pengolahan serta daerah hilir dari pengolahan dimana limpasan air banjir dapat mencapai
daerah tersebut. Analisis laboratorium contoh tanah meliputi kandungan unsur Cu, Pb, Zn, As,
Cd, dan Hg 2.1.3. Contoh Tailing
Tailing atau ampas dari pengolahan bijih emas diambil pada bak penampung tailing dekat
instalasi tromol. Contoh tailing masing-masing ± 100 gram berat kering. Analisis laboratorium
contoh tailing meliputi kandungan unsur Cu, Pb, Zn, As, Cd, Hg, Ag dan Au.
2.1.4. Contoh Batuan
Contoh batuan merupakan bijih emas yang ditambang, diambil seberat minimal 100 gr
kering. Batuan yang diambil diharapkan akan memberikan gambaran tentang kandungan
mineralisasi logam. Analisis laboratorium contoh batuan meliputi kandungan unsur Cu,
Pb, Zn, As, Cd, Hg, Ag dan Au. 2.1. 5. Contoh Air
Contoh air 400-500 ml diambil dari sungai baik di daerah hulu maupun di bagian
hilir, serta di sekitar tempat pengolahan emas. Contoh air dimasukkan ke dalam botol dan
ditetesi asam nitrat 2N untuk mengikat air raksa. Analisis laboratorium contoh air meliputi
kandungan unsur Cu, Pb, Zn, As, Cd, dan Hg.
2.2. Analisis Laboratorium
Preparasi contoh endapan sungai, tanah dan tailing tanpa pengeringan langsung di bawah
sinar matahari dan tanpa menggunakan oven, akan tetapi dengan diangin-anginkan, untuk
menghindari menguapnya air raksa.
Semua contoh geokimia dianalisis dengan AAS di Laboratorium Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral Bandung. Kandungan logam contoh endapan sungai aktif dan tanah
dianalisis secara parsial sedangkan batuan dan tailing secara total.
3.
PERTAMBANGAN DAN SEBARAN UNSUR MERKURI
3.1. Pertambangan 3.1.1. Lingkungan Pertambangan
Wilayah pertambangan Gunung Pani dan sekitarnya berada pada Kawasan Cagar Alam
Panua, yang merupakan perlindungan burung maleo panua. Kondisi di lapangan, kawasan
bagian timur perbukitan Gunung Pani berupa hutan lebat, bagian barat sebagian tertutup
hutan, perladangan dan sebagian berupa pemukiman.
Di daerah perbukitan Gunung Pani dan sekitarnya banyak dijumpai lokasi kegiatan
penambangan emas. Penambangan dengan dua sistim, yaitu tambang dalam dan tambang
permukaan. Tambang dalam dengan mangambil urat-urat kuarsa mengandung emas, tambang
permukaan dengan sistem semprot dan penambangan pada aliran sungai dengan cara
mengalirkan aliran air melewati sluice box untuk menangkap emas yang hanyut.
Pengolahan emas dilakukan dengan dua cara, yaitu menggunakan tromol dan dengan
pendulangan. Penggunaan tromol untuk mengolah endapan emas primer maupun
sekunder, sedangkan pendulangan untuk mengolah endapan emas aluvial. Kedua cara
pengolahan tersebut menggunakan proses amalgamasi, yaitu memakai merkuri sebagai
media untuk menangkap emas.
3.1.2. Geologi dan Bahan Galian
Wilayah pertambangan Gunung Pani dan sekitarnya merupakan daerah perbukitan dengan
struktur geologi berupa kubah. Aliran sungai umumnya berhulu di sekitar puncak Gunung
Pani, Ilota, Baginite dan Kolokoa. Pola aliran berbentuk radier, dengan arah aliran seluruhnya
bermuara dan mengumpul di Sungai Marisa yang mengalir melewati tengah Kota Marisa,
Ibukota Kabupaten Pohuwato.
Daerah kegiatan, secara umum disusun oleh empat formasi batuan yaitu Formasi Tinombo,
granodiorit Bumbulan, Batuan Gunung Api Pani dan Batuan Breksi Wobudu.
Bahan galian berupa endapan emas yang ada di wilayah pertambangan Gunung Pani
terdiri dari dua tipe, yaitu endapan emas primer dan endapan emas sekunder. Endapan emas
primer antara lain menempati daerah puncak Gunung Pani, Ilota, Baginite, Dam, Kolokoa,
berupa endapan emas epitermal tersebar, dan sebagian berupa urat-urat kuarsa halus. Endapan
emas sekunder berupa tanah lapukan residual soil dari endapan emas primer, endapan emas
koluvial pada lereng-lereng puncak bukit dan pada kaki tebing, serta endapan aluvial yang
berada pada sepanjang lembah sungai yang berhulu di sekitar Puncak Gunung Pani menerus
ke arah hilir sampai Sungai Taluduyunu, Batudulanga dan Sungai Marisa Gambar 1, 2
dan 3. 3.1.3. Usaha Pertambangan Emas
Kegiatan penambangan emas di daerah Gunung Pani, dan sekitarnya Kecamatan
Marisa, Kabupaten Pohuwato berlangsung intensif sejak awal tahun sembilan puluhan
dengan kedatangan para penambang tradisionil
Hasil Kegiatan Subdit Konservasi TA. 2005
15 - 3
dari Daerah Minahasa. Puncak kegiatan penambangan berlangsung pada kurun waktu
menjelang akhir tahun sembilan puluhan, dimana ribuan penambang beroperasi di sekitar
puncak perbukitan Gunung Pani.
Keterdapatan sebaran endapan emas, mulai dari daerah puncak-puncak bukit sebagai
endapan primer, menerus ke arah lereng-lereng tebing perbukitan dan lembah aliran sungai
sebagai endapan emas sekunder aluvial, menyebabkan kegiatan penambangan relatif
meluas, mengikuti sebaran endapan emas
tersebut. Dua tipe endapan emas, yaitu tipe urat dan
tersebar diseminated, maka sistim penambangan yang dilakukan juga dua macam,
yaitu tambang dalam dan permukaan. Begitu juga pengolahan yang dilakukan dengan
menggunakan tromol dan pendulangan. Kedua cara pengolahan tersebut menggunakan proses
amalgamasi, yaitu menggunakan merkuri sebagai media untuk menangkap emas.
Pembakaran amalgam untuk menghasilkan bulion emas dilakukan di dekat instalasi tromol,
sedangkan pengolahan menggunakan sistim pendulangan tidak terdapat tempat pembakaran
khusus, umumnya amalgam yang dihasilkan dibawa ke kampung untuk dibakar.
3.2. Penyebaran Unsur Hg, Cu, Pb, Zn, As,