Hal.88. Analisis Yuridis Asas Hukum Perjanjian Dalam Perjanjian Leasing Dan Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak (Studi Pada PT. Adi Sarana Armada)

18 apa yang diperjanjikan, akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan secara moral. 32 c. Asas Konsensualitas Consensualitas Sebagaimana yang tersirat dalam pasal 1320 KUH Perdata, bahwa sebuah kontrak sudah terjadi dan karenanya mengikat para pihak dalam kontrak sejak terjadi kata sepakat tentang unsur pokok dari kontrak tersebut. Dengan kata lain, kontrak sudah sah apabila sudah tercapai kesepakatan mengenai unsur pokok kontrak dan tidak diperlukan formalitas tertentu. 33 Banyak pertanyaan, kapan saatnya kesepakatan dalam perjanjian itu terjadi. Kesepakatan itu akan timbul apabila pihak para yang membuat perjanjian itu pada suatu saat bersama-sama berada disatu tempat dan disitulah terjadi kesepakatan itu. Akan tetapi dalam surat menyurat, sehingga juga timbul persoalan kapan kesepakatan itu terjadi. Hal ini penting dikarenakan untuk perjanjian-perjanjian yang tunduk pada asas konsensualitas, saat terjadinya kesepakatan merupakan saat terjadinya perjanjian. 34 Kekuatan mengikat dan suatu kontrak adalah lahir ketika telah adanya kata sepakat, atau dikenal dengan asas konsensualitas, dimana para pihak yang berjanji telah sepakat untuk meningkatkan dirinya dalam suatu perjanjian menurut hukum. Subekti, dalam bukunya Hukum Perjanjian menyatakan bahwa menurut ajaran yang lazim dianut sekarang, perjanjian harus dianggap dilahirkan pada saat dimana pihak yang melakukan penawaran efferter menerima yang termaktub dalam 32 Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Adytia Bakti, Bandung,

2001. Hal.88.

33 Johanes Gunawan, Op cit 34 Riduan Syahrani, Seluk Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Alumni Banctung 2000, Hal. 214 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 19 surat tersebut, sebab detik itulah dapat dianggap sebagai detik lahirnya kesepakatan. Bahwasanya mungkin ia tidak membaca surat-surat yang diterimanya dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. 35 Menurut Wirjono Prodjodikoro sebagaimana yang dikutip oleh Riduan Syahrini, ontvangs theorie dan verneming theorie dapat dikawinkan sedemikian rupa, yaitu dalam keadaan biasa perjanjian harus dianggap terjadi pada saat surat penerimaan sampai kepada alamat penawar ontvangs theorie, tetapi dalam keadaan luar biasa kepada si penawar diberikan kesempatan untuk membuktikan bahwa itu mungkin dapat mengetahui isi surat penerimaan pada saat surat itu sampai dialamatnya, misalnya karena bepergian atau sakit keras. 36 Asas ini juga dapat ditemukan dalam pasal 1338 KUH Perdata, dalam istilah semua. Kata-kata Semua menunjukkan bahwa setiap orang diberi kesempatan untuk menyatakan keinginan will yang dirasanya baik untuk menciptakan perjanjian 37 d. Asas Itikad Baik Asas itikad baik dalam suatu perjanjian terdapat dalam pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata, Yang menyatakan persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik. Akan tetapi dalam pasal tersebut tidak disebutkan secara eksplisit apa yang dimaksud dengan itikad baik. Akibatnya orang akan menemui kesulitan dalam menafsirkan dari itikad baik itu sendiri. Karena itikad baik merupakan suatu 35 Subekti, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta Get VI. 1979, Hal.29-30 36 Riduan Syahrini, Op.cit. Hal. 216 37 Mariam Darus Badrulzaman, Op. cit, Hal. 87 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 20 perjanjian yang abstrak yang berhubungan dengan apa yang ada dalam alam pikiran manusia. Menurut James Gordley, sebagaimana yang dikutip oleh Ridwan Khairandy, memang dalam kenyataanya sangat sulit untuk mendefenisikan itikad baik. 38 Dalam praktek pelaksanaan perjanjian sering ditafsirkan sebagai hal yang berhubungan dengan kepatutan dan kepantasan dalam melaksanakan suatu kontrak. Menurut teori klasik hukum kontrak, asas itikad baik dapat diterapkan dalam situasi dimana perjanjian sudah memenuhi syarat hal tertentu, akibat ajaran ini tidak melindungi pihak yang menderita kerugian dalam tahap pra kontrak atau tahap perundingan, karena dalam tahap ini perjanjian belum memenuhi syarat tertentu. 39 Penerapan asas itikad baik dalam kontrak bisnis, haruslah sangat diperhatikan terutama pada saat melakukan perjanjian pra kontrak atau negoisasi, karena itikad baik baru diakui pada saat perjanjian sudah memenuhi syarat sahnya perjanjian atau setelah negoisasi dilakukan. Terhadap kemungkinan timbulnya kerugian terhadap pemberlakuan asas itikad baik ini, Suharmoko menyebutkan bahwa secara implisit Undang-Undang Perlindungan Konsumen sudah mengakui bahwa itikad baik sudah harus ada sebelum ditandatangani perjanjian, sehingga janji-janji pra kontrak dapat diminta pertanggungjawabkan berupa ganti rugi, apabila janji tersebut diingkari. 40 Subekti, dalam bukunya hukum perjanjian, menyebutkan bahwa itikad baik itu dikatakan sebagai suatu sendi yang terpenting dalam buku perjanjian. 41 38 Ridwan Khairandy, Itikad Baik dalam Kebebasan Berkontrak, Pascasaijana Fakultas Hukum Universitas Indonesiajakarta 2003,Hal 129-130 39 Suharmoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, Prenada Media, Jakarta 2004, Hal. 5 40 Ibid, hal 8-9 41 Subekti, Op. Cit. hlm.41 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 21 Sehingganya Riduan Syahrani menyebutkan bahwa dalam rangka pelaksanaan perjanjian peranan itikad baik te goeder trouw sungguh mempunyai arti yang sangat penting sekali. 42 Pemikiran ini berpijak dari pemahaman bahwa itikad baik merupakan landasan dalam melaksanakan perjanjian dengan sebaik baiknya dan semestinya. Asas itikad baik menjadi salah satu instrumen hukum untuk membatasi kebebasan berkontrak dan kekuatan mengikatnya perjanjian. Dalam hukum kontrak itikad baik memiliki tiga fungsi yaitu, fungsi yang pertama, semua kontrak harus ditafsirkan sesuai dengan itikad baik, fungsi kedua adalah fungsi menambah yaitu hakim dapat menambah isi perjanjian dan menambah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perjanjian itu. Sedangkan fungsi ketiga adalah fungsi membatasi dan meniadakan beperkende en derogerende werking vande goeder trouw. 43 Dengan fungsi ini hakim dapat mengenyampingkan isi perjanjian yang telah dibuat oleh para pihak. Tidak semua ahli hukum dan pengadilan menyetujui fungsi ini, karena akan banyak hal bersinggungan dengan keadaan memaksa, sehingganya masih dalam perdebatan dalam pelaksanaannya, Pengertian itikad baik secara defenisi tidak ditemukan, begitu juga dalam KUHPerdata tidak dijelaskan secara terperinci tentang apa yang dimaksud dengan itikad baik, pada pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata hanyalah disebutkan bahwa perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. 42 Riduan Syahrani, Op.cit. Hal. 259 43 Ridwan Khairandy, Op.Cit. Hal. 33. 24 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 22 Menurut Wirjono Prodjodikoro dan Subekti, itikad baik te goeder trouw yang sering diterjemahkan sebagai kejujuran, dibedakan menjadi dua macam, yaitu; 1 itikad baik pada waktu akan mengadakan hubungan hukum atau perjanjian, dan 2 itikad baik pada waktu melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari hubungan hukum tersebut. 44 Sampai sekarang tidak ada makna tunggal itikad baik dalam kontrak, sehingga masih terjadi perdebatan mengenai bagaimana sebenarnya makna dari itikad baik itu. Itikad baik para pihak, haruslah mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang ditengah masyarakat, sebab itikad baik merupakan bagian dari masyarakat Sifat dari itikad baik dapat berupa subjektif, dikarenakan terhadap perbuatan ketika akan mengadakan hubungan hukum maupun akan melaksanakan perjanjian adalah sikap mental dari seseorang. Banyak penulis ahli hukum Indonesia menganggap itikad baik bersifat subjektif. Akan tetapi sebagaimana dikutip Riduan Syahrini dalam bukunya Wirjono prodjodikoro, Asas-asas Hukum Perjanjian, menyebutkan para kalangan ahli hukum Belanda antara lain Hoftmann dan Volmar menganggap bahwa disamping adanya pengertian itikad baik yang subjektif, juga ada itikad baik yang bersifat objektif, oleh mereka tidak lain maksudnya adalah kepatutan billijkheid redelijkheid. 45 2. Konsepsi Konsepsi yang dimaksud disini adalah kerangka konsepsional merupakan bagian yang menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan konsep yang digunakan 44 Riduan Syahiani, .Op.c Hal. 260. 25 45 Riduan Syahrini, Ibid, Hal. 262 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 23 penulis, Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, 46 yang disebut sebagai defenisi operasional. Dalam penelitian ini dirumuskan serangkaian kerangka konsepsi atau defenisi operasional sebagai berikut: 1. Implementasi adalah proses untuk memastikan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan tersebut. 2. Asas kebebasan Berkontrak adalah suatu asas yang menyatakan bahwa setiap orang boleh membuat kontrak perjanjian yang berisi dan macam apapun dimana para pihak dapat dengan bebas mengatur hak dan kewajiban dalam perjanjian yang disepakati. 3. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada atau dimana dua pihak saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. 4. Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu tertentu , berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang 46 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Raja Grafindo Persada, Jakarta 1998, hal. 3 26 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 24 bersangkutan atau memperpanjang waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. 5. Perlindungan Hukum adalah adanya kepastian hukum, artinya pada suatu perjanjian leasing setiap pihak dilindungi oleh hukum karena dibuat secara otentik, yang memiliki sanksi-sanksi apabila para pihak tidak melaksanakan hak dan kewajibannya. 6. Para pihak adalah orang perorangan yang sepakat melakukan perjanjian yang harus memenuhi suatu hak dan kewajiban.

G. Metode Penelitian 1.

Sifat dan Jenis Penelitian Dalam penulisan ini penulis menggunakan spesifikasi penelitian bersifat deskriptis-analitis, yaitu penelitian yang bertujuan untuk melukiskan tentang sesuatu hal didaerah tertentu dan pada saat tertentu. Dalam penelitian ini akan digambarkan peraturan perundang-undangan mengenai perjanjian sewa guna usahaleasing kemudian dikaitkan dengan pernyataan dalam pelaksanaan implementasi asas hukum perjanjian dalam perjanjian leasing dan perlindungan hukum bagi para pihak di PT Adi Sarana Armada. Melalui penggambaran tersebut kemudian dilakukan analisa. Penelitian ini mempergunakan metode pendekatan hukum yuridis normatif yaitu metode yang melakukan penelitian dengan mengkaji peraturan perundang-undagan atau efektifitas hukum yang berlaku dalam masyarakat.

2. Sumber Data Penelitian

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Para Pihak Akibat Penjualan Hak Tanggungan Di Bawah Tangan (Studi Pada Bank Mandiri Cabang Medan)

2 63 81

Tanggung Jawab Para Pihak Dalam Perjanjian Leasing Kenderaan Bermotor (Studi pada PT. Astra Credit Company Medan)

12 106 96

Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Baku Pembiayaan Murabahah Pada Bank Syari’ah (Studi Pada Bank Syari’ah Mandiri Pematangsiantar

3 60 112

Kedudukan Hukum Para Pihak Dalam Perjanjian Kerjasama Dagang Antara PT Frisian Flag Indonesia Dengan Distributor di Kota Medan (PT. Permata Niaga Sebagai Salah Satu Distributor di Kota Medan)

2 77 122

Akibat Hukum Dari Wanprestasi Dalam Perjanjian Konstruksi Yang Dilaksanakan Kontraktor

20 195 116

Kedudukan Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba Studi : Perjanjian Waralaba Antara PT. Indomarco Prismatama Dengan CV. E. Makmur

1 42 130

Perlindungan Hak-Hak Tertanggung Dalam Perjanjian Asuransi (Studi Pada Asuransi Takaful Keluarga Medan)

2 32 137

BAB II ASAS-ASAS HUKUM PERJANJIAN TERIMPLEMENTASI DALAM PERJANJIAN LEASING INDONESIA A. Implementasi Asas Hukum Perjanjian dalam Perjanjian Leasing. 1. Leasing sebagai suatu Perikatan - Analisis Yuridis Asas Hukum Perjanjian Dalam Perjanjian Leasing Dan P

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Asas Hukum Perjanjian Dalam Perjanjian Leasing Dan Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak (Studi Pada PT. Adi Sarana Armada)

0 3 26

Analisis Yuridis Asas Hukum Perjanjian Dalam Perjanjian Leasing Dan Perlindungan Hukum Bagi Para Pihak (Studi Pada PT. Adi Sarana Armada)

0 0 14