Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal

(1)

MUHAMAD RANDY WIGUNA SEMESTA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

PARTISIPASI

STAKEHOLDER

DALAM IMPLEMENTASI

PROGRAM

GREEN CORRIDOR INITIATIVE

(GCI),

PT CHEVRON GEOTHERMAL


(2)

(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2014 Muhamad Randy Wiguna Semesta


(4)

(5)

Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geothermal. Dibawah bimbingan FREDIAN TONNY NASDIAN.

Populasi hewan langka di sekitar wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) kian menurun bahkan terancam punah. Menyadari adanya masalah tersebut PT Chevron Geothermal bersama dengan para stakeholder lain membentuk program yang dinamakan program Green Corridor Initiative (GCI). Bagi PT Chevron Geothermal program ini sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis partisipasi stakeholder dalam implementasi program Green Corridor Initiative (GCI) PT Chevron Geotermal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dan kualitatif. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui responden dan informan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholder, tidak adanya hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas Pogram GCI dan adanya hubungan antara tingkat efektivitas Program GCI dengan sikap masyarakat terhadap perusahaan.

Kata Kunci: partisipasi stakeholder, CSR, efektivitas CSR, prinsip kemitraan, Program GCI, partisipasi masyarakat.


(6)

ABSTRACT

MUHAMAD RANDY WIGUNA SEMESTA. Stakeholder Participation in the Green Corridor Implementation Program Initiative (GCI), Chevron Geothermal. Under the guidance of FREDIAN TONNY NASDIAN.

The population of endangered animals around the Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) decreased even more endangered. Aware of the problem the PT Chevron Geothermal, together with other stakeholders to form a program called the Green Corridor programme Initiative (GCI). For PT Chevron Geothermal program as a form of corporate social responsibility to the environment. This research aims to analyze the participation of stakeholders in the implementation of the programme of the Green Corridor Initiative (GCI) PT Chevron Geothermal. The research method used is the quantitative and qualitative methods. The Data collected includes primary data and secondary data obtained by respondents and informants. The results showed the existence of a relationship between strengthening the principle of partnership with the level of participation of stakeholders, the absence of a relationship between the level of participation of stakeholders with the level of effectiveness of the GCI Program and the existence of a relationship between the level of effectiveness of the GCI Program with the attitude of community towards the company.

Keywords: participation of stakeholders, CSR, CSR effectiveness, principles of partnership, community participation, GCI program.


(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

PARTISIPASI

STAKEHOLDER

DALAM IMPLEMENTASI

PROGRAM

GREEN CORRIDOR INITIATIVE

(GCI),

PT CHEVRON GEOTHERMAL

MUHAMAD RANDY WIGUNA SEMESTA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(8)

(9)

NIM : I34100059

Disetujui oleh

Ir Fredian Tonny Nasdian MS Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen


(10)

(11)

Alhamdulillah penulis panjatkan puji syukur penulis kepada ALLAH SWT atas rahmat dan anugerah-Nya, sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah SAW sehingga pada saat ini penulis dapat menyelesaikan skipsi yang berjudul “Partisipasi Stakeholder dalam Implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI), PT Chevron Geotermal” dapat diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Pujian dan sholawat senantiasa penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in dan pengikutnya hingga hari akhir.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan rasa teruma kasih kepada:

1. Institut Pertanian Bogor, khususnya Departemen Sains Komunikasi dan Pengambangan Masyarakat yang memberi kesempatan penulis untuk banyak belajar di dikampus tercinta ini.

2. Ir Fredian Tonny Nasdian MS, dosen pembimbing skripsi yang telah banyak mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan yang sangat berarti selama penulisan skripsi ini.

3. Ayahanda tecinta Ridwan, Ibunda Jamilah, Adik-adik tercinta Risna, Rafly, Rafika dan Ramzy, yang merupakan sumber motivasi penulis dalam segala hal.

4. Iman K Nawireja, dosen pembimbing akademik yang telah membimbing peneliti dan memberi masukan dalam hal akademik.

5. Keluarga besar Bapak H Swaroop Widodo dan khususnya Vemy Ertika Widowaty yang selalu memberikan semangat dan motivasi bagi penulis selama perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi.

6. Keluarga bapak Atma, teh Juju dan warga desa Purwabakti atas dukungan, kerjasama serta kebersamaan layaknya keluarga selama penelitian.

7. Bapak Dali Sadli, Muchamad Soleh, Mbak Nana dan Mas Helmi yang banyak sekali membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

8.

Teman-teman satu bimbingan, Idah, Mahdi, Pinky dan Riky, yang saling menyemangati satu sama lain.

9. Teman seperjuangan, Zulkarnain, Ferdi, Bram, Ajron, dan Saefihim yang telah memotivasi dan membantu penulis dalam penulisan skripsi ini.

10.Teman-teman seperjuangan SKPM 47 atas semangat dan kebersamaan selama ini.

11.Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca dalam memahami lebih jauh tentang CSR.

Bogor, September 2014 Muhamad Randy Wiguna Semesta


(12)

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI

Vi

DAFTAR TABEL Viii

DAFTAR GAMBAR Viii

DAFTAR LAMPIRAN Xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Kegunaan Penelitian 3

PENDEKATAN TEORITIS 5

Tinjauan Pustaka 5

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) 5

Konsep Kemitraan 6

Konsep Partisipasi 6

Partisipasi Masyarakat 7

Partisipasi Stakeholder dalam Bentuk Collaboratif Patnership 8

Konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan) 9

Konsep Efektivitas 9

Konsep Sikap 9

Kerangka Pemikiran 10

Hipotesis Penelitian 11

Definisi Operasional 12

PENDEKATAN LAPANGAN 15

Lokasi dan Waktu Penelitian 15

Metode Penelitian 15

Teknik Penentuan Informan dan Responden 16

Teknik Pengumpulan Data 16

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18

PROFIL DESA PURWABAKTI 21

Kondisi Geografi dan Demografi 21

Kondisi Sosial dan Ekonomi 22

KARAKTERISTIK RESPONDEN 25

Karakteristik Usia dan Jenis Kelamin Responden 25

Kondisi Sosial dan Ekonomi 26

Kondisi Pendidikan 27

PROGRAM GREEN CORIDOR INITIATIVE (GCI) PT CHEVRON GHEOTERMAL

29 Proses Implementasi Program GCI di Desa Purwabakti Kecamatan

Pamijahan Kabupaten Bogor

31

Keterlibatan dan Kerjasama Para Stakeholder 40

ANALISIS HUBUNGAN PENGUATAN PRINSIP KEMITRAAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI STAKHOLDER

43

Penguatan Prinsip Kemitraan 43


(14)

Hubungan Penguatan Prinsip Kemitraan Dengan Tingkat Partisipasi Stakeholder

55 ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER

DENGAN TINGKAT EFEKTIVITAS PROGRAM GCI

59

Tingkat Efektivitas Program GCI 59

Hubungan Tingkat Partisipasi Stakeholder Dengan Tingkat Efektivitas Program GCI

64 ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT EFEKTIVITAS PROGRAM GCI

DENGAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP PERUSAHAAN

67

Sikap Masyarakat Terhadap Perusahaan 67

Hubungan Tingkat Efektivitas Program GCI Dengan Sikap Masyarakat Terhadap Perusahaan

68

SIMPULAN DAN SARAN 71

DAFTAR PUSTAKA 73

LAMPIRAN 75


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwan pelaksanaan penelitian Tahun 2014 15 Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk desa purwabakti kecamatan

pamijahan berdasarkan pekerjaan

22 Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk desa purwabakti kecamatan

pamijahan berdasarkan tingkat pendidikan

23 Tabel 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin 25 Tabel 5 Jumlah dan persentase responden menurut golongan usia 25 Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan 27 Tabel 7 Jumlah bibit desember 2012 – juni 2013 33 Tabel 8 Jumlah pohon yang di tanam di area restorasi 34 Tabel 9 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait prinsip

kesetaraan

43 Tabel 10 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait tingkat

transparansi

45 Tabel 11 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait prinsip saling

menguntungkan

46 Tabel 12 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait prinsip

kemitraan

48 Tabel 13 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait tingkat

pertukaran informasi

49 Tabel 14 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait resourches

sharing

50 Tabel 15 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait peningkatan

kapasitas

52 Tabel 16 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait peningkatan

kepercayaan

53 Tabel 17 Jumlah dan persentase pandangan responden terkait tingkat

partisipasi stakeholder

54 Tabel 18 Jumlah dan persentase responden berdasarkan penguatan prinsip

kemitraan dan tingkat parisipasi stakeholder

55 Tabel 19 Hasil uji korelasi rank spearman penguatan prinsip kemitraan

dengan tingkat partisipasi stakeholder

56 Tabel 20 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas responden pada tahap

perencanaan

60 Tabel 21 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas responden pada tahap

pelaksanaan

61 Tabel 22 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas responden pada tahap

evaluasi

62 Tabel 23 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas responden pada tahap

pelaporan

63 Tabel 24 Jumlah dan persentase tingkat efektivitas Program GCI 63 Tabel 25 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi

stakeholder dan tingkat efektivitas Program GCI

64 Tabel 26 Hasil uji korelasi Rank Spearman variabel tingkat partisipasi

stakeholder dengan tingkat efektivitas Program GCI

65 Tabel 27 Jumlah dan persentase sikap responden terhadap perusahaan PT 67


(16)

Chevron Geothermal

Tabel 28 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat efektivitas Program GCI dan sikap masyarakat terhadap perusahaan

68 Tabel 29 Hasil uji korelasi Rank Spearman variabel tingkat efektivitas

Program GCI dengan sikap masyarakat terhadap perusahaan

69

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka pemikiran 11

Gambar 2 Sketsa lokasi penelitian Desa Purwabakti 21 Gambar 3 Jumlah responden berdasarkan usia dan jenis kelamin 26 Gambar 4 Persentase pandangan responden terkait prinsip kesetaraan 43 Gambar 5 Persentase pandangan responden terkait tingkat transparansi

responden

44 Gambar 6 Pandangan responden terkait prinsip saling menguntungkan 46 Gambar 7 Persentase pandangan responden berdasarkan penguatan prinsip

kemitraan

47 Gambar 8 Persentase pandangan responden mengenai tingkat pertukaran

informasi

48 Gambar 9 Persentase pandangan responden terkait resources sharing 50 Gambar 10 Persentase pandangan responden terkait peningkatan kapasitas 51 Gambar 11 Persentase pandangan responden terkait peningkatan kepercayaan 53 Gambar 12 Persentase pandangan responden terkait tingkat partisipasi

stakeholder

54 Gambar 13 Persentase tingkat partisipasi responden dalam tahap perencanaan 59 Gambar 14 Persentase tingkat partisipasi responden pada tahap pelaksanaan 60 Gambar 15 Persentase tingkat partisipasi responden pada tahap evaluasi 61 Gambar 16 Persentase tingkat partisipasi responden pada tahap pelaporan 62 Gambar 17 Persentase tingkat partisipasi responden dalam Progam GCI 63 Gambar 18 Persentase sikap responden terhadap perusahaan PT Chevron

Geothermal

67

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Peta overlay rencana restorasi GCI terhadap zonasi TNGHS 75

Lampiran 2 Kerangka sampling 76

Lampiran 3 Kuisioner 78

Lampiran 4 Panduan pertanyaan penelitian 83


(17)

PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini yang kemudian diakhiri dengan General Research Question (GRQ). Pada bab masalah penelitian diuraikan permasalahan penelitian yang merupakan penjabaran dari General Research Question atau disebut Spesific Research Question (SRQ). Pada bab tujuan dijelaskan tujuan dari penelitian yang dilaksanakan. Sedangkan pada bab kegunaan dijelaskan kegunaan penelitian baik bagi peneliti, akademisi, perusahaan, pemerintah, dan masyarakat

Latar Belakang

Populasi hewan langka di wilayah Gunung halimun salak kian menurun. Data dari TNGHS (Taman Nasional Gunung Halimun Salak) menyebutkan, populasi hewan langka di area taman nasional itu terancam punah. Macan tutul (Panthera pardus melas) tinggal berjumlah 59 ekor, elang jawa (Nisaetus bartelsi) kurang dari 25 ekor, kukang jawa (Nycticebus javanicus) 12 ekor. Penyebab berkurangnya populasi hewan-hewan tersebut disebabkan oleh banyak hal. Beberapa di antaranya disebabkan oleh pemburuan liar serta perusakan habitat hewan.1 Masalah menurunnya populasi hewan langka di wilayah Gunung Halimun Salak ini merupakan masalah yang menjadi tanggung jawab bersama.

Menyadari adanya masalah tersebut PT Chevron Geotermal bersama dengan para stakeholder lain membentuk program yang dinamakan program Green Corridor Initiative (GCI). Tujuan utama program ini adalah melakukan restorasi Koridor Halimun Salak (KHS) untuk penghidupan yang berkelanjutan dengan menghubungkan dua ekosistem penting, yaitu ekosistem Gunung Salak dan ekosistem Halimun, yang merupakan habitat dan tempat perlintasan bagi tiga spesies kunci yaitu: Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan (Panthera pardus), dan Elang Jawa (Spizaeteus bartelsi), serta menjadi bagian dari daerah tangkapan air DAS Cisadane dan DAS Citarik.2

PT Chevron Geothermal di Gunung Salak merupakan salah satu perusahaan yang mendayagunakan energi panas bumi terbesar di dunia. Sebagai bukti profesionalisme dan tanggung jawab sosial perusahaan, Perusahaan PT Chevron Geotermal menyelenggarakan program CSR (Corporate Social Responsibility). Penyelenggaraan program Green Corridor initiative (GCI) ini merupakan bagian dari salah satu program CSR (Corporate Social Responsibility) bagi PT Chevron Geotermal.

Program Green Corridor Initiative (GCI) memiliki tiga unit program, diantaranya program restorasi habitat, pemberdayaan masyarakat dan komunikasi terpadu. Ketiga unit program tersebut bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan fungsi ekologis hutan koridor guna mendukung

1 Dikutip dari: http://www.berani.co.id/news/9/1009852/tnghs-lakukan-konservasi-satwa-langka 2 Dikutip dari http://www.kehati.or.id/id/ekosistem-kehutanan/green-corridor-initiative.html


(18)

penghidupan berkelanjutan dan meningkatkan fungsi ekologis hutan koridor melalui program restorasi seluas 500 ha.

Dalam implementasian program Green Corridor Initiative (GCI) membutuhkan adanya partisipasi stakeholder sehingga program akan terselenggara secara efektif. Menurut Wibisono (2007) Upaya perusahaan dalam meningkatkan peran untuk peningkatan kesejahteraan sosial dan kelestarian lingkungan membutuhkan sinergi mutipihak yang solid, baik dari pemerintah maupun komunitas atau masyarakat. Tidak mungkin persoalan – persoalan bangsa ini hanya diselesaikan oleh salah satu pihak saja.

Perbedaan persepsi peran dan tanggung jawab di antara stakeholder ini merupakan masalah fundamental untuk membangun kerja sama. Mainstream yang muncul saat ini lebih menempatkan perusahaan sebagai penanggung jawab tunggal untuk mencapai keberhasilan CSR. Apapun yang terkait dengan resources untuk mendukung CSR menjadi beban perusahaan. Itu sebabnya, perusahaan akan menjadi kambing hitam jika terjadi kegagalan dalam CSR. Oleh karena itu, hal yang akan menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan diatas yakni Bagaimana partisipasi stakeholder dalam implentasi program Green Corridor Initiative (GCI)?

Rumusan Masalah

Efektivitas Program GCI tergantung pada proses pengimplementasian program tersebut. Pengimplementasian program CSR merupakan sebuah proses yang tidak hanya ditinjau dari waktu pelaksanaan program saja, melainkan terdiri dari beberapa tahapan. Wibisono (2007) dalam Rosyida (2011) mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan tahap pelaporan. Pada penelitian ini akan mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana pengimplementasian Program Green Corridor Initiative (GCI) baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tahap pelaporan?

Untuk mencapai tujuan program diperlukan adanya partisipasi stakeholder yang dalam hal ini akan membentuk pola kemitraan. Dalam kemitraan terdapat prinsip – prinsip kemitraan yang dapat menjadi spirit kemitraan itu sendiri. Prinsip – prinsip kemitraan mencakup hal-hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap stakeholder dalam menjalin kerja sama dengan stakeholder yang lainnya. Oleh karena itu penting untuk dianalisis bagaimana hubungan penguatan prinsip kemitraan terhadap tingkat partisipasi stakeholders GCI ?

Partisipasi stakeholder merupakan faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas program CSR, desain program yang bagus dan jumlah dana yang banyak tidak menjadi jaminan keberhasilan program jika tanpa melibatkan partisipasi dari seluruh stakeholder yang ada. Jika kita berbicara tentang efektivitas maka akan berkaitan dengan pecapaian tujuan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program di lapangan. Semakin tinggi tingkat pencapaian tujuan dan tingkat partisipasi masyarakat maka akan semakin efektif program yang akan dilaksanakan, tentu dalam hal ini adalah program Green Corridor Initiative (GCI). Oleh karena itu penting untuk dianalisis bagaimana


(19)

hubungan antara tingkat partisipasi stakeholders dengan tingkat efektivitas pengimplementasian program GCI?

Program Green Corridor Initiative (GCI) merupakan salah satu jenis program CSR pada dimensi lingkungan. Pada dasarnya efektivitas program GCI ini tidak dapat langsung berdampak pada profit perusahaan. Program Green Corridor ini pada dasarnya akan berdampak pada brand image perusahaan yang pada akhirnya akan berhubungan dengan sikap positif masyarakat terhadap perusahaan. Menurut Leimona dan Fauzi (2008) program CSR yang berlandaskan Contribution to environmental conservation merupakan suatu kegiatan CSR dimana perusahaan mengadakan aktivitas tambahan bagi konservasi lingkungan yang tidak secara langsung menambah profit tetapi berdampak langsung pada kenaikan “brand image”, pemasaran produk, cap: industri hijau dan periklanan. Oleh sebab itu penting untuk dianalisis bagaimana hubungan antara tingkat efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) dengan sikap masyarakat peserta program terhadap perusahaan?

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum menganalisis partisipasi stakeholders dalam implementasi program Green Corridor Initiative (GCI). Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pengimplementasian Program Green Corridor Initiative (GCI) baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pelaporan.

2. Menganalisis hubungan penguatan prinsip kemitraan terhadap tingkat partisipasi stakeholders GCI.

3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi stakeholders dengan tingkat efektivitas Program GCI

4. Menganalisis hubungan antara tingkat efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) dengan sikap masyarakat peserta program terhadap perusahaan

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :

1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai program CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat.

2. Civitas Akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembagan pengetahuan mengenai CSR.

3. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan guna meningkatkan efektifitas perusahaan.

4. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai partisipasi dalam program CSR.


(20)

5. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan mengenai CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.


(21)

PENDEKATAN TEORITIS

Bab ini terdiri atas beberapa sub bab. Sub bab pertama membahas tinjauan pustaka. Dalam sub bab tinjauan pustaka dijelaskan mengenai teori dan konsep yang dipakai dalam penelitian. Pada sub bab selanjutnya adalah kerangka pemikiran. Dilanjutkan dengan sub bab hipotesis, dan definisi operasional.

Tinjauan Pustaka

Konsep Corporate Social Responsibility (CSR)

Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (stakeholders). Masing-masing stakeholders melakukan perannya sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki. Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat di sekitarnya yang disebut tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) atau disingkat CSR. CSR merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line) ( Prabawati 2009).

Implementasi CSR

Wibisono (2007) mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun, CSR manual, dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien.

2. Tahap Pelaksanaan: Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk


(22)

menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan.

3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.

4. Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Konsep Kemitraan

Utama (2006) mendefinisikan kemitraan sebagai jalinan kerja sama antar pihak – pihak yang terkait untuk sebuah kepentingan dan tujuan tertentu. Menurut Tennyson (1998) dalam Wibisono (2007) kemitraan adalah kesepakatan antar sektor dimana individu, kelompok atau organisasi sepakat bekerjasama untuk memenuhi sebuah kewajiban atau melaksanakan kegiatan tertentu, bersama sama menanggung resiko maupun keuntungan dan secara berkala meninjau kembali hubungan kerja sama.

Prinsip Kemitraan

Wibisono (2007) menjelaskan tiga prinsip dalam membentuk kemitraan diantaranya:

1. Kesetaraan atau keseimbangan (equity)

Pendekatannya bukan top-down atau bottom-up, bukan pula berdasar kekuasaan semata, namun hubungan yang saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya. Untuk menghindari antagonisme perlu dibangun rasa saling percaya.

2. Transparansi

Transparansi diperlukan untuk menghindari rasa saling curiga antar mitra kerja.

3. Saling Menguntungkan

Suatu kemitraan harus membawa manfaat bagi semua pihak yang terlibat. Konsep Partisipasi

Partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan


(23)

kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar (Nasdian 2006).

Mitchell et al. (2010) menjelaskan bahwa pendekatan partisipatif mungkin memerlukan waktu lebih lama pada tahap – tahap awal perencanaan dan analisis, di dalam proses selanjutnya, pendekatan ini akan mengurangi atau menghindari adanya pertentangan. Saat ini negara – negara demokratik dengan masalah yang semakin kompleks, lebih banyak pengelola memandang positif pendekatan ini.

Law dan Hartig (1993) dalam Mitchell et al. (2010) menambahkan bahwa efektif tidaknya partisipasi tidak hanya sekedar dari jumlah kehadiran saja. Kepercayaan, komunikasi, kesempatan dan fleksibilitas merupakan elemen penting yang menentukan efektif tidaknya program-program partisipasi masyarakat.

Partisipasi Masyarakat

Cohen dan Uphoff (1979) dalam Rosyida dan Nasdian (2011) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan yang dilakukan oleh stakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini, padahal proses pengambilan keputusan juga sangat bergantung pada keberhasilan aktivitas kemudian. Apabila masyarakat diikutsertakan sebagai subyek dan mampu mengambil keputusan mandiri maka akan lebih baik untuk keberlanjutan programnya.

2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi, bahwa pada tahap ini partisipasi tidak hanya bernilai sebuah tindakan nyata, namun dapat pula secara tidak langsung memberikan masukan untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya. Tahap pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom up, namun partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan tersebut, seperti yang bekerja bukanlah hanya pihak perusahaan, namun bersama merumuskan kebutuhan kemudian membangun hal yang diperlukan. Seperti contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti instruksi dari pihak tertentu baik instansi atau perusahaan tanpa secara langsung mengikuti kebutuhan dari masyarakat sehingga banyak pelaksanaan pembangunan yang menjadi sia-sia dan


(24)

tidak berkelanjutan. Pelaksanaan partisipatif yang diikuti oleh seluruh stakeholders akan meminimalisir kecenderungan akan pembangunan yang tidak berguna.

3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil-tidak berhasil, dan efektif-tidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi oleh orang luar. Apabila evaluasi dilakukan oleh pihak lain hal ini tentunya menunjukkan belum munculnya partisipasi dari masyarakat sendiri.

4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahapan ini masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki

Partisipasi Stakeholder dalam Bentuk Collaboratif Patnership

Menurut Nasdian (2014), dalam bentuk collaboratif patnership terdapat beberapa syarat yang dapat dijadikan indikator atau alat ukur tingkat partisipasi stakeholder itu sendiri, diantaranya:

1. Pertukaran informasi

Adanya pertukaran informasi antar stakeholder yang ditandai dengan adanya komunikasi antar stakeholder mengenai pengetahuan yang dimiliki masing -masing stakeholder. Misalnya para stakeholder saling bertukar informasi terkait kebutuhan dan sumberdaya yang mereka miliki untuk memenuhi tujuan bersama.

2. Resources sharing

Adanya sharing akan sumberdaya misalnya pihak perusahaan sharing sumberdaya yang mereka miliki yang sering kali berbentuk material (dana) sedangkan masyarakat menyumbangkan tenaganya.

3. Meningkatkan kapasitas

Adanya peningkatan kapasitas antar stakeholder, misalnya masyarakat meningkat akan pengetahuan terkait konservasi sedangkan pihak perusahaan dapat meningkatkan pengetahuan terkait konservasi yang dipadukan dengan pengetahuan nyata di lapangan.


(25)

4. Membangun kepercayaan

Adanya kepercayaan antar stakeholder, yang diawali dengan rasa saling mengenal, percaya hingga menghormati antar stakeholder.

Konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan)

Freeman dan Reed (1983) dalam Jalal (2011) mendefinisikan pemangku kepentingan secara sempit yaitu kelompok dan individu kepada siapa sebuah organisasi bergantung untuk mempertahankan keberadaannya. Sedangkan dalam arti luas Freeman (1984) dalam Jalal (2011) mendefinisikan pemangku kepentingan sebagai kelompok dan individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan dari sebuah organisasi.

Menurut Sukada (2007) dalam Rosyida dan Nasdian (2011), pelibatan pemangku kepentingan ditentukan berdasarkan derajat relevansinya dengan keberadaan serta program yang akan diselenggarakan. Sukada juga bahwa menambahkan, semakin relevan pemangku kepentingan dengan kegiatan maupun aktivitas pengembangan masyarakat perusahaan, maka pelibatannya menjadi keharusan.

Konsep Efektivitas

Menurut Barnard (2007) dalam Yulianti (2012) Efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem. Yulianti (2012) menambahkan bahwa suatu program akan berjalan efektif jika program tersebut berjalan sesuai tujuan pelaksanaan program.

Menurut Rihadhini (2012) efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Menurut Subagyo (2000) dalam Budiani (2009) efektivitas adalah kesesuaian antara output dengan tujuan yang ditetapkan.

Mengacu pada beberapa pendapat terkait efektivitas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas program merupakan sebuah acuan untuk mengukur tingkat pencapaian dalam memenuhi tujuan pengimplementasian program.

Konsep Sikap

Menurut Berkowitz (1972) dalam Azwar (2011) sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Reaksi ini timbul karena adanya perasaan yang dimiliki dan dieskpresikan seseorang terhadap suatu objek. Sikap seseorang terhadap suatu objek selalu berperan sebagai perantara antara respon dan objek yang bersangkutan. Sikap ini merupakan kecenderungan bertindak, berpresepsi, berpikir, merasa pada suatu


(26)

objek tertentu. Adapun komponen sikap menurut Middlebrook (1974) dalam Sari (2013) melibatkan tiga komponen yang saling berhubungan yakni:

1. Komponen Kognitif: berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan obyek. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2. Komponen Afektif: menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

3. Komponen Behavior (konatif): komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.

Kerangka Pemikiran

Partisipasi stakeholder diyakini mempunyai hubungan dengan efektivitas program GCI (Green Corridor Initiative), Chevron. Tingkat Partisipasi Stakeholder akan dianalisis berdasarkan konsep kemitraan kolaboratif menurut Nasdian (2014) yaitu adanyanya pertukaran informasi, resources sharing, meningkatkan kapasitas dan membangun kepercayaan. Tingkat partisipasi stakeholder itu sendiri diyakini berhubungan dengan penguatan prinsip kemitraan menurut Wibisono (2007) diantaranya kesetaraan atau keseimbangan, transparansi dan saling menguntungkan. Sedangkan Tingkat efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) dianalisis berdasarkan tujuan program yaitu tingkatan partisipasi masyarakat. Selanjutnya untuk efektivitas program GCI diduga berhubungan dengan sikap masyarakat peserta program terhadap perusahaan.


(27)

Penguatan Prinsip kemitraan: 1. Kesetaraan atau

keseimbangan (equity) 2. Transparansi

3. Saling menguntungkan

Tingkat Partisipasi Stakeholder: 1. Tingkat pertukaran informasi 2. Tingkat pembagian sumberdaya 3. Tingkat peningkatan kapasitas 4. Tingkat pembangunan kepercayaan

Tingkat Efektivitas program GCI: Tingkat partisipasi masyarakat peserta program

GCI

Sikap masyarakat peserta program terhadap

perusahaan

Keterangan: mempunyai hubungan

Gambar 1 Kerangka pemikiran Hipotesis

Hipotesa Penelitian

1. Diduga terdapat hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholders

2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas program GCI

3. Diduga terdapat hubungan antara tingkat efektivitas program GCI dengan sikap positif masyarakat peserta program terhadap perusahaan.


(28)

Definisi Operasional

Tingkat Penguatan Prinsip Kemitraan

Tingkat Penguatan Prinsip Kemitraan adalah suatu pandangan responden mengenai sejauh mana prinsip kemitraan yang diterapkan dalam hubungan kemitraan diantara stakeholder. Pengukuran penguatan prinsip kemitraan menggunakan skala ordinal dan diukur melalui pernyataan berbentuk skala likert dengan kategori sebagai berikut: Sangat Setuju (5), Setuju (4), Tidak Tahu (3), Kurang Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1).

1. Kesetaraan atau keseimbangan (equity) adalah pandangan responden mengenai adanya kesamaan kesempatan, saling menghormati, saling menghargai dan saling percaya dalam hubungan kemitraan.

2. Transparansi adalah pandangan responden mengenai keterbukaan tiap – tiap stakeholder dalam memberikan informasi terkait pelaksanaan program.

3. Saling menguntungkan adalah pandangan responden mengenai manfaat dalam kemitraan yang terjalin diantara stakeholder.

Keseluruhan skor akan dijumlahkan, kemudian dibagi menjadi tiga kategori: a) Kuat: skor 28 - 45

b) Lemah: skor 9 - 27

Tingkat Partisipasi Stakeholder

Tingkat Partisipasi Stakeholder adalah pandangan responden mengenai sejauh mana partisipasi stakeholder yang diukur berdasarkan indikator dibawah ini. Indikator tersebut membutuhkan jenis skala data ordinal dengan skala likert sebagai alat pengukuran. Indikator untuk mengukur collaboratif patnership dari masing – masing stakeholder adalah sebagai berikut:

1. Pertukaran informasi adalah kondisi dimana masing-masing stakehoder berbagi informasi tentang perannya yang berkaitan dengan program.

2. Resources sharing adalah kondisi dimana masing-masing stakeholder berbagi sumberdaya baik material maupun non material.

3. Meningkatkan kapasitas adalah kondisi dimana masing-masing stakeholder mengalami perubahan dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan.

4. Membangun kepercayaan adalah kondisi dimana masing-masing stakeholder sudah saling mengenal dengan baik satu sama lain sehingga sampai kepada kondisi yang paling tinggi, yaitu saling percaya dan penghormatan satu sama lain (mutual trust and respect).

Keseluruhan skor akan dijumlahkan, kemudian dibagi menjadi tiga kategori: a) Tinggi: skor 49 - 80


(29)

Tingkat Efektivitas Program GCI

Tingkat Efektivitas Program GCI merupakan tingkatan tujuan yang telah dicapai dalam pengimplementasian tujuan program GCI. Sesuai dengan tujuan program program GCI maka untuk mengukur tingkat efektivitas program GCI melalui partisipasi masyarakat. Tingkat efektivitas program GCI menggunakan skala ordinal, diukur dengan menggunakan skala Guttman.

1. Tahap Perencanaan merupakan tingkat partisipasi masyarakat dalam merumuskan, merancang penyelenggaraan program GCI baik bersifat teknis maupun nonteknis, menyangkut aspek, kehadiran, keikutsertaan dalam pengambilan keputusan dan keaktifan anggota selama proses perencanaan kegiatan, dengan skor paling tinggi 10 dan skor terendah 5. 2. Tahap Pelaksanaan merupakan tingkat partisipasi masyarakat dalam

tahapan pelaksanaan kegiatan rangkaian program GCI yang menyangkut aspek kehadiran, keikutsertaan dalam pengambilan keputusan, serta keaktifan anggota selama proses kegiatan. Skor tertinggi 10 dan skor paling rendah 5

3. Tahap Evaluasi melalui tingkat partisipasi masyarakat dalam mengevaluasi kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan rangkaian kegiatan program GCI, meliputi keikutsertaan anggota dalam memberikan saran dan kritik, skor tertinggi 10 dan skor terendah yaitu 5

4. Tahap Pelaporan merupakan tingkat partisipasi masyarakat dalam menyusun laporan kegiatan program GCI untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan, skor tertinggi 10 dan skor terendah 5

Sehingga skor keseluruhan bernilai 20 - 26 untuk kategori tingkat efektivitas rendah, skor bernilai 27 - 33 untuk kategori tingkat efektivitas sedang dan skor bernilai 34 - 40 untuk kategori tingkat efektivitas tinggi.

Sikap Masyarakat Peserta Program terhadap Perusahaan

Sikap masyarakat terhadap perusahaan adalah respon evaluatif yang berakar pada nilai yang dianut dan berkaitan dengan perusahaan. Untuk mengukur sikap menggunakan komponen sikap itu sendiri sebagai indikator:

1. Komponen Kognitif: berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.

2. Komponen Afektif: menunjuk pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek disini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

3. Komponen Behavior (konatif): komponen perilaku atau konatif dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya.


(30)

Indikator tersebut membutuhkan jenis skala data ordinal dengan skala likert sebagai alat pengukuran. Keseluruhan skor akan dijumlahkan, kemudian dibagi menjadi tiga kategori:

a) Positif: skor 33 - 45 b) Netral: skor 21 - 32 c) Negatif: skor 9 - 20


(31)

PENDEKATAN LAPANGAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah PT Chevron Geothermal di Desa Purwabakti Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah operasi PT Chevron Geothermal dan sekaligus dekat dengan wilayah TNGHS. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (Sengaja). Berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait dengan keberadaan perusahaan tambang PT Chevron Geothermal adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan, pengolahan minyak dan gas yang aktif melakukan berbagai program CSR, sehingga menjadi relevan terhadap penelitian partisipasi stakeholder dalam implementasi program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron.

Tabel 1 Jadwal pelaksanaan penelitian tahun 2014

Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Keter

angan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Penyusunan proposal skripsi Kolokium Revisi proposal Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan laporan penelitian

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan merupakan penelitian survei. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner. Melalui pendekatan kuantitatif diharapkan dapat menjawab hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholder, hubungan antara tingkat partisipasi stakeholders dengan efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron sekitar wilayah operasi perusahaan, di daerah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan hubungan antara tingkat efektivitas program GCI dengan sikap masyarakat terhadap perusahaan. Pendekatan kualitatif bersifat explanatory


(32)

research, hasil uraian dijelaskan secara deskripsi namun fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa.

Teknik Penentuan Informan dan Responden

Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan keterangan mengenai informasi ataupun data disekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pelaksana program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron yang tergabung dalam bagian community development PT Chevron Geothermal.

Populasi sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Purwabakti yang terlibat dalam program Green Corridor Initiative (GCI). Pemilihan responden pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan cara memilih dengan sengaja seluruh anggota KTPH (Kelompok Tani Peduli Hutan) yang berjumlah 35 orang, namun dari jumlah tersebut hanya 33 orang yang dapat dijadikan responden. Unit analisis adalah individu yang terlibat dalam implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI).

Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Perolehan data primer akan mencakup diantaranya data kuantitatif dan data kualitatif. Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Data kualitatif dari informan diperoleh melalui observasi dan wawancara. Hasil dari observasi dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder akan diperoleh melalui studi literatur.

Kuesioner

Terdapat dua skala yang digunakan dalam pertanyaan kuesioner yaitu skala Likert dan skala Guttman.

a. Skala Likert

Menurut Sugiyono (2011) skala Likert dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala Likert , maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan. Dalam penelitian ini variabel yang menggunakan skala Likert pada kuesioner adalah penguatan prinsip kemitraan, tingkat partisipasi stakeholder dan sikap positif masyarakat terhadap perusahaan.


(33)

Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata antara lain:

a) Sangat setuju dengan skor 5 b) Setuju dengan skor 4 c) Tidak tahu dengan skor 3 d) Tidak setuju dengan skor 2 e) Sangat tidak setuju dengan skor 1 b. Skala Guttman

Menurut Sugiyono (2011) skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawawaban yang tegas, yaitu “ya – tidak”. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif). Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Dalam penelitian ini variabel yang menggunakan skala Guttman pada kuesioner adalah tingkat efektivitas program GCI yang berfokuskan pada tingkat partisipasi masyarakat. Jawaban jika “Ya” akan di beri skor 2 dan jika “Tidak” akan diberi skor 1.

Observasi

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2011) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Menurut Sugiyono (2011) dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperanserta) dan non participant observation, selanjutnya dari segi instrumentasi yang digunakan, maka observasi dapat dibedakan menjadi observasi terstruktur dan tidak terstruktur.

Dalam penelitian ini teknik observasi yang digunakan adalah observasi terstruktur. Menurut Sugiyono (2011) observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrumen penelitian yang telah teruji validitas dan reabilitasnya. Dalam penelitian ini teknik observasi digunakan untuk menilai segala hal terkait pengimplementasian program Green Corridor Initiative (GCI) dengan mengacu pada variabel – variabel yang ada dalam penelitian.

Wawancara

Menurut Sugiyono (2011) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil. Dalam penelitian ini teknik wawancara digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam terkait implementasi program Green


(34)

Corridor Initiative (GCI). Wawancara dilakukan dengan mendatangi informan yaitu para stakeholder yang terlibat dalam program GCI, hasil wawancara dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Studi literatur

Studi literatur merupakan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan informasi berupa data sekunder. Data sekunder diperoleh dengan mengkaji berbagai informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil perusahaan, masyarakat, partisipasi, dan kegiatan-kegiatan dalam implementasi program GCI. Selain itu, data sekunder juga berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian seperti buku-buku mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan literatur-literatur lainnya yang terkait.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data Kuantitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tabulasi silang dan uji Korelasi Rank Spearman untuk menjawab hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholder, hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) dan hubungan antara tingkat efektivitas program GCI dengan sikap masyarakat terhadap perusahaan. Data Kualitatif akan dianalisis melalui metode reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Uji Korelasi Rank Spearman

Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara variabel satu dengan lainnya. Khususnya data ordinal yaitu data yang mempunyai skala pengukuran berjenjang. Rumus korelasi Rank Spearman (Siegel 1992 dalam Sugiyono 2011):

= 1 −

6 ∑��= ��

� −�

...

(1)

Keterangan:

�� = koefisien korelasi

N = jumlah sampel penelitian

di = selisih antara rank X dan rank Y pada responden ke-i

korelasi yang dihasilkan dapat berupa angka positif (+) dan negatif (-). Korelasi positif menunjukkan hubungan yang searah antara dua variabel yang diuji, yang berarti semakin tinggi variabel bebas (variabel independen) maka semakin tinggi pula variabel terikat (variabel dependen). Sementara itu, korelasi


(35)

negatif menunjukkan hubungan yang tidak searah, yang berarti jika variabel bebas tinggi maka variabel terikat menjadi rendah (Sugiyono 2011).

Taraf kepercayaan yang digunakan dalam uji signifikasi adalah 5% sedangkan yang menjadi dasar pengambilan keputusan signifikan atau tidaknya hubungan kedua variabel adalah:

Jika probabilitas > 0,05 maka H0 diterima Jika probabilitas < 0,05 maka H0 ditolak Reduksi Data

Menurut Sugiyono (2011) reduksi data merupakan sebuah proses merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

Peneliti melakukan reduksi data dengan cara membuat catatan lapang berdasarkan hasil wawancara dengan informan. Pemusatan perhatian dilakukan dengan memfokuskan pertanyaan pada pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dalam penelitian.

Penyajian Data

Penyajian data dalam hal ini digambarkan dengan sekumpulan informasi tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Menurut Sugiyono (2011) dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Namun yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Dalam penelitian ini penyajian data disajikan dalam bentuk teks naratif berupa catatan lapang yang kemudian diperkuat dan dilengkapi dengan bentuk lainnya yaitu matriks dan bagan. Bentuk matriks dan bagan merupakan hasil gabungan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang terpadu, sehingga memudahkan untuk melihat kejadian yang terjadi.

Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono 2011). Kesimpulan-kesimpulan yang didapatkan selama penelitian dihasilkan dengan cara memikir ulang selama penulisan, meninjau kembali catatan lapang harian dan bertukar pikiran dengan teman dan dosen pembimbing.


(36)

(37)

PROFIL DESA PURWABAKTI

Pada bab ini diuraikan mengenai profil lengkap lokasi penelitian yang terbagi ke dalam beberapa sub bab seperti kondisi geografis, demografi,sosial ekonomi, sarana dan prasarana, struktur organisasi, dan visi misi.

Kondisi Geografi dan Demografi

Desa Purwabakti merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor, dengan luas: 1.662 hektar, di atas permukaan laut 520 -1350 meter, dan tinggi curah hujan 120 m3, yang terbagi dalam liman dusun, 12 Rukun Warga dan 41 Rukun Tetengga. Batas wilayah Desa Purwabakti antara lain: (a) sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciasmara; (b) sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciasmara; (c) sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kabupaten Sukabumi; (d) sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibunian. Sementara itu, jarak kantor desa dengan Ibukota Kecamatan Pamijahan yaitu tujuh Km, Kabupaten Bogor yaitu 35 Km, jarak dengan Provinsi Jawa Barat yaitu 142 Km, dan ibukota negara yaitu 79 Km. Dibawah ini merupakan sketsa wilayah Desa Purwabakti.

Gambar 2 Sketsa lokasi penelitian Desa Purwabakti

Jumlah penduduk Desa Purwabakti sampai dengan November 2011 adalah sebanyak 7.623 jiwa terdiri dari 3.816 jiwa laki-laki dan 3807 jiwa perempuan. Sementara itu, jumlah kepala keluarga (KK) di Desa Purwabakti sebanyak 1950 KK.


(38)

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Penduduk Desa Purwabakti seluruhnya menganut agama islam. Sementara itu, menurut data profil desa pada tahun 2011 mayoritas penduduk desa bermatapencaharian sebagai petani (pemilik/buruh), pedagang, swasta dan pegawai pabrik. jumlah dan Persentase masyarakat Desa Purwabakti berdasarkan pekerjaan akan disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan berdasarkan pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Petani pemilik 781 25,00

Pedagang 747 24,00

Tani / buruh tani 538 17,00

Swasta 432 13,90

Buruh pabrik 312 10,00

Tukang bangunan 113 3,63

Sopir angkutan 45 1,45

Lain-lain 34 1,09

Tukang ojek 32 1,03

Pengrajin 15 0,48

Pegawai negeri sipil (PNS) 29 0,93

Pensiunan/purnawirawan 11 0,35

Penjahit 7 0,23

Bengkel 5 0,16

Tukang las 5 0,16

TNI / POLRI 3 0,10

Jumlah 3109 100

Sumber: Profil Desa Purwabakti 2011 (diolah)

Tabel 2 menunjukkan bahwa pertanian merupakan salah satu sektor andalan masyarakat Desa Purwabakti. Namun yang perlu diketahui, menurut pengamatan peneliti pertanian di desa purwabakti tidak hanya sebatas pertanian padi sawah. Pertanian di Desa Purwabakti mencakup sektor perikanan, peternakan dan perkebunan. Menurut pihak desa pun, mayoritas penduduk Desa Purwabakti bekerja sebagai petani, sehingga mereka sulit untuk ditemui pada pagi hari.

Disisi lain untuk wilayah Desa Purwabakti wilayah Rw 08 dan 09, petani padi sawah sangat sedikit sekali. Hal ini dikarenakan lahan pertanian diwilayah tersebut semakin menyempit dan wilayah tersebut berdekatan dengan wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Keberadaan kawasan wilayah perkebunan Perhutani menjadi alternatif mata pencaharian penduduknya. Mereka memanfaatkan hasil hutan dan perkebunan untuk mencari nafkah, walaupun jumlahnya sedikit.


(39)

Kondisi masyarakat Desa Purwabakti berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 3. Terlihat pada Tabel 3 bahwa mayoritas masyarakat desa merupakan lulusan SD/sederajat yaitu sebanyak 1035 jiwa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat didominasi oleh tingkat pendidikan rendah. Hal ini disebabkan oleh sarana dan prasarana pendidikan yang terbatas dan akses untuk pergi ke sekolah masih belum memadai.

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tamat SD/Sederajat 1035 38,79

Tamat SLTP/Sederajat 784 29,39

Tamat SLTA/Sederajat 436 16,34

Tidak Tamat SD/Sederajat 334 12,52

Tamat Akademi 68 2,55

Tamat Perguruan Tinggi/S.1 9 0,34

Tamat Perguruan Tinggi/S.2 2 0,07

Tamat Perguruan Tinggi/S.3 0 0,00

Jumlah 2668 100

Sumber: Profil Desa Purwabakti 2011 (diolah)

Secara umum kondisi sosial politik serta keamanan dan ketertiban di wilayah Desa Purwabakti cukup aman terkendali. Dalam hal ini, kehidupan politik warga masyarakat dapat tersalurkan sesuai aspirasinya, seiring dengan bergulirnya informasi dan banyaknya partai politik yang berkembang pada saat ini. Adapun jumlah anggota perlindungan masyarakat (LINMAS) sampai saat ini tercatat sebanyak 20 orang. Berkaitan dengan keberadaan dan kelembagaan Linmas, dimana saat ini sudah ada di Pemerintahan Kabupaten Bogor, adanya Kantor Kesbangpol dan Linmas yang mengatur tentang keberadaan Linmas di tingkat Kabupaten Bogor, sesuai dengan berubahnya organisasi dan tata kerja pemerintah Kabupaten Bogor.

Pelapisan sosial dalam masyarakat Desa Purwabakti tidak begitu terlihat. Sebagian masyarakat hidup dalam kesederhanaan, yang disebabkan oleh keterbatasan akses dan sumberdaya manusia. Peran tokoh masyarakat, sesepuh masyarakat maupun alim ulama sudah mulai memudar, namun peran pegawai pemerintahan masih terlihat. Disisi lain forum empat desa mempunyai pengaruh yang cukup besar. Forum empat desa dibuat dengan tujuan untuk menampung aspirasi masyarakat. Namun kenyataannya berdasarkan pengakuan warga khususnya di wilayah Kampung Padajaya, forum empat desa menjadi ajang premanisme. Warga yang ingin bekerja sebagai karyawan Chevron misalnya, harus membayar kepada forum tersebut.


(40)

Ikhtisar

Desa Purwabakti merupakan desa yang berada di Kecamatan Pamijahan Kabupaten Bogor. Desa ini di sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciasmara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Ciasmara, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Kabupaten Sukabumi, dan sebelah barat berbatasan dengan Desa Cibunian. Lokasi desa yang berada diujung wilayah administrasi kabupaten, wilayah desa ini masih tertinggal jauh dibandingkan dengan desa-desa lainnya. Sebagai contoh, dalam sarana dan prasarana sekolah, desa ini hanya memiliki Sekolah Dasar sebagai tingkat institusi pendidikan tertinggi. Tidak ada SMP ataupun SMA di wilayah ini. Jarak antar dusun dan insfrastruktur yang kurang memadai menjadi kendala dalam akses ke semua aspek.

Kondisi ekonomi dan sosial masyarakat desa masih banyak yang bekerja sebagai petani. Namun tidak hanya petani dalam bidang padi sawah saja, petani ikan dan perkebunan pun juga ada. Sebagian lain masyarakat menggantungkan hidupnya dengan menjadi buruh tani maupun buruh swasta, selain itu masyarakat yang bekerja sebagai peternak pun ada.

Pendidikan di Desa Purwabakti masih terbilang rendah. Masyarakat Desa Purwabakti mayoritas hanya lulusan SD dan disusul dengan lulusan SMP. Berdasarkan data, selain kondisi sarana dan prasarana pendidikan yang rendah, faktor akses dan infrastruktur desa juga menjadi salah satu aspek yang menyebabkan rendahnya pendidikan di desa ini.


(41)

KARAKTERISTIK RESPONDEN

Responden dalam penelitian ini adalah warga Kp Padajaya RT 01 dan 02 RW 09 Desa Purwabakti yang tergabung dalam Kelompok Tani Peduli Hutan (KTPH), karena hanya warga yang tergabung dalam KTPH yang dilibatkan dalam Program GCI. Jumlah anggota Kelompok Tani Peduli Hutan (KTPH) sebanyak 35 orang. Jumlah responden yang diambil adalah 33 orang, hal ini dikarenakan 2 orang responden tidak dapat ditemui oleh peneliti karena migrasi dan meninggal dunia. jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin akan disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 jumlah responden perempuan dan laki-laki hanya berbeda satu orang, jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki-laki.

Tabel 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin

Jenis kelamin Responden

Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 16 48

Perempuan 17 52

Jumlah 33 100

Karakteristik Usia dan Jenis Kelamin Responden

Usia responden adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat dilaksanakannya penelitian. Usia responden bervariasi mulai dari 18 tahun hingga 72 tahun dengan rata-rata 43 tahun. Usia responden digolongkan ke dalam tiga kategori, yaitu usia muda (kurang dari 30 tahun), dewasa (31-50), dan tua (lebih dari 50 tahun). Jumlah dan persentase usia responden menurut golongan usia akan disajikan dalam Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 jumlah responden menurut golongan usia didominasi oleh responden yang tergolong dewasa yaitu sebesar 64% dengan jumlah sebanyak 21 orang.

Tabel 5 Jumlah dan persentase responden menurut golongan usia

Usia responden Responden

Jumlah Persentase (%)

Muda (≤ 30) 4 12

Dewasa (31-50) 21 64

Tua (> 50) 8 24


(42)

Gambar 3 Jumlah responden berdasarkan usia dan jenis kelamin Berdasarkan Gambar 3, responden paling banyak adalah golongan usia dewasa dengan jenis kelamin perempuan. Walaupun demikian selisih antara dewasa laki-laki dan perempuan hanya berjumlah satu orang.

Kondisi Sosial dan Ekonomi

Berdasarkan agama, responden yang tergabung dalam Kelompok Tani Peduli Hutan (KTPH) seluruhnya beragama islam. Aktivitas responden wanita pada umumnya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Mereka sebagian besar melakukan pekerjaan rumah tangga dipagi hari. Di siang hari hingga menjelang sore mereka biasa berkumpul dan berinteraksi satu sama lain. Sebagian kecil responden wanita juga membuka warung kecil di depan rumahnya untuk membantu perekonomian keluarga. Responden wanita rebih mudah ditemui karena aktivitas mereka sebagian besar disekitar rumah saja. Sedangkan responden laki-laki, pada pagi hari hingga siang sangat sulit untuk ditemui. Mereka pada umumnya berada dirumah pada sore atau malam hari.

Aktivitas atau pekerjaan responden laki-laki cukup beragam diantaranya, mengambil getah karet, mencari pakan ternak untuk sendiri maupun ternak orang lain, beternak kambing, bertani kesawah, memanfatkan tanaman pekarangan, atau menjadi buruh swasta. Aktivitas atau pekerjaan tersebutlah yang membuat mereka sulit untuk ditemui pada pagi dan siang hari. Petani padi sawah jumlahnya hanya sedikit sekali, kalaupun ada letak lahannya cukup jauh dari tempat tinggal. Hal ini disebabkan oleh semakin sedikitnya lahan pertanian milik responden. Sebagian besar wilayah tempat tinggal mereka termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Sedikitnya jumlah lahan pertanian menyebabkan mereka semakin sulit untuk mencari nafkah. Beberapa responden harus keluar desa atau kota untuk mencari pekerjaan, pekerjaannya pun sebagian besar menjadi tukang bangunan. Keberadaan kawasan perkebunan Perhutani cukup membantu perekonomian mereka, melalui kawasan tersebutlah mereka dapat memanfaatkan hasil kebun walaupun hasilnya sedikit.

Kondisi sarana air bersih sangatlah terbatas, padahal sarana air bersih merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh warga padajaya khususnya

Laki-laki; 1 Laki-laki; 10 Laki-laki; 5 Perempuan; 3 Perempuan; 11 Perempuan; 3 0 2 4 6 8 10 12


(43)

responden. Hal ini lah yang menjadi motivasi responden untuk ikut serta dalam proses implementasi Program Green Corridor Initiative (GCI).

Kondisi Pendidikan

Tingkat pendidikan responden pada umumnya tergolong rendah. Sebagian besar responden hanya merasakan pendidikan sampai pada tingkat SD. Sebagian responden lainnya bahkan tidak bisa baca tulis. Rendahnya tingkat pendidikan responden ini disebabkan terbatasnya akses responden, terutama kondisi jalan yang berbukit/ tidak rata dan terbatasnya fasilitas sekolah. Hingga penelitian ini dilakukan jarak antara sekolah SD dengan tempat tinggal masih cukup jauh. Terlebih lagi jika harus melanjutkan sekolah pada tingkat SMP dan SMA, jarak antara fasilitas sekolah dengan tempat tinggal sangatlah jauh. Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6. Disisi lain beberapa responden mempunyai pengetahuan yang baik mengenai jenis-jenis tanaman dihutan, bahkan mereka tahu nama latin dari tanaman maupun hewan yang ada dihutan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penelitian yang dilakukan di hutan koridor yang melibatkan responden menjadi pendamping. Mereka mengakui banyak belajar dari para peneliti, mengenai nama latin spesies tanaman maupun hewan.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan Responden

Jumlah Persentase (%)

SD/ Sederajat 31 94

SMP/ Sedarajat - -

SMA/ Sederajat 2 6

Jumlah 33 100

Ikhtisar

Responden merupakan anggota Kelompok Tani Peduli Hutan (KTPH) yang berjumlah 33 orang. Jenis kelamin responden perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, walaupun hanya berbeda satu orang. Berdasarkan golongan usia, responden paling banyak pada usia dewasa yaitu dengan rentang usia 31-50 tahun. Aktivitas sehari-hari responden perempuan sebagian besar bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sedangkan responden laki-laki sebagian besar beraktivitas diluar rumah, seperti memanfaatkan hasil kebun yang termasuk wilayah Perhutani maupun bekerja sebagai buruh. Jumlah petani padi sawah sangatlah sedikit, hal ini disebabkan jumlah lahan pertanian semakin sempit dan sebagian besar wilayah tempat tinggal responden, masuk ke dalam wilayah kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Berdasarkan tingkat pendidikan, sebagian besar responden berpendidikan rendah.


(44)

(1)

terdukungnya visi dan misi KEHATI oleh program GCI. Sedangkan bagi Chevron, untuk meningkatkan Citra Perusahaan.

Tantangan dan Kendala

Problem yang ada dalam program yang pertama adalah terkait pemetaan. Pemetaan dilakukan di akhir setelah penanaman, hal ini disebabkan karena adanya tututan untuk menanam. Setelah dioverlay ternyata ada wilayah penanaman yang termasuk ke dalam zona khusus yang masih bisa dinegosiasikan untuk masyarakat. setelah ditelusuri, ternyata dahulunya itu memang tanah garapan namun sudah tidak digarap lagi. hal tersebut karena letaknya jauh, sumber mata air dan ada hal mistis juga. RMI menyadari untuk pemetaan merupakan kesalahan RMI.

Selanjutnya adalah terkait penanaman, penanaman di targetkan 500 pohon/ha mungkin untuk mempermudah perhitungan namun untuk diaplikasikannya tidak bisa seperti itu, penanaman pada akhirnya mencapai 29.000 pohon. Di lapangan terdapat juga kesalahan. Kesalahan tersebut diakibatkan oleh pendamping yang tidak dapat mendampingi masyarakat pada saat penanaman dan sistem komunikasi yang kurang baik.

Akibatnya pada saat penanaman sudah selesai, jumlah pohon yang ditanam tidak sampai separuhnya. Akhirnya, penanaman digantikan kembali (penanaman ulang) yang ditanggung oleh RMI sebagai bukti tanggung jawab. Kesalahan tersebut mungkin juga terjadi karena masyarakat baru pertama kali menerima uang besar sehingga terlihat agak “main – main”. Namun sekarang sudah dapat dipastikan jumlah pohon sesuai dengan data sekarang. “karena kondisi pendamping yang kurang memungkinkan sehingga terjadi kejadian tersebut, biasanya RMI ikut mendampingi pada saat penanaman bahkan ikut serta menanam”.

“...Lokasi penanaman sebenarnya agak menguntungkan karena wilayah tersebut top soilnya cukup tebal sehingga lebih subur, namun untuk penanaman tahun kedua baru harus diberi perawatan...” Ibu N

Untuk tahun kedua, di desa purwabakti akan lebih difokuskan ke RKT dan pengadaan air bersih. Untuk penanaman mungkin akan dilanjutkan ke kampung lain, karena pastinya lebih jauh dari masyarakat purwabakti dan lebih dekat dekat kampung lain yaitu cimapak. Untuk laporan masyarakat hanya menginformasikan jumlah dan sebagainya. pada tahap evaluasi masyarakat juga dilibatkan. Pada saat evaluasi di masyarakat pihak yang hadir diantaranya RMI, KEHATI, masyarakat dan Taman Nasional. Sedangkan evaluasi yang dilakukan di kantor RMI yaitu RMI, Chevron dan KEHATI (evaluasi internal tim)

Kondisi program GCI sedang dalam “Post pone” dan perlu dibicarakan kembali. Mungkin Taman Nasional merasa KEHATI kurang transparan, karena peran Taman Nasional juga belum clear dan hanya sekedar izin, dalam hal ini terjadi lost Control dan komunikasi. RMI juga merasa program GCI menjadi sebuah pelajaran, karena ada kejadian – kejadian yang jadi pembelajaran. Untuk


(2)

dana, diberikan KEHATI pertermin. GCI menjadi brand, karena dana yang dikeluarkan juga besar.

“...Komunikasi dengan pihak balai terkadang stuck, dan pergantian kepala balai menjadi salah satu yang menjadi kendala. Dengan adanya pergantian kepala balalai memerlukan audiensi kembali.. Dalam program ini mungkin KEHATI kurang koordinasi dengan pihak balai, akhibatnya program menjadi freezing dan perlu dibicarakan kembali.. Taman nasional menginginkan “hal yang lebih” karena tahu aliran dana yang cukup besar...” Ibu N

Program GCI pada saat ini sedang di review kembali, salah satu penyebabnya adalah pergantian kepala BTNGHS yang begitu cepat. Jika berbicara institusi kepercayaan tinggi. namun dengan adanya pergantian balai mewarnai dinamika berjalannya program dan tingkat kepercayaan.

“...Kalau berbicara institusi, secara formal kepercayannya tinggi.. pergantian kepala balai itu berarti merubah warna Taman Nasional secara tidak langsung yang pada akhirnya memberikan persepsi para mitranya.. mengenai apakah Taman Nasional mendukung atau tidak, membantu atau tidak.. jika dikaitkan dengan kepercayaan atau komunikasi sebetulnya bukan tidak ada kepercayaan namun mempengaruhi dinamika dan mewarnai tingkat kepercayaan...” Bapak DS

Sesuai tujuan untuk penanaman pohon program ini sudah berhasil sesuai rencana, ketika terdapat kendala langsung ada solusinya. Dalam pelaksanaan terdapat kendala, namun tidak signifikan.

“...Dalam pelaksanaan terdapat kendala, namun tidak signifikan.. Kendala yang dirasakan adalah terkait komunikasi, pada aspek tertentu terdapat “miss” antar pihak. Seperti halnya KEHATI kadang langsung terjun kemasyarakat tanpa melibatkan BTNGHS...” Bapak WS

Selain itu Monitoring dan evaluasi juga kadang tidak efektif, hal ini sudah menjadi masalah umum pelaksanan program.

“...Untuk LSM KEHATI sempat dengar tapi belum tahu dengan pasti...” Bapak AS

“...Dalam pelaksanaan program, KEHATI berkomunikasi dengan seluruh pihak, tergantung pada konteksnya...” Bapak MS

“...Kendala yang paling utama adalah koordinasi antar pihak, kemauan masyarakat dan kapabilitas mitra. Hal terpenting adalah masyarakat disadarkan terlebih dahulu tentang pentingnya hutan...”Bapak DS


(3)

Komunikasi juga menjadi tantangan, hal ini menjadi salah satu evaluasi Chevron pada tahun 2013. Frekuensi pihak Chevron untuk terjun kemasyarakat masih harus ditingkatkan kembali. Selanjutnya yang menjadi evaluasi juga program yang cenderung menggunakan pihak ketiga, pihak ketiga tersebutlah yang lebih terkenal. Strategi dari Chevron sendiri antuk program yang rawan/ tingkat kegagalannya tinggi kita mendahulukan pihak ketiga. Jika Chevron terjun langsung takutnya tidak tepat sasaran dan masyarakat hanya berorientasi pada project.

Program GCI merupakan program yang berdurasi lima tahun, sasaran dan target penerima program merupakan KK. Namun realitanya sistem perekrutannya masih berbasis pada sistem referensi yang cenderung kepada orang yang paling mereka kenal yaitu keluarga atau ikatan kekerabatan. Tantangan selanjutnya adalah dalam program pemberdayaan ekonomi kesiapan atau pengorganisasian masyarakat masih lemah. Seperti halnya kebutuhan akan air bersih itu merupakan hal yang lebih krusial namun sistem pengolahan dan pembagiannya belum terbangun sehingga belum dapat dilaksanakan. Untuk masalah air sudah disetujui oleh Chevron namun yang diperlukan adalah desain dari masyarakatnya itu seperti apa dan harus dibuat secara swadaya (pelembagaan).

Chevron sendiri dalam menjalankan program CSR lebih sering bermitra dengan pihak ke tiga. Ada pandangan bahwa jika Chevron turun langsung ke lapang maka akan diperas. Pendekatan yang dimiliki perusahaan terdahulu adalah mengobati. Jika ada yang berdemo baru diberikan bantuan.

Komunikasi yang dilakukan antar pihak tidak semudah yang dibayangkan, banyak terjadi dinamika. Untuk pertukaran informasi seperti halnya transparansi sering kali dikonotasikan dalam keuangan. Transparansi tergantung pada kepada siapa informasi itu harus ditujukan dan sejauh mana.

“...Apakah harus setransparan itu, apakah harus diperlihatkan kepada semua pihak?””Apakah boleh orang melihat pembukuan kita?”. Setiap tahun KEHATI pun di audit dan nilainya juga tidak menjadi masalah. Dalam transparansi juga ada batasan, dan dapat ditujukan pada tingkat mana. Kewajiban KEHATI sendiri memberikan Report kepada Chevron, tentu dengan format yang berbeda untuk laporan kepada yang lainnya...” Bapak MS

Aspek kepercayaan terutama kepada masyarakat dapat dilihat dari output, kejadian yang cukup menyesakkan kemarin menurunkan kepercayaan KEHATI kepada RMI dan masyarakat desa Purwabakti.

Dampak bagi masyarakat juga salah satunya akan ketersediaan air bersih, walaupun sampai sekarang belum tercapai khususnya wilayah desa purwabakti. Masalah air bersih sebenarnya sudah mau didukung, namun setelah adanya kejadian tersebut kepercayaan KEHATI menjadi menurun. Untuk masalah dana sebenarnya masih bisa di negosiasikan.


(4)

Mafaat Program GCI

Ada pun manfaat yang diperoleh masyarakat diantaranya meningkatkan kapasitas masyarakat khususnya dalam restorasi, serta berperan dalam bidang perekonomian. Sedangkan dampak program bagi BTNGHS yaitu tertutupnya lahan kritis.

“…Sejelek-jeleknya program GCI di mata taman nasional namun tetap saja program tersebut menjadi salah satu program unggulan mereka…” Bapak MS

“...Untuk manfaat Alhamdulillah ada, karena kalau dibiarkan saja gunung akan gundul. Kemanfaatannya untuk masa depan, apalagi jika pertumbuhan kayunya bagus, tapi itu semua tergantung perawatan.. bapak sendiri merasakan manfaatnya baik jangka pendek, untuk makan sehari – hari dan apalagi untuk masa depannya, lumayan untuk anak cucu...” Bapak U

“...Manfaat program GCI bagi Chevron sendiri adalah meningkatnya reputasi, legitimasi (acceptence) dan yang paling utama geothermal memerlukan hutan yang bagus...” Bapak DS

Bagi masyarakat melalui SLR, pengetahuan mereka meningkat terutama terkait restorasi dan kepedulian terhadap hutan.

“...karena mungkin mereka (masyarakat) juga baru kenal istilah restorasi itu ya di sini (melalui SLR), sebelumnya ya nanem ajah, penanaman lahan kritis, atau mungkin mereka kenal adopsi pohon namun untuk mengenal restorasi ya di sini...” Ibu N

“...leweung hejo masyarakat ngejo, leuweng rusak masyarakat belangsak.. jika kekurangan air maka ditambah lagi (penanaman) jika ditanami lagi mudah-mudahan airnya banyak lagi.. bapak tahunya itu ya dari SLR...” Bapak AM

Bagi RMI sendiri, program GCI menjadi pelajaran yang bagus. Pelajaran yang bagus tersebut terutama pada kejadian hilangnya bibit. Peristiwa hilangnya bibit karena RMI merasa terjadi koordinasi yang kurang baik di dalam internal RMI sendiri.

“...hal ini (hilangnya bibit) menjadi pelajaran bagus bagi kami (RMI) dan kami baru pertama kali mengalami kejadian begini.. karena kami baru kali ini ada program nanem yang memang ada uangnya.. karena biasanya kami nanem ya nanem secara swadaya...” Ibu N

Manfaat program GCI bagi Chevron sendiri adalah meningkatnya reputasi, legitimasi (acceptence) dan yang paling utama geothermal memerlukan hutan yang bagus.


(5)

Masyarakat setelah adanya program GCI pun memandang terjadi perubahan pada pendekatan BTNGHS. Pihak BTNGH setelah adanya program GCI menjadi lebih besahabat dengan masyarakat. Pendekatan yang dilakukan oleh BTNGHS yang dulunya cenderung kaku dan keras, sekarang menjadi lebih lunak namun tetap tegas.

“...Hubungan BTNGHS dengan masyarakat sudah membaik, terutama setelah adanya program GCI. Dengan adanya program GCI interaksi BTNGHS dengan masyarakat menjadi lebih sering, yang tadinya tidak kenal menjadi kenal. hal ini dapat dikatakan sebagai proses membangun kepercayaan...” Bapak WS


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Muhamad Randy Wiguna Semesta. Penulis dilahirkan di Tangerang 15 Januari 1993 dari Bapak Drs. Ridwan dan Ibu Jamilah. Penulis adalah putra pertama dari lima bersaudara. Penulis menamatkan sekolah di TK Islam Hadiqotunnajah pada tahun periode 1997 – 1998, SDN Jurang Mangu Timur 01 pada tahun periode 1998 – 2004, MTs Darunnajah Ulujami pada tahun periode 2004 - 2007, dan SMA Darunnajah Ulujami pada tahun priode 2007 – 2010. Pada masa SMA penulis aktif dalam organisasi maupun kepanitiaan. Organisasi yang diikuti penulis pada masa SMA diantaranya pembina pramuka Gudep 10.161 (2008 – 2009), pengurus konsulat Tangerang (2008), pengurus JRM (Jamiatul Raasail Muhadoroh) (2008 – 2009), dan pengurus OSDN (Organisasi Santri Darunnajah) sebagai bagian penerimaan tamu (2009 – 2010). Sedangkan kepanitiaan yang pernah diikuti penulis pada masa SMA diantaranya panitia perayaan 17 agustus (2008), panitia PERKHUTCY (2009), dan panitia PORSEKA (Pekan Olahraga Seni dan Pramuka) XXXIII Darunnajah (2009).

Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Darunnajah Ulujami dan pada tahun yang sama melanjutkan kuliah di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Selain kuliah penulis juga aktif dalam berorganisasi di antaranya IPB Polictical School (IPS) divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) (2011), pengurus BEM FEMA IPB dalam divisi PSDM (Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa) (2011 – 2012) dan UKM Taekwondo IPB (2011 – 2014). Sedangkan kepanitiaan yang pernah diikuti selama kuliah di IPB diantaranya kepanitiaan upgrading BEM FEMA sebagai ketua acara (2012), kepanitiaan MPD sebagai staf acara (2012), kepanitiaan MPF sebagai koordinator PDD (2012), dan kepanitiaan Cikajang EXPO selaku ketua pelaksana (2013). Selain itu penulis juga pernah menjadi koordinator tingkat kecamatan dalam pelaksanaan KKP/KKBM (Kuliah Kerja Profesi/ Kuliah Kerja Bersama Masyarakat) 2013.

Di tingkat internasional penulis pernah berkesempatan menjadi delegasi IPB bersama tim penulis dalam mempresentasikan paper di Shanghai, China pada tahun 2011, dalam acara 2nd International Conference on Environmental Engineering and Application (ICEAA), Shanghai, China, dengan paper yang berjudul Plastic Chips as an Alternative Plastic Waste Community Treatment – Based in Galuga Landfills, Bogor District.