Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira

KARAKTER AGRONOMI TANAMAN AREN
(Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) UNTUK
PRODUKSI NIRA

IPAN ALISAPUTRA

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakter Agronomi
Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2013
Ipan Alisaputra
NIM A24090078

ABSTRAK
IPAN ALISAPUTRA. Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata
(Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira. Dibimbing oleh AHMAD JUNAEDI.
Penelitian bertujuan mempelajari keragaan agronomis dari pohon aren
yang disadap dan produksi nira aren yang dihasilkan. Percobaan menggunakan
15 pohon aren produktif yang disadap oleh 3 orang petani. Pengamatan volume
nira hasil sadapan dilakukan tiap pagi dan sore untuk tiap infloresen jantan,
sedangkan hasil gula merah diamati tiap hari. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa tanaman aren di lokasi penelitian Desa Salagedang, Kecamatan Cibeber,
Kabupaten Cianjur, memiliki kisaran tinggi batang antara 6.9–20.3 m, dengan
lingkar batang 0.5–1.53 m. Sampai dengan posisi infloresen jantan ke-14, pohon
aren masih dapat produksi dalam 50 hari masa sadap menghasilkan nira dengan
volume mencapai 233.3 liter. Lingkungan tumbuh aren di lokasi penelitian
memiliki kisaran pH 5.0–6.4 , intensitas cahaya di bawah tajuk dekat permukaan

tanah berkisar 1243–49012 lux, kisaran suhu 25.7–31.3 oC dengan kelembaban
relatif 53.7–78%. Produksi nira dari infloresen jantan bervariasi pada kisaran
6.5–1045.7 liter dengan rataan 5.4 liter per infloresen per hari, lama penyadapan
berkisar 2–167 hari. Sadapan pagi hari (dengan rataan 118 liter/infloresen dan
rataan per hari 3.1 liter per infloresen) umumnya lebih banyak 40.3% dari hasil
sadapan sore hari (dengan rataan 84.1 liter/infloresen dan rataan per hari 2.2
liter per infloresen). Hasil gula aren memiliki rendemen sekitar 14.2% bobot gula
dari volume nira aren. Nira aren memiliki kandungan fruktosa 0.12%, glukosa
0.16% dan sukrosa 12.47% dengan total ketiganya 12.75%.
Kata kunci: gula merah, infloresen jantan, lingkungan tumbuh, nira aren

ABSTRACT
IPAN ALISAPUTRA. Agronomic Related Character of Sugar Palm (Arenga
pinnata (Wurmb) Merr.) on Sap Production. Supervised by AHMAD JUNAEDI.
This research was aimed to study the agronomic performance of tapped
sugar palm tree and their sap production. Experiment used 15 productive trees of
sugar palm that were tapped by 3 farmers. The observation including volume of
sap every morning and evening for each male infloresence while brown sugar was
observed everyday per farmer. Results showed that sugar palm trees in the
research site of Desa Salagedang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, have

range of trunk height between 6.9 – 20.3 m, with a trunk circumference of 0.5–
1.53 m and up to the 14th position of the male infloresence, it can still be taped
for 50 days and producing sap with volume until 233.3 liters. Growth environment
of sugar palm in the research sites had a pH range of 5.0–6.4, range of the light
intensity under the canopy near the soil surface from 1243–49012 lux, and range
of the temperature from 25.7–31.3 oC with a relative humidity of 53.7–78%. Sap
production of male infloresence varied in the range of 6.5–1045.7 liters with an
average 5.4 liters per infloresence perday, with tapping period range between 2–
167 days. Morning tapping (with an average 118 liters/infloresence and

averaging 3.1 liters per day per infloresence) generally 40.3% higher than
evening tapping (with an average 84.1 liters/infloresence and averaging 2.2 liters
per day per infloresence). Brown sugar that was produced has a yield
approximately 14.2% of brown sugar weight of sap volume. Arenga sap has
content 0.12% of fructose, 0.16% of glucose, and 12.47% of sucrose with a total
12.75%.
Keywords: arenga sap, brown sugar, growing environment, male inflorescence

KARAKTER AGRONOMI TANAMAN AREN
(Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) UNTUK

PRODUKSI NIRA

IPAN ALISAPUTRA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb)
Merr.) untuk Produksi Nira
Nama
: Ipan Alisaputra

NIM
: A24090078

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

ludul Skripsi : Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arengapinnala (Wurmb)
Merr.) untuk Produksi Nira
Nama
: Ipan Alisaputra
NIM

: A24090078

Disetujui oleh

Dr Ir Ahmad lunaedi, MSi
Pembimbing

Tanggal Lulus:

09 SE? 2013

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 ini ialah
tanaman aren, dengan judul Karakter Agronomi Tanaman Aren (Arenga pinnata
(Wurmb) Merr.) untuk Produksi Nira.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Ahmad Junaedi, MSi
selaku dosen pembimbing. Terima kasih penulis ucapkan kedapa Dr Ir Sudrajat
MS selaku dosen penguji dan Dr Ir Endah Retno Palupi MSi selaku dosen

program studi. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Desta Wirnas
yang telah bersedia menjadi moderator seminar hasil penelitian ini. Di samping
itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Madali, Bapak Ayung dan
Bapak Ayat yang telah memberi izin dan membantu selama pengamatan di
lapangan. Kemudian penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Bambang dan
Bapak Agus dari staf laboratorium Departemen Agronomi dan Hortikultura yang
telah membantu selama penelitian. Selanjutnya penghargaan juga penulis
sampaikan kepada Beastudi Etos Dompet Dhuafa dan Karya Salemba Empat yang
telah memberikan beasiswa pendidikan dan investasi SDM selama menjalani
perkuliahan di IPB. Selain itu terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak
Anas Dinurrohman Susila, Ph.D. selaku wali akademik selama menjalani
perkuliahan. Ungkapan terima kasih terbesar juga disampaikan kepada ayah,
almarhumah ibu, serta seluruh keluarga besar, atas segala doa dan kasih
sayangnya yang tidak pernah putus. Terakhir penulis sampaikan salam semangat
dan terima kasih atas segala dukungan dari rekan-rekan SOCRATES 46 IPB,
keluarga besar Beastudi Etos Bogor, HIMAGRON IPB, DPM KM IPB 2010,
MPM KM IPB 2010, Keluarga besar Karya Salemba Empat IPB.
Semoga Allah SWT membalas kebaikan bapak, ibu, dan rekan-rekan semua
dengan balasan terbaik pada kehidupan ini dan kehidupan yang akan datang.
Semoga skripsi ini bermanfaat.


Bogor, Agustus 2013
Ipan Alisaputra

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR GAMBAR

xii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

1

TINJAUAN PUSTAKA

2

Botani dan Ekologi Aren

2

Penyadapan Nira Aren

3

METODE

4


Waktu dan Tempat

4

Bahan dan Alat

4

Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Tanaman Aren dan Lingkungan Tumbuh

5


Produksi dan Rendemen Gula

8

Hasil Sadap Nira Tiap Infloresen

9

KESIMPULAN DAN SARAN

12

Kesimpulan

12

Saran

12

DAFTAR PUSTAKA

12

RIWAYAT HIDUP

14

DAFTAR TABEL
1 Komposisi nira aren
2 Keragaan agronomis pohon aren yang disadap
3 Kondisi lingkungan tumbuh pohon
4 Data curah hujan, suhu, dan lama penyinaran di Kec. Campaka,
Cianjur
5 Produksi dan rendemen gula
6 Kandungan fruktosa, glukosa, dan sukrosa dari nira aren
7 Hasil sadap nira aren per infloresen

4
6
7
8
9
9
10

DAFTAR GAMBAR
1 Histogram volume nira aren

11

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Tanaman aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) adalah tanaman
perkebunan yang sangat potensial sebagai penghasil pati dan gula. Tanaman aren
dapat beradaptasi pada berbagai agroklimat, mulai dari dataran rendah hingga
1400 m di atas permukaan laut (Effendi 2009). Pengusahaan tanaman aren
sebagian besar dilakukan oleh petani dan belum diusahakan dalam skala besar.
Saat ini pengelolaan tanaman belum menerapkan teknik budidaya yang baik
sehingga produktivitasnya rendah. Produk utama tanaman aren adalah nira hasil
penyadapan dari bunga jantan yang dijadikan gula aren maupun minuman ringan,
cuka dan alkohol (Rindengan dan Manaroinsong 2009; Smits 1996). Selain itu
tanaman aren dapat menghasilkan bahan makanan yaitu kolang kaling dari buah
yang berkembang dari bunga betina dan tepung aren untuk bahan makanan dalam
bentuk kue, roti dan biskuit yang berasal dari pengolahan bagian empulur batang
tanaman (Alam dan Baco 2004).
Menurut Ditjenbun (2011) estimasi perkembangan areal beberapa provinsi
yang mengusahakan tanaman aren semakin meningkat. Pada tahun 2009 total
areal tanaman aren di seluruh Indonesia mencapai 66 441 ha dengan produksi gula
aren sebesar 42 186 ton. Areal dan produksi gula yang terbesar terdapat di
Provinsi Jawa Barat dengan luas areal sekitar 14 087 ha dan produksi 7 873 ton
gula. Sentra produksi di Jawa Barat terletak di Kabupaten Cianjur. Pada tahun
2009 di Kabupaten Cianjur terdapat sekitar 3 284 ha dengan produksi gula merah
sebanyak 1 352 ton.
Tanaman aren dikenal sebagai tanaman hapaksantik yaitu fase
reproduktifnya membatasi pertumbuhan batang, artinya setelah berbunga betina
dalam waktu hampir bersamaan (antara 4-7 tandan) kemudian diikuti oleh
keluarnya bunga jantan mulai dari bagian atas tanaman sampai pada pangkal
batang (antara 9-11 tandan). Sejak mulai keluar bunga tanaman aren bisa bertahan
hidup hanya sekitar 3 tahun dan kemudian akan mati (Bernard 2007). Bunga
betina sejak keluar seludang sampai buah matang berwarna kuning lamanya
sekitar 20-24 bulan. Sedangkan tandan atau mayang jantan sejak keluar seludang
hingga bunga jantan mekar berselang 6 bulan (Mogea 1991, Smits 1996).
Tanaman aren ini memiliki daya adaptasi terhadap berbagai kondisi lahan,
agroklimat, memiliki toleransi tinggi dalam pola pertanaman campuran termasuk
dengan tanaman berkayu dan sangat cocok untuk dikembangkan pada lahan
marginal yang kebanyakan dimiliki petani miskin. Tanaman aren memberikan
produksi nira yang layak diusahakan dengan input rendah dan sangat cocok untuk
tujuan konservasi air dan tanah.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengetahui keragaan agronomis dari pohon aren
yang disadap dan produksi nira aren yang dihasilkan.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Ekologi Aren
Botani atau Batang Aren
Secara botani tanaman aren dibedakan kedalam tiga jenis tanaman yaitu
aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.), aren gelora (Arenga undulatifolia), dan
aren sagu (Arenga microcarpa). Jenis aren (Arenga pinnata), aren gelora (Arenga
undulatifolia), dan aren sagu (Arenga microcarpa) termasuk suku Arecaceae
(pinang-pinangan) yang merupakan tumbuhan berbiji tertutup (Angiospermae)
yaitu biji buahnya terbungkus daging buah. Bagian batang diselimuti oleh
selubung daun yang berwarna hitam yang disebut ijuk. Selubung daun muda
biasanya menutupi bagian batang bawah dengan bentuk yang masih lembut
hampir seperti rambut putih (Orwa et al. 2009). Aren gelora memiliki batang agak
pendek dan ramping, pangkal batang bertunas sehingga tanaman ini tampak
berumpun dan tumbuh liar di hutan-hutan Kalimantan, Sulawesi, dan Philipina.
Kemudian aren sagu adalah suatu jenis tumbuhan aren yang berbatang tinggi
sangat ramping dan berumpun banyak. Aren sagu ini tumbuh liar di hutan-hutan
Maluku, Irian Jaya dan Papua Nugini pada ketinggian 0-700 m di atas permukaan
laut (Sunanto 1993).
Pohon aren itu hampir mirip dengan pohon kelapa (Cocos nucifera).
Perbedaanya, jika pohon kelapa itu batang pohonnya bersih (pelapah daun dan
tapasnya mudah diambil), maka batang aren itu sangat kotor karena batangnya
terbalut ijuk yang warnanya hitam dan sangat kuat sehingga pelapah daun yang
sudah tua pun sulit diambil atau dilepas dari batangnya (Sunanto 1993). Karena
kondisi tersebut maka batang pohon aren ditumbuhi banyak tanaman jenis pakupakuan (paku epifit). Umur pohon aren mencapai 10-12 tahun, dan di atas umur
ini pohon aren sudah sangat tidak produktif lagi dan lama kelamaan akan mati
(Smits 1996).
Batang aren tidak berduri, tidak bercabang, tinggi mencapai 25 m, diameter
65 cm (mirip pohon kelapa). Pohon ini mulai berbunga mulai dari umur 6-12
tahun dan mempunyai umur produktif 2-5 tahun (Smits 1996).
Ekologi
Tanama aren tumbuh secara alami di wilayah basah Asia Tenggara, tersebar
meluas mulai dari India, Indonesia (Jawa, Sumatra, dan Irian Jaya), Malaysia,
Filipina, Papua Nugini, Myanmar, Thailand, Vietnam dan sampai ke utara ke
kepulauan Ryukyu (Elberson dan Oyen 2010). Tersebar antara 75 oBT sampai 145
o
BT dan 25 oLU sampai 10 oLS (Mogea et al. 1991). Tanaman aren dapat tumbuh
baik di hutan primer maupun sekunder, sering berdekatan dengan pemukiman
warga. Seringkali tanaman ini ditemui tumbuh di jurang sepanjang sungai
(Florido dan Mesa 2003).
Tanaman aren sesungguhnya tidak membutuhkan kondisi tanah yang khusus
sehingga dapat tumbuh pada tanah-tanah liat (berlempung), berkapur, dan
berpasir. Tetapi tanaman ini tidak tahan pada tanah yang kadar asamnya terlalu
tinggi (pH rendah). Di Indonesia tanaman ini dapat tumbuh baik dan mampu

3
berproduksi pada daerah-daerah yang tanahnya subur pada ketinggian 500-1200 m
di atas permukaan laut, karena pada kisaran lahan tersebut tidak kekurangan air
tanah dan tidak tergenang oleh banjir permukaan (Akuba 2004).
Pertumbuhan tanaman aren yang optimal membutuhkan suhu 20-25 oC.
pada kisaran suhu yang demikian membantu tanaman aren berbuah. Kelembaban
tanah dan ketersediaan air sangat perlu dengan curah hujan yang cukup tinggi
diantara 1200-3500 mm/tahun berpengaruh dalam pembentukan mahkota pada
tanaman aren (Polnaja 2000). Atau jika diperhitungkan dengan perumusan
Schmidt dan Fergusson, iklim yang paling cocok untuk tanaman ini adalah tipe
iklim D dengan kategori sedang (nilai Q = 60-100%) sampai tipe iklim C dengan
kategori agak basah (nilai Q = 33.3-60%). Faktor lingkungan tumbuhnya
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman aren. Daerah-daerah
perbukitan yang lembab, dimana sekelilingnya banyak tumbuh berbagai tanaman
keras, tanaman aren dapat tumbuh dengan subur. Dengan demikian tanaman ini
tidak membutuhkan sinar matahari yang terik sepanjang hari (Sunanto 1993).
Penyadapan Nira Aren
Nira adalah cairan yang rasanya manis dan diperoleh dari bagian jenis
tanaman tertentu. Nira dari tanaman aren diperoleh dengan cara disadap dari
tangkai bunga jantan (Lutony 1993). Tanaman aren mulai dapat disadap pada
umur 12-15 tahun. Lamanya penyadapan untuk tiap tanaman aren adalah selama
tiga tahun (Goutara dan Wijandi 1985).
Sebelum penyadapan dilakukan kegiatan persiapan terlebih dahulu.
Kegiatan persiapan ini meliputi pembersihan tandan bunga dari ijuk dan pelepah
daunnya dipotong untuk mempermudah penyadapan. Sedangkan peralatan yang
harus disiapkan adalah pisau tajam untuk memotong tangkai bunga, kayu ringan
sebagai pemukul dan bumbung bambu untuk menampung nira (Lutony 1993).
Tahap-tahap penyadapan nira meliputi pemukulan dan pengayunan tandan bunga
jantan, pengirisan dan pemasangan bumbung bambu. Pemukulan dan pengayunan
dimaksudkan untuk memperlancar keluarnya nira melalui pembuluh kapiler
(floem) yang dilakukan dua kali selama tiga minggu dengan selang waktu dua hari
yaitu pagi hari dan sore hari. Pengirisan dilakukan untuk mengetahui apakah
tandan bunga jantan tersebut sudah dapat mengeluarkan nira atau belum. Jika nira
sudah siap untuk disadap, maka tandan bunga tepat pada irisan tersebut dipotong
dengan pisau yang tajam, kemudian bumbung bambu ditaruh untuk menampung
nira d ibawah tandan tersebut (Soeseno 1992).
Penyadapan nira dilakukan 2 kali sehari (dalam 24 jam) yaitu pagi dan sore
hari. Setiap tandan bunga jantan dapat disadap selama 3-4 bulan yaitu sampai
tandan habis dan mengering. Satu tandan bunga dapat menghasilkan 3-10 liter
nira per hari (dua kali penyadapan) tergantung pada kesuburan tanaman aren
(Sunanto 1993). Menurut Goutara dan Wijandi (1985) komposisi nira dari jenis
tanaman aren dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas tanaman,
kesehatan tanaman, umur tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan dan
pengairan. Nira yang baik mempunyai rasa manis, berbau harum khas nira dan
merupakan cairan yang tidak berwarna serta mempunyai derajat keasaman ratarata 6.7. Rasa manis pada nira disebabkan adanya zat gula yaitu sukrosa, glukosa,

4
fruktosa dan karbohidrat lainnya. Dachlan (1984) menyatakan bahwa selain zat
gula nira aren juga mengandung protein dan lemak (Tabel 1).
Tabel 1 Komposisi nira aren
Parameter
Air
Karbohidrat
Abu
Protein
Lemak

Kadar (%)
87.50
11.28
0.24
0.20
0.02

Sumber : Dachlan (1984)

Kerusakan nira dikarenakan kurangnya kebersihan tanaman, bumbung
bambu, adanya serangga, iklim yang tidak baik (hujan dan panas). Oleh karena
itu, tindakan pencegahan terhadap kerusakan nira tersebut salah satunya adalah
menjaga kebersihan peralatan dan tanamannya. Peralatan yang digunakan
termasuk pisau, wajan, bumbung bambu, serok dan kemasan harus selalu dalam
keadaan bersih. Sebelum dan setelah digunakan peralatan tersebut hendaknya
dicuci terlebih dahulu (Soeseno 1992).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Rakyat Desa Salagedang, Kecamatan
Cibeber, Kabupaten Cianjur dan penelitian analisis uji gula dilaksanakan di
Laboratorium Analisis Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan dari bulan
September 2012 hingga Mei 2013. Percobaan ini menggunakan 15 pohon aren
yang disadap sebagai tanaman contoh.
Bahan dan Alat
Pemilihan 15 pohon aren di lapangan dilakukan dengan kriteria dasar adalah
pohon yang akan disadap dan sedang disadap untuk mengetahui perbedaan
potensi hasil jumlah nira aren setiap pohon yang disadap. Alat yang digunakan
dalam penelitian ini antara lain berupa botol plastik volume 500 ml, coolerbox,
HPLC, hand refractometer, pHmeter, luxmeter, thermohgyrometer, abney level,
labu takar, timbangan, gelas ukur, pH tanah, meteran dan alat-alat yang digunakan
di lapangan.

Analisis Data
Pelaksanaan Penelitian
Pengamatan penyadapan nira aren dilakukan pada pagi dan sore selama 8
bulan. Selain itu ditambah dengan pengamatan di lapangan dilakukan terhadap

5
kondisi pohon aren yang disadap dan lingkungannya yang meliputi diameter
batang, tinggi pohon, tinggi infloresen jantan yang disadap, posisi nomor
infloresen jantan, jumlah infloresen betina, jumlah pelepah daun, pH tanah,
intensitas cahaya, dan kelembaban. Selain itu dilakukan pengamatan uji kadar
gula yang meliputi sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Metode yang digunakan adalah
metode deksriptif dengan mendeskripsikan infloresen dan pohon contoh terkait
dengan kuantitas dan kualitas dari nira aren yang dihasilkan dan dihubungkan
dengan pengamatan agronomis pohon aren dan kondisi iklim selama penelitian
yang meliputi curah hujan bulanan, suhu dan lama penyinaran matahari.
Parameter pengamatan
Peubah yang diamati pada 15 pohon aren contoh yang sedang disadap,
adalah: parameter tanaman yang meliputi tinggi batang (m), diukur dari pangkal
batang hingga posisi ujung batang, tinggi infloresen (m), diukur dari pangkal
batang sampai posisi pangkal malai jantan, dilakukan dalam masa penyadapan,
jumlah infloresen jantan dan betina, dihitung dari bagian paling atas sampai posisi
malai dilakukan penyadapan, jumlah pelepah daun, volume batang, lingkar
batang, diukur pada 1m dari pangkal batang. Kemudian parameter lingkungan
meliputi intensitas cahaya matahari, diukur pada jarak 1 m dari pohon aren yang
disadap, suhu dan kelembaban udara relatif, diukur 1m di atas permukaan tanah
pada radiasi 1 m dari pohon aren yang disadap yang meliputi suhu dan
kelembaban, pH tanah, diukur pada jarak 1m dari pohon aren yang disadap.
Selanjutnya parameter produksi dan rendemen gula meliputi volume nira hasil
sadap pagi dan sore hari diamati pada tiap infloresen yang disadap, hasil gula
merah dari olahan nira tiap penyadap per hari, uji kadar gula (%), dilakukan
setelah pengamatan hasil sadap dan sampel dibawa ke laboratorium untuk melihat
konsentrasi glukosa, fruktosa, dan sukrosa. Pengamatan peubah nomor 8, 9, dan
10 dilakukan pada 4 titik yang menyebar di sekitar pohon contoh.
Data curah hujan, lama penyinaran, dan suhu maksimum dan suhu
minimum diperoleh dari Balai Klimatologi Dramaga, Bogor, Jawa Barat. Data
yang diperoleh diolah dengan statistik sederhana (rataan, dan standar deviasi) dan
dianalisis secara deskriptif (Sugiyono 2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Tanaman Aren dan Lingkungan Tumbuh
Kondisi tanaman yang diamati mencakup jumlah infloresen betina, lingkar
batang, tinggi pohon, volume batang, jumlah pelepah daun, jumlah dan tinggi
infloresen jantan. Data pengamatan keragaan agronomis pohon aren yang disadap
disajikan pada Tabel 2. Sedangkan kondisi lingkungan tumbuh tanaman yang
diamati meliputi kondisi tumbuh pohon aren seperti pH tanah, intensitas cahaya,
suhu, dan kelembaban. Data pengamatan kondisi lingkungan tumbuhan tersebut
disajikan pada Tabel 3.
Menurut Effendi (2009) tinggi tanaman aren berkisar 8-20 m, tanaman
berbunga setelah berumur 7-12 tahun dan tandan bunga yang disadap adalah
tandan bunga jantan. Pada 15 tanaman contoh ini semua tanaman berada dalam

6
masa produktif sehingga bisa menghasilkan nira. Tanaman contoh nomor 2
merupakan tanaman yang produktif dengan jumlah infloresen jantan terbesar yaitu
14 dan jumlah infloresen betina sebanyak 5. Sedangkan tanaman contoh nomor 9,
13, dan 14 merupakan tanaman yang baru disadap sehingga posisi infloresen
jantan yang disadap masih pada infloresen jantan ke 3 dan 4. Lutony (1993)
menyatakan bahwa infloresen betina hanya menghasilkan sedikit nira bahkan
tidak sama sekali karenanya infloresen betina tidak disadap dan dibiarkan menjadi
buah untuk diolah menjadi kolang-kaling. Selain itu infloresen aren tumbuh
secara basipetal yaitu bunga yang paling awal terletak di ujung batang sedangkan
bunga yang tumbuh belakangan terletak pada tunas berikutnya ke arah bawah.
Oleh karena itu bunga yang ada di bagian atas terdiri dari infloresen betina
sedangkan di bagian bawah biasanya terdiri infloresen jantan (Smits 1996).
Tabel 2 Keragaan agronomis pohon aren yang disadap
Lokasi

1

2
3

No
tanaman
1
2
5
6
7
8
9
13
14
3
4
10
11
12
15

Jumlah
infloresen
betina
5
5
5
5
5
6
4
1
1
7
8
5
6
5
6

Deskripsi infloresen dan pohon contoh
Infloresen jantan
Lingkar Tinggi Volume Jumlah Posisi
batang pohon batang pelepah nomor Jumlah Tinggi
(m)
(m)
(m)
(m3)
ke
0.88
13.6
0.83
6
6 dan 7
7
6.5
0.50
13.2
0.27
7
14
14
11.3
0.90
10.4
0.64
8
12
12
8.5
1.08
16.6
1.50
8
6
6
8.3
0.92
11.8
0.83
4
8
8
7.5
1.43
11.6
1.93
7
6
6
6.3
1.36
16.6
2.52
8
3 dan 4
4
14.0
1.09
21.9
1.99
6
4
4
9.5
1.27
8.5
1.07
5
3
3
4.0
1.53
13.5
2.44
12
6
6
7.2
1.33
16.2
2.24
8
11
11
4.2
1.10
16.6
1.69
6
9
9
10.4
1.09
10.8
0.98
7
11
11
7.0
1.14
14.2
1.44
7
13
13
9.3
8
1.20
12.3
1.39
8
8
10.2

Keterangan : diukur dari pangkal batang sampai ujung batang

Menurut Lutony (1993) tanaman aren mempunyai batang yang cukup besar
dengan diameter rata-rata 0.65 m dengan tinggi tanaman rata-rata 15 m, bahkan
bisa 23 m lebih. Pada 15 tanaman contoh lingkar batang terbesar terdapat pada
tanaman contoh nomor 3 yaitu 1.53 m atau diameter 0.49 m dengan volume
batang 2.44 m3. Pohon yang memiliki volume batang terbesar terdapat pada
tanaman contoh nomor 9 sebesar 2.52 m3 karena faktor tinggi pohon yang
mempengaruhinya. Tanaman aren di lokasi penelitian Desa Salagedang,
Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, memiliki kisaran tinggi batang antara
6.9–20.3 m, dengan lingkar batang 0.5–1.53 m. Hingga infloresen jantan ke-14,
pohon aren nomor 2 masih dapat produksi dalam 50 hari masa sadap
menghasilkan nira dengan volume mencapai 233.3 liter (Tabel 7). Lingkungan
tumbuh aren di lokasi penelitian memiliki kisaran pH 5.0–6.4, intensitas cahaya di
bawah tajuk dekat permukaan tanah berkisar 1243–49012 lux, kisaran suhu 25.7–
31.3 oC dengan kelembaban relatif 53.7–78% (Tabel 3).

7
Lokasi tumbuh pohon aren contoh terletak pada tiga lokasi yang terdiri dari
lokasi berlereng, daerah pinggiran jalan desa dekat pemukiman, dan perbukitan
dekat pemukiman. Lokasi pertama merupakan lokasi kondisi tumbuh nomor
pohon 1, 2, 5, 6, 7, 8, 9, 13, dan 14. Kemudian lokasi kedua merupakan lokasi
kondisi tumbuh nomor pohon 3 dan 4. Sedangkan lokasi ketiga merupakan
kondisi tumbuh nomor pohon 10, 11, 12, dan 15. Berdasarkan ketiga lokasi
tersebut secara umum pH tanahnya berada di kisaran 6 dan hanya beberapa yang
pH tanahnya berada sekitar 5.4. Intensitas cahaya secara keseluruhan intensitasnya
besar tapi ada nomor pohon 9 yang intensitas cahayanya rendah tapi pohon
tersebut mampu berproduksi dengan baik. Effendi (2009) menyatakan aren
mempunyai daya toleransi yang tinggi terhadap intensitas cahaya yang rendah
sehingga dapat berproduksi normal di bawah naungan. Kemudian dari
kelembaban, kebanyakan nomor pohon contoh mempunyai kondisi kelembaban di
atas 50%. Hal ini diperkuat dengan kondisi curah hujan yang berada di atas 100
mm dengan lama penyinaran secara umum sekitar 3 jam per hari dan sangat
jarang mencapai 6 jam per hari (Tabel 4). Lutony (1993) menyatakan suhu
lingkungan yang terbaik rata-rata 25 oC dengan curah hujan setiap tahun rata-rata
1200 mm. Sunanto (1993) menyatakan faktor lingkungan tumbuh juga
berpengaruh dimana daerah perbukitan yang lembab dan di sekelilingnya banyak
tumbuh berbagai tanaman keras sehingga pohon aren tidak membutuhkan sinar
matahari yang terik sepanjang hari.
Tabel 3 Kondisi lingkungan tumbuh pohon
Lokasi

No
tanaman

1

1
2
5
6
7
8
9
13
14
Rataan

2

3
4
Rataan

3

10
11
12
15
Rataan

pH tanah

Intensitas cahaya
(lux)

6.4 ± 0.1
6.0 ± 0.2
5.4 ± 0.4
6.0 ± 0.4
5.0 ± 0.7
6.3 ± 0.1
6.4 ± 0.0
6.3
6.3
6.0
6.2 ± 0.1
6.0 ± 0.0
6.1
5.4 ± 0.5
6.2 ± 0.0
5.4 ± 0.6
5.4
5.6

10737 ± 1359
9065 ± 1387
4559 ± 776
9867 ± 12876
31955 ± 33875
13558 ± 8885
1243 ± 908
2380
2536
9544
7640 ± 3143
11232 ± 8932
9436
28143 ± 17031
49012 ± 30071
28075 ± 12693
27125
33089

Thermohygrometer
o

Out ( C)
31.2 ± 2.1
30.4 ± 1.5
29.9 ± 1.1
28.9 ± 2.3
31.5 ± 1.7
27.3 ± 0.6
27.9 ± 1.5
26.3
28.6
29.1
30.3 ± 2.5
30.2 ± 2.6
30.3
30.6 ± 0.8
31.1 ± 4.1
31.7 ± 2.5
27.4
30.2

In (oC)
30.9 ± 2.2
30.1 ± 2.4
29.9 ± 2.3
28.6 ± 2.6
31.3 ± 2.2
26.8 ± 0.4
27.5 ± 1.4
25.7
27.8
28.7
29.8 ± 2.3
29.7 ± 2.3
28.8
29.2 ± 0.4
30.4 ± 2.0
30.5 ± 1.8
26.6
29.2

RH (%)
55.0 ± 12.1
53.7 ± 8.4
54.3 ± 9.0
57.0 ± 8.5
55.7 ± 10
68.0 ± 2.8
66.0 ± 7.1
73.0
68.0
61.2
57.3 ± 7.0
56.7 ± 8.1
57.0
55.5 ± 6.4
61.0 ± 7.1
59.0 ± 8.5
78.0
63.4

Keterangan : angka setelah ± merupakan standar deviasi, pengukuran dilakukan 4 ulangan

8
Tabel 4 Data curah hujan, suhu, dan lama penyinaran di Kec. Campaka, Cianjur
Bulan
Jan'2012
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Ags
Sep
Okt
Nop
Des
Jan'2013
Feb
Mar
Apr
Mei

Curah hujan Kec.
Campaka (mm)

*)

110.0
175.5
346.8
453.5
302.5
301.5
501.0
287.0
197.0

Suhu
Max ( C)
Min (oC)
23.5
19.4
24.8
20.4
24.6
20.3
25.8
20.7
24.9
20.5
25.6
20.4
25.0
23.7
26.2
20.2
26.4
20.3
26.5
21.4
24.7
21.2
24.9
20.8
22.9
19.6
24.9
20.4
25.2
24.2
25.2
20.7
24.8
21.0
o

Lama penyinaran
(jam)
2.08
3.68
3.20
4.40
4.80
5.12
6.80
6.72
6.08
4.40
3.68
3.36
1.68
3.36
4.40
3.92
3.12

Sumber : Data diperoleh dari Balai Klimatologi Darmaga, Bogor, Jawa Barat
Lokasi kebun di Kecamatan Cibeber yang bersebelahan dengan Kecamatan Campaka, Kabupaten
Cianjur
*) Data Curah Hujan Jan-Ags 2012 tidak tersedia

Produksi dan Rendemen Gula
Menurut Sunanto (1993) produksi nira aren dalam satu infloresen jantan
dapat menghasilkan 4-5 liter nira per hari (dua kali penyadapan), tergantung dari
tingkat kesuburan pohon aren. Jika pertumbuhan subur, dapat tumbuh beberapa
infloresen jantan dan betina secara serentak sehingga pohon aren lebih
menguntungkan karena pada satu pohon bisa disadap beberapa infloresen setiap
harinya. Nira aren mempunyai sifat mudah asam karena adanya proses fermentasi
oleh bakteri Saccharomyses sp dan Acetobacter sp (Lutony 1993). Oleh karena itu
nira harus segera diolah setelah diambil dari pohon, paling lambat 90 menit
setelah dikeluarkan dari lodong/bumbung.
Produksi total nira yang disadap dari tiga penyadap adalah 7430.7 liter
dengan total nira terbesar diperoleh oleh penyadap petani-3 sebesar 4162.4 liter
dan total gula yang dihasilkan 623.80 kg. Rendemen gula berkisar antara 13.26–
14.98% (Tabel 5). Hasil gula aren memiliki rendemen sekitar 14.2% dari bobot
gula volume nira aren. Nira aren memiliki kandungan fruktosa 0.12%, glukosa
0.16% dan sukrosa 12.47% dengan total ketiganya 12.75% (Tabel 6). Kusuma
(1992) bahwa gula aren memiliki kandungan fruktosa sebesar 4.1%, glukosa
sebesar 3.1%, dan sukrosa sebesar 68.9%. Hal ini sukrosa yang tinggi (sekitar
84%) pada gula aren merupakan keunggulan dibandingkan gula tebu (20%) dan
gula bit (17%) (Burhanudin 2005). Selain itu KSU Sukajaya (2005) mempunyai
perbandingan nira dari berbagai jenis palem seperti lontar (0%), dan kelapa
(13.03–14.85%) ternyata nira aren mempunyai nilai sukrosa paling tinggi dengan

9
kisaran 13.9–14.9%. Jenis pemanis yang paling banyak dipakai untuk berbagai
keperluan adalah sukrosa. Hal ini karena baru sukrosa saja yang lebih bisa
memberikan kenikmatan rasa manis dibandingkan pemanis jenis lainnya. Oleh
karena itu pula sukrosa telah ditetapkan sebagai pemanis baku (Lutony 1993).
Tabel 5 Produksi dan rendemen gula tiap petani
Lokasi

1
2
3

Penyadap

Jumlah
pohon

Petani-1
Petani-2
Petani-3
Total
Rataan

9
2
4
15
5

Jumlah
infloresen
yang disadap
20
4
14
38
12.7

Total nira
(l)

Total gula
(kg)

Rendemen
gula (%)

1275.2
1993.1
4162.4
7430.7
2476.9

169.11
286.15
623.80
1079.06
359.69

13.26
14.36
14.98
14.20 ± 0.87

Tabel 6 Kandungan fruktosa, glukosa, dan sukrosa dari nira aren
Lokasi
1
3

No
Contoh
I-1
I-2
II-1
Rataan

Fruktosa

Glukosa

Sukrosa

0.15
0.11
0.10
0.12

0.11
0.18
0.19
0.16

12.31
12.74
12.35
12.47

Jumlah
Fruktosa+Glukosa+Sukrosa
12.57
13.03
12.64
12.75

Keterangan : pengambilan contoh pada tanggal 31 Januari 2013, I-1 dan I-2 pada pohon no 13
infloresen ke-1 dan pohon no 14 infloresen k-1, sedangan II-2 pada pohon no 10 infloresen ke-9

Hasil Sadap Nira Tiap Infloresen
Menurut Sunanto (1993) karakter hasil sadap nira aren sangat dipengaruhi
oleh persiapan penyadapan karena kegiatan ini sangat penting supaya diperoleh
nira yang cukup banyak dan masa penyadapannya dapat lebih lama. Selain itu
supaya nira yang ditampung tidak cepat menjadi asam maka bumbung bagian
dalam harus bersih dan steril. Selain itu faktor lain yang mempengaruhi hasil
sadap nira adalah kondisi infloresen jantan yang disadap terkait kemampuannya
menghasilkan nira dalam jumlah besar.
Produksi dari infloresen jantan bervariasi dari kisaran 6.5–1045.7 liter
dengan rataan 5.4 liter per infloresen per hari. Lama penyadapan untuk tiap
infloresen berkisar 2–167 hari. Rataan hasil nira tiap infloresen sebanyak 202.0
liter. Sadapan pagi hari umumnya lebih banyak 40.3% dari hasil sadapan sore hari
(Tabel 7). Volume nira total ini diperoleh dari 15 tanaman contoh dengan jumlah
infloresen sebanyak 38 bertempat di 3 lokasi penelitian. Hasil ini sejalan dengan
Tomomatsu et al. (1996) yang menyatakan bahwa produksi nira terbesar terdapat
pada pohon aren sebesar 6.7 liter/pohon/hari yang merupakan produksi terbesar
dibandingkan dengan lontar, nipah, dan kelapa. Hal ini diperkuat dengan Dalibard
(1999) yang menyatakan jika populasi tanaman aren homogen maka produktivitas
tanaman dapat mencapai aren 20 ton gula/ha/tahun dibandingkan tebu 5-15 ton
gula/ha/tahun. Selain itu konversi nira menjadi gula cetak adalah 10 liter mampu
menghasilkan 1 kg gula (Mondoringin 2000).
Berdasarkan Tabel 7 dan Gambar 1 volume nira total terbesar terdapat pada
infloresen kelima nomor pohon tiga. Hal ini disebabkan oleh kondisi pertumbuhan

10
tanaman, cara penyadapan, waktu mulai penyadapan infloresen, dan iklim. Ini
merupakan faktor yang sangat mempengaruhi volume nira dan saling terkait satu
sama lain. Sejalan dengan volume nira ternyata komposisi kimia nira dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain varietas tanaman, kesehatan tanaman,
umur tanaman, keadaan tanah, iklim, pemupukan dan pengairan (Gautara dan
Wijandi 1985).
Tabel 7 Hasil sadap nira aren per infloresen
Lokasi

Nomor
pohon

1

1

2
5
6
7
8
9
13

14

2

3
4

3

10

11

12

15

Waktu sadap
Nomor
infloresen
Awal sadap Akhir sadap
jantan
3
9/1/2012
10/28/2012
4
10/30/2012 12/25/2012
5
1/4/2013
3/9/2013
6
3/11/2013
3/15/2013
7
3/16/2013
3/21/2013
13
10/6/2012
12/17/2012
14
1/25/2013
3/15/2013
11
12/17/2012 12/21/2012
12
2/20/2013
3/21/2013
6
3/3/2013
3/9/2013
8
3/3/2013
3/25/2013
6
3/3/2013
3/27/2013
4
3/17/2013
3/27/2013
1
1/4/2013
2/20/2013
2
2/23/2013
3/3/2013
3
3/5/2013
3/15/2013
4
3/16/2013
3/25/2013
1
1/25/2013
2/22/2013
2
2/23/2013
3/7/2013
3
3/11/2013
3/21/2013
5
8/30/2012
2/12/2013
6
2/14/2013
3/16/2013
10
7/7/2012
12/10/2012
11
12/12/2012
3/16/2013
7
8/28/2012
10/4/2012
8
12/17/2012 12/27/2012
9
1/18/2013
3/27/2013
9
8/28/2012
10/4/2012
10
12/17/2012 12/27/2012
11
1/18/2013
3/27/2013
11
8/28/2012
10/4/2012
12
12/17/2012 12/27/2012
13
1/18/2013
3/1/2013
4
8/30/2012
10/4/2012
5
12/17/2012 12/18/2012
6
1/22/2013
2/21/2013
7
2/22/2013
3/1/2013
8
3/2/2013
3/27/2013
Total
Rataan per infloresen
Rataan per hari

Volume nira (l)
Jumlah
Pagi
Sore
Total
hari
58
147.2
69.0 216.2
57
48.9
30.6
79.5
113.5
64.9 178.2
65
18.0
10.2
28.2
5
19.8
10.2
30.0
6
73
46.3
26.7
73.0
50
139.1
94.2 233.3
5
4.1
3.15
6.5
30
74.3
54.1 128.4
7
16.0
10.4
26.4
23
43.7
30.2
73.9
25
66.4
39.9 106.3
11
66.4
39.9 106.3
48
78.3
45.7 124.0
9
30.0
17.1
47.1
11
23.0
14.1
37.1
10
54.3
31.4
85.7
29
73.6
42.2 115.7
13
34.1
20.1
54.2
11
37.8
20.4
58.2
167
556.6 489.1 1045.7
31
127.8
96.3 214.1
157
257.7 243.4 502.1
95
190.3 127.0 319.3
38
416.7 302.8 719.5
11
45.2
26.2
71.4
69
291.2 193.2 487.0
38
320.8 224.9 545.7
11
42.8
25.5
69.3
69
261.8 183.7 445.5
38
288.7 218.8 507.5
11
25.8
17.9
43.7
43
117.7
81.4 199.1
36
209.3 144.6 353.9
2
5.0
3.5
8.5
31
75.8
57.3 133.1
10
14.4
9.6
24.0
26
101.9
77.3 179.2
1429 4484.1 3196.6 7676.8
37.6
118.0
84.1 202.0
3.1
2.2
5.4

11

liter
Keterangan : P = nomor pohon, I = nomor infloresen

Gambar 1 Histogram volume nira aren

12

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tanaman aren di lokasi penelitian Desa Salagedang, Kecamatan Cibeber,
Kabupaten Cianjur, memiliki kisaran tinggi batang antara 6.9–15.0 m, dengan
lingkar batang 0.5–1.53 m. Hingga infloresen jantan ke-14, pohon aren masih
dapat berproduksi dalam 50 hari masa sadap menghasilkan nira dengan volume
mencapai 233.3 liter. Lingkungan tumbuh aren di lokasi penelitian memiliki
kisaran pH 5.0–6.4, intensitas cahaya di bawah tajuk dekat permukaan tanah
berkisar 1243 - 49012 lux, kisaran suhu 25.7–31.3 oC dengan kelembaban relatif
53.7–78%. Produksi dari infloresen jantan bervariasi dari kisaran 6.5–1045.7 liter
dengan rataan 202.0 liter per infloresen, lama penyadapan berkisar 2–167 hari
dengan rataan 37.6 hari. Sadapan pagi hari (dengan rataan 118 liter/infloresen dan
rataan per hari 3.1 liter) umumnya lebih banyak 40.3% dari hasil sadapan sore hari
(dengan rataan 84.1 liter/infloresen dan rataan per hari 2.2 liter). Hasil gula aren
memiliki rendemen sekitar 14.2% bobot gula dari volume nira aren. Nira aren
memiliki kandungan fruktosa 0.12%, glukosa 0.16% dan sukrosa 12.47% dengan
total ketiganya 12.75%.
Saran
Diperlukan pengamatan dalam jangka waktu yang lebih lama di berbagai
lokasi yang berbeda dengan jenis pohon aren yang berbeda untuk mengetahui
produksi nira kaitannya dengan kualitas, produktivitas serta hubungannya dengan
faktor iklim.

DAFTAR PUSTAKA
Akuba RH. 2004. Profil aren. Di dalam: Effendi DS, Editor. Prospek
Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) Mendukung
Kebutuhan Bioetanol di Indonesia; 2010 Jan 11; Bogor, Indonesia. Bogor (ID):
Litbang Deptan. hlm 15-21.
Alam S, Baco D. 2004. Peluang Pengembangan dan Pemanfaatan Tanaman Aren
di Sulawesi Selatan. Di dalam: Effendi DS, Editor. Prospek Pengembangan
Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr.) Mendukung Kebutuhan
Bioetanol di Indonesia; 2010 Jan 11; Bogor, Indonesia. Bogor (ID): Litbang
Deptan. hlm 15-21.
Bernhard MR. 2007. Teknik budidaya dan rehabilitasi tanaman aren. Bul Palma
33:67-77.
Burhanudin R. 2005. Prospek Pengembangan Usaha Koperasi dalam Produksi
Gula Aren. Jakarta (ID): KSU Sukajaya.

13
Dachlan MA. 1984. Proses Pembuatan Gula Merah. Bogor (ID): Litbang
Depperindag.
Dalibard C. 1999. Overall View on Tradition of Tapping Palm Trees and
Prospects for Animal Production. Livestock Research Rural Development
11(1):1-53.
[Ditjenbun] Direktorat Jendral Perkebunan. 2011. Statistik Perkebunan 20092011. Jakarta (ID): Kementan RI. hlm 3-20.
Effendi DS. 2009. Aren, Sumber Energi Alternatif. Warta Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. 31:2 (kol 1-3).
Elberson W, Oyen L. 2010. Sugar palm (Arenga pinnata). FACT Foundation.
Florido HB, de Mesa PB. 2003. Sugar palm (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.).
Research information series on ecosystems 15(2).
Gautara, Wijandi S. 1985. Dasar Pengolahan Gula I. Bogor (ID): IPB.
[KSU] Koperasi Serba Usaha. 2005. Pengolahan, Produksi dan Pemasaran Gula
Aren. Banten (ID): KSU Sukajaya.
Kusuma RD. 1992. Mempelajari Pengaruh Penambahan, Pengawetan pada Nira
Aren (Arenga pinnata (Wurmb) Merr) terhadap Mutu Gula Merah, Gula
Semut, Sirup Nira dan Gula Putih [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Lutony TL. 1993. Tanaman Sumber Pemanis. Jakarta (ID): Penebar Swadaya. 154
hlm.
Mogea H. 1991. Revisi Marga Aren [Disertasi]. Jakarta (ID): Universitas
Indonesia.
Mondoringin SGO. 2000. Analisis Biaya Produksi pada Industri Rumah Tangga
Gula Aren di Kecamatan Tareran Minahasa [Skripsi]. Manado (ID):
Universitas Sam Ratulangi.
Orwa C, Mutua A, Kindt R, Jamnadass R, Simons A. 2009. Agroforestry
database: a tree reference and selection guide version 4.0.
Polnaja M. 2000. Potensi aren sebagai tanaman konservasi dan ekonomi dalam
pengusahaan hutan rakyat. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
5:4 (kol 1-3).
Rindengan B, Manaroinsong E. 2009. Aren, Tanaman Perkebunan Penghasil
Bahan Bakar Nabati (BBM). Di dalam: Effendi D.S, Editor. Prospek
Pengembangan Tanaman Aren (Arenga pinnata (Wurmb.) Merr.) Mendukung
Kebutuhan Bioetanol di Indonesia; 2010 Jan 11; Bogor, Indonesia. Bogor (ID):
Litbang Deptan. hlm 15-21.
Smits WTM. 1996. Arenga pinnata (Wurmb) Merrill. In: Flach M, Rumawas F,
Editor. Plant Resources of South East Asia 9 : Plant Yielding Non-Seed
Carbohydrates. Bogor (ID): Centre for Research & Development in Biology.
53-59p.
Sugiyono. 2009. Metode Deskriptif. Bandung (ID): Alfabeta.
Soeseno S. 1992. Bertanam Aren. Jakarta (ID):Penebar Swadaya. 23 hlm
Sunanto H. 1993. Aren : budidaya dan multigunanya. Yogyakarta (ID):
Kanisius.73 hlm.
Tomomatsu A, Itoh T, Nasution Z, Wijaya CH, Kumendong J, Matsuyama A.
1996. Chemical constituents of sugar-containing sap and brown sugar from
palm in Indonesia. Jpn J Trop Agr 40(4):175-181.

14

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 08 Agustus 1991 di Tasikmalaya. Putra
pertama dari Bapak Sahidin dan Ibu Sanah. Jenjang pendidikan pertama yang
ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Cilandak Timur 02 Petang Jakarta dan
berhasil menamatkan pendidikan dasar pada tahun 2003. Kemudian penulis
melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Kemala Bhayangkari 3 Jakarta lulus
pada tahun 2003. Selanjutnya meneruskan ke jenjang Sekolah Menengah Atas
Negeri 60 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor Tahun 2009 lulus dari SMA Negeri 60 Jakarta, pada tahun yang sama dan
terdaftar sebagai mahasiswa di jurusan Agronomi dan Hortikultura Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor melalui program USMI (Undangan Saringan
Masuk IPB).
Selama mengikuti pendidikan dan kegiatan kemahasiswaan di Institut
Pertanian Bogor, penulis menerima beasiswa investasi SDM dari Beastudi Etos
Dompet Dhuafa dan Beasiswa Karya Salemba Empat. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum dasar-dasar hortikultura pada
tahun ajaran 2012/2013. Penulis juga aktif menjadi pengajar di bimbingan belajar
GENIX dan BTA 8. Penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan di
IPB seperti staff komisi 2 DPM KM IPB dan ketua BP 2 MPM KM IPB, staff
Himagron IPB, pengurus dan anggota UKM Karate IPB dan UKM Futsal IPB,
pengurus dan anggota Beastudi Etos Bogor Community tahun 2010-2012.
Kemudian penulis sangat aktif dalam kegiatan kepanitiaan kampus yaitu MPKMB
IPB, PANEN RAYA IPB, FBBN IPB, FAS 4, FAS 5, FAS 6, TOENAS, dan
TOENAS 2.