Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol, dan percobaan rotor tertahan
block- rotor. Dengan penyelidikan pada setiap rangkaian ekivalen, percobaan beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan rotor
s R
2
. Hal ini bisa terjadi pada keadaan normal jika slip dalam nilai yang minimum. Slip
yang mendekati nol terjadi ketika tidak ada beban mekanis, dan mesin dikatakan dalam keadaan berbeban ringan.
Pengukuran rotor tertahan dilakukan dengan menahan rotor tetap diam. Pada kondisi ini slip bernilai satu yang merupakan nilai slip tertinggi untuk kondisi motor,
jadi nilai s
R
2
bernilai minimum. Untuk menentukan bentuk rangkaian ekivalen, pola fluksi dianggap sinusoidal, demikian juga rugi-rugi yang diukur proporsional terhadap
fluksi utama, dan kejenuhan diabaikan.
2.10.1 Percobaan DC
Untuk memperoleh harga
1
R
dilakukan dengan pengukuran DC yaitu dengan
menghubungkan sumber tegangan DC V
DC
pada dua terminal input dan arus DC-nya
I
DC
lalu diukur. Di sini tidak mengalir arus rotor karena tidak ada tegangan yang terinduksi.
2.10.1.1. Kumparan hubungan Wye Y
Gambar rangkaian ketika kumparan motor induksi tiga phasa terhubung Y, dan diberi suplai DC dapat dilihat pada Gambar 2.20 di bawah ini.
a
b
c R
DC
R
DC
R
DC
V
DC
+ -
I
DC
Gambar 2.20 Rangkaian phasa stator saat pengukuran DC hubungan Y
Harga
DC
R
1
dapat dihitung, untuk kumparan dengan hubungan Y, adalah sebagai berikut :
DC DC
DC 1
2 1
I V
R =
Ohm .......................................................2.22
2.10.1.2 Kumparan Hubungan Delta ∆
Gambar rangkaian ketika kumparan motor induksi tiga phasa terhubung delta dan diberi suplai DC, dapat dilihat pada Gambar2.21 di bawah ini.
V
DC
+ -
I
DC
R
A
R
B
R
C
Gambar 2.21 Rangkaian phasa stator saat pengukuran DC hubungan Delta
Diketahui bahwa tahanan pada kumparan pada masing – masing phasa adalah sama, maka
R R
R R
C B
A
= =
= . Jadi gambar diatas dapat disederhanakan menjadi gambar
berikut.
A
R
P
R
D C
V
D C
I
A
I
Gambar 2.22 Rangkaian penyederhanaan phasa stator saat pengukuran DC
hubungan Delta
Dimana
P
R
=
C B
R R
+ Jadi
A
R
=
A DC
I V
Dimana
P A
P DC
A
R R
R I
I +
× =
DC A
I I
3 2
= , maka
ADC
R =
DC DC
I V
3 2
=
DC DC
I V
× 2
3
Harga R
1
ini dinaikkan dengan faktor pengali 1,1-1,5 untuk operasi arus bolak-balik, karena pada operasi arus bolak-balik resistansi konduktor meningkat karena distribusi
arus yang tidak merata akibat efek kulit dan medan magnet yang melintasi alur.
DC ac
R k
R
1 1
× =
Ohm ....................................................................2.23
Dimana =
k faktor pengali, besarnya 1,1 – 1,5
Karena besar tahanan konduktor stator dipengaruhi oleh suhu, dan biasanya bila rugi- rugi motor ditentukan dengan pengukuran langsung pada motor, maka untuk
mengetahui nilai tahanan yang paling mendekati, biasanya dilakukan dengan beberapa
kali pengukuran dan mengambil besar rata-rata dari semua pengukuran yang dilakukan.
2.10.2 Percobaan Beban Nol