2 Kredit untuk golongan bukan penduduk, yaitu kredit yang diberikan
kepada bukan penduduk Indonesia, baik kepada perorangan, badan- badan, lembaga serta perusahaan-perusahan yang tidak berdomisili di
Indonesia maupun perwakilan negara-negara asing yang ada di Indonesia beserta anggota stafnya yang berstatus diplomatik.
l. Kredit yang pemberinya melebihi satu bank kredit sindikasi Kredit sindikasi adalah kredit yang diberikan secara bersama-sama oleh
dua bank atau lebih dengan pembagian risiko dan pendapatan bunga dan komisi sesuai porsi kepesertaan masing-masing anggota sindikasi. Kredit
sindikasi sering juga disebut confinancing atau pembiayaan bersama.
m. Kredit menurut unsur besar kecilnya debitur, terdiri dari : 1
Kredit Usaha Kecil dan Menengah UKM, termasuk juaga kredit untuk koperasi, sehingga sering disebut Kresit Usaha Kecil Koperasi
dan Menengah UKKM 2
Kredit koperasi, yaitu kredit dengan jumlah besar dan diperuntukkan bagi debitur-debitur koperasi perusahaan besar.
4. Perjanjian Kredit Bank
Perjanjian adalah “suatu peristiwa dimana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh pihak
dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu”.
58
Perjanjian kredit adalah “perjanjian pokok prinsipil yang bersifat riil. Sebagai perjanjian prinsipil, maka perjanjian jaminan adalah assessor-nya. Ada
dan berakhirnya perjanjian jaminan bergantung pada perjanjian pokok. Arti riil ialah bahwa terjanjinya perjanjian kredit ditentukan oleh penyerahan uang oleh
bank kepada nasabah debitur”.
59
Dilihat dari bentuknya, perjanjian kredit perbankan pada umumnya mempergunakan bentuk perjanjian baku standard contract, dimana isi atau
klausula-klausula perjanjian kredit tersebut telah dibakukan dan dituangkan dalam bentuk formulir, tetapi tidak terikat dalam suatu bentuk tertentu. Calon nasabah
debitor tinggal membubuhkan tandatangan saja apabila bersedia menerima isi perjanjian tersebut, tidak memberikan kesempatan kepada calon debitor untuk
membicarakan lebih lanjut isi atau klausula-klausula yang diajukan pihak bank. perjanjian baru ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang sifat praktis dan
kolektif. Pada tahap ini, kedudukan calon debitor sangat lemah, sehingga menerima saja syarat-syarat yang disodorkan oleh pihak bank, karena jika tidak
demikian calon debitor tidak akan mendapatkan kredit yang dimaksud.
60
Apabila debitur menerima semua ketentuan dan persyaratan yang ditentukan oleh bank, maka ia berkewajiban untuk menandatangani perjanjian
kredit tersebut, tetapi apabila debitur menolak ia tidak perlu untuk menandatangani perjanjian kredit tersebut.
61
58
Hermansyah, Op.Cit, hal. 67
59
Ibid. hal. 67
60
Rachmadi Usman, Op.Cit, hal. 265
61
Hermansyah, Op.Cit, hal. 68
Dalam praktek, bentuk dan materi perjanjian kredit antara satu bank dengan bank lainnya tidaklah sama disesuaikan dengan kebutuhannya masing-
masing. Dengan demikian perjanjian kredit tersebut tidak mempunyai bentuk yang tertentu, hanya saja dalam praktek ada banyak hal yang biasanya
dicantumkan dalam perjanjian kredit mislanya berupa defenisi istilah-istilah yang akan dipakai dalam perjanjian ini terutamanya dalam perjanjian kredit dengan
pihak asing, jumlah dan batas waktu pinjaman, serta pembayaran kembali pinjaman juga mengenai apakah si peminjam berhak mengembalikan dana
pinjaman lebih cepat dari ketentuan yang ada, penetapan buang pinjaman dan dendanya bila debitur lalai membayar bunga, terakhir dicantumkan berbagai
klausul seperti hukum yang berlaku untuk perjanjian tersebut.
62
Perjanjian kredit ini perlu memperoleh perhatian yang khusus baik oleh bank sebagai kreditor maupun oleh nasabah sebagai debitur karena perjanjian
kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan, dan penatalaksanaan kredit tersebut. Berkaitan dengan itu, menurut Ch.Gatot Wardoyo
perjanjian kredit mempunyai fungsi sebagai berikut:
63
a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian pokok
b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan
hak dan kewajiban diantara kreditur dan debitur c.
Perjanjian kredit sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.
62
Muhamaqd Djumhana, Op.Cit, hal 240
63
Ibid, hal. 68
Dalam kenyataanya, banyak diantara pakar-pakar hukum baik yang menolak dan menerima kehadiran perjanjian baku ini. Beberapa pakar hukum
yang menolak kehadiran perjanjian baku ini karena dinilai:
64
a. Kedudukan pengusaha di dalam perjanjian baku sama seperti pembentuk
undang-undang swasta , karenanya perjanjian baku bukan perjanjian b.
Perjanjian baku merupakan perjanjian paksa dwangcontract c.
Negara-negara common law system menerapkan doktrin unconscionability. Doktrin ini memberikan wewenang kepada perjanjian demi menghindari
hal-hal yang dirasakan sebagai bertentangan dengan hati nurani. Sebaliknya beberapa pakar hukum menerima kehadiran perjanjian baku
sebagai suatu perjanjian karena:
65
a. Perjanjian baku diterima sebagai perjanjian berdasarkan fiksi adanya
kemauan dan kepercayaan yang membangkitkan kepercayaan bahwa para pihak mengikatkan diri pada perjanjian itu.
b. Setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung jawab pada isi
dan apa yang ditandatanganinya. c.
Perjanjian baku mempunyai kekuatan mengikat, berdasarkan kebiasaan yang berlaku di lingkungan masyarakat dan lalu lintas pembayaran.
Dengan demikian pemberian kredit wajib dituangkan dalam perjanjian
kredit secara tertulis, baik dengan akta dibawah tangan maupun akta notarial. Perjanjian kredit disini berfungsi sebagai panduan bank dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengorganisasian, dan pengawasan pemberian kredit yang dilakukan oleh bank, sehingga bank tidak dirugikan dan kepentingan nasabah yang
mempercayakan dananya kepada bank terjamin dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, sebelum pemberian kredit dilakukan, bank harus sudah memastikan
bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan dengan kredit telah diselesaikan dan telah memberikan perlindungan yang memadai bagi bank.
66
64
Rachmadi Usman, Loc.Cit, hal. 265
65
Ibid, hal. 265
66
Ibid, hal. 264
5. Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit