15 Tahun 2002 jo UU No. 25 Tahun 2003 dan Perlindungan Konsumen UU No. 8 Tahun 1999.
2. Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Korupsi dalam Ensiklopedian Indonesia yaitu dari bahasa latin: Corruptio = penyuapan; corruptore = merusak yang berarti gejala dimana para pejabat,
badan-badan negara menyalahgunakan wewenang dengan terjadinya penyuapan, pemalsuan serta ketidakberesan lainnya
.
Adapun arti harafiah dari korupsi dapat berupa: a.
Kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran.
21
b. Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok
dan sebagainya.
22
c. Korup busuk, suka menerima uang sogok, memakai kekuasaan untuk
kepentingan diri sendiri. Korupsi perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang suapsogok. Koruptor orang yang korupsi.
23
Secara harafiah korupsi merupakan sesuatu yang busuk, jahat, dan merusak. Jika membicarakan tentang korupsi memang akan menemukan kenyataan
semacam itu karena korupsi menyangkut segi-segi moral, sifat dan keadaan yang busuk, jabatan dalam instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan
21
S. Wojowasito, W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Lengkap Inggris-Indonesia, Indonesia- Inggris, Hasta, Bandung
22
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum bahasa Indonesia, Balai Pustaka
23
Muhammad Ali, Kamus Lengkap bahasa Indonesia. Penerbit: Amoni, Jakarta. 1999. Hal. 15
Universitas Sumatera Utara
kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, faktor ekonomi dan politik, serta penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan
jabatannya. Dengan demikian, secara harafiah dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya istilah korupsi memiliki arti yang sangat luas yaitu:
24
1. Korupsi, penyelewengan atau penggelapan uang Negara atau perusahaan
dan sebagainya untuk kepentingan pribadi dan orang lain. 2.
Korupsi: busuk; rusak; suka memakai barang atau uang yang dipercayakan kepadanya; dapat disogok melalui kekuasaannya untuk kepentingan
pribadi. Korupsi diartikan sebagai perbuatan yang merugikan kepentingan publik
atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Dengan demikian ada tiga fenomena yang mencakup dalam istilah korupsi yakni:
penyuapan, pemerasan dan nepotisme. Martiman Prodjohamidjojo, mengutip beberapa pendapat diantaranya
adalah:
25
1. L. Bayley, mengartikan perkataan korupsi dikaitkan dengan perbuatan
penyuapan yang berkaitan dengan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan sebagai akibat adanya pertimbangan dari mereka yang
memegang jabatan bagi keuntungan pribadi. 2.
M. Mc Mullan, mengatakan bahwa seorang pejabat pemerintahan dikatakan “korup” apabila ia menerima uang yang dirasakan sebagai
dorongan untuk melakukan sesuatu yang ia bias lakukan dalam tugas
24
Evi Hartanti, op.cit. hal. 9
25
Martiman Prodjohamidjojo, op.cit. hal. 9-10
Universitas Sumatera Utara
jabatannya padahal ia selama menjalankan tugasnya seharusnya tidak boleh berbuat demikian. Atau dapat berarti menjalankan kebijaksanaannya
secara sah untuk alasan yang tidak benar dan dapat merugikan kepentingan umum. Yang menyalahgunakan kewenangan dan kekuasaan.
3. Carl J. friesrich, mengatakan bahwa pola korupsi dapat dikatakan ada
apabila seorang memegang kekuasaan yang berwenang untuk melakukan hal-hal tertentu seperti seorang pejabat yang bertanggung jawab melalui
uang atau semacam hadiah lainnya yang tidak diperbolehkan oleh undang- undang; membujuk untuk mengambil langkah yang menolong siapa saja
yang menyediakan hadiah dan dengan demikian benar-benar membahayakan kepentingan umum.
Korupsi merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang merugikan keuangan atau perekonomian negara. Menurut Undang-undang Nomor 31 Tahun
1999 yang termasuk dalam tindak pidana korupsi sebagai berikut: a.
Secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara pasal 2; b.
Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunkan kewenangan, kesempatan atau sarana yang
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara pasal 3;
c. Memberi hadiah atau janji kepada pegawai negeri dengan mengingat
kekuasaan atau wewenangnya yang melekat pada jabatan atau
Universitas Sumatera Utara
kedudukannya, atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut pasal 13.
Berdasarkan rumusan-rumusan diatas, maka korupsi merupakan suatu tindak pidana yaitu perbuatan melawan hukum yang bertujuan untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, perusahaan dan menyalahgunakan wewenang, kesempatan atau sarana yang melekat pada jabatannya yang
merugikan keuangan atau perekonomian negara.
3. Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang