Prosedur Pembentukan Portofolio benefit v9 n22c des 2005

Tabel 1. Prosedur Pembentukan Portofolio Berdasarkan Triple-Sort Pre-rangking beta Size ME Book-to-market equity Portofolio 1 Ranking 1 Portofolio 2 Ranking 1 Portofolio 3 Ranking 2 Portofolio 4 Portofolio 5 Ranking 1 Portofolio 6 Ranking 2 Portofolio 7 Ranking 2 Portofolio 8 Portofolio yang dibentuk berdasar- kan prosedur seperti yang diuraikan di atas kemudian digunakan untuk pengujian CAPM dan model tiga faktor. Menurut Blume 1971, 1975, seba- gaimana dikutip oleh Jensen dan Mercer 2002, proses pembentukan portofolio semacam itu memenuhi beberapa tujuan. Pertama, membantu mengurangi masalah kesalahan variabel errors-in-variables problem yang ada pada perusahaan-perusahaan individual. Kedua, triple-sort menciptakan penyebaran dispersion pada setiap karakteristik portofolio yang akan diuji, dengan mengontrol variasi karakteristik kedua dan ketiga ME dan BEME. Ketiga, cara ini cenderung mengortogonal- kan tends to ortogonalize ketiga variabel independen dan dengan demikian mengurangi efek multikolinieritas dalam analisis regresi.

4. Model Penelitian dan Pengujian Hipotesis

Peneliti menggunakan model seperti yang dilakukan oleh Jensen dan Mercer 2002 seperti di bawah ini: Model 1: + + + = 2 1 pt pt pt ME Ln R γ β γ α pt pt ME BE ε γ + 3 dimana : R pt = rata-rata return portofolio β pt = adalah beta portofolio. ME = size yang merupakan perkalian antara harga per lembar saham dengan jumlah saham yang beredar. BEME = adalah book-to-market equity Model 2: + + + = 1 1 pt t pt pt D R β λ β γ α + + ln ln 2 2 pt t pt ME D ME λ γ + + 3 3 pt t pt ME BE D ME BE λ γ it t D ε α + dimana D t adalah variabel dummy dari kebijkan moneter, sedangkan notasi yang lain sama dengan model 1. Untuk menguji pengaruh kebijakan moneter terhadap hubungan antara model tiga faktor dengan return dilakukan dengan Pengaruh Kebijakan Moneter … Imronudin : 129 – 139 X 135 dua cara. Pertama dilakukan regresi dengan model 1, dengan data yang dipisah antara kondisi restriktif dan kondisi ekspansif. Kedua, dilakukan regresi dengan model 2, dengan memasukkan variabel kebijakan moneter sebagai variabel interaksi. HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk melihat pengaruh beta, size, dan book-to-market terhadap return saham dilakukan perhitungan regresi dengan model 1. Hasil analisis regresi berganda seperti terlihat pada tabel 2. Dari hasil regresi tersebut terlihat bahwa model yang digunakan tidak dapat menjelaskan variasi return. Ini dapat dilihat dari nilai F-statistik yang tidak signifikan. Tidak signifikannya nilai F-statistik menunjukkan bahwa secara bersama-sama variabel independen tidak dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel dependennya. Dengan demikian dari model tersebut baik Beta, size lnME, maupun book-to-market BEME secara bersama-sama tidak dapat menjelaskan variasi return saham. Demikian pula jika dilihat pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen yang berupa return saham juga tidak ada yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap return. Ini bisa dilihat dari probabilitas nilai t hitung untuk setiap variabel independen yang nilainya tidak ada satupun yang signifikan pada level 0,01, level 0,05, maupun level 0,1. Tabel 2. Hasil Regresi Model Tiga Faktor Model 1 Variable Coefficient t-Statistic Prob. α 0.126475 1.028517 0.3041 BETA 0.007844 0.340941 0.7333 LNME -0.004673 -0.977466 0.3287 BEME 0.0000568 0.049639 0.9604 F-statistic 0.325579 0.806876 R-squared 0.001460 Adjusted R-squared -0.003024 Sumber: Data diolah Untuk memperbaiki model tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh Jensen dan Mercer 2002, peneliti memasukkan variabel kebijakan moneter sebagai moderating variable. Sehingga proses berikutnya adalah mengolah data dengan regresi model 2. Adapun hasil regresi dari model 2 ditunjukkan pada tabel 3. BENEFIT , Vol. 9, No. 2, Desember 2005 136