi Barat pada tahun
2001. Tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Strada Bhakti Wiyata
Bekasi Barat, kemudian melanjutkan studi ke SMAN 31 Jakarta dan lulus pada
tahun 2007.
Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga turut
serta mengikuti aktivitas non akademik sebagai anggota Persekutuan Mahasiswa
Kristen (PMK) IPB dan Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penulisan
skripsi dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai syarat
untuk menyelesaikan studi program sarjana di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan
hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan
penulis selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak (Tonggo Tambunan) dan Ibu (Adriany Gultom) tercinta serta seluruh
keluarga besar atas segala doa, dukungan, dan bantuan.
2.
Prof Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, saran, serta nasihat selama pelaksanaan
magang dan penyusunan skripsi.
3.
Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Agronomi
dan Hortikultura.
4.
Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi dan Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku dosen
penguji ujian skripsi.
5.
Ir. Faisal selaku Estate Manager, Ir. Benjamin Basuki Yulianto S selaku
Training Center Manager dan keluarga besar PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau, terutama Bapak Nirwan Ginting selaku asisten di
Afdeling II yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
6.
Alice, Josia Tambunan, Christopher, Syahrizan, Guntur, Elizabet Sagala,
dan semua teman-teman AGH 44 atas segala bantuan, dukungan, dan saran.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
viii
PENDAHULUAN.......................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan..............................................................................................
1
1
2
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit ...........................................
Daun Kelapa Sawit ..........................................................................
Penunasan Tanaman Kelapa Sawit..................................................
Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit .....................................
3
3
3
4
6
METODE MAGANG .................................................................................
Tempat dan Waktu ..........................................................................
Metode Pelaksanaan ........................................................................
Pengamatan dan Pengumpulan Data ...............................................
Analisis Data dan Informasi ............................................................
7
7
7
8
8
KEADAAN UMUM ...................................................................................
Letak Geografi.................................................................................
Keadaan Iklim dan Tanah................................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ....................................................
Keadaan Tanaman dan Produksi .....................................................
9
9
9
10
10
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG...............................................
Aspek Teknis ...................................................................................
Aspek Manajerial ............................................................................
13
13
31
PEMBAHASAN .........................................................................................
Sistem Penunasan ............................................................................
Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan .....................................
Teknik Penunasan ...........................................................................
Jumlah Pelepah yang Dipertahankan ..............................................
34
35
37
40
42
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan......................................................................................
Saran ................................................................................................
51
51
52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
53
LAMPIRAN ................................................................................................
54
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Produktivitas dan BJR TBS di PT Inti Indosawit Subur Tahun
2006 - 2010 ......................................................................................
10
2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010
12
3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong ............................
18
4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS) .........................
19
5. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman ........................
25
6. Fraksi Matang Buah .........................................................................
27
7. Alat-alat Panen .................................................................................
28
8. Premi Lebih Borong di Afdeling II Tiap Blok .................................
30
9. Parameter Denda Karyawan Potong Buah ......................................
31
10. Norma Prestasi Penunas Gang Tunas ..............................................
36
11. Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan Progresif Afdeling II ...
37
12. Data Losses Berondolan Tersangkut di Ketiak Pelepah ...................
38
13. Data Losses Buah Tinggal di Pokok.................................................
38
14. Hasil Pengamatan Teknik Songgo oleh Pemanen di Kebun Inti
dan Kebun Plasma ...........................................................................
41
15. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman Sesuai
SOP PT Inti Indosawit Subur ..........................................................
43
16. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok
B89a (Tahun Tanam 1989).............................................................
43
17. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok
B91d (Tahun Tanam 1991) .............................................................
43
18. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di
Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) ....................
44
19 . Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di
Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) ..........................
45
vi
20. Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Blok B89a (Tahun Tanam 1989) ....................................
46
21. Data Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan
Jumlah Tandan di Blok B91d (Tahun Tanam 1991) .......................
46
22. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) .........
47
23. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) ...
47
24. Perbandingan Rata-rata Jumlah Pelepah Terhadap Produksi ..........
49
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pemasangan Gorong-gorong ..............................................................
17
2. Pokok yang Harus Dirempes ..............................................................
16
3. Pemberian POME di Lahan ................................................................
20
4. Tanda Pokok yang akan di Thinning Out ...........................................
22
5. Pancang Hanca Gang Tunas...............................................................
37
6. Teknik Penunasan Songgo I ...............................................................
42
7. Bunga Kelapa Sawit (a. Jantan dan b. Betina) ...................................
47
8. Kondisi Pokok Kelapa Sawit (a. Overpruning dan b. Underpruning)
48
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas
(KHL) di PT Inti Indosawit Subur ..................................................
55
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor
di PT Inti Indosawit Subur ..............................................................
57
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten
di PT Inti Indosawit Subur ..............................................................
59
4. Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Tunggal Perkasa Plantations,
Indragiri Hulu, Riau Periode 2007 - 2010 ......................................
62
5. Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ..............................
63
6. Peta Satuan Peta Tanah dan Kesesuaian lahan di
PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ......................................
64
7. Struktur Organisasi di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ...
65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang merupakan
salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa
negara. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), potensi konsumsi dunia
terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat baik akibat pertambahan
penduduk sebagai konsumen maupun akibat pertumbuhan global. Minyak nabati
yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah
(CPO atau Crude Plam Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO
atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). Menurut Lubis (1992),
minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup kompetitif
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, karena produktivitas per hektarnya
cukup tinggi dan juga ditinjau dari aspek gizinya minyak kelapa sawit tidak
mengandung kadar kolesterol yang tinggi.
Kegiatan penangananan dan pemeliharaan pada kelapa sawit sangat
penting untuk dilakukan agar hasil produksinya tetap maksimum. Salah satu
kegiatan penanganan dan pemeliharaan kelapa sawit adalah penunasan, yaitu
pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak
produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan
penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar
mendapat produksi yang maksimum. Penunasan dilakukan dalam rangka
pengaturan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan untuk tujuan pengaturan
kapasitas produksi, walaupun pada prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen
panen buah (ketentuan songgo satu dan songgo dua).
Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan
kegitatan panen (potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika
penunasan tidak pada waktu panen, maka pemanen melakukan penunasan
terhadap pelepah yang menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama
pada pokok yang buah sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa
penunasan (curi buah) umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya
masih rendah (dengan alat panen dodos).
2
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah:
1.
Meningkatkan kemampuan professional dan keterampilan kerja dalam
memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
2.
Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan
perkebunan kelapa sawit.
Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari teknik
pemeliharaan kelapa sawit yang baik melalui penunasan, untuk mempertahankan
jumlah pelepah optimum sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit agar
mendapat produksi yang maksimum.
TINJAUAN PUSTAKA
Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan
laut (m dpl) dengan curah hujan yang sesuai adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun.
Suhu optimum penanaman kelapa sawit berkisar antara 24 – 28 0C. Walaupun
demikian, tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18 0C
dan tertinggi 32 0C. Intensitas penyinaran kelapa sawit adalah 5 – 7 jam/hari
dengan kelembaban ideal 80 – 90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada
pH 4.0 – 6.0, tetapi nilai pH yang optimum untuk penanaman kelapa sawit adalah
5.0 – 5.6. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut
terutama tanah gambut (Lubis, 1992).
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh bentuk wilayah dan
kondisi tanah. Perkebunan kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah gembur,
subur, berdrainase yang baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang
tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tanah yang kurang cocok untuk
penanaman kelapa sawit adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi
yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan
kemiringan 0 – 150 (Fauzi et. al, 2008).
Daun Kelapa Sawit
Daun pertama yang keluar pada stadia bibit kelapa sawit adalah berbentuk
lanceolate yang kemudian akan berkembang menjadi bifurcate dan terakhir
berbentuk pinnate . Pada bibit kelapa sawit yang berumur 5 bulan akan dijumpai
5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate, sedangkan pada bibit yang berumur 12
bulan akan terdapat 5 lanceolate, 4 bifurcate, dan 10 pinnate.
Pangkal pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau
tempat duduknya anak/helaian daun yang terdiri atas rachis, tangkai daun
(petiolus), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folium), lidi
(nervatio), tepi daun (margo folium), dan daging daun (lintervenium).
4
Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada
yang berputar kiri dan kanan tetapi lebih banyak yang berputar kanan. Produksi
pelepah daun pada tanaman kelapa sawit dalam satu tahun dapat mencapai
20 – 30 pelepah. Panjang pelepah dapat mencapai 7.5 – 9.0 m pada tanaman
dewasa. Setiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri dan kanan rachis. Jumlah anak
daun pada tiap sisi dapat mencapai 125 – 200. Anak daun yang di tengah dapat
mencapai panjang 1.2 m. Pada satu tanaman dewasa terdapat 40 – 50 pelepah.
Luas permukaan daun dapat mencapai 10 – 15 m2 pada tanaman dewasa yang
berumur 10 tahun atau lebih. Daun yang masih muda belum membuka dan tegak
berdiri. Daun mulai membuka dan tegak berdiri dalam waktu 2 tahun dan
kedudukannya makin condong sesuai dengan umurnya. Daun akan cepat
membuka pada tanah-tanah yang subur, sehingga akan makin efektif proses
asimilasinya.
Dalam satu bulan akan terbentuk dua sampai tiga pelepah daun pada
tanaman produksi sedang, sedangkan pada tanaman yang berproduksi tinggi
dalam waktu yang sama terbentuk tiga sampai empat pelepah daun. Untuk
tanaman yang normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun, serta dapat juga
sampai 60 pelepah jika tidak dipotong. Umur daun dari mulai terbentuk sampai
tua adalah sekitar enam hingga tujuh tahun. Letak pelepah daun pada batang
menurut garis spiral yang bergerak dari kanan atas ke kiri bawah. Letak daun
pertama hampir tepat sejajar pada spiral daun ke-9, 17, 25, 33, dan seterusnya atau
spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34 dan seterusnya. Pola ini berlaku untuk daun
ke-3, 4, 5, dan seterusnya.
Penunasan Tanaman Kelapa Sawit
Pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi
produksi kelapa sawit (Pahan, 2008). Efisiensi tajuk dapat mengubah radiasi sinar
matahari menjadi karbohidrat. Kegiatan pengelolaan tajuk yang tepat dapat
dilakukan melalui penunasan, yaitu pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta
pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan
pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun
(leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum.
5
Penunasan dilakukan dalam rangka pengaturan jumlah pelepah yang harus
ditinggalkan untuk tujuan pengaturan kapasitas produksi, walaupun pada
prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen panen buah (ketentuan songgo satu
dan songgo dua). Penunasan berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Kadar
nitrogen dan kalium pada pelepah akan meningkat, tetapi magnesium akan
menurun bila tunas pokok dilakukan secara berlebihan (Pahan, 2008).
Implikasinya, bila ditemukan status N dan K lebih tinggi dan status Mg berkurang
maka hal tersebut menunjukkan terjadinya penunasan yang berlebihan sebelum
periode pengambilan contoh daun.
Sampai saat ini belum diperoleh informasi tentang jumlah pelepah yang
perlu dipertahankan terus menerus atau berbeda antara musim hujan dan kemarau
agar tercapai jumlah pelepah optimum, untuk menyeimbangkan antara kapasitas
fotosintesis bersih (termasuk untuk respirasi jaringan daun) dan pemenuhan
permintaan transpirasi. Laju berbagai proses fisiologi tersebut sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan tumbuh, terutama keadaan iklim. Dengan demikian perlu
pula diketahui kemungkinan adanya perbedaan tingkat penunasan atau pelepah
optimum dengan berbedanya keadaan iklim antara lokasi perkebunan.
Tujuan utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman,
memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui
berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Dalam
prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen
(potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika penunasan tidak pada
waktu panen, maka pemanen melakukan penunasan terhadap pelepah yang
menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama pada pokok yang buah
sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa penunasan (curi buah)
umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya masih rendah (dengan alat
panen dodos).
6
Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit
Teknik penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit sering
disebut dengan teknik songgo, yaitu hanya menyisakan beberapa pelepah dari
tandan buah paling bawah sebagai penyanggah buah kelapa sawit. TM kelapa
sawit memiliki tiga jenis teknik songgo, yaitu songgo satu, songgo dua, dan
songgo tiga. Teknik songgo ini disesuaikan dengan umur TM kelapa sawit
tersebut. Teknik songgo tiga, yaitu teknik yang hanya menyisakan tiga pelepah
dari tandan buah paling bawah, dilakukan pada TM yang berumur 4 – 7 tahun.
Teknik songgo dua, yaitu teknik yang hanya menyisakan dua pelepah dari tandan
buah paling bawah, dilakukan pada TM yang berumur 8 – 14 tahun, sedangkan
teknik songgo satu (menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling bawah)
dilakukan pada TM yang berumur di atas 15 tahun (Pahan, 2008).
Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit untuk
mendapatkan indeks luas daun (ILD) yang optimum. ILD adalah rasio luas daun
terhadap luas lahan. ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5 – 7.
Nilai ILD dipengaruhi oleh waktu penyinaran, suhu udara, kelembaban tanah, dan
karakteristik genetik tanah (Pahan, 2008). ILD akan optimum jika pentupan tajuk
optimum. Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi
matahari yang datang dapat diserap oleh tanaman.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur yang berada di
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau yang
dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Maret sampai 1 Juli 2011.
Metode Pelaksanaan
Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah
dengan melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai
tingkat jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu
sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai menjadi
pendamping asisten Afdeling. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang
bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor
pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan
terakhir. Secara khusus kegiatan magang akan lebih diarahkan pada aspek
penunasan kelapa sawit.
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode
tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung
dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode
tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan
manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di
kantor
kebun.
Metode
tidak
langsung
juga
dapat
mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.
dilakukan
dengan
8
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data primer yang dikumpulkan selama magang difokuskan pada kegiatan
penunasan, data kegiatan penunasan meliputi : sistem penunasan, waktu dan
sistem pembayaran, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan,
jumlah bunga jantan dan bunga betina, serta diskusi langsung dengan KHL dan
staf. Untuk melengkapi informasi, selain pada kebun inti, pengamatan untuk
kajian aspek penunasan juga dilakukan pada kebun plasma milik masyarakat.
Data sekunder berupa kondisi umum dan data manajerial perusahaan. Data
sekunder kondisi umum yang dikumpulkan dari perusahaan adalah letak
geografis, topografi dan tanah, iklim dan curah hujan, luas areal dan tata guna
lahan, dan produktivitas tanaman. Data sekunder manajerial yang dikumpulkan
dari perusahaan adalah struktur organisasi dan ketenagakerjaan.
Analisis Data dan Informasi
Analisis yang akan dilakukan untuk mengolah data penunasan yang
terdapat pada perkebunan kelapa sawit tersebut adalah dengan cara analisis
kualitatif dan kuantitatif, nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis
sederhana lainnya. Secara khusus analisis data dilakukan dengan membandingkan
kondisi penunasan antara kebun inti dan kebun plasma.
KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Wilayah perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur berada pada
Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan Pangkalan
Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. Lokasi
perkebunan terletak antara 01o 40’ – 102o 15’ BT dan 0o 05’ – 0o 43’ LS.
Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya
yang menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Jambi.
Batas-batas lokasi PT Inti Indosawit Subur adalah sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Kerinci Kanan, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Pangkalan Kerinci, sebelah Barat berbatasan dengan Kota Pekanbaru, dan sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hilir.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson (1951), areal perkebunan
termasuk dalam tipe A. Curah hujan maksimum hujan terjadi pada bulan Februari
dan curah hujan minimum pada bulan Agustus-September. Intensitas hujan tinggi
(27 cm) dengan rata-rata curah hujan 3600 mm per tahun (berkisar antara
2 500 – 5 400 mm per tahun). Rata-rata hari hujan adalah 129 hari per tahun.
Keadaan curah hujan bulanan di Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada
Lampiran 5. Suhu rata-rata harian adalah berkisar antara 27 – 33 oC.
Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning.
Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik
merah kuning. Tekstur tanah terdiri atas lempung liat berpasir, lempung berpasir
dan lempung dengan kedalaman tanah lebih dari 100 cm. Pada areal yang relatif
datar, jenis tanahnya adalah alluvial. Tekstur lempung berpasir sampai pasir
dengan kedalaman tanah lebih dari 100 cm. Adapun peta satuan peta tanah dan
sebaran kelas kesesuaian lahan PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada
Lampiran 7.
10
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun
inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik 6 Afdeling yang terdiri dari
Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III
dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas
883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Selain itu, terdapat juga lahan
kemitraan pola PIR - Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit
Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling yaitu Afdeling VII dengan
luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Jenis Tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT Inti Indosawit Subur adalah
jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian Perkebunan Marihat. Jarak
tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan
7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 pokok.
Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan, populasi tanaman rata-rata per
hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan
tempat, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya. Produktivitas dan bobot
janjang rata-rata (BJR) TBS PT Inti Indosawit Subur tahun 2006 – 2010 dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produktivitas dan BJR TBS di PT Inti Indosawit Subur Tahun
2006 - 2010
Tahun
Luas
Produksi
Produktivitas
BJR
Areal
(ton/ha)
(kg/tandan)
Jumlah TBS Bobot TBS
(ha)
(tandan)
(ton)
2006
5 549
6 583 304 129 094 480
22.73
19.61
2007
5 549
6 486 647 133 869 140
23.57
20.64
2008
5 549
6 348 920 140 089 790
24.67
22.07
2009
5 549
6 182 967 143 665 640
25.77
23.24
2010
5 549
5 376 461 126 851 010
22.84
23.59
Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011)
11
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Pada level manajemen kebun, PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh
seorang manajer yang membawahi asisten kepala, asisten Afdeling, Kepala Tata
Usaha (KTU), asisten traksi, asisten Quality Control (QC), asisten Humas, dan
asisten by product. Asisten kepala membawahi asisten Afdeling dan mandor
semprot, sementara asisten Afdeling membawahi mandor I dan kerani Afdeling,
sedangkan asisten traksi membawahi kepala bengkel, mandor transport, dan
kerani traksi.
Estate Manager (manajer kebun) memiliki tugas dan tanggung jawab
melaksanakan pengelolaan kebun secara menyeluruh sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan perusahaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta
manajemen keuangan kebun. Asisten kepala memiliki tugas untuk memimpin,
mengarahkan, dan menegur para asisten Afdeling dan juga mandor semprot dalam
melaksanakan kegiatan di lapangan. Asisten kepala juga dapat menggantikan
tugas manajer jika manajer kebun tidak berada di unit usaha serta
bertanggungjwab secara penuh kepada estate manager.
Asisten Quality Control (QC) bertanggung jawab dalam melakukan
pemeriksaan kualitas hanca dan mutu buah setiap Afdeling dalam kebun.
Pemeriksaan kualitas hanca diantaranya tunasan sengkleh, berondolan, dan buah
yang tinggal di tempat pengumpulan hasil (TPH), piringan, maupun jalan pikul,
sedangkan pemeriksaan mutu buah meliputi buah mentah (unripe), buah
busuk/janjangan kosong (empty bunch), buah lewat matang (overripe), dan buah
tangkai panjang (long stalk).
Asisten Afdeling memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan arahan
dan perintah kepada mandor I, mandor, dan kerani, melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap karyawan di lapangan, menyusun rencana kerja bulanan
(RKB), memeriksa dan mengevaluasi laporan mandor dalam buku kerja mandor.
Asisten traksi memiliki tugas dan tanggung jawab secara penuh terhadap sistem
transportasi yang ada di kebun. Selain itu, mandor traksi juga mengatur kegiatan
pengoperasian alat-alat berat yang digunakan kebun seperti: dozer dan excavator.
12
Asisten Humas memiliki tugas melaksanakan analisis dan penyiapan
rancangan kebijakan pengelolaan informasi perusahaan dalam bidang hubungan
masyarakat. Asisten by product memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap
pengelolaan limbah pabrik (janjangan kosong, Palm Oil Mill Effluent (POME),
abu janjang, dan decanter solid). KTU bertanggung jawab dalam bagian
administrasi kebun.
Ketenagakerjaan di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas karyawan staf dan
non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan.
Karyawan staf terdiri atas General Manager, Estate Manager (manajer kebun),
asisten kepala, asisten Afdeling, KTU, asisten traksi, asisten Quality Control
(QC), asisten Humas, dan asisten by product. Pemberian gaji berdasarkan
golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri
atas karyawan tetap Syarat Kerja Umum (SKU) dan karyawan harian lepas
(KHL). Jumlah karyawan staf dan non staf PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010
No
1
2
Jabatan
Jumlah
Staf
General Manager
Estate Manager
Asisten Kepala
Asisten Afdeling
Asisten QC
Asisten Humas
Asisten By Product
Asisten Traksi
KTU
Non Staf
Tenaga kerja tak langsung
SKU B/H : - Traksi
SKU B/H : - Kantor
SKU B/H : - Afdeling
48
141
196
Tenaga Kerja langsung
SKU B/H : - Panen
SKU B/H : - Upkeep
Total SKU H/B + PHL
292
616
1293
Jumlah
1308
Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011).
1
1
2
6
1
1
1
1
1
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Mahasiswa pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab
sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan
berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan terakhir. Kegiatan
magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur dengan kegiatan yang dilakukan
meliputi aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan
pemupukan (organik dan anorganik), pengendalian gulma (manual dan kimiawi),
pengendalian hama dan penyakit (sensus ulat api), pemeliharaan sarana dan
prasarana, sensus thining out, penunasan, dan pemanenan.
Pelaksanaan kerja di PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan
selama enam hari kerja dalam seminggu dan penulis ditempatkan di Afdeling II
dengan asisten Afdeling Ir. Nirwan Ginting. Waktu hari kerja rata-rata selama
7 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.
Waktu istirahat/wolon dilakukan selama setengah jam dari pukul 11.30 WIB
sampai dengan pukul 12.00 WIB. Selain itu, penulis diwajibkan mengikuti muster
morning (apel pagi) yang dimulai pada pukul 05.30 WIB bersama asisten
Afdeling, mandor, dan kerani. Kemudian, kegiatan dilanjutkan pada sore hari di
kantor Afdeling mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB.
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma
dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral, CO 2, dan air.
Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari
serangan hama dan penyakit. Secara umum, pengendalian gulma di PT Inti
Indosawit Subur difokuskan pada gulma di pringan, jalan pikul, dan tempat
pengumpulan hasil (TPH).
Pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu). Dongkel anak kayu
(DAK) adalah kegiatan menyiang tanaman dengan membongkar atau membuang
hingga akarnya (mendongkel) sehingga diharapkan tidak tumbuh kembali di
piringan maupun di gawangan. Alat yang digunakan untuk DAK adalah parang
14
(untuk membabat gulma berkayu) dan garu (untuk membersihkan piringan
pelepah-pelepah yang terjatuh). Gulma-gulma yang didongkel antara lain adalah
gulma-gulma yang umumnya berkayu seperti Climedia hirta, Melastoma
malabatricum, Chromolaena odorata, dan Lantana sp. Pengendalian gulma ini
selain berfokus terhadap gulma berkayu juga melakukan kegiatan pembersihan
piringan dengan membersihkan pelepah-pelepah yang berada di sekitar piringan
dengan menyusun secara letter “I” jika berada di dekat jalan raya dan menyusun
secara letter “U” jika berada di daerah tanjakan. Rotasi dari kegiatan DAK ini
adalah 3 bulan dengan prestasi kerja pekerja karyawan adalah dua jalan pikul
(4 – 5 ha). Prestasi kerja penulis adalah satu jalan pikul.
Pengendalian gulma kimiawi. Pengedalian gulma secara kimiawi yang
dilakukan di PT Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang
langsung dibawah tanggung jawab asisten kepala. Tim Unit Semprot (TUS)
dibagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu Knapsack sprayer
(RB-15/Solo) dan Controlled Droplet Applicator (CDA).
Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat Knapsack sprayer (RB-15/Solo)
terdiri dari satu unit kendaraan pengangkut tangki bahan kimia dan satu unit
kendaraan pengangkut karyawan semprot, alat semprot RB-15/Solo berjumlah 20
unit yang dibagi menjadi 18 unit untuk operasional dan dua unit sebagai cadangan
(jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor karyawan
semprot. Tenaga semprot berjumlah 20 orang yang terdiri dari 18 orang
penyemprot inti dan dua orang cadangan yang akan menggantikan bila tim inti
ada yang sakit, haid, mangkir, dan sebagainya. Alat semprot Knapsack sprayer
(RB-15/Solo) menggunakan bahan aktif Paraquat konsentrasi 0.50 % dengan
merek dagang Gromoxon dan bahan aktif Methyl metsulfuron konsentrasi 0.03 %
dengan merek dagang Trapp. Jenis bahan aktif ini bersifat sistemik yang berarti
bekerja melalui jaringan di dalam tanaman. Gulma-gulma yang menjadi sasaran
adalah pakis-pakisan dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan
TPH. Kapasitas tangki semprot sebesar 15 liter. Prestasi kerja pada karyawan
sebanyak 8 kap/orang atau ± 264 pokok sedangkan prestasi kerja penulis sebesar
3 kap atau ± 99 pokok.
15
Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat semprot CDA terdiri dari satu unit
kendaraan pengangkut tangki bahan kimia (truk + tangki 600 liter) dan satu unit
kendaraan pengangkut karyawan semprot, 12 unit alat semprot (Micron Herbi
Sprayer) yang dibagi menjadi 10 unit untuk operasional dan dua unit sebagai
cadangan (jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor
karyawan semprot. Alat semprot CDA biasa dikenal dengan nama micron herbi
dan digunakan untuk Ultra Low Volume (ULV) dengan volume semprot rendah
< 50 liter/ha. Hasil semprotannya menghasilkan butiran halus yang terkendali
dengan ukuran seragam (± 250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang tinggi.
Kapasitas tangki dengan alat ini adalah 10 liter. Bahan aktif yang digunakan
adalah Glifosat konsentrasi 4 % dengan merek dagang Bionasa dan bahan aktif
2.4D konsentrasi 2 % dengan merek dagang Lindomin. Gulma-gulma yang
menjadi sasaran utama adalah Asystasia dan rumput-rumputan yang terdapat di
jalan pikul, piringan dan TPH. Prestasi kerja karyawan sebanyak 5 ha/HK.
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan di PT Inti
Indosawit Subur merupakan kegiatan pengelolaan konservasi tanah dan air
melalui pemasangan gorong-gorong (untuk mengalirkan air) dan rempesan
pelepah.
Pemasangan gorong-gorong. Gorong-gorong adalah salah satu sarana
prasarana unit jembatan yang berfungsi untuk mengalirkan air agar jalan tidak
tergenang air sehingga transportasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional
dapat berjalan dengan baik terutama untuk pengangkutan TBS. Gorong-gorong
yang digunakan di Afdeling II PT Inti Indosawit Subur memiliki diameter sebesar
30 cm dengan panjang 4 m dan ditanam pada kedalaman 75 cm dari permukaan
tanah kemudian ditimbun kembali dengan tanah agar tidak pecah bila dilewati
kendaraan dan juga agar tidak tersumbat lumpur. Kemudian, pada bagian pangkal
dari gorong-gorong dibuat rorak (tempat menampung air dari parit) dengan
ukuran 75 cm x 75 cm, kedalaman 1 m, sedangkan pada bagian ujung lainnya
dibuat parit yang berukuran 1 m2 untuk mengalirkan air ke saluran tempat
pembuangan air. Bagian ujung kiri dan kanan di atas gorong-gorong yang telah
tertimbun kemudian diletakkan karung goni yang berisi tanah sebanyak
16
± 30 karung agar tanah tidak mudah longsor (Gambar 1). Prestasi kerja yang
diperoleh untuk kegiatan ini adalah 1 unit/2 HK. Prestasi kerja karyawan adalah 1
unit/2 HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan.
Gambar 1. Pemasangan Gorong-gorong
Rempesan pelepah. Kegiatan rempesan pelepah ini bertujuan untuk
membuang pelepah yang tidak produktif pada tanaman pokok yang dapat
menghalangi lajunya jalan kendaraan di sepanjang jalan koleksi (collection road).
Selain itu, kegiatan merempes juga bertujuan agar sinar matahari yang masuk
menerangi badan jalan semakin banyak dan jalan-jalan yang tergenang air
menjadi cepat mongering. Tahapan rempesan pelepah antara lain: 1) Memotong
pelepah yang menutupi jalan dan disisakan sekitar satu meter, 2) Pelepah yang
berserakan di sepanjang jalan dipotong menjadi tiga bagian dan disusun dengan
rapi di gawangan mati.
17
Gambar 2.Pokok yang Harus Dirempes
Pemupukan
Pemupukan kelapa sawit merupakan pekerjaan penambahan unsur hara
secara efektif dan berimbang yang diberikan secara langsung ke tanaman maupun
tidak langsung ke dalam tanah untuk mempertahankan kesuburan. PT Inti
Indosawit Subur mensubstitusi sebagian pupuk anorganik dengan pupuk organik
yang berasal dari by product pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) seperti
janjangan kosong, abu janjang, decanter solid, dan Palm Oil Mill Effluent
(POME). Penggunaan by product pabrik sebagai pupuk organik signifikan dalam
mengurangi biaya pemupukan, mempertahankan produksi TBS, peremajaan
tanah, dan mengurangi polusi lingkungan.
Janjangan kosong. Janjangan kosong merupakan tandan kosong dari
pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang berasal dari stasiun rebusan dan stasiun
pemipilan. Janjangan kosong memiliki kandungan bahan organik yang berguna
bagi tanaman. Saat pengaplikasian janjangan kosong, gawangan mati harus
dibersihkan terlebih dahulu. Jika gawangan mati pada saat pengaplikasian
janjangan kosong tidak dibersihkan dari gulma, maka pada saat penyerapan unsur
hara, akar tanaman kelapa sawit tidak dapat menyerapnya secara keseluruhan.
18
Tabel 3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong
Hara utama
Nirogen (N)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Magnesium (Mg)
Persentase unsur hara
dalam janjangan kosong (%)
Kisaran
Rata-rata
0.32 – 0.43 N
0.03 – 0.05 P2O5
0.89 – 0.95 K2O
0.07 – 0.10 MgO
0.37 N
0.04 P2O5
0.91 K2O
0.08 MgO
Per ton janjangan
kosong sebanding
dengan pupuk
anorganik
8.00 kg Urea
2.90 kg RP
18.30 kg MOP
5.00 kg Kieserit
Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Data-data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid
sebanding dengan 8.00 kg Urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP, dan 5.00 kg Kieserit.
Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah kalium (K) dengan
rata-rata persentase sebesar 0.91 % K2O.
Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan membuat petakan janjangan
kosong yang berukuran lebar 8 janjangan kosong dan panjang 11 janjangan
kosong dengan bobot janjangan di petakan sebesar ± 370 kg. Pengaplikasian
janjangan kosong dapat menggunakan angkong dan gancu. Satu angkong dapat
memuat 30 – 35 janjangan kosong dimana bobot satu janjangan 20 % dari bobot
janjangan sebelum diolah sehingga pada saat sekali membawa angkong, bobot
yang dibawa sebesar 120 – 150 kg. Untuk satu ukuran janjangan kosong
dibutuhkan 3 kali angkong sehingga total janjangan kosong di satu ukuran
90 – 105 janjangan kosong. Rotasi janjangan kosong dilaksanakan setiap satu kali
dalam setahun pada areal yang sama, karena pada saat itu janjangan kosong sudah
hancur berbentuk tanah. Norma kerja karyawan adalah 10 titik/hari dan norma
kerja penulis 5 titik.
Decanter solid. Decanter solid merupakan produk akhir dari pengolahan
TBS dengan memakai sistem decanter yang akan menghasilkan padatan lumpur
dan bersifat asam. Decanter solid diaplikasikan diantara dua pokok kelapa sawit
dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di gawangan mati dengan dosis
empat until, dimana satu until berbobot 18 kg. Norma kerja karyawan untuk
aplikasi decanter solid ini adalah 150 until per HK. Rotasi pengaplikasian
decanter solid adalah satu kali dalam setahun. Prestasi kerja penulis untuk
decanter solid adalah 24 until.
19
Tabel 4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS)
Unsur hara utama
Rata-rata
persentase hara
dalam decanter solid (%)
Nirogen (N)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Magnesium (Mg)
0.47 N
0.05 P2O5
0.30 K2O
0.07 MgO
Per ton decanter
solid (DS) sebanding
dengan pupuk
anorganik
10.30 kg Urea
3.30 kg RP
6.10 kg MOP
4.50 kg Kieserit
Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Data-data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid
sebanding dengan 10.30 kg Urea, 3.30 kg RP, 6.10 kg MOP, dan 4.50 kg Kieserit.
Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah nitrogen (N) dengan
rata-rata persentase sebesar 0.47 %.
Abu janjang. Abu janjang/bunch ash merupakan produk akhir
pembakaran janjangan kosong (JJK) pada incenerator PMKS. Kandungan unsur
hara tertinggi yang terkandung dalam abu janjang adalah K yaitu 35 – 47 % K2O,
kemudian diikuti dengan kandungan unsur hara Mg dan Ca sebesar 4 – 6 % MgO
dan CaO, dan P sebesar 2.5 - 3.5 % P2O5. Kandungan nutrisi abu janjang dari
unsur hara K2O dapat mensubstitusi kelebihan biaya pupuk anorganik MOP
sehingga perusahaan dapat menghemat biaya pemupukan.
Palm Oil Mill Effluent (POME). Palm Oil Mill Effluent (POME)
merupakan limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari
pengolahan PMKS terutama dari steilizer condensate, sludge dari klarifikasi, dan
air buangan hydrocyclone yang dapat digunakan sebagai pengganti pupuk
anorganik, sebagai sumber air bagi tanaman terutama pada saat musim kering, dan
juga dapat mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan jika dibuang ke sungai.
Aplikasi limbah cair dialirkan melalui pipa PVC dari pabrik ke flatbed yang
berukuran 7 m x 1.5 m x 1 m dengan volume 3.5 m3/flatbed. Rata-rata untuk 1 ha
lahan terdapat ± 53 flatbed. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali.
Layanan aplikasi limbah cair tetap harus dilakukan setiap enam bulan sekali
setelah pengisian, agar kondisi tanah dari flatbed tetap baik dan juga bersih dari
gulma.
20
Gambar 3. Pemberian POME di Lahan
Pemupukan anorganik. Pemupukan anorganik yang ada di PT Inti
Indosawit Subur terdiri atas pupuk Dolomit, ZA (Zwavelzuur ammonia), MOP
(Muriate of Potash), RP (Rock Phosphate), dan HGFB (High Grade Fertilizer
Borate). Aplikasi pemupukan di PT Inti Indosawit Subur berdasarkan
rekomendasi dari Departemen R & D PT Asian Agri yang terletak di Tebing
Tinggi. Rekomendasi tersebut diformulasikan berdasarkan beberapa faktor yaitu:
produksi TBS, umur tanaman, status hara tanaman (analisis daun dan observasi
lapangan), sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, dan hasil
percobaan pupuk.
Dalam pengadaan pupuk, PT Inti Indosawit Subur bekerjasama dengan
perusahaan penyedia pupuk, kemudian pupuk yang telah dibeli disimpan ke dalam
gudang sentral. Gudang tersebut merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan
keperluan kebun yaitu herbisida dan pupuk. Prosedur penyaluran pupuk ke tiap
Afdeling adalah berdasarkan jumlah permintaan pupuk dari tiap Afdeling. Prinsip
4T yaitu: tepat dosis, waktu, cara, dan tempat merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam menentukan efisiensi pemupukan terutama
pemupukan anorganik.
Penguntilan pupuk menggunakan alat takar until pupuk yang telah
dikalibrasi berdasarkan jenis dan dosis pupuk rekomendasi yang akan
diaplikasikan. Tiap satu untilan berisi pupuk untuk dosis delapan pokok. Jumlah
tenaga kerja penguntil pupuk di PT Inti Indosawit Subur adalah enam orang.
21
Norma kerja karyawan penguntil pupuk adalah 1 500 kg/HK sehingga jumlah
bobot untilan pupuk untuk satu hari adalah sebesar 9 000 kg. Ketepatan
penguntilan sangat dipengaruhi oleh penggunaan alat takar until, keterampilan
tenaga kerja penguntil, dan kontrol mandor until pupuk. Selain itu, perlu juga
dilakukan kontrol dengan menggunakan timbangan agar dosis pupuk sesuai
dengan bobot untilan yang dibuat.
Pengeceran pupuk dilakukan dengan mengangkut pupuk ke tempat
peletakkan pupuk (TPP) dengan menggunakan dump truck. Pemuatan untilan ke
dalam kendaraan dilakukan pada pagi hari ke TPP blok yang akan dipupuk pada
hari itu juga. Mandor pupuk harus mengetahui dan memastikan untilan pupuk
sudah diecer pada TPP, sesuai dengan jumlah untilan/TPP yang tertera pada
pokok.
Pelangsiran pupuk adalah membawa untilan pupuk yang berada di pinggir
jalan ke dalam blok dan diletakkan setiap selang 8 pokok/baris. Penaburan pupuk
pun dilakukan setelah pelangsiran untilan pupuk selesai. Penabur diberikan
takaran
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI
INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN,
PROPINSI RIAU
PARULIAN JULIO ALBERTO
A24070099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI
INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN,
PROPINSI RIAU
PARULIAN JULIO ALBERTO
A24070099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN
PARULIAN JULIO ALBERTO. Manajemen Penunasan pada Tanaman
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Inti Indosawit Subur,
Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. (Dibimbing oleh SUDIRMAN
YAHYA).
Kegiatan magang bertujuan menambah pengalaman dan keterampilan
kerja dalam proses kerja nyata pengelolaan kebun kelapa sawit, meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit baik teknis maupun
manajerial, serta secara khusus mempelajari teknik pemeliharaan kelapa sawit
yang baik melalui penunasan untuk mempertahankan jumlah pelepah optimum
sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit agar mendapat produksi maksimum.
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan mulai dari bulan
Maret hingga bulan Juli 2011 di PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan,
Propinsi Riau. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang bekerja secara
langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas
(KHL), pendamping mandor, sampai menjadi pendamping asisten Afdeling.
Penulis bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping
mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua
bulan terakhir.
Pengumpulan data dan informasi magang dilakukan dengan metode
langsung dan tidak langsung dalam mencari data primer maupun data sekunder.
Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui
pengamatan penulis di lapangan meliputi sistem penunasan, waktu dan sistem
pembayaran, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan, jumlah bunga
jantan dan bunga betina, serta diskusi langsung dengan KHL dan staf. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur dan laporan manajemen
mengenai kondisi umum perusahaan, kondisi iklim, peta, kondisi tanaman,
organisasi manajemen dan data produksi dari areal perkebunan tersebut.
Baik data primer maupun data sekunder dianalisis dengan metode
kualitatif dan kuantitatif, nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis
sederhana lainnya. Secara khusus analisis data dilakukan dengan membandingkan
kondisi penunasan antara kebun inti dan kebun plasma.
Penunasan merupakan pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta
pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan
pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun
(leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum. Tujuan
utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan
pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan
tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.
Kebijakan PT Inti Indosawit Subur untuk penunasan di kebun inti adalah
menggunakan sistem penunasan progresif, sedangkan untuk kebun plasma
menggunakan sistem penunasan periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali.
Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen bersamaan
dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam enam seksi wilayah,
satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dalam satu tahun. Jika sistem penunasan
progresif tidak berjalan dengan baik pada suatu blok, maka akan dibentuk
organisasi kelompok/gang khusus tunas. Pelepah daun yang telah ditunas
dipotong menjadi tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar
pelepah yang sudah kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa
sawit.
MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI
INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN,
PROPINSI RIAU
Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PARULIAN JULIO ALBERTO
A24070099
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul
: MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaesis guineensis Jacq.) DI PT
INTI
INDOSAWIT
SUBUR,
PELALAWAN, PROPINSI RIAU
Nama
: PARULIAN JULIO ALBERTO
NRP
: A24070099
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
(Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc)
NIP 19490119 197412 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen
(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr)
NIP 19611101 198703 1 003
Tanggal Lulus :……………
KABUPATEN
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1988 di Jakarta. Penulis
merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Tonggo Tambunan dan Ibu Arie
Adriany Gultom.
Penulis lulus dari SD Strada Bhakti Wiyata II Bekasi Barat pada tahun
2001. Tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Strada Bhakti Wiyata
Bekasi Barat, kemudian melanjutkan studi ke SMAN 31 Jakarta dan lulus pada
tahun 2007.
Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga turut
serta mengikuti aktivitas non akademik sebagai anggota Persekutuan Mahasiswa
Kristen (PMK) IPB dan Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penulisan
skripsi dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai syarat
untuk menyelesaikan studi program sarjana di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan
hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan
penulis selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak (Tonggo Tambunan) dan Ibu (Adriany Gultom) tercinta serta seluruh
keluarga besar atas segala doa, dukungan, dan bantuan.
2.
Prof Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, saran, serta nasihat selama pelaksanaan
magang dan penyusunan skripsi.
3.
Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Agronomi
dan Hortikultura.
4.
Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi dan Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku dosen
penguji ujian skripsi.
5.
Ir. Faisal selaku Estate Manager, Ir. Benjamin Basuki Yulianto S selaku
Training Center Manager dan keluarga besar PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau, terutama Bapak Nirwan Ginting selaku asisten di
Afdeling II yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
6.
Alice, Josia Tambunan, Christopher, Syahrizan, Guntur, Elizabet Sagala,
dan semua teman-teman AGH 44 atas segala bantuan, dukungan, dan saran.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, September 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
viii
PENDAHULUAN.......................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Tujuan..............................................................................................
1
1
2
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit ...........................................
Daun Kelapa Sawit ..........................................................................
Penunasan Tanaman Kelapa Sawit..................................................
Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit .....................................
3
3
3
4
6
METODE MAGANG .................................................................................
Tempat dan Waktu ..........................................................................
Metode Pelaksanaan ........................................................................
Pengamatan dan Pengumpulan Data ...............................................
Analisis Data dan Informasi ............................................................
7
7
7
8
8
KEADAAN UMUM ...................................................................................
Letak Geografi.................................................................................
Keadaan Iklim dan Tanah................................................................
Luas Areal dan Tata Guna Lahan ....................................................
Keadaan Tanaman dan Produksi .....................................................
9
9
9
10
10
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG...............................................
Aspek Teknis ...................................................................................
Aspek Manajerial ............................................................................
13
13
31
PEMBAHASAN .........................................................................................
Sistem Penunasan ............................................................................
Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan .....................................
Teknik Penunasan ...........................................................................
Jumlah Pelepah yang Dipertahankan ..............................................
34
35
37
40
42
KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Kesimpulan......................................................................................
Saran ................................................................................................
51
51
52
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
53
LAMPIRAN ................................................................................................
54
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
1. Produktivitas dan BJR TBS di PT Inti Indosawit Subur Tahun
2006 - 2010 ......................................................................................
10
2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010
12
3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong ............................
18
4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS) .........................
19
5. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman ........................
25
6. Fraksi Matang Buah .........................................................................
27
7. Alat-alat Panen .................................................................................
28
8. Premi Lebih Borong di Afdeling II Tiap Blok .................................
30
9. Parameter Denda Karyawan Potong Buah ......................................
31
10. Norma Prestasi Penunas Gang Tunas ..............................................
36
11. Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan Progresif Afdeling II ...
37
12. Data Losses Berondolan Tersangkut di Ketiak Pelepah ...................
38
13. Data Losses Buah Tinggal di Pokok.................................................
38
14. Hasil Pengamatan Teknik Songgo oleh Pemanen di Kebun Inti
dan Kebun Plasma ...........................................................................
41
15. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman Sesuai
SOP PT Inti Indosawit Subur ..........................................................
43
16. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok
B89a (Tahun Tanam 1989).............................................................
43
17. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok
B91d (Tahun Tanam 1991) .............................................................
43
18. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di
Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) ....................
44
19 . Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di
Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) ..........................
45
vi
20. Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Blok B89a (Tahun Tanam 1989) ....................................
46
21. Data Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan
Jumlah Tandan di Blok B91d (Tahun Tanam 1991) .......................
46
22. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) .........
47
23. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) ...
47
24. Perbandingan Rata-rata Jumlah Pelepah Terhadap Produksi ..........
49
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Pemasangan Gorong-gorong ..............................................................
17
2. Pokok yang Harus Dirempes ..............................................................
16
3. Pemberian POME di Lahan ................................................................
20
4. Tanda Pokok yang akan di Thinning Out ...........................................
22
5. Pancang Hanca Gang Tunas...............................................................
37
6. Teknik Penunasan Songgo I ...............................................................
42
7. Bunga Kelapa Sawit (a. Jantan dan b. Betina) ...................................
47
8. Kondisi Pokok Kelapa Sawit (a. Overpruning dan b. Underpruning)
48
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas
(KHL) di PT Inti Indosawit Subur ..................................................
55
2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor
di PT Inti Indosawit Subur ..............................................................
57
3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten
di PT Inti Indosawit Subur ..............................................................
59
4. Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Tunggal Perkasa Plantations,
Indragiri Hulu, Riau Periode 2007 - 2010 ......................................
62
5. Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ..............................
63
6. Peta Satuan Peta Tanah dan Kesesuaian lahan di
PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ......................................
64
7. Struktur Organisasi di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ...
65
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang merupakan
salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa
negara. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), potensi konsumsi dunia
terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat baik akibat pertambahan
penduduk sebagai konsumen maupun akibat pertumbuhan global. Minyak nabati
yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah
(CPO atau Crude Plam Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO
atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). Menurut Lubis (1992),
minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup kompetitif
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, karena produktivitas per hektarnya
cukup tinggi dan juga ditinjau dari aspek gizinya minyak kelapa sawit tidak
mengandung kadar kolesterol yang tinggi.
Kegiatan penangananan dan pemeliharaan pada kelapa sawit sangat
penting untuk dilakukan agar hasil produksinya tetap maksimum. Salah satu
kegiatan penanganan dan pemeliharaan kelapa sawit adalah penunasan, yaitu
pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak
produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan
penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar
mendapat produksi yang maksimum. Penunasan dilakukan dalam rangka
pengaturan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan untuk tujuan pengaturan
kapasitas produksi, walaupun pada prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen
panen buah (ketentuan songgo satu dan songgo dua).
Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan
kegitatan panen (potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika
penunasan tidak pada waktu panen, maka pemanen melakukan penunasan
terhadap pelepah yang menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama
pada pokok yang buah sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa
penunasan (curi buah) umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya
masih rendah (dengan alat panen dodos).
2
Tujuan
Tujuan umum kegiatan magang ini adalah:
1.
Meningkatkan kemampuan professional dan keterampilan kerja dalam
memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
2.
Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan
perkebunan kelapa sawit.
Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari teknik
pemeliharaan kelapa sawit yang baik melalui penunasan, untuk mempertahankan
jumlah pelepah optimum sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit agar
mendapat produksi yang maksimum.
TINJAUAN PUSTAKA
Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit
Kelapa sawit dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan
laut (m dpl) dengan curah hujan yang sesuai adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun.
Suhu optimum penanaman kelapa sawit berkisar antara 24 – 28 0C. Walaupun
demikian, tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18 0C
dan tertinggi 32 0C. Intensitas penyinaran kelapa sawit adalah 5 – 7 jam/hari
dengan kelembaban ideal 80 – 90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada
pH 4.0 – 6.0, tetapi nilai pH yang optimum untuk penanaman kelapa sawit adalah
5.0 – 5.6. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut
terutama tanah gambut (Lubis, 1992).
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh bentuk wilayah dan
kondisi tanah. Perkebunan kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah gembur,
subur, berdrainase yang baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang
tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tanah yang kurang cocok untuk
penanaman kelapa sawit adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi
yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan
kemiringan 0 – 150 (Fauzi et. al, 2008).
Daun Kelapa Sawit
Daun pertama yang keluar pada stadia bibit kelapa sawit adalah berbentuk
lanceolate yang kemudian akan berkembang menjadi bifurcate dan terakhir
berbentuk pinnate . Pada bibit kelapa sawit yang berumur 5 bulan akan dijumpai
5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate, sedangkan pada bibit yang berumur 12
bulan akan terdapat 5 lanceolate, 4 bifurcate, dan 10 pinnate.
Pangkal pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau
tempat duduknya anak/helaian daun yang terdiri atas rachis, tangkai daun
(petiolus), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folium), lidi
(nervatio), tepi daun (margo folium), dan daging daun (lintervenium).
4
Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada
yang berputar kiri dan kanan tetapi lebih banyak yang berputar kanan. Produksi
pelepah daun pada tanaman kelapa sawit dalam satu tahun dapat mencapai
20 – 30 pelepah. Panjang pelepah dapat mencapai 7.5 – 9.0 m pada tanaman
dewasa. Setiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri dan kanan rachis. Jumlah anak
daun pada tiap sisi dapat mencapai 125 – 200. Anak daun yang di tengah dapat
mencapai panjang 1.2 m. Pada satu tanaman dewasa terdapat 40 – 50 pelepah.
Luas permukaan daun dapat mencapai 10 – 15 m2 pada tanaman dewasa yang
berumur 10 tahun atau lebih. Daun yang masih muda belum membuka dan tegak
berdiri. Daun mulai membuka dan tegak berdiri dalam waktu 2 tahun dan
kedudukannya makin condong sesuai dengan umurnya. Daun akan cepat
membuka pada tanah-tanah yang subur, sehingga akan makin efektif proses
asimilasinya.
Dalam satu bulan akan terbentuk dua sampai tiga pelepah daun pada
tanaman produksi sedang, sedangkan pada tanaman yang berproduksi tinggi
dalam waktu yang sama terbentuk tiga sampai empat pelepah daun. Untuk
tanaman yang normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun, serta dapat juga
sampai 60 pelepah jika tidak dipotong. Umur daun dari mulai terbentuk sampai
tua adalah sekitar enam hingga tujuh tahun. Letak pelepah daun pada batang
menurut garis spiral yang bergerak dari kanan atas ke kiri bawah. Letak daun
pertama hampir tepat sejajar pada spiral daun ke-9, 17, 25, 33, dan seterusnya atau
spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34 dan seterusnya. Pola ini berlaku untuk daun
ke-3, 4, 5, dan seterusnya.
Penunasan Tanaman Kelapa Sawit
Pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi
produksi kelapa sawit (Pahan, 2008). Efisiensi tajuk dapat mengubah radiasi sinar
matahari menjadi karbohidrat. Kegiatan pengelolaan tajuk yang tepat dapat
dilakukan melalui penunasan, yaitu pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta
pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan
pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun
(leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum.
5
Penunasan dilakukan dalam rangka pengaturan jumlah pelepah yang harus
ditinggalkan untuk tujuan pengaturan kapasitas produksi, walaupun pada
prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen panen buah (ketentuan songgo satu
dan songgo dua). Penunasan berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Kadar
nitrogen dan kalium pada pelepah akan meningkat, tetapi magnesium akan
menurun bila tunas pokok dilakukan secara berlebihan (Pahan, 2008).
Implikasinya, bila ditemukan status N dan K lebih tinggi dan status Mg berkurang
maka hal tersebut menunjukkan terjadinya penunasan yang berlebihan sebelum
periode pengambilan contoh daun.
Sampai saat ini belum diperoleh informasi tentang jumlah pelepah yang
perlu dipertahankan terus menerus atau berbeda antara musim hujan dan kemarau
agar tercapai jumlah pelepah optimum, untuk menyeimbangkan antara kapasitas
fotosintesis bersih (termasuk untuk respirasi jaringan daun) dan pemenuhan
permintaan transpirasi. Laju berbagai proses fisiologi tersebut sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan tumbuh, terutama keadaan iklim. Dengan demikian perlu
pula diketahui kemungkinan adanya perbedaan tingkat penunasan atau pelepah
optimum dengan berbedanya keadaan iklim antara lokasi perkebunan.
Tujuan utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman,
memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui
berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Dalam
prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen
(potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika penunasan tidak pada
waktu panen, maka pemanen melakukan penunasan terhadap pelepah yang
menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama pada pokok yang buah
sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa penunasan (curi buah)
umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya masih rendah (dengan alat
panen dodos).
6
Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit
Teknik penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit sering
disebut dengan teknik songgo, yaitu hanya menyisakan beberapa pelepah dari
tandan buah paling bawah sebagai penyanggah buah kelapa sawit. TM kelapa
sawit memiliki tiga jenis teknik songgo, yaitu songgo satu, songgo dua, dan
songgo tiga. Teknik songgo ini disesuaikan dengan umur TM kelapa sawit
tersebut. Teknik songgo tiga, yaitu teknik yang hanya menyisakan tiga pelepah
dari tandan buah paling bawah, dilakukan pada TM yang berumur 4 – 7 tahun.
Teknik songgo dua, yaitu teknik yang hanya menyisakan dua pelepah dari tandan
buah paling bawah, dilakukan pada TM yang berumur 8 – 14 tahun, sedangkan
teknik songgo satu (menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling bawah)
dilakukan pada TM yang berumur di atas 15 tahun (Pahan, 2008).
Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit untuk
mendapatkan indeks luas daun (ILD) yang optimum. ILD adalah rasio luas daun
terhadap luas lahan. ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5 – 7.
Nilai ILD dipengaruhi oleh waktu penyinaran, suhu udara, kelembaban tanah, dan
karakteristik genetik tanah (Pahan, 2008). ILD akan optimum jika pentupan tajuk
optimum. Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi
matahari yang datang dapat diserap oleh tanaman.
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur yang berada di
Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau yang
dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Maret sampai 1 Juli 2011.
Metode Pelaksanaan
Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah
dengan melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai
tingkat jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu
sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai menjadi
pendamping asisten Afdeling. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang
bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor
pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan
terakhir. Secara khusus kegiatan magang akan lebih diarahkan pada aspek
penunasan kelapa sawit.
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode
tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung
dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode
tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan
manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di
kantor
kebun.
Metode
tidak
langsung
juga
dapat
mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.
dilakukan
dengan
8
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Data primer yang dikumpulkan selama magang difokuskan pada kegiatan
penunasan, data kegiatan penunasan meliputi : sistem penunasan, waktu dan
sistem pembayaran, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan,
jumlah bunga jantan dan bunga betina, serta diskusi langsung dengan KHL dan
staf. Untuk melengkapi informasi, selain pada kebun inti, pengamatan untuk
kajian aspek penunasan juga dilakukan pada kebun plasma milik masyarakat.
Data sekunder berupa kondisi umum dan data manajerial perusahaan. Data
sekunder kondisi umum yang dikumpulkan dari perusahaan adalah letak
geografis, topografi dan tanah, iklim dan curah hujan, luas areal dan tata guna
lahan, dan produktivitas tanaman. Data sekunder manajerial yang dikumpulkan
dari perusahaan adalah struktur organisasi dan ketenagakerjaan.
Analisis Data dan Informasi
Analisis yang akan dilakukan untuk mengolah data penunasan yang
terdapat pada perkebunan kelapa sawit tersebut adalah dengan cara analisis
kualitatif dan kuantitatif, nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis
sederhana lainnya. Secara khusus analisis data dilakukan dengan membandingkan
kondisi penunasan antara kebun inti dan kebun plasma.
KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Wilayah perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur berada pada
Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan Pangkalan
Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. Lokasi
perkebunan terletak antara 01o 40’ – 102o 15’ BT dan 0o 05’ – 0o 43’ LS.
Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya
yang menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Jambi.
Batas-batas lokasi PT Inti Indosawit Subur adalah sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Kerinci Kanan, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Pangkalan Kerinci, sebelah Barat berbatasan dengan Kota Pekanbaru, dan sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hilir.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson (1951), areal perkebunan
termasuk dalam tipe A. Curah hujan maksimum hujan terjadi pada bulan Februari
dan curah hujan minimum pada bulan Agustus-September. Intensitas hujan tinggi
(27 cm) dengan rata-rata curah hujan 3600 mm per tahun (berkisar antara
2 500 – 5 400 mm per tahun). Rata-rata hari hujan adalah 129 hari per tahun.
Keadaan curah hujan bulanan di Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada
Lampiran 5. Suhu rata-rata harian adalah berkisar antara 27 – 33 oC.
Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning.
Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik
merah kuning. Tekstur tanah terdiri atas lempung liat berpasir, lempung berpasir
dan lempung dengan kedalaman tanah lebih dari 100 cm. Pada areal yang relatif
datar, jenis tanahnya adalah alluvial. Tekstur lempung berpasir sampai pasir
dengan kedalaman tanah lebih dari 100 cm. Adapun peta satuan peta tanah dan
sebaran kelas kesesuaian lahan PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada
Lampiran 7.
10
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun
inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik 6 Afdeling yang terdiri dari
Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III
dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas
883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Selain itu, terdapat juga lahan
kemitraan pola PIR - Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit
Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling yaitu Afdeling VII dengan
luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Jenis Tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT Inti Indosawit Subur adalah
jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian Perkebunan Marihat. Jarak
tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan
7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 pokok.
Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan, populasi tanaman rata-rata per
hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan
tempat, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya. Produktivitas dan bobot
janjang rata-rata (BJR) TBS PT Inti Indosawit Subur tahun 2006 – 2010 dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Produktivitas dan BJR TBS di PT Inti Indosawit Subur Tahun
2006 - 2010
Tahun
Luas
Produksi
Produktivitas
BJR
Areal
(ton/ha)
(kg/tandan)
Jumlah TBS Bobot TBS
(ha)
(tandan)
(ton)
2006
5 549
6 583 304 129 094 480
22.73
19.61
2007
5 549
6 486 647 133 869 140
23.57
20.64
2008
5 549
6 348 920 140 089 790
24.67
22.07
2009
5 549
6 182 967 143 665 640
25.77
23.24
2010
5 549
5 376 461 126 851 010
22.84
23.59
Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011)
11
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Pada level manajemen kebun, PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh
seorang manajer yang membawahi asisten kepala, asisten Afdeling, Kepala Tata
Usaha (KTU), asisten traksi, asisten Quality Control (QC), asisten Humas, dan
asisten by product. Asisten kepala membawahi asisten Afdeling dan mandor
semprot, sementara asisten Afdeling membawahi mandor I dan kerani Afdeling,
sedangkan asisten traksi membawahi kepala bengkel, mandor transport, dan
kerani traksi.
Estate Manager (manajer kebun) memiliki tugas dan tanggung jawab
melaksanakan pengelolaan kebun secara menyeluruh sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan perusahaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta
manajemen keuangan kebun. Asisten kepala memiliki tugas untuk memimpin,
mengarahkan, dan menegur para asisten Afdeling dan juga mandor semprot dalam
melaksanakan kegiatan di lapangan. Asisten kepala juga dapat menggantikan
tugas manajer jika manajer kebun tidak berada di unit usaha serta
bertanggungjwab secara penuh kepada estate manager.
Asisten Quality Control (QC) bertanggung jawab dalam melakukan
pemeriksaan kualitas hanca dan mutu buah setiap Afdeling dalam kebun.
Pemeriksaan kualitas hanca diantaranya tunasan sengkleh, berondolan, dan buah
yang tinggal di tempat pengumpulan hasil (TPH), piringan, maupun jalan pikul,
sedangkan pemeriksaan mutu buah meliputi buah mentah (unripe), buah
busuk/janjangan kosong (empty bunch), buah lewat matang (overripe), dan buah
tangkai panjang (long stalk).
Asisten Afdeling memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan arahan
dan perintah kepada mandor I, mandor, dan kerani, melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap karyawan di lapangan, menyusun rencana kerja bulanan
(RKB), memeriksa dan mengevaluasi laporan mandor dalam buku kerja mandor.
Asisten traksi memiliki tugas dan tanggung jawab secara penuh terhadap sistem
transportasi yang ada di kebun. Selain itu, mandor traksi juga mengatur kegiatan
pengoperasian alat-alat berat yang digunakan kebun seperti: dozer dan excavator.
12
Asisten Humas memiliki tugas melaksanakan analisis dan penyiapan
rancangan kebijakan pengelolaan informasi perusahaan dalam bidang hubungan
masyarakat. Asisten by product memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap
pengelolaan limbah pabrik (janjangan kosong, Palm Oil Mill Effluent (POME),
abu janjang, dan decanter solid). KTU bertanggung jawab dalam bagian
administrasi kebun.
Ketenagakerjaan di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas karyawan staf dan
non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan.
Karyawan staf terdiri atas General Manager, Estate Manager (manajer kebun),
asisten kepala, asisten Afdeling, KTU, asisten traksi, asisten Quality Control
(QC), asisten Humas, dan asisten by product. Pemberian gaji berdasarkan
golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri
atas karyawan tetap Syarat Kerja Umum (SKU) dan karyawan harian lepas
(KHL). Jumlah karyawan staf dan non staf PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010
No
1
2
Jabatan
Jumlah
Staf
General Manager
Estate Manager
Asisten Kepala
Asisten Afdeling
Asisten QC
Asisten Humas
Asisten By Product
Asisten Traksi
KTU
Non Staf
Tenaga kerja tak langsung
SKU B/H : - Traksi
SKU B/H : - Kantor
SKU B/H : - Afdeling
48
141
196
Tenaga Kerja langsung
SKU B/H : - Panen
SKU B/H : - Upkeep
Total SKU H/B + PHL
292
616
1293
Jumlah
1308
Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011).
1
1
2
6
1
1
1
1
1
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Mahasiswa pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab
sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan
berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan terakhir. Kegiatan
magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur dengan kegiatan yang dilakukan
meliputi aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan
pemupukan (organik dan anorganik), pengendalian gulma (manual dan kimiawi),
pengendalian hama dan penyakit (sensus ulat api), pemeliharaan sarana dan
prasarana, sensus thining out, penunasan, dan pemanenan.
Pelaksanaan kerja di PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan
selama enam hari kerja dalam seminggu dan penulis ditempatkan di Afdeling II
dengan asisten Afdeling Ir. Nirwan Ginting. Waktu hari kerja rata-rata selama
7 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.
Waktu istirahat/wolon dilakukan selama setengah jam dari pukul 11.30 WIB
sampai dengan pukul 12.00 WIB. Selain itu, penulis diwajibkan mengikuti muster
morning (apel pagi) yang dimulai pada pukul 05.30 WIB bersama asisten
Afdeling, mandor, dan kerani. Kemudian, kegiatan dilanjutkan pada sore hari di
kantor Afdeling mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB.
Aspek Teknis
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma
dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral, CO 2, dan air.
Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari
serangan hama dan penyakit. Secara umum, pengendalian gulma di PT Inti
Indosawit Subur difokuskan pada gulma di pringan, jalan pikul, dan tempat
pengumpulan hasil (TPH).
Pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu). Dongkel anak kayu
(DAK) adalah kegiatan menyiang tanaman dengan membongkar atau membuang
hingga akarnya (mendongkel) sehingga diharapkan tidak tumbuh kembali di
piringan maupun di gawangan. Alat yang digunakan untuk DAK adalah parang
14
(untuk membabat gulma berkayu) dan garu (untuk membersihkan piringan
pelepah-pelepah yang terjatuh). Gulma-gulma yang didongkel antara lain adalah
gulma-gulma yang umumnya berkayu seperti Climedia hirta, Melastoma
malabatricum, Chromolaena odorata, dan Lantana sp. Pengendalian gulma ini
selain berfokus terhadap gulma berkayu juga melakukan kegiatan pembersihan
piringan dengan membersihkan pelepah-pelepah yang berada di sekitar piringan
dengan menyusun secara letter “I” jika berada di dekat jalan raya dan menyusun
secara letter “U” jika berada di daerah tanjakan. Rotasi dari kegiatan DAK ini
adalah 3 bulan dengan prestasi kerja pekerja karyawan adalah dua jalan pikul
(4 – 5 ha). Prestasi kerja penulis adalah satu jalan pikul.
Pengendalian gulma kimiawi. Pengedalian gulma secara kimiawi yang
dilakukan di PT Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang
langsung dibawah tanggung jawab asisten kepala. Tim Unit Semprot (TUS)
dibagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu Knapsack sprayer
(RB-15/Solo) dan Controlled Droplet Applicator (CDA).
Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat Knapsack sprayer (RB-15/Solo)
terdiri dari satu unit kendaraan pengangkut tangki bahan kimia dan satu unit
kendaraan pengangkut karyawan semprot, alat semprot RB-15/Solo berjumlah 20
unit yang dibagi menjadi 18 unit untuk operasional dan dua unit sebagai cadangan
(jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor karyawan
semprot. Tenaga semprot berjumlah 20 orang yang terdiri dari 18 orang
penyemprot inti dan dua orang cadangan yang akan menggantikan bila tim inti
ada yang sakit, haid, mangkir, dan sebagainya. Alat semprot Knapsack sprayer
(RB-15/Solo) menggunakan bahan aktif Paraquat konsentrasi 0.50 % dengan
merek dagang Gromoxon dan bahan aktif Methyl metsulfuron konsentrasi 0.03 %
dengan merek dagang Trapp. Jenis bahan aktif ini bersifat sistemik yang berarti
bekerja melalui jaringan di dalam tanaman. Gulma-gulma yang menjadi sasaran
adalah pakis-pakisan dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan
TPH. Kapasitas tangki semprot sebesar 15 liter. Prestasi kerja pada karyawan
sebanyak 8 kap/orang atau ± 264 pokok sedangkan prestasi kerja penulis sebesar
3 kap atau ± 99 pokok.
15
Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat semprot CDA terdiri dari satu unit
kendaraan pengangkut tangki bahan kimia (truk + tangki 600 liter) dan satu unit
kendaraan pengangkut karyawan semprot, 12 unit alat semprot (Micron Herbi
Sprayer) yang dibagi menjadi 10 unit untuk operasional dan dua unit sebagai
cadangan (jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor
karyawan semprot. Alat semprot CDA biasa dikenal dengan nama micron herbi
dan digunakan untuk Ultra Low Volume (ULV) dengan volume semprot rendah
< 50 liter/ha. Hasil semprotannya menghasilkan butiran halus yang terkendali
dengan ukuran seragam (± 250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang tinggi.
Kapasitas tangki dengan alat ini adalah 10 liter. Bahan aktif yang digunakan
adalah Glifosat konsentrasi 4 % dengan merek dagang Bionasa dan bahan aktif
2.4D konsentrasi 2 % dengan merek dagang Lindomin. Gulma-gulma yang
menjadi sasaran utama adalah Asystasia dan rumput-rumputan yang terdapat di
jalan pikul, piringan dan TPH. Prestasi kerja karyawan sebanyak 5 ha/HK.
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.
Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan di PT Inti
Indosawit Subur merupakan kegiatan pengelolaan konservasi tanah dan air
melalui pemasangan gorong-gorong (untuk mengalirkan air) dan rempesan
pelepah.
Pemasangan gorong-gorong. Gorong-gorong adalah salah satu sarana
prasarana unit jembatan yang berfungsi untuk mengalirkan air agar jalan tidak
tergenang air sehingga transportasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional
dapat berjalan dengan baik terutama untuk pengangkutan TBS. Gorong-gorong
yang digunakan di Afdeling II PT Inti Indosawit Subur memiliki diameter sebesar
30 cm dengan panjang 4 m dan ditanam pada kedalaman 75 cm dari permukaan
tanah kemudian ditimbun kembali dengan tanah agar tidak pecah bila dilewati
kendaraan dan juga agar tidak tersumbat lumpur. Kemudian, pada bagian pangkal
dari gorong-gorong dibuat rorak (tempat menampung air dari parit) dengan
ukuran 75 cm x 75 cm, kedalaman 1 m, sedangkan pada bagian ujung lainnya
dibuat parit yang berukuran 1 m2 untuk mengalirkan air ke saluran tempat
pembuangan air. Bagian ujung kiri dan kanan di atas gorong-gorong yang telah
tertimbun kemudian diletakkan karung goni yang berisi tanah sebanyak
16
± 30 karung agar tanah tidak mudah longsor (Gambar 1). Prestasi kerja yang
diperoleh untuk kegiatan ini adalah 1 unit/2 HK. Prestasi kerja karyawan adalah 1
unit/2 HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan.
Gambar 1. Pemasangan Gorong-gorong
Rempesan pelepah. Kegiatan rempesan pelepah ini bertujuan untuk
membuang pelepah yang tidak produktif pada tanaman pokok yang dapat
menghalangi lajunya jalan kendaraan di sepanjang jalan koleksi (collection road).
Selain itu, kegiatan merempes juga bertujuan agar sinar matahari yang masuk
menerangi badan jalan semakin banyak dan jalan-jalan yang tergenang air
menjadi cepat mongering. Tahapan rempesan pelepah antara lain: 1) Memotong
pelepah yang menutupi jalan dan disisakan sekitar satu meter, 2) Pelepah yang
berserakan di sepanjang jalan dipotong menjadi tiga bagian dan disusun dengan
rapi di gawangan mati.
17
Gambar 2.Pokok yang Harus Dirempes
Pemupukan
Pemupukan kelapa sawit merupakan pekerjaan penambahan unsur hara
secara efektif dan berimbang yang diberikan secara langsung ke tanaman maupun
tidak langsung ke dalam tanah untuk mempertahankan kesuburan. PT Inti
Indosawit Subur mensubstitusi sebagian pupuk anorganik dengan pupuk organik
yang berasal dari by product pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) seperti
janjangan kosong, abu janjang, decanter solid, dan Palm Oil Mill Effluent
(POME). Penggunaan by product pabrik sebagai pupuk organik signifikan dalam
mengurangi biaya pemupukan, mempertahankan produksi TBS, peremajaan
tanah, dan mengurangi polusi lingkungan.
Janjangan kosong. Janjangan kosong merupakan tandan kosong dari
pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang berasal dari stasiun rebusan dan stasiun
pemipilan. Janjangan kosong memiliki kandungan bahan organik yang berguna
bagi tanaman. Saat pengaplikasian janjangan kosong, gawangan mati harus
dibersihkan terlebih dahulu. Jika gawangan mati pada saat pengaplikasian
janjangan kosong tidak dibersihkan dari gulma, maka pada saat penyerapan unsur
hara, akar tanaman kelapa sawit tidak dapat menyerapnya secara keseluruhan.
18
Tabel 3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong
Hara utama
Nirogen (N)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Magnesium (Mg)
Persentase unsur hara
dalam janjangan kosong (%)
Kisaran
Rata-rata
0.32 – 0.43 N
0.03 – 0.05 P2O5
0.89 – 0.95 K2O
0.07 – 0.10 MgO
0.37 N
0.04 P2O5
0.91 K2O
0.08 MgO
Per ton janjangan
kosong sebanding
dengan pupuk
anorganik
8.00 kg Urea
2.90 kg RP
18.30 kg MOP
5.00 kg Kieserit
Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Data-data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid
sebanding dengan 8.00 kg Urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP, dan 5.00 kg Kieserit.
Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah kalium (K) dengan
rata-rata persentase sebesar 0.91 % K2O.
Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan membuat petakan janjangan
kosong yang berukuran lebar 8 janjangan kosong dan panjang 11 janjangan
kosong dengan bobot janjangan di petakan sebesar ± 370 kg. Pengaplikasian
janjangan kosong dapat menggunakan angkong dan gancu. Satu angkong dapat
memuat 30 – 35 janjangan kosong dimana bobot satu janjangan 20 % dari bobot
janjangan sebelum diolah sehingga pada saat sekali membawa angkong, bobot
yang dibawa sebesar 120 – 150 kg. Untuk satu ukuran janjangan kosong
dibutuhkan 3 kali angkong sehingga total janjangan kosong di satu ukuran
90 – 105 janjangan kosong. Rotasi janjangan kosong dilaksanakan setiap satu kali
dalam setahun pada areal yang sama, karena pada saat itu janjangan kosong sudah
hancur berbentuk tanah. Norma kerja karyawan adalah 10 titik/hari dan norma
kerja penulis 5 titik.
Decanter solid. Decanter solid merupakan produk akhir dari pengolahan
TBS dengan memakai sistem decanter yang akan menghasilkan padatan lumpur
dan bersifat asam. Decanter solid diaplikasikan diantara dua pokok kelapa sawit
dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di gawangan mati dengan dosis
empat until, dimana satu until berbobot 18 kg. Norma kerja karyawan untuk
aplikasi decanter solid ini adalah 150 until per HK. Rotasi pengaplikasian
decanter solid adalah satu kali dalam setahun. Prestasi kerja penulis untuk
decanter solid adalah 24 until.
19
Tabel 4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS)
Unsur hara utama
Rata-rata
persentase hara
dalam decanter solid (%)
Nirogen (N)
Fosfor (P)
Kalium (K)
Magnesium (Mg)
0.47 N
0.05 P2O5
0.30 K2O
0.07 MgO
Per ton decanter
solid (DS) sebanding
dengan pupuk
anorganik
10.30 kg Urea
3.30 kg RP
6.10 kg MOP
4.50 kg Kieserit
Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
Data-data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid
sebanding dengan 10.30 kg Urea, 3.30 kg RP, 6.10 kg MOP, dan 4.50 kg Kieserit.
Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah nitrogen (N) dengan
rata-rata persentase sebesar 0.47 %.
Abu janjang. Abu janjang/bunch ash merupakan produk akhir
pembakaran janjangan kosong (JJK) pada incenerator PMKS. Kandungan unsur
hara tertinggi yang terkandung dalam abu janjang adalah K yaitu 35 – 47 % K2O,
kemudian diikuti dengan kandungan unsur hara Mg dan Ca sebesar 4 – 6 % MgO
dan CaO, dan P sebesar 2.5 - 3.5 % P2O5. Kandungan nutrisi abu janjang dari
unsur hara K2O dapat mensubstitusi kelebihan biaya pupuk anorganik MOP
sehingga perusahaan dapat menghemat biaya pemupukan.
Palm Oil Mill Effluent (POME). Palm Oil Mill Effluent (POME)
merupakan limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari
pengolahan PMKS terutama dari steilizer condensate, sludge dari klarifikasi, dan
air buangan hydrocyclone yang dapat digunakan sebagai pengganti pupuk
anorganik, sebagai sumber air bagi tanaman terutama pada saat musim kering, dan
juga dapat mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan jika dibuang ke sungai.
Aplikasi limbah cair dialirkan melalui pipa PVC dari pabrik ke flatbed yang
berukuran 7 m x 1.5 m x 1 m dengan volume 3.5 m3/flatbed. Rata-rata untuk 1 ha
lahan terdapat ± 53 flatbed. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali.
Layanan aplikasi limbah cair tetap harus dilakukan setiap enam bulan sekali
setelah pengisian, agar kondisi tanah dari flatbed tetap baik dan juga bersih dari
gulma.
20
Gambar 3. Pemberian POME di Lahan
Pemupukan anorganik. Pemupukan anorganik yang ada di PT Inti
Indosawit Subur terdiri atas pupuk Dolomit, ZA (Zwavelzuur ammonia), MOP
(Muriate of Potash), RP (Rock Phosphate), dan HGFB (High Grade Fertilizer
Borate). Aplikasi pemupukan di PT Inti Indosawit Subur berdasarkan
rekomendasi dari Departemen R & D PT Asian Agri yang terletak di Tebing
Tinggi. Rekomendasi tersebut diformulasikan berdasarkan beberapa faktor yaitu:
produksi TBS, umur tanaman, status hara tanaman (analisis daun dan observasi
lapangan), sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, dan hasil
percobaan pupuk.
Dalam pengadaan pupuk, PT Inti Indosawit Subur bekerjasama dengan
perusahaan penyedia pupuk, kemudian pupuk yang telah dibeli disimpan ke dalam
gudang sentral. Gudang tersebut merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan
keperluan kebun yaitu herbisida dan pupuk. Prosedur penyaluran pupuk ke tiap
Afdeling adalah berdasarkan jumlah permintaan pupuk dari tiap Afdeling. Prinsip
4T yaitu: tepat dosis, waktu, cara, dan tempat merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam menentukan efisiensi pemupukan terutama
pemupukan anorganik.
Penguntilan pupuk menggunakan alat takar until pupuk yang telah
dikalibrasi berdasarkan jenis dan dosis pupuk rekomendasi yang akan
diaplikasikan. Tiap satu untilan berisi pupuk untuk dosis delapan pokok. Jumlah
tenaga kerja penguntil pupuk di PT Inti Indosawit Subur adalah enam orang.
21
Norma kerja karyawan penguntil pupuk adalah 1 500 kg/HK sehingga jumlah
bobot untilan pupuk untuk satu hari adalah sebesar 9 000 kg. Ketepatan
penguntilan sangat dipengaruhi oleh penggunaan alat takar until, keterampilan
tenaga kerja penguntil, dan kontrol mandor until pupuk. Selain itu, perlu juga
dilakukan kontrol dengan menggunakan timbangan agar dosis pupuk sesuai
dengan bobot untilan yang dibuat.
Pengeceran pupuk dilakukan dengan mengangkut pupuk ke tempat
peletakkan pupuk (TPP) dengan menggunakan dump truck. Pemuatan untilan ke
dalam kendaraan dilakukan pada pagi hari ke TPP blok yang akan dipupuk pada
hari itu juga. Mandor pupuk harus mengetahui dan memastikan untilan pupuk
sudah diecer pada TPP, sesuai dengan jumlah untilan/TPP yang tertera pada
pokok.
Pelangsiran pupuk adalah membawa untilan pupuk yang berada di pinggir
jalan ke dalam blok dan diletakkan setiap selang 8 pokok/baris. Penaburan pupuk
pun dilakukan setelah pelangsiran untilan pupuk selesai. Penabur diberikan
takaran