8
Akan tetapi penelitian tesis yang dilakukan oleh Elfi Yulianty yang berjudul “Pengikatan Benda Bergerak Sebagai Jaminan Hutang dalam praktek Bank”. Dengan
permasalahannya adalah: 1. Bagaimana prinsip pengikatan benda bergerak sebagai jaminan hutang dalam
praktek perbankan dan leasing ? 2. Bagaimana pengaturan klausal kontrak pada perjanjian leasing dan perbankan
sebagai jaminan ? 3. Bagaimana akibat hukum terhadap hukum penerima jaminan benda bergerak
yang tidak didaftarkan? Dilihat dari titik permasalahannya masing-masing penelitian diatas, terdapat
perbedaan yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian penelitian ini betul asli baik dari segi substansi maupun dari segi
permasalahan sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Teori merupakan keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan,yang untuk menjelaskan tentang adanya sesuatu, maka teori hukum dapat dengan lebih jauh
sebagai suatu keseluruhan pernyataan-pernyataan yang berkaitan dan berkenaan dengan hukum. Dengan itu harus cukup menguraikan apa yang diartikan dengan
unsur teori dan harus mengarahkan diri kepada hukum. Teori juga merupakan sebuah desain Iangkah-langkah penelitian yang berhubungan dengan kepustakaan, isu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9
kebijakan maupun narasumber penting lainnya. Sebuah teori harus diuji dengan menghadapkannya
kepada fakta-fakta
yang kemudian
harus menunjukkan
kebenarannya. Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai suatu permasalahan yang menjadi bahan perbandingan,
pegangan teoritis. Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan adanya kerangka teoritis sebagaimana yang dikemukakan oleh Ronny. H. Soemitro bahwa untuk
memberikan landasan yang mantap pada umumnya setiap penelitian selalu disertai dengan pemikiran teoritis.
9
Menurut Kaelan M.S landasan teori pada suatu penelitian adalah merupakan dasar-dasar operasional penelitian. Landasan teori dalam suatu penelitian adalah
bersifat strategis artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian.
10
Oleh sebab itu kerangka teoritis sebagai suatu penelitian mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;
2. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi;
3. Teori biasanya merupakan suatu iktisar daripada hal-hal yang diteliti; 4. Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena
telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor- faktor tersebut akan timbul lagi pada masa mendatang.
11
9
Ronny H. Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982,
hlm.37.
10
Kaelan M.
S, Metode
Penelitian KualUatif
Bidang Filsafat
Paradigma bagi
Pengembangan Penelitian Indispliner Bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum dan Seni, Paradigma, Yogyakarta, 2005, hlmn. 239.
11
Soejno Soekanto, Penganta Penelitian Hukum, UI Pres, Jakarta, 1986, hal.121
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
10
Sejalan dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa teori yang dipergunakan sebagai pisau analitis dalam analisis. Secara konseptual, teori yang dapat dijadikan
acuan dalam Analisis Yuridis Asas Hukum Peijanjian Dalam Perjanjian Leasing Dan Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak adalah menggunakan teori keadilan dari
Aristoteles. Pandangan- pandangan Aristoteles tentang keadilan bisa kita dapatkan dalam karyanya nichomachean ethics, politics, dan rethoric. Lebih khususnya, dalam
buku nichomachean ethics, buku itu sepenuhnya ditujukan bagi keadilan, yang berdasarkan filsafat umum Aristoteles, mesti dianggap sebagai inti dari filsafat
hukumnya, karena hukum hanya bisa ditetapkan dalam kaitannya dengan keadilan yang sangat penting dari pandangannya ialah pendapat bahwa keadilan mesti
dipahami dalam pengertian kesamaan. Namun Aristoteles membuat pembedaan penting antara kesamaan numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan numerik
mempersamakan setiap manusia sebagai satu unit. Inilah yang sekarang biasa kita pahami tentang kesamaan dan yang kita maksudkan ketika kita mengatakan bahwa
semua warga negara adalah sama di depan hukum. Kesamaan proporsional memberi tiap orang apa yang menjadi haknya sesuai dengan kemampuannya, prestasinya, dan
sebagainya. Dari pembedaan ini Aristoteles menghadirkan banyak kontroversi dan perdebatan seputar keadilan.
12
Aristoteles dalam bukunya Rethorica mengatakan bahwa tujuan dari hukum adalah menghendaki keadilan semata- mata dan isi dari pada hukum ditentukan oleh
12
Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum PersfektifHistoris, Bandung: Nuansa dan Nusamedia, 2004, haL24.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
11
kesadaran etis mengenai apa yang dikatakan adil dan apa yang dikatakan tidak adil. Menurut teori ini hukum mempunyai tugas suci dan luhur yaitu dengan memberikan
keadilan kepada setiap orang yang berhak ia terima serta memerlukan peraturan tersendiri bagi setiap kasus. Untuk terlaksananya hal tersebut maka menurut teori ini
hukum harus membuat apa yang dinamakan Algemene Regel peraturan ketentuan umum yang mempunyai sifat sebagai berikut:
a. Adanya paksaan
dari luar
sanksi dari
penguasa yang
bertugas mempertahankan dan membina tata tertib masyarakat dengan perantara alat-
alatnya. b. Sifat Undang- Undang yang berlaku bagi siapa saja. Asas kebebasan
berkontrak dalam melakukan suatu perjanjian merupakan bentuk dari adanya suatu kedaulatan hukum yang dipunyai oleh setiap individu dalam melakukan
perbuatan hukum. Setiap individu menurut kepentingannya secara otonom berhak melakukan perjanjian dengan individu lain atau masyarakat lainnya.
Namun demikian dalam praktek apabila kepastian hukum dikaitkan dengan keadilan, maka akan kerap kali tidak sejalan satu sama lain. Adapun hal ini
dikarenakan di satu sisi tidak jarang kepastian hukum mengabaikan prinsip- prinsip kepastian hukum, kemudian apabila pada prakteknya terjadi pertentangan antara
kepastian hukum dan keadilan, maka keadilan pada umumnya lahir dari hati nurani pemberi keadilan sedangkan kepastian hukum lahir dari sesuatu yang konkrit.
13
Menurut Subekti, perianjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana itu saling berianji melaksanakan sesuatu hal.
14
Menurut R.Wirjono Prodjodikoro, mendefenisikan perianjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak
13
Ibid
14
R. Subekti, Op Cit, hal.5
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
12
berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu.
15
Asas kebebasan berkontrak dalam melakukan suatu perianjian merupakan bentuk dari adanya suatu kedaulatan hukum yang dipunyai oleh setiap individu dalam
melakukan perbuatan hukum. Setiap individu menurut kepentingannya secara otonom berhak melakukan perjanjian dengan individu lain atau masyarakat lainnya.
Hukum kontrak di Indonesia diatur dalam Buku III KUH Perdata Bab Kedua yang mengatur tentang perikatan-perikatan yang dilahirkan dari kontrak atau
persetujuan. Pengertian kontrak dengan persetujuan adalah sama seperti terlihat yang didefenisikan pada Pasal 1313 KUH Perdata. Hukum kontrak hanya mengatur aspek
tertentu dari pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu.
16
Sekalipun demikian mungkin kontrak adalah bagian yang kurang menonjol dari Hukum yang hidup Living Law dibandingkan bidang lain yang berkembang
berdasarkan hukum kontrak atau pemikiran tentang kontrak.
17
Asas-asas Hukum Kontrak di Indonesia
Menurut Paul Scholten, asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam dan di belakang sistem hukum, masing-masing dirumuskan dalam
aturan-aturan perundang-undangan dan putusan-putusan hakim yang berkenaan dengan ketentuan-ketentuan dan keputusan-keputusan individu yang dapat dipandang
15
R. Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, 1991 hal.9
16
Lawrence F. Friedman, American Law Introduction, Second Edition, Hukum Amerika sebuah pengantar Penerjemah Wisnu Basuki, PT.TataNusa, Jakarta 200l,hal 195
17
Ibid hal 197
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
13
penjabarannya
18
Pada umumnya asas hukum tidak dituangkan dalam bentuk yang konkrit, misalnya asas konsensualitas yang terdapat dalam pasal 1320 KUH
Perdata yaitu, Sepakat mereka yang mengikatkan dirt. Untuk menemukan asas hukum dicarilah sifat-sifat umum dalam kaedah atau peraturan yang konkrit.
19
Dalam tulisannya Johannes Gunawan menyebutkan, ada asas-asas Hukum Kontrak yang tersirat dalam Kitab KUH Perdata yaitu, Asas kebebasan Berkontrak,
Asas Mengikat Sebagai Undang-Undang, Asas Konsensualitas, dan Asas Itikad Baik
20
a. Asas Kebebasan Berkontrak Freedom of Contract Latar Belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak berkaitan erat dengan lahirnya
paham individualisme. Paham individualisme secara embrional lahir pada zaman Yunani yang kemudian diteruskan oleh kaum epicuristem dan berkembang pesat
pada zaman renaisance melalui ajaran-ajaran antara lain ajaran Hugo de Groot, Thomas Hobbes, John Locke dan Rpusseau.
21
Asas kebebasan berkontrak terdapat dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata. Kebebasan dalam membuat
perjanjian dimana para pihak dapat dengan bebas mengatur hak dan kewajiban dalam perjanjian yang disepakati. Menurut Subekti dalam bukunya Hukum
Perjanjian, Asas Kebebasan berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang pada dasarnya boleh membuat kontrak perjanjian yang
18
J J.H. Bruggink alih bahasa Arief Sidharta, Refleksi Tentang Hukum, PT. Citra Adytia Bakti,
19
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakatta, 1999, Hai.34-35
20
Johannes Gunawan, Op. cit. hal 47 dan juga lihat Mariam Darns Badrulzaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan Penjelasan, Alumni Bandung, 1993 Hal. 108
21
Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika Jakarta 2003, Hal. 9
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
14
berisi dan macam apapun asal tidak bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
22
Kebebasan berkontrak bukan berarti para pihak dapat membuat kontrak perjanjian secara bebas, akan tetapi tetap
mengindahkan syarat-syarat sahnya perjanjian, maupun syarat khusus untuk perjanjian-perjanjian tertentu.
Pendekatan terhadap asas kebebasan berkontrak berdasarkan hukum alam, dikemukakan oleh Hugo de Groot dan Thomas Hobbes. Grotius sebagai penganjur
terkemuka dari ajaran hukum alam berpendapat bahwa hak untuk mengadakan perjanjian adalah hak asasi manusia. Ia beranggapan, suatu kontrak adalah suatu
tindakan sukarela dari seseorang yang berjanji satu sama lain dengan maksud orang lain itu menerimanya. Kontrak lebih dari sekedar janji karena suatu janji tidak dapat
memberikan hak kepada pihak lain atas pelaksanaan janji itu. Selanjutnya Hobbes menyatakan bahwa kebebasan berkontrak sebagai kebebasan manusia yang
fundamental. Kontrak adalah metode dimana hak-hak fundamental manusia dapat dialihkan.
23
Menurut Munir Fuady, Asas kebebasan berkontrak memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat kontrak, demikian juga
kebebasan untuk mengatur sendiri isi kontrak tersebut.
24
Asas ini tersirat dalam pasal 1338 KUH Perdata, pada intinya menyatakan bahwa terdapat kebebasan membuat
kontrak apapun sejauh tidak bertentangan dengan hukum, ketertiban dan kesusilaan.
22
Subekti, Op.cit.Hal.13
23
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian, Institut Bankir Indonesia IBI Jakarta 1993, Hal. 18-20
24
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung 2002, hal.12
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
15
Subekti dalam bukunya pokok-pokok Hukum Perdata, menyebutkan orang leiuasa untuk membuat perjanjian apa saja, asal tidak melanggar ketertiban umum atau
kesusilaan, pada umumnya juga boleh mengenyampingkan peraturan-peraturan yang termuat dalam buku III karena Buku III merupakan hukum pelengkap aanvulled
recht bukan hukum keras atau hukum yang memaksa
25
meliputi lima macam kebebasan, yaitu:
a Kebebasan para pihak menutup atau tidak menutup kontrak.
b Kebebasan menentukan dengan siapa para pihak akan tertutup kontrak.
c Kebebasan para pihak menentukan isi kontrak
d Kebebasan para pihak menentukan bentuk kontrak.
e Kebebasan pada pihak menentukan cara penutupan kontrak.
Menurut Felix.O.Soebagjio, dalam penerapan asas kebebasan berkontrak, bukan berarti dapat dilakukan bebas-sebebasnya, akan tetapi juga ada pembatasan yang
diterapkan oleh pembuat peraturan perundang-undangan, yaitu tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kepatutan dan kesusilaan.
26
Dengan demikian kita melihat bahwa asas kebebasan ini tidak hanya milik KUH Perdata, akan tetapi bersifat
universal.
27
Sehubungan dengan
itu, teori-teori
hukum Common
Law tertentu
memperbolehkan untuk membatalkan kontrak-kontrak yang bersifat menindas atau
25
Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Cet Ke-XXXIII, PT. Intermasa, Jakarta 2005.Hal128.
26
Felix. O. Soebagjo, Perkembangan Asas-asas Hukum Kontrak Dalam Praktek Bisnis Selama 25 Tahun terakhir, Disampaikan dalam pertemuan Ilmiah Perkembangan Hukum kontrak dalam praktek bisnis di
Indonesia, diselenggarakan oleh Badan Pengkajian Hukum Naslonal, Jakarta 18 dan 19 Februari 1993.
27
Bandingkan dengan, Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit, hal. 108-109
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
16
adanya unsur ketidakadilan sebagai bentuk adanya pembatasan kebebasan berkontrak, Dorongan pembatasan kebebasan berkontrak
tampil kepermukaan guna lebih menyediakan ruang dan peluang lebih besar pada pengertian-pengertian keadilan,
kebenaran, kesusialaan serta ketertiban umum. Karenanya kontrak merupakan dasar dari banyak kegiatan bisnis dan hampir semua kegiatan bisnis diawali oleh adanya
kontrak, meskipun kontrak dalam tampilan yang sangat sederhana sekalipun. b.
Asas Mengikat Sebagai Undang undang. Pacta
Sunt Servanda,
bahwa perjanjian
mengikat pihak-pihak
yang mengadakannya atau setiap perjanjian harus ditaati dan ditepati.
28
Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang
membuatnya dan perjanjian-perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali selain oleh Undang-Undang. Dan Perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik. Suatu hal yang
lebih penting yang patut diperhatikan bahwa, perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu
yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau Undang- Undang.
29
Asas hukum ini, telah meletakkan posisi perjanjian yang dibuat oleh masyarakat menjadi Undang-Undang baginya sehingga Negara tidak berwenang lagi
ikut campur tangan dalam perjanjian. Kebebasan berkontrak bukanlah kebebasan yang tak terbatas, karena tetap ada
batasannya dan akan ada akibat hukum yang tirobul terhadap kebebasan yang terbatas itu.
28
C.S.T. Kansil, Pengantar Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, PN Balai Pustaka Jakarta 1983, Hal. 48
29
1.G. Ray Widjaya, Hukum Perusahaan, Megapoin, Jakarta 2000., Merancang suatu
Kontrak Contract Drafting, Kesaint Blanc, Jakarta 2003 Hal.135
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
17
Sutan Remi
Sjahdeini, menyebutkan
adanya batas-batas
kebebasan berkontrak, yaitu bila suatu kontrak melanggar peraturan perundang-undangan atau
suatu public policy, maka kontrak tersebut menjadi illegal. Public policy amat tergantung kepada nilai-nilai yang ada dalam suatu masyarakat
30
Asas ini tercantum dalam pasal yang sama dengan pasal yang berisi asas kebebasan berkontrak, yaitu pasal 1338 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa
Semua kontrak yang dibuat secara sah akan mengikat sebagai Undang-Undang bagi para pihak dalam kontrak tersebut. Pemuatan dua asas hukum, yaitu asas kebebasan
berkontrak dan asas mengikat sebagai Undang-Undang di dalam satu pasal yang sama, menurut logika hukum berarti:
1. Kedua asas hukum tersebut tidak boleh bertentangan satu dengan yang lainnya.
2. Kontrak baru akan mengikat sebagai Undang-Undang bagi para pihak dalam kontrak tersebut, apabila di dalam pembuatanhya terpenuhi asas kebebasan
berkontrak yang terdiri atas lima macam kebebasan.
31
Asas bahwa para pihak harus memenuhi apa yang mereka terima sebagai kewajiban masing-masing karena persetujuan merupakan undang-undang bagi pihak-
pihak yang mengadakannya dan kekuatan mengikatnya dianggap sama dengan kekuatan undang-undang, sehingga istilah Pacta Sunt Servanda berarti Janji itu
mengikat. Terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada
30
Sutan Remi Sjahdeini, Op.cit Hal. 41.
31
Johannes Gunawan, Reorientasi Hukum Kontrak di Indonesia, 2003 Jurnal Hukum
Bisnis, Volume 22-No. 6 Tahun 2008. Hal. 48
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
18
apa yang diperjanjikan, akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan secara moral.
32
c. Asas Konsensualitas Consensualitas
Sebagaimana yang tersirat dalam pasal 1320 KUH Perdata, bahwa sebuah kontrak sudah terjadi dan karenanya mengikat para pihak dalam kontrak sejak terjadi
kata sepakat tentang unsur pokok dari kontrak tersebut. Dengan kata lain, kontrak sudah sah apabila sudah tercapai kesepakatan mengenai unsur pokok kontrak dan
tidak diperlukan formalitas tertentu.
33
Banyak pertanyaan, kapan saatnya kesepakatan dalam perjanjian itu terjadi. Kesepakatan itu akan timbul apabila pihak para yang
membuat perjanjian itu pada suatu saat bersama-sama berada disatu tempat dan disitulah terjadi kesepakatan itu. Akan tetapi dalam surat menyurat, sehingga juga
timbul persoalan kapan kesepakatan itu terjadi. Hal ini penting dikarenakan untuk perjanjian-perjanjian
yang tunduk pada asas konsensualitas, saat terjadinya kesepakatan merupakan saat terjadinya perjanjian.
34
Kekuatan mengikat dan suatu kontrak adalah lahir ketika telah adanya kata sepakat, atau dikenal dengan asas
konsensualitas, dimana para pihak yang berjanji telah sepakat untuk meningkatkan dirinya dalam suatu perjanjian menurut hukum.
Subekti, dalam bukunya Hukum Perjanjian menyatakan bahwa menurut ajaran yang lazim dianut sekarang, perjanjian harus dianggap dilahirkan pada saat
dimana pihak yang melakukan penawaran efferter menerima yang termaktub dalam
32
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Adytia Bakti, Bandung,
2001. Hal.88.