Analisis Implementasi Program Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Partisipasi Stakeholder di Desa Cicadas, Kabupaten Bogor

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM TANGGUNGJAWAB
SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP PARTISIPASI
STAKEHOLDER DI DESA CICADAS, KABUPATEN BOGOR

GRESSAYANA SUCIARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iii

xiv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis
Implementasi Program Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap Partisipasi

Stakeholder di Desa Cicadas, Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta saya dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013
Gressayana Suciari
NIM I34090080

v

ABSTRAK
GRESSAYANA SUCIARI Analisis Implementasi Program Tanggungjawab
Sosial Perusahaan terhadap Partisipasi Stakeholder di Desa Cicadas, Kabupaten
Bogor. Dibawah bimbingan Ir FREDIAN TONNY NASDIAN. MS

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan program kepedulian
perusahaan kepada masyarakat sebagai bentuk partisipasi dalam pembangunan

berkelanjutan. PT Aqua Golden Misisipi memiliki program akses sarana air bersih
dan sanitasi. Keberlangsungan program pengembangan masyarakat ini mampu
menciptakan kemandirian dan partisipasi pada masyarakat dengan bantuan dari
stakeholder terkait. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aksi pemberdayaan
masyarakat belum mampu meningkatkan partisipasi masyarakat, namun
partisipasi stakeholder berpengaruh terhadap keberhasilan program ini.
Kata

kunci:

Corporate Social Responsibility, Komprehensivitas
Pemberdayaan Masyarakat, Partisipasi Stakeholder.

Aksi

ABSTRACT
GRESSAYANA SUCIARI Implementation Analysis of Corporate Social
Responsibility Program of the Rural Stakeholder Participation in Cicadas, Bogor
regency. Under the guidance of Ir Fredian TONNY NASDIAN. MS
Corporate Social Responsibility (CSR) is a program of corporate responsibility to

the community as a form of participation in sustainable development. PT Aqua
Golden Misisipi programs have access to water and sanitation. Sustainability of
the community development program is to create self-reliance and participation in
the community with the help of relevant stakeholders. Results of this study
indicate that the action has not been able to increase the empowerment of
community participation, but the participation of stakeholder influence on the
success
of
this
program.
Keywords: Corporate Social Responsibility, comprehensiveness of Action for
Community Empowerment, Stakeholder Participation.

iii

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM TANGGUNGJAWAB
SOSIAL PERUSAHAAN TERHADAP PARTISIPASI
STAKEHOLDER DI DESA CICADAS, KABUPATEN BOGOR

GRESSAYANA SUCIARI


Skripsi
Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iii

Judul Skripsi

Nama
NRP

Analisis Implementasi Program Tanggung Jawab Sosial

Perusahaan terhadap Partisipasi Stakeholder di Desa
Cicadas, Kabupaten Bogor
Gressayana Suciari
I34090080

Disetujui oleh:

Ir red ian Tonny Nasdian. MS
Pembimbing

--

oB

JUL 2 13

Tanggal Pengesahan: _--'--_ _ _ _ __

xiv


Judul Skripsi

:

Nama
NRP

:
:

Analisis Implementasi Program Tanggungjawab Sosial
Perusahaan terhadap Partisipasi Stakeholder di Desa
Cicadas, Kabupaten Bogor
Gressayana Suciari
I34090080

Disetujui oleh:

Ir Fredian Tonny Nasdian. MS
Pembimbing


Diketahui oleh

Dr Ir Soeryo Adiwibowo. MS
Ketua Departemen

Tanggal Pengesahan:

xiv

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
Analisis Implementasi Program Tanggungjawab Sosial Perusahaan terhadap
Partisipasi Stakeholder di Desa Cicadas, Kabupaten Bogor.
Penelitian yang ditulis dalam skripsi ini bertujuan untuk menganalisis
implementasi program CSR PT Aqua Golden Misisipi dalam partisipasi
stakeholder guna upaya pemberdayaan masayarakat. Tujuan lainnya adalah untuk
menjadi referensi baik bagi semua pihak yang terkait.
Peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepadaBapak

Fredian Tonny Nasdian selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
inspirasi dan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian
ini. Tak lupa kepada Ibunda Rini Rahayu, Ayahanda Irianto, dan adik saya Ratu
Sangga Aqshoya, serta keluarga besar atas segala bentuk doa dan dukungan juga
dorongan semangat yang sangat besar kepada penulis. Juga kepada M. Buyung
Syahrial, rekan Departemen Sains Komunikasi dan Pemberdayaan masyarakat
angkatan 46, rekan satu bimbingan Adia Yuniarti dan Shofiyatul Azimi yang
saling memberi masukan dan dorongan. Terimakasih juga kepada rekan-rekan
Komunitas BicaraDesa.com, Syifa Selvia, Harumi Aini, Noor Aspasia dan Kukuh
Iman juga rekan dari komunitas Sanggar Juara dan sahabat-sahabat terbaik saya,
Rizka, Abida, Sylvie, Hildalina, Octaviana, dan Nurul Latifah. yang selalu
mengirimkan doa serta semangat yang tiada henti.
Penulis mengetahui bahwa karya ini belum sempurna sehingga kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan. Penulis berharap semoga skripsi ini
dapat menghasilkan laporan yang bermanfaat bagi banyak pihak.

Bogor, Juli 2013
Gressayana Suciari

v


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Corporate Social Responsibility (CSR)
Peran dan Fungsi Stakeholder dalam CSR
Pemberdayaan Masyarakat
Partisipasi
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian
Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan Kualitatif
Kombinasi Pendekatan Kuantitatif dan Pendekatan Kualitatitf
PROFIL DESA
Kondisi Geografis dan Administratif
Karateristik Penduduk
Struktur dan Kultur
Pola Adptasi Ekologi
Ikhtisar
PROFIL PERUSAHAAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM AKSES
AIR BERSIH DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN
Profil Perusahaan
PT Aqua Golden Misisipi
Visi dan Misi PT Aqua Golden Misisipi
Departemen CSR PT Aqua Golden Misisipi
Implementasi Program
Perencanaan Program
Pelaksanaan Program
Hasil Program

Ikhtisar
AKSI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN TINGKAT
PARTISIPASI STAKEHOLDER
Aksi Pemberdayaan Masyarakat
Tingkat Partisipasi Stakeholder (Masyarakat, Pemerintah,
Perusahaan)
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Perencanaan
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Pelaksanaan

xi
xii
xiii
1
1
3
5
5
7
7
7
10
11
15
20
21
21
23
23
24
25
26
27
27
29
30
31
31
33
33
33
33
33
34
34
35
36
37
39
39
dan42
43
44

xvi
x

Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Tahap Evaluasi
45
Tingkat Partisipasi stakeholder (Pemerintah dan Perusahaan)
46
Hubungan Komprehensivitas Aksi Pemberdayaan Masyarakat dan
48
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Komprehensivitas Aksi Pemberdayaan Masyarakat dan
48
Tingkat Partisipasi Masyarakat
Hubungan Antar Stakeholder (masyarakat, pemerintah dan perusahaan)53
Dalam Implementasi Program WASH
Ikhtisar
54
SIMPULAN DAN SARAN
55
Simpulan
55
Saran
56
DAFTAR PUSTAKA
57
LAMPIRAN
59
RIWAYAT HIDUP
73

v
xi

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

10

11

12

13

14

15
16

17

18

19

Karateristik tahap-tahap kedermawanan sosial
Pengukuran skor tingkat partisipasi masyarakat
Jumlah dan persentase jenis kelamin mayarakat di Desa Cicadas
Jumlah dan interval umur masyarakat di Desa Cicadas
Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di
Desa Cicadas
Jumlah dan persentase pemeluk agama masyarakat di Desa
Cicadas
Jumlah dan persentase mata pencaharian masyarakat di Desa
Cicadas
Jumlah dan persentase keadaan rumah di Desa Cicadas
berdasarkan sifat dan bahan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan komprehensivitas
aksi pemberdayaan masyarakat dalam program WASH di Desa
Cicadas.
Keterlibatan stakeholder (perusahaan dan pemerintah) dalam
aksi pemberdayaan masyarakat program WASH di Desa
Cicadas.
Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi
masyarakat (tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi)
dalam program WASH di Desa Cicadas.
Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam tahap perencanaan program WASH di Desa
Cicadas.
Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam tahap pelaksanaan program WASH di Desa
Cicadas.
Jumlah dan persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi
masyarakat dalam tahap evaluasi program WASH di Desa
Cicadas.
Keterlibatan Stakeholder (pemerintah dan perusahaan) dalam
partisipasi program WASH di Desa Cicadas.
Jumlah
dan
persentase
warga
menurut
hubungan
komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dan tingkat
partisipasi masyarakat (tahap perencanaan) di Desa Cicadas.
Jumlah
dan
persentase
warga
menurut
hubungan
komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dan tingkat
partisipasi masyarakat (tahap pelaksanaan) di Desa Cicadas.
Jumlah
dan
persentase
warga
menurut
hubungan
komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat dan tingkat
partisipasi masyarakat (tahap evaluasi) di Desa Cicadas.
Jumlah dan persentase warga menurut hubungan tingkat
partisipasi masyarakat (tahap perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi) dan komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat
di Desa Cicadas.

9
21
28
28
29
29
30
30
40

41

42

43

44

45

47
48

49

50

51

xii

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

7
8

9

10

11

12
13

Penurunan angka kemiskinan di Indonesia.
Diagram the triple bottom line in 21st century business.
Bentuk-bentuk stakeholder dalam masyarakat
Lima aksi pemberdayaan masyarakat.
Eight rungs on the ladder of citizen participation
Kerangka pemikiran analisis komprehensivitas aksi
pemberdayaan masyarakat terhadap partisipasi stakeholder
(masyarakat, pemerintah, dan perusahaan).
Luas wilayah Desa Cicadas menurut penggunaan lahan.
Persentase warga berdasarkan komprehensivitas aksi
pemberdayaan masyarakat dalam program WASH di Desa
Cicadas.
Persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat
(tahap pelaksanaan, perencanaan, dan evaluasi) dalam program
WASH di Desa Cicadas.
Persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat
pada tahap perencanaan dalam program WASH di Desa
Cicadas.
Persentase warga berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat
pada tahap pelaksanaan dalam program WASH di Desa
Cicadas.
Persentase berdasarkan tingkat partisipasi masyarakat pada
tahap evaluasi dalam program WASH di Desa Cicadas.
Skema alur hubungan antar stakeholder (masyarakat,
pemerintah, dan perusahaan) dalam penyelenggaraan
program WASH di Desa Cicadas

1
8
11
14
19
20

27
40

41

43

45

46
52

xiii
3

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Sketsa Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor 61
Jadwal Penelitian
62
Kerangka Sampling
63
Daftar informan
64
Pengolahan Data (Tabel Frekuensi)
65
Korelasi Rank Spearman
66
Dokumentasi
68
Panduan Pertanyaan
70

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah pelik dan persoalan
yang kritis bagi kehidupan perekonomian masyarakat Indonesia. Menurut data
BPS jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan
di bawah garis kemiskinan) di Indonesia pada September 2011 mencapai 29 juta
orang (12.36 persen), turun satu juta orang (0.13 persen) dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30 juta orang (12.49 persen).
Penurunan tersebut teridentifikasi sejak tahun 1998-2011. Penurunan tersebut
tidak lepas dari usaha pemerintah untuk menanggulangi kemiskinan melalui
berbagai program yang bersinergi bersama dengan pihak swasta. Pemerintah
dapat bekerjasama dengan pihak lain, salah satunya perusahaan, maka pemerintah
menempatkan perusahaan sebagai partner dalam penanggulangan kemiskinan.
Gambar 1 menunjukkan penurunan angka kemiskinan dari tahun ke tahun.

Sumber: BPS (2011)

Gambar 1 Penurunan angka kemiskinan di Indonesia
Tanggungjawab sosial perusahaan atau kita kenal sebagai Corporate
Social Responsibility (CSR) semakin sering terdengar aktivitasnya. Banyak
perusahaan besar yang mulai memunculkan aktivitas kegiatan CSR-nya dengan
tujuan yang berbeda-beda. Terlebih dengan dikukuhkannya Undang-Undang No.
40 Tahun 2007, yang menyatakan kedudukan CSR sebagai salah satu kewajiban
perusahaan semakin kuat. Walaupun baru tahun 2007 CSR memiliki kedudukan
atas dasar hukum, namun kegiatan dan aktivitas CSR telah dilakukan lama oleh
sebagian perusahaan besar di Indonesia. Menurut Harmoni dan Andriani (2008)
Suatu perusahaan tidak lagi terpaku oleh single bottom line, tetapi harus dapat
mengacu pada triple bottom lines. Paradigma ini menekankan pentingnya peran
serta perusahaan untuk menciptakan keseimbangan, yakni keseimbangan antara
perhatian perusahaan kepada masyarakat dan manfaat sosial dengan curahan
perhatian perusahaan dalam mencari laba. Sebuah rumusan ditawarkan, yakni

2
people, planet, dan profit. Selain ekonomi, perusahaan harus mampu
memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan, karena hal tersebut sebagai nilai
yang mampu menjamin mutu perusahaan agar berkelanjutan. Menempatkan aspek
sosial dan lingkungan dalam posisi sejajar dengan aspek ekonomi membutuhkan
keberanian dan pandangan yang visioner dari manajemen suatu perusahaan.
Dalam rangka menjaga keberlanjutan suatu perusahaan, maka perusahaan
tersebut harus dapat menjaga keseimbangan dengan pihak lain yang dapat
mempengaruhi eksistensi perusahaan dan mencapai Good Bussines. Kegiatankegiatan yang direncanakan oleh perusahaan umumnya melibatkan pihak dari
perusahaan itu sendiri, maupun dari pihak luar, menurut Soemanto (2007) seperti
dikutip Rosyida dan Nasdian (2011), ada peran dan fungsi masing-masing
stakeholder, yaitu pemerintah yang mampu melakukan peran dalam empat ranah,
yakni menyediakan data dan informasi, memberi dukungan infrastruktur publik,
melakukan sosialisasi program dan menginisiasi kebijakan insentif fiskal, LSM
memiliki tugas untuk menjadi fasilitator, advokasi, dan edukasi, serta masyarakat
yang merupakan last people yang ditempatkan di garda depan, baik dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi CSR serta stakeholder lainnya.
Masyarakat juga merupakan pihak yang paling merasakan dampak dari
kegiatan produksi suatu perusahaan, baik dampak positif maupun negatif. Dampak
ini terjadi di bidang sosial, politik, ekonomi, maupun lingkungan. Berbagai
macam dampak negatif yang diminimalisir dengan menerapkan CSR, seperti
melakukan program pemberdayaan masyarakat, seperti bantuan pendidikan,
lingkungan, peningkatan ekonomi, dan mampu mengatasi konflik sosial yang
terjadi. Idealnya CSR harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam kebijakan
perusahaan yang merupakan investasi masa depan perusahaan (social investment)
bukan hanya dianggap sebagai biaya sosial (cost social). Menerapkan kegiatan
CSR akan melibatkan partisipasi stakeholder, baik sebagai objek maupun sebagai
subjek program CSR. Hal ini dikarenakan masyarakat merupakan salah satu pihak
yang berpengaruh dalam menjaga eksistensi suatu perusahaan.
Definisi di atas cukup menggambarkan bagaimana hubungan antara
implementasi program pemberdayaan masyarakat dengan partisipasi stakeholder,
juga fenomena-fenomena yang dihadapi, serta pengaruh-pengaruhnya.
Sejak didirikan pada tahun 1973, PT Aqua Golden Misisipi dikenal
sebagai pelopor produsen air minum dalam kemasan,dengan 14 pabrik tersebar di
seluruh Indoneisa. Kini PT Aqua Golden Misisipi tercatat sebagai perusahaan
produsen air mineral dengan volume penjualan terbesar di dunia.
Aqua Lestari, yaitu sebuah model berkelanjutan untuk mewujudkan
kondisi lingkungan dan sosial yang lebih baik. Dalam hal ini pendekatan yang
digunakan PT Aqua Golden Misisipi adalah pendekatan partisipasi yang
berpedoman pada peran aktif dari masyarakat dan melibatkan berbagai pihak.
Aspek penting dalam konsep berkelanjutan ini adalah kebijakan mengenai
penggunaan air hanya dari sumber air pegunungan yang artesis. Aspek tersebut
selaras dengan strategi CSR Danone Aqua. Pilar-pilar dari strategi CSR Danone
Aqua adalah komitmen tentang perlindungan mata air, pengembangan
masyarakat, dan industri hijau.

3
Aqua Lestari merupakan salah satu payung dari berbagai kegiatan yang
menjadi wujud pelaksanaan tanggungjawab sosial Danone Aqua. Terdapat empat
program yang menjadi fokus utama pelaksanaan program CSR, yaitu:
1. Konservasi;
2. Akses Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan atau Water Access
Sanitation and Hygiene (WASH);
3. Pengelolaan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Masyarakat; dan
4. Pertanian Berkelanjutan.
Program-program tersebut dirancang oleh PT Aqua Golden Misispi untuk
bisa berkontribusi bagi pembangunan berkelanjutan, meningkatkan dampak
positif dan mengurangi dampak negatif perusahaan, serta mengurangi tekanan dari
masyarakat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). PT Aqua Golden
Misisipi selalu berupaya untuk melibatkan semua pihak didalam
mengimplementasikan program-program CSR nya.
Berdasarkan keempat program CSR PT Aqua Golden Misisipi yang telah
dijelaskan di atas, beberapa telah dilaksanakan oleh PT Aqua Golden Misisipi di
Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Desa Cicadas
merupakan desa yang secara geografis berdekatan dengan PT Aqua Golden
Misisipi Citeureup. Oleh karena itu, desa tersebut dijadikan desa binaan CSR PT
Aqua Golden Misisipi Citeureup karena desa tersebut berada dalam “Ring 1” PT
Aqua Golden Misisipi Citeureup. Terdapat dua program yang sejauh ini telah
dilaksanakan oleh CSR PT Aqua Golden Misisipi Citeureup, diantaranya ialah
WASH (Water Access Sanitation and Hygiene) dan Konservasi.
Program CSR WASH yang dilaksanakan pada tahun 2012 berupa
pengadaan sarana air bersih dan penyehatan lingkungan di wilayah RT 03 RW 13
Desa Cicadas merupakan fokus dari penelitian ini. Program tersebut bertujuan
untuk memberikan penyediaan sarana dan prasarana air bersih, memfasilitasi
kelembagaan pengguna air, serta membangun perilaku hidup bersih dan sehat
masyarakat pra-sejahtera di sekitar PT Aqua Golden Misisipi. Kurangnya
kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat, serta kesulitan yang
dihadapi untuk mengakses air bersih ketika musim kemarau menjadi alasan yang
kuat bagi PT Aqua Golden Misisipi untuk melaksanakan program WASH di
wilayah tersebut.
Secara keseluruhan, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan
utama penelitian yakni bagaimana implementasi program CSR di PT Aqua
Golden Misisipi terhadap tingkat partisipasi stakeholder dalam upaya
pemberdayaan masyarakat?
Masalah Penelitian
Sebelum jauh melihat hubungan antara pemberdayaan masyarakat dalam
program CSR PT Aqua Golden Misisipi dan partisipasi stakeholder, penting
sebelumnya untuk melihat struktur masyarakat di desa dimana program CSR
berlangsung. Dengan pemahaman yang baik mengenai hal ini akan membantu
untuk selanjutnya memahami lebih baik bagaimana partisipasi stakeholder di
wilayah tersebut, seperti apa partisipasi stakeholder-nya dan korelasi-korelasinya.
Oleh karenanya dirumuskan pertanyaan penelitian yang akan dilihat secara
kualitatif, yakni bagaimana struktur sosial, kultur komunitas dan pola

4
adaptasi komunitas di Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten
Bogor?
PT Aqua Golden Misisipi telah melaksanakan berbagai macam program
CSR. Program CSR yang dimaksud adalah program pemberdayaan masyarakat
lokal yang merupakan bagian dari proses pembangunan berkelanjutan dengan
tujuan akhir keberlanjutan. Oleh karena itu pertanyaan penelitian yang ingin
dijawab secara kualitatif selanjutnya adalah bagaimana implementasi program
CSR PT Aqua Golden Misisipi dalam pemberdayaan masyarakat di Desa
Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor?
Menurut Sa’adah (2010), pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai
upaya membantu masyarakat untuk mengetahui kemampuan yang Ia miliki dan
juga mengatasi masalahnya sendiri tidak dapat dilalui melalui proses singkat.
Maka penting untuk menganalisis bagaimana komprehensivitas aksi
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh PT Aqua Golden Misisipi
dalam implementasi program CSR di Desa Cicadas, Kecamatan Gunung
Putri, Kabupaten Bogor?
Dalam pelaksanaannya, program CSR tidak lepas dari partisipasi
stakeholder. Partisipasi stakeholder disini dibagi dalam tiga tahapan, yaitu pada
saat perencanaan program, pelaksanaan program dan evaluasi program, dimana
setiap tahapan memiliki jenis aktivitas yang berbeda-beda. Arnstein (1969)
mengemukakan delapan tingkatan dalam tangga partisipasi, tingkatan tersebut dari
tingkat partisipasi paling rendah sampai tingkat partisipasi paling tinggi adalah
manipulasi, terapi, informasi, konsultasi, placation/menenangkan, kemitraan,
delegasi kewenangan, dan kontrol warga negara. Partisipasi sangat penting dalam
pelaksanaan program, oleh karena itu yang akan dibahas selanjutnya adalah
bagaimana tingkat partisipasi stakeholder di Desa Cicadas, Kecamatan
Gunung Putri, Kabupaten Bogor dalam program CSR PT Aqua Golden
Misisipi?
Pemberdayaan masyarakat menurut Sunarti (2012) pada hakikatnya adalah
pemberdayaan setiap anggota masyarakat serta lembaga-lembaga masyarakat
yang menampung produktifitas dari anggotanya. Masyarakat dalam suatu
masyarakat madani, yaitu masyarakat yang percaya atas kemampuan para
anggotanya untuk menciptakan kehidupan lebih baik, masyarakat yang setiap
anggotanya sadar akan hak-haknya dan juga tahu kewajibannya. Menurut Tilaar
seperti dikutip Sunarti (2012) menyejajarkan pengertian partisipasi dengan
pemberdayaan masyarakat. Peningkatan partisipasi atau pemberdayaan
masyarakat menurut beberapa prasyarat, yaitu 1) menciptakan kondisi
pemberdayaan, 2) memberikan kesempatan agar masyarakat semakin berdaya, 3)
perlindungan agar keberdayaan dapat berkembang, 4) meningkatkan kemampuan
agar semakin berdaya, dan 5) fungsi pemerintah. Oleh karena itu perlu dijelaskan,
bagaimana hubungan antara komprehensivitas aksi pemberdayaan
masyarakat dalam program CSR PT Aqua Golden Misisipi dengan tingkat
partisipasi stakeholder di Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor?

5
Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini, yaitu untuk menganalisis implementasi
program CSR PT Aqua Golden Misisipi terhadap partisipasi stakeholder dalam
upaya pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya tujuan khusus penelitian ini sebagai
berikut:
1. Memaparkan profil komunitas Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor.
2. Memaparkan implementasi program CSR yang diterapkan oleh PT Aqua
Golden Misisipi dalam mengembangkan masyarakat di Desa Cicadas,
Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
3. Menganalisis komprehensivitas aksi pemberdayaan masyarakat yang
dilakukan oleh PT Aqua Golden Misisipi dalam implementasikan program
CSR di Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
4. Menganalisis tingkat partisipasi stakeholder (pemerintah, masyarakat, dan
swasta) di Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor.
5. Menganalisis hubungan antara komprehensivitas aksi pemberdayaan
masyarakat dengan tingkat partisipasi stakeholder dalam program CSR PT
Aqua Golden Misisipi di Desa Cicadas, Kecamatan Gunung Putri,
Kabupaten Bogor.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
dan kajian mengenai tingkat aksi pemberdayaan masyarakat dan tingkat
partisipasi stakeholder dalam program CSR perushaan.
2. Bagi masyarakat, dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran
yang dilakukan PT Aqua Golden Misisipi dalam program CSR sebagai
bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini juga
diharapkan dapat menambah pengetahuan serta memberi manfaat bagi
masyarakat dalam mengoptimalkan peran program CSR perusahaan.
3. Bagi perusahaan, sebagai sarana membentuk paradigma baru terhadap apa
dan bagaimana seharusnya bentuk tanggungjawab sosial perusahaan
terhadap masyarakat.
4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam penetapan kebijakan pelaksanaan CSR perusahaan.

6

7
PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Coorporate Social Responsibility (CSR)
Sejarah terbentuknya CSR (Wiwoho 2008) dimulai dengan diskusi
mengenai social responsibility dari perusahaan yang telah berkembang ke arah
apa yang dikenal sebagai permulaan gerakan CSR modern pada tahun 1920-an.
Dengan berlangsungnya industrialisasi, dampak bisnis terhadap masyarakat, dan
lingkungan mengalami dimensi yang baru sama sekali. “Corporate Patrenalist” di
akhir abad ke-20 telah bersedia untuk menyisihkan sebagian dari kekayaan guna
mendukung perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kemanusiaan
(philanthropic ventures). Lalu sejak awal 1970-an CSR diartikan sebagai
kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilainilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat, dan lingkungan;
serta komitmen badan usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan
berkelanjutan. Perkembangan konsep CSR menurut Solihin (2009) di Era tahun
1990-an sampai saat ini adalah diperkenalkannya konsep sustainability
development, sebagai kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta
adanya perilaku korporasi yang tidak semata-mata menjamin adanya
pengembalian bagi para pemegang saham, upah bagi para karyawan, dan
pembuatan produk serta jasa bagi para pelanggan, melainkan perusahaan bisnis
juga harus memberi perhatian terhadap berbagai hal mengenai nilai-nilai
masyarakat.
CSR merupakan pelebaran perusahaan untuk berbagai persoalan seperti
isu sosial atau lingkungan, lalu suatu komitmen yang berkelanjutan untuk para
pelaku bisnis dalam beroperasi dan berusaha untuk mampu meningkatkan
kesejahteraan taraf hidup pekerja dan masyarakat sekitar. Menurut World
Business Council for Sustainable Development (WBCSD) seperti dikutip
Kementerian Lingkungan Hidup (2011), sebagai komitmen yang
berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku secara etis dan
memberikan kontribusi pada perkembangan ekonomi seraya meningkatkan
kualitas kehidupan dari karyawan dan keluarganya serta komunitas lokal dan
masyarakat luas pada umumnya. Jika kita melihat pengertian CSR menurut Kotler
dan Lee seperti dikutip Suriany (2008), maka CSR merupakan sebuah komitmen
perusahaan untuk memajukan komunitas melalui praktek bisnis dan memberikan
kontribusi dari sumber daya perusahaan itu sendiri yang dilakukan melalui
penilaian yang baik. Menurut ISO 26000, tanggungjawab sosial perusahaan (CSR)
adalah tanggungjawab sebuah organisasi terhadap dampak dari keputusankeputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan, yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis, yang sejalan dengan
pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat melalui suatu perilaku
yang terbuka dan etis, yaitu:
1. Konsisten dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat;
2. Memerhatikan ekspektasi para pemangku kepentingan;

8
3. Tunduk pada hukum yang berlaku dan konsisten dengan norma perilaku
internasional; dan
4. Diintegrasikan ke dalam seluruh bagian organisasi.
Menurut Wiwoho (2008) terdapat tiga hal pokok tentang pemahaman
CSR, yaitu pertama, suatu peran memiliki sifat sukarela (voluntary). Dimana
suatu perusahaan membantu mengatasi problem sosial dan lingkungan, dengan
sebuah kehendak bebas untuk melakukan peran ini atau tidak. Kedua, perusahaan
menyisihkan sebagian profit yang ada untuk memberdayakan secara sosial serta
memperbaiki kerusakan lingkungan akibat eksploitasi dan eksplorasi. Ketiga,
CSR sebagai bentuk kewajiban (obligation) sebuah perusahaan untuk dapat peduli
terhadap lingkungan dan mengentaskan krisis kemanusiaan. Hal ini seperti yang
tersirat di dalam buku Cannibals With Forks: The Triple Line 21st Century karya
Elkington (1998) seperti dikutip Gunawan (2008) bahwa sebuah perusahaan
dalam produksinya tidak hanya mengejar profit semata namun juga
mempertimbangkan keberadaan komunitas dan lingkungan sekitar. Hal tersebut
dapat digambarkan dengan bagan seperti dibawah ini:

Sumber: Elkington seperti dikutip Gunawan (2008)

Gambar 2 Diagram the triple bottom line in 21st century business
Elkington seperti dikutip Gunawan (2008) pada Gambar 2 di atas
menunjukkan, proses operasional perusahaan yang mempunyai tanggungjawab
sosial dengan alur: people (mensejahterakan masyarakat sekitarnya), planet
(menjaga lingkungan sekitarnya), profit (mencapai keuntungan yang maksimal),
dan ketiganya dijalankan dengan process (metode yang baik). Semua proses itu
harus dilaksanakan dengan SDM (Sumber daya Manusia) yang unggul, SDA
(Sumber daya Alam) secara bijak, SDE (Sumber daya Ekonomi) dengan efektif
dan efisien termasuk penggunaan anggaran, dan semuanya dikendalikan dengan
suatu SDS (Sumber daya Sosial) yang biasa disebut Modal Sosial (Social Capital)
baik intern perusahaan maupun ekstern.
Melalui ini CSR menurut UU No. 40 tahun 2007 berkisar pada tiga hal
pokok, yaitu pertama, suatu peran yang sifatnya sukarela dimana suatu perusahaan
membantu mengatasi masalah sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan
memiliki kehendak bebas untuk melakukan atau tidak melakukan peran ini;
Kedua, di samping sebagai institusi profit, perusahaan menyisihkan sebagian
keuntungannyauntuk kedermawanan yang tujuannya untuk memberdayakan sosial
dan perbaikan kerusakan lingkungan akibat eksploitasi dan eksplorasi; Ketiga,
CSR sebagai bentuk kewajiban perusahaan untuk peduli terhadap dan
mengentaskan krisis kemanusiaan dan lingkungan yang terus meningkat. Dalam
Suharto (2006), kepedulian sosial perusahaan terutama didasari alasan
bahwasanya kegiatan perusahaan membawa dampak – for better or worse, bagi
kondisi lingkungan dan sosial-ekonomi masyarakat, khususnya di sekitar

9
perusahaan beroperasi. Selain itu, pemilik perusahaan sejatinya bukan hanya
shareholders atau para pemegang saham. Melainkan pula stakeholders, yakni
pihak-pihak yang berkepentingan terhadap eksistensi perusahaan.
Menurut Ginting (2007), dalam CSR terdapat kolaborasi kepentingan
bersama antara perusahaan dengan komunitas, adanya partisipasi, produktivitas,
dan keberlanjutan. Dalam perwujudan Good Corporate Governance (GCG), maka
Good Corporate Citizenship (GCC) merupakan komitmen dunia usaha untuk
mewujudkan Community Development.
Dalam mengaktualisasikannya aktivitas yang bersifat charity manjadi
aktivitas yang menekankan pada penciptaan kemandirian masyarakat, yakni
program pemberdayaan. Metamorphosis tersebut antara lain pernah diungkapkan
oleh Zaidi (2003) seperti dikutip Ambadar (2008) dapat dilihat dalam Tabel 1
berikut:
Tabel 1 Karateristik Tahap-tahap kedermawanan sosial
Paradigma
Charity
Philantropy
Good Corporate
Citizenship
(GCG)
Agama, tradisi,
Norma, etika dan
Pencerahan diri
Motivasi
adaptasi
hukum universal
dan rekonsiliasi
dengan ketertiban
sosial
Mencari dan
Memberikan
Mengatasi
Misi
masalah
mengatasi akar
kontribusi kepada
setempat
masalah
masyarakat
Jangka pendek,
Terencana,
Terinternalisasi
Pengelolaan
mengatasi
terorganisir, dan
dalam kebijakan
masalah sesaat
terprogram
perusahaan
Yayasan/
Keterlibatan baik
Pengorganisasian Kepanitiaan
dana/abadi/
dana maupun
profesionalitas
sumber dayalain
Masyarakat luas
Masyarakat luas
Penerima manfaat Orang miskin
dan perusahaan
Hibah sosial
Hibah
Hibah (sosial dan
Kontribusi
pembangunan
pembangunan
serta keterlibatan
sosial)
Kewajiban
Kepentingan bersama
Inspirasi
Sumber: Za’im Zaidi seperti dikutip Ambadar (2008), sumbangan sosial perusahaan
(2003), hal 130

Zaidi (2003) seperti dikutip Ambadar (2008), mengatakan bahwa terdapat
perbedaan antara aktivitas charity dengan philanthropy, yaitu dalam aktivitas
philanthropy aktivitasnya lebih ditekankan dalam norma, dan etika hukum, bukan
sekedar untuk memenuhi kewajiban. Selain itu, inspirasi aktivitas adalah untuk
memenuhi kepentingan semua pihak, baik perusahaan maupun komunitas.

10
Peran dan Fungsi Stakeholder dalam CSR
Berawal dari dua premis dasar yang diutarakan Solihin (2008)
tanggungjawab sosial dan untuk memenuhi kontrak sosialnya kepada masyarakat,
maka perusahaan memiliki tanggungjawab sosial kepada para pemangku
kepentingan (stakeholders). Pemangku kepentingan (stakeholders), perusahaan
terbagi menjadi dua yaitu, inside stakeholders dan outside stakeholders. Inside
stakeholders, yaitu mereka yang berada di dalam organisasi perusahaan dan
outside stakeholders, yaitu mereka yang berada di luar organisasi perusahaan.
Sedangkan, stakeholder menurut Wheelen dan Hunger seperti dikutip Wibisono
(2007) adalah pihak-pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung
maupun tidak langsung, terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan. Rhenald
Kasali seperti dikutip Wibisono (2007) mengatakan bahwa stakeholder bisa
berarti pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan, dan
kelompok ini berada di dalam maupun di luar perusahaan yang mempunyai peran
dalam menentukan keberhasilan perusahaan.
Menurut Rudito et al. (2008) korporat merupakan stakeholder yang juga
sebuah sistem stakeholder yang terdiri dari elemen pemilik dan karyawan. Kedua
elemen ini mempunyai kekuatan yang berbeda, keselarasan dan fungsi yang kedua
elemen ini menentukan berjalannya sebuah aktivitas korporat. Masyarakat
merupakan sebagai kumpulan dari peran-peran yang diwujudkan oleh individu
yang terkait pada kedudukan tertentu sebagai anggota masyarakat dan diatur
peranannya melalui pranata sosial yang bersumber dari kebudayaan yang berlaku.
Sedangkan, pemerintah memiliki birokrasi yang mampu mengatur berjalannya
sebuah korporat yang tertuang dalam peraturan yang harus dilakukan oleh
korporat dalam beraktivitas. Aturan-aturan ini tertuang dalam pranata sosial yang
berlaku dalam negara.
Crosby (1992) seperti dikutip Iqbal (2007) mengatakan bahwa dalam
pemangku kepentingan dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:
1. Pemangku kepentingan utama, yakni yang menerima dampak positif atau
negatif dari suatu kegiatan;
2. Pemangku kepentingan penunjang, adalah yang menjadi perantara dalam
membantu proses penyampaian kegiatan. Mereka dapat digolongkan atas
pihak penyandang dana, pelaksana, pengawas, dan organisasi advokasi
seperti organisai pemerintah, LSM, dan pihak swasta; dan
3. Pemangku kepentingan kunci, yakni yang berpengaruh kuat atau penting
terkait dengan masalah, kebutuhan, dan perhatian terhadap kelancaran
kegiatan.
Menurut Khrisna dan Lovell (1985) seperti dikutip Iqbal (2007) paling
tidak ada empat alasan pentingnya partisipasi dalam menunjang keberhasilan
suatu program, yaitu:
1. Partipasi diperlukan untuk meningkatkan rencana pengembangan program;
2. Partisipasi dikehendaki agar implementasi kegiatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat;
3. Partisipasi dibutuhkan untuk menjamin kelangsungan program; dan
4. Partisipasi dapat meningkatkan kesetaraan dalam implementasi kegiatan.
Sebuah perusahaan dengan segala elemennya baik dari dalam maupun dari
luar akan berbentuk sebuah sistem yang saling berkaitan membentuk struktur dan

11
berfungsi satu sama lain serta mempunyai tujuan masing-masing, seperti yang
tertera pada Gambar 3.
Didalam perusahaan terdiri dari:
Komuniti terdiri dari:
1. Penduduk yang tinggal dekat
1. Pemilik saham/investor
2. Pensiunan karyawan pemegang
dengan usaha
dana
2. Asosiasi-asosiasi masyarakat
(RT/RW, Karang Taruna,
3. Manager penyandang dana
Perkumpulan Petani)
3. Organisasi amal
4. Sekolah dan Universitas
5. Kelompok-kelompok
kepentingan
Costumer terdiri dari:
Lingkungan terdiri dari:
1. Individu pembeli
1. Lingkungan alam
2. Pasar tradisional
2. Spesies bukan manusia
3. Lembaga konsumen
3. Generasi mendatang
4. Asosiasi konsumen
4. Ilmuan
5. Kelompok lingkungan
Karyawan terdiri dari:
Media massa terdiri dari:
1. Karyawan baru
1. Wartawan
2. Karyawan lama
2. Kolumnis 
3. Karyawan minoritas
4. Pensiunan
5. Karyawan dengan keluarganya
6. Perusahaan
Pemerintah terdiri dari:
Korporat terdiri dari:
1. Pengambil keputusan (DPRD,
1. Pemasok
DPR)
2. Kompetitor
3. Asosiasi korporat
2. Pemerintah daerah
4. Asosiasi keuangan 
Sumber: Rudiato et al. (2008)

Gambar 3 Bentuk-bentuk stakeholder dalam masyarakat
Analisis pemangku kepentingan bermanfaat dalam menentukan prioritas
mengenai komunitas atau kelompok masyarakat yang dibutuhkan dan sejauh
mana implementasi program pembangunan bermanfaat bagi mereka.
Pemberdayaan Masyarakat
Ide utama pemberdayaan masyarakat sebagai terjemahan dari kata
empowerment menurut Mardikanto (2010), bersentuhan dengan konsep
kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk
membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan
dan minat mereka, sehingga dapat diasumsikan bahwa kekuasaan sebagai sesuatu
yang tidak berubah atau tidak dapat berubah. Akan tetapi, sesungguhnya
kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antar manusia dan tercipta
dalam relasi sosial sehingga kekuasaan dan hubungan kekuasaan dapat berubah.

12
Dengan pemahaman kekuasaan yang demikian, pemberdayaan sebagai sebuah
proses perubahan memiliki konsep yang bermakna.
Menurut Sa’adah (2010), pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai
upaya membantu masyarakat untuk mengetahui kemampuan yang Ia miliki dan
juga mengatasi masalahnya sendiri tidak dapat dilalui melalui proses singkat. Ada
beberapa indikator pemberdayaan yang dapat menunjukkan apakah program
pemberdayaan sosial yang diberikan teroptimalkan. CSR perusahaan secara
konseptual berdasar pada tiga prinsip yang dikenal Triple Bottom Line walau pada
awalnya komitmen perusahaan masih berupa Corporate Philantropy belum
Community Development. Ada empat model CSR yang diterapkan perusahaan di
Indonesia. Dalam hal pemberdayaan ini, pelatihan tidak dapat dipisahkan dari
proses pemberdayaan. Pelatihan menduduki tempat terpenting dalam proses
pemberdayaan, terutama dalam mengembangkan sumber daya manusia yang akan
menghasilkan keterampilan dan dapat digunakan untuk mengembangkan diri
mereka sendiri.
Pemberdayaan menurut Swift dan Levin (1978) seperti dikutip Mardikanto
(2010) menunjuk pada kemampuan orang, khususya kelompok rentan dan lemah,
untuk:
1. Memiliki akses terhadap sumber-sumber produktif yang memungkinkan
mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barangbarang dan jasa yang mereka perlukan.
2. Berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang
mempengaruhi mereka. Pemberdayaan menunjuk pada usaha
pengalokasian kembali kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.
Sehingga pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan
kemampuan masyarakat (miskin, marjinal, dan terpinggirkan) untuk
menyampaikan pendapat atau kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi,
bernegosiasi, mempengaruhi, dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara
bertanggung-gugat (accountable) demi perbaikan kehidupannya (Mardikanto
2010). Seperti, pengertian yang disebutkan Mardikanto (2010) di atas,
pemberdayaan mengandung arti perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan setiap
individu dan masyarakat baik dalam arti: (1) perbaikan ekonomi, terutama
kecakupan pangan; (2) perbaikan kesejahteraan sosial (pendidikan dan kesehatan);
(3) kemerdekaan dari segala bentuk penindasan; (4) terjaminnya keamanan; (5)
terjaminnya hak asasi manusia yang bebas dari rasa takut dan kekhawatiran; (6)
dan lain-lain. Dan perlu diperhatikan, pendekatan utama dalam konsep
pemberdayaan ialah masyarakat merupakan subjek dari upaya pembangunnya
sendiri bukan merupakan objek.
Pemberdayaan masyarakat tidak dapat dicapai dalam waktu sekejap,
melainkan melalui sebuah proses. Sebagai proses, pemberdayaan adalah
serangkaian kegiatan untuk memperkuat dan atau mengoptimalkan keberdayaan
(dalam arti kemampuan dan atau keunggulan bersaing) kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami kemiskinan (Mardikanto
2010). Perkembangan manusia yang mengalami perubahan-perubahan yang
mengakibatkan berubahnya kebutuhan manusia terjadi akibat ulah perilaku
manusia sendiri sehingga masyarakat dihadapkan pada dua pilihan, yaitu mau
menunggu perubahan secara alami untuk mencapai keselarasan baru atau bergerak
aktif untuk mengimbangi perubahan-perubahan yang terjadi. Sehingga menurut

13
Sa’adah (2010), pemberdayaan masyarakat adalah sebuah konsep pembangunan
ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Indikator keberdayaan dapat digunakan untuk menunjukkan fokus dan
tujuan pemberdayaan secara operasional apakah sudah sesuai dengan aspek-aspek
program pemberdayaan dan sasaran program pemberdayaan yang dijalankan.
Sa’adah (2010) menyatakan bahwa, yang mereka sebut sebagai empowerment
index antara lain, yaitu:
1. Kebebasan mobilitas: kemampuan individu untuk pergi keluar rumah atau
keluar wilayah tempat tinggalnya, seperti ke pasar, fasilitas medis,
bioskop, rumah ibadah, dan kerumah tetangga. Tingkat mobilitas ini
dianggap tinggi jika individu mampu pergi sendirian;
2. Kemampuan membeli komoditas kecil: kemampuan individu untuk
membeli barang-barang (beras, minyak tanah, minyak goreng, dan bumbu)
kebutuhan dirinya (minyak rambut, sabun mandi, rokok, bedak, dan
shampoo). Individu dianggap mampu melakukan kegiatan ini terutama jika
dapat membuat keputusan sendiri tanpa meminta izin pasangannya,
terlebih jika ia dapat membeli barang-barang tersebut dengan
menggunakan uangnya sendiri;
3. Kemampuan membeli komuditas besar: kemampuan individu untuk
membeli barang-barang sekunder atau tersier, seperti lemari pakaian, TV,
radio, koran, majalah, pakaian keluarga. Seperti halnya indikator di atas,
point tertinggi diberikan individu yang dapat membuat keputusan sendiri
tanpa meminta izin pasangannya, terlebih jika ia dapat membeli barangbarang tersebut dengan menggunakan uangnya sendiri;
4. Terlibat dalam pembuatan keputusan-keputusan rumah tangga. Mampu
membuat keputusan secara sendiri maupun bersama suami atau istri
mengenai keputusan-keputusan keluarga;
5. Kebebasan relative dan dominasi keluarga;
6. Kesadaran hukum dan politik;
7. Keterlibatan dalam kampanye dan protes-protes: seseorang dianggap
berdaya jika ia pernah terlibat dalam kampanye atau bersama orang lain
melakukan protes misalnya terhadap kekerasan dalam ramah tangga, gaji
yang tidak adil, penyalahgunaan bantuan sosial atau penyalahgunaan
kekuasaan polisi dan pegawai pemerintah; dan
8. Jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga: memiliki rumah,
tanah, aset produktif, dan tabungan. Seseorang dianggap memiliki poin
tinggi jika memiliki aspek-aspek tersebut secara sendiri atau terpisah dan
pasangannya.
Pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan terpadu dan holistik. Ada
lima komponen yang perlu dibangkitkan bersama dalam rangka pemberdayaan
(Lubis 2012).

14

Sumber: Lubis 2012

Gambar 4 Lima aksi pemberdayaan masyarakat
1. Advokasi (Advocacy)
Upaya untuk mengubah atau mempengaruhi perilaku penentu
kebijaksanaan agar berpihak pada kepentingan publik melalui
penyampaian pesan-pesan yang didasarkan pada argumentasi yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, legal, dan moral. Melalui kegiatan
advokasi dilakukan identifikasi dan pelibatkan semua sektor di berbagai
level untuk mendukung program.
2. Pengorganisasian Komunitas (Community Organizing)
Agar masyarakat mempunyai arena untuk mendiskusikan dan
mengambil keputusan atas masalah di sekitarnya. Bila terorganisir,
masyarakat juga akan mampu menemukan sumber daya yang dapat
mereka manfaatkan. Biasanya, dalam pengembangan masyarakat, dibentuk
kelompok-kelompok sebagai wadah refleksi dan aksi bersama anggota
komunitas. Pengorganisasian ini bisa dibentuk berjenjang: di tingkat
komunitas, antar komunitas ditingkat desa, antar desa di tingkat kecamatan
dan seterusnya sampai ke tingkat nasional bahkan regional.
3. Pengembangan Jaringan (Networking and Alliance Building)
Menjalin kerjasama dengan pihak lain agar bersama-sama saling
mendukung untuk mencapai tujuan. Jaringan dan saling percaya
merupakan salah satu unsur penting dari modal sosial, sehingga menjadi
komponen penting dalam pengembangan masyarakat.
4. Pengembangan kapasitas (Capacity Building)
Meningkatkan kemampuan masyarakat di segala bidang (termasuk
untuk advokasi, mengorganisir diri sendiri, danmengembangkan jaringan).
Pengembangan kapasitas sebagai peningkatan atau perubahan perilaku
individu, organisasi, dan sistem masyarakat dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Peningkatan kemampuan
individu mencakup perubahan dalam hal pengetahuan, sikap, dan
keterampilan; peningkatan kemampuan kelembagaan meliputi perbaikan
organisasi dan manajemen keuangan, dan budaya organisasi; peningkatan

15
kemampuan masyarakat mencakup kemandirian, keswadayaan, dan
kemampuan mengantisipasi perubahan.
5. Komunikasi, Informasi, dan Edukasi
Proses
pengelolaan
informasi,
pendidikan
masyarakat,
danpenyebaran informasi untuk mendukung keempat komponen di atas.
Pengelolaan informasi juga menyangkut mencari dan mendokumentasikan
informasi agar informasi selalu tersedia bagi masyarakat yang
memerlukannya. Kegiatan edukasi perlu dilakukan agar kemampuan
masyarakat dalam segala hal meningkat, sehingga masyarakat mampu
mengatasi masalahnya sendiri setiap saat. Untuk mendukung proses
komunikasi, berbagai media komunikasi (modern – tradisional; massa –
individu – kelompok) perlu dimanfaatkan dengan kreatif.
Strategi pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan melalui tiga aras seperti
yang dinyatakan Suharto seperti dikutip Sa’adah (2010), yaitu:
1. Aras mikro: pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu
melalui bimbingan, konseling, stress management, dan crisis intervention.
Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih klien dalam
menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai
Pendekatan yang Berpusat pada Tugas (Task Centered Approach);
2. Aras mezzo: pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien.
Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media
intervensi. Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya
digunakan sebagai strategi dalam meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap-sikap klien agar memiliki kemampuan
memecahkan permasalahan yang dihadapinya; dan
3. Aras makro: pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar
(large-system strategy), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem
lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan, perencanaan sosial,
kampanye, aksi sosial, lobbying, pengorganisasian masyarakat, dan
manajemen konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini.
Strategi Sistem Besar memandang klien sebagai orangan yang memiliki
kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan untuk
memilih serta menentukan strategi yang tepat untuk bertindak.
Untuk itu juga diperlukan pendekatan pemungkinan, penguatan,
perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan dalam pemberdayaan masyarakat
untuk mencapai tujuan pemberdayaan di atas.
Partisipasi
Partispasi merupakan cara kerja atau proses yang rumit dan aktif, karena
tergantung pada sistem sensorik dan otak karena itu partisipasi merupakan aspek
terpenting dalam pembangunan masyarakat. Pengertian partisipasi menurut
Sunarti (2012) bisa terentang lebar mulai dari keterlibatan (bukan keikutsertaan)
masyarakat dalam semua tahap (sejak perencanaan sampai evaluasi dan perencaan
kembali, bukan sebagian atau hanya pada tahap tertentu) proses pembangunan
masyarakat, sampai keikutsertaan masyarakat pada bagian kecil proses
pembangunan yang telah ditentukan tujuan, arah, dan sasarannya oleh perencana
pembanguan. Menurut Mardikanto (2010) partisipasi merupakan suatu
keterlibatan secara aktif, baik alasan dari dalam atau dari luar dalam keseluruhan

16
proses kegiatan yang bersangkutan, mencangkup pengambilan keputusan dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian (pemantauan, evaluasi, dan pengawasan),
serta pemanfaatan hasil-hasil kegitan yang dicapai. Sementara Nasdian (2006)
mengartikan partisipasi sebagai proses aktif dan inisiatif yang diambil oleh warga
komunitas itu sendiri, dibimbing melalui cara mereka sendiri dengan
menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat
menegaskan kontrol secara efektif. Kategori partisipasi meliputi: (1) warga
komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah difikirkan atau dirancang dan
dikontrol oleh orang lain; (2) partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan
untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah
memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut
sebagai subyek yang sadar. Dengan partisipasi, program yang dilaksanakan akan
lebih berkelanjutan karena disusun berdasarkan kebutuhan dasar yang
sesungguhnya dari masyarakat setempat.
Partisipasi masyarakat terbagi menjadi empat tahap menurut Uphoff et al.
(1979), yaitu:
1. Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan-kegiatan yang merencanakan program pemberdayaan yang akan
dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana kerjanya.
2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam
pemberdayaan, sebab inti dari pemberdayaan adalah pelaksanaannya.
Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga,
yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan
materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.
3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan
partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program.
Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek
pemberdayaan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti
program tersebut berhasil mengenai sasaran.
4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap
ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi
perbaikan pelaksanaan program selanjutnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor
dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaa

Dokumen yang terkait

Pengaruh Tanggungjawab Sosial Perusahaan PT INALUM Terhadap Sosial Ekonomi Kelompok Nelayan Desa Gambus Laut, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batu Bara

1 47 156

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

34 202 85

Pengembangan Kemandirian Pelaku Usaha Mikro dan Kecil dalam Implementasi Tanggungjawab Sosial Perusahaan di Kabupaten Bogor Jawa Barat

0 25 214

Proses Komunikasi dan Partisipasi dalam Pembangunan Masyarakat Desa (Kasus Program Raksa Desa di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor)

0 13 236

Pengaruh Partisipasi Stakeholder Program Desa Binaan Perikanan Tangkap terhadap Peningkatan Taraf Hidup Masyarakat

0 3 101

Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal

2 19 110

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN PROGRAM DESA VOKASI DI DESA PULUTAN Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Desa Vokasi Di Desa Pulutan Wetan Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri.

0 2 24

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM DESA VOKASI DI DESA PULUTAN WETAN KECAMATAN Analisis Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Desa Vokasi Di Desa Pulutan Wetan Kecamatan Wuryantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 16

Analisis Partisipasi Masyarakat Desa terhadap Program Add di kabupaten Sukoharjo (Tahun 2015) COVER 1

0 0 17

OPTIMALISASI PERAN PROGRAM TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DALAM UPAYA PEMBANGUNAN DAERAH

0 0 130