Tabel 1. Prosedur Pembentukan Portofolio Berdasarkan Triple-Sort
Pre-rangking beta Size ME
Book-to-market equity
Portofolio 1 Ranking 1
Portofolio 2 Ranking 1
Portofolio 3 Ranking 2
Portofolio 4 Portofolio 5
Ranking 1 Portofolio 6
Ranking 2 Portofolio 7
Ranking 2 Portofolio 8
Portofolio yang dibentuk berdasar- kan prosedur seperti yang diuraikan di
atas kemudian digunakan untuk pengujian CAPM dan model tiga faktor.
Menurut Blume 1971, 1975, seba- gaimana dikutip oleh Jensen dan Mercer
2002, proses pembentukan portofolio semacam itu memenuhi beberapa tujuan.
Pertama, membantu mengurangi masalah kesalahan variabel errors-in-variables problem
yang ada pada perusahaan-perusahaan individual. Kedua, triple-sort menciptakan
penyebaran dispersion pada setiap karakteristik portofolio yang akan diuji,
dengan mengontrol variasi karakteristik kedua dan ketiga ME dan BEME.
Ketiga, cara ini cenderung mengortogonal- kan tends to ortogonalize ketiga variabel
independen dan dengan demikian mengurangi efek multikolinieritas dalam
analisis regresi.
4. Model Penelitian dan Pengujian Hipotesis
Peneliti menggunakan model seperti yang dilakukan oleh Jensen dan Mercer
2002 seperti di bawah ini:
Model 1:
+ +
+ =
2 1
pt pt
pt
ME Ln
R
γ β
γ α
pt pt
ME BE
ε γ
+
3
dimana : R
pt
= rata-rata return portofolio β
pt
= adalah beta portofolio. ME = size yang merupakan perkalian
antara harga per lembar saham dengan jumlah saham yang
beredar.
BEME = adalah book-to-market equity
Model 2:
+ +
+ =
1 1
pt t
pt pt
D R
β λ
β γ
α
+ +
ln ln
2 2
pt t
pt
ME D
ME
λ γ
+ +
3 3
pt t
pt
ME BE
D ME
BE
λ γ
it t
D
ε α
+
dimana D
t
adalah variabel dummy dari kebijkan moneter, sedangkan notasi yang
lain sama dengan model 1. Untuk menguji pengaruh kebijakan
moneter terhadap hubungan antara model tiga faktor dengan return dilakukan dengan
Pengaruh Kebijakan Moneter … Imronudin : 129 – 139
X
135
dua cara. Pertama dilakukan regresi dengan model 1, dengan data yang dipisah antara
kondisi restriktif dan kondisi ekspansif. Kedua, dilakukan regresi dengan model 2,
dengan memasukkan variabel kebijakan moneter sebagai variabel interaksi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk melihat pengaruh beta, size, dan book-to-market terhadap return saham
dilakukan perhitungan regresi dengan model 1. Hasil analisis regresi berganda
seperti terlihat pada tabel 2.
Dari hasil regresi tersebut terlihat bahwa model yang digunakan tidak dapat
menjelaskan variasi return. Ini dapat dilihat dari nilai F-statistik yang tidak signifikan.
Tidak signifikannya nilai F-statistik menunjukkan bahwa secara bersama-sama
variabel independen tidak dapat mempengaruhi secara signifikan terhadap
variabel dependennya. Dengan demikian dari model tersebut baik Beta, size lnME,
maupun book-to-market BEME secara bersama-sama tidak dapat menjelaskan
variasi return saham. Demikian pula jika dilihat pengaruh masing-masing variabel
independen secara individual terhadap variabel dependen yang berupa return
saham juga tidak ada yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap return. Ini
bisa dilihat dari probabilitas nilai t hitung untuk setiap variabel independen yang
nilainya tidak ada satupun yang signifikan pada level 0,01, level 0,05, maupun level
0,1.
Tabel 2. Hasil Regresi Model Tiga Faktor Model 1
Variable Coefficient t-Statistic Prob.
α 0.126475 1.028517
0.3041 BETA 0.007844
0.340941 0.7333
LNME -0.004673 -0.977466
0.3287 BEME 0.0000568
0.049639 0.9604
F-statistic 0.325579 0.806876 R-squared 0.001460
Adjusted R-squared -0.003024
Sumber: Data diolah
Untuk memperbaiki model tersebut, sebagaimana yang dilakukan oleh Jensen
dan Mercer 2002, peneliti memasukkan variabel kebijakan moneter sebagai
moderating variable. Sehingga proses berikutnya adalah mengolah data dengan
regresi model 2. Adapun hasil regresi dari model 2 ditunjukkan pada tabel 3.
BENEFIT
, Vol. 9, No. 2, Desember 2005 136