Kajian Pustaka Jurnal Peningkatan Sikap Demokratis Siswa Melalui Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran Pkn | Makalah Dan Jurnal Gratis

Peningkatan Sikap Demokratis Siswa Melalui Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran PKn 156 156 156 156 156 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012 terhadap sesama teman, diperkuat oleh hasil bidang studi PKn yang rendah pada semester I dengan rerata 6,2. Berdasarkan uraian di atas bahwa salah satu faktor yang penting yang diduga menyebabkan rendahnya sikap demokratis dalam pelajaran PKn adalah karena masih ditemui guru yang menggu- nakan metode yang tidak bervariasi. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan untuk meningkatkan sikap demokratis dalam pelajaran PKn melalui metode bermain peran pada siswa kelas II MI Al Muhajirien Jakapermai, maka perlu penelitian untuk menganalisis lebih dalam dan konfrehensif.

II. Kajian Pustaka

Pengertian Sikap Demokratis Calhoum Acocella dalam Alex Sobur 2003:359 mengemukakan “An anttitude is a cluster of ingrained beliefs and feelings about a certain object and a presisposition to act toward that object in a certain way”. Zanna Rempel 2009:82 dalam bukunya Psikologi Sosial Tim Fakultas Psikologi UI mendefinisikan sikap “A fa- vorable or unfavorable evaluative reaction toward something or someone exhibited in one’s belief, feelings or intended behavior” Sedangkan menurut Eagly dan Chaiken 2009:82 menyatakan “Attitude is a psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of favor or disfavor”. Seorang ahli psikologi W.J. Thomas berpen- dapat bahwa sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial. Pada tiap sikap mempunyai 3 aspek sebagai berikut: 1 Aspek kognitif: yaitu terkait dengan pikiran berupa pengolahan, pengalaman, dan keyakinan tentang objek 2 Aspek afektif:berwujud perasaan-perasaan tertentu yang ditujukan kepada objek-objek tertentu. 3 Aspek konatif: adalah kecendrungan untuk berbuat sesuatu objek. Demokrasi adalah keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahnya, kedaulatan di tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat. Juan Linz yang dikutip oleh Hyronimus Rowa 1996:83 mendefinisikan demokrasi sebagai berikut : “We shall call a political system democratic when it allows the free formulation of political pref- erences, through the use of basic freedoms of association, information, and communication, for the purpose of free competition between leaders to validate at regular intervals by non violent means their claim to rule; a democratic system does this without excluding any effective political office from that competition or probibiting any members of the political community from expressing their pref- erence by norms requiring the use of force to en- force them”. H.A.R. Tilaar 1999:180 menjelaskan Pe- ngembangkan sikap demokratis bukan hanya membentuk jati diri individu yang bhineka, tetapi didukung juga oleh sistem yang mengembangkan sikap demokratis tersebut. Sistem pendidikan harus konfrehensif yang tercermin dalam proses belajar mengajar dengan mengembangkan sikap saling menghargai karena berbeda pendapat, kreatif dan bebas bertanggung jawab. Seperti sebuah negara, sekolah juga merupa- kan suatu organisasi, layaknya masyarakat mini yang memiliki pejabat, warga dan peraturan. Sekolah merupakan sebuah organisasi, yakni unit sosial yang sengaja dibentuk oleh beberapa orang yang satu sama lain berkoordinasi dalam melak- sanakan tujuannya untuk mencapai tujuan ber- sama. Tujuannya yaitu mendidik anak-anak dan mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara psikologis, biologis, maupun sosial. Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap demokratis adalah ekspresi dari nilai-nilai kreativitas, kesanggupan mengeluarkan penda- pat, menghargai pendapat orang lain, dan melak- sanakan hasil keputusan bersama dengan tang- gung jawab sehingga melakukan tindakan prilaku yg diinginkan meliputi kompenen kognitif, afektif, dan konatif. Pengertian Mata Pelajaran PKn Menurut Zamroni 2010:7 Pendidikan Titin Sunaryati Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012 | 157 157 157 157 157 kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi untuk bertujuan mempersiapkan warga masyara- kat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada gene- rasi baru tentang kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat. Dalam pandangan lainnya tentang pendidikan kewarganegaraan dalam lembaga pendidikan seperti yang dinyatakan dalam kurikulum KTSP bahwa mata Pelajaran Pendidikan Kewarga- negaraan merupakan mata pelajaran yang mem- fokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Dari uraian di muka dapat disimpulkan bahwa Sikap Demokratis Siswa dalam Pembelajaran PKn adalah ekspresi dari nilai-nilai kreativitas, kesanggupan mengeluarkan pendapat, meng- hargai pendapat orang lain, dan melaksanakan hasil keputusan bersama dengan tanggung jawab sehingga melakukan tindakan prilaku yg diingikan meliputi kompenen kognitif, afektif, dan konatif, untuk pembentukan jati diri, watak peserta didik menjadi warga negara yang baik, dengan indika- tor; Aspek kognitif 1 keyakinan tentang gagasan atau ide, 2 Keyakinan tentang kesanggupan mengeluarkan pendapat, 3 Keyakinan tentang menghargai pendapat orang lain, 4 keyakinan tentang melaksanakan hasil keputusan bersama dengan tanggung jawab. Aspek afektif; 1 Pera- saan suka tidak suka tentang gagasan atau ide, 2 Perasaan suka tidak suka tentang kesang- gupan mengeluarkan pendapat, 3 Perasaan suka tidak suka tentang menghargai pendapat orang lain, 4 Perasaan suka tidak suka tentang melaksanakan hasil keputusan bersama dengan tanggung jawab. Aspek konatif 1 Perbuatan yang dapat diamati tentang gagasan atau ide, 2 Perbuatan yang dapat diamati tentang kesang- gupan mengeluarkan pendapat, 3 Perbuatan yang dapat diamati tentang menghargai pendapat orang lain, 4 Perbuatan yang dapat diamati tentang melaksanakan hasil keputusan bersama dengan tanggung jawab. Pengertian Metode Bermain Peran Menurut Smaldino dalam Benny A. Pribadi, bahwa metode pembelajaran merupakan proses atau prosedur yang digunakan oleh guru atau instruktur untuk mencapai tujuan atau kompetensi. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran atau melakukan internalisasi terhadap isi atau materi pembelajaran. Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun 2009:290 mengungkapkan, metode bermain peran yaitu : In role playing, students explore human rela- tions problems by enacting problem situations and then discussing the enactments. Together, stu- dents can explore feelings, attitudes, values, and problem solving strategies. Senada dengan pendapat Linda Campbell 2005:81, bermain peran memberikan kepada guru dan siswa kebebasan dalam mengkreasikan permainan dari topik pelajaran yang mementing- kan proses dari permainan daripada hasilnya. Wilbert J. McKeachie dkk 1994:167 mendefinisi- kan Role playing is the setting up of more or less unstructured situations in which students’ behav- iors are improvised to fit in with their conceptions of roles to which they have been assigned.” Metode bermain peran merujuk kepada dimensi pribadi dan dimensi sosial. Dimensi pri- badi bertujuan untuk membantu siswa menemu- kan jati diri dari belajar di lingkungan sekelilingnya. Sedangkan dilihat dari dimensi sosial, bermain peran memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi-situasi sosial terutama hubungan antarpribadi mereka. Salah satu keuntungan dari bermain peran adalah mengajarkan informasi dan juga mengembang- kan interpersonal, intra personal serta kecakapan memecahkan masalah. Menurut Fannie Shaftel dan George Shaftel dalam Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun 2009:294 mengilustrasikan 9 tahapan bermain peran yaitu : 1. Warm Up the Group: Identily or introduce problem, make problem explicit. 2. Interpret problem story, explore issues, ex- plain role playing. Peningkatan Sikap Demokratis Siswa Melalui Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran PKn 158 158 158 158 158 | Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012 3. Select Participants : Analyze roles, select role players. 4. Set the Stage : Set line of action, restate roles, get Inside ploblem situation. 5. Prepare the Observers : Decide what to look for, assign Observation tasks. 6. Enact : Begin role play, maintain role play, break role play. 7. Discuss and Evaluate : Review action of role play, events, positions, realism, discuss major focus,develop next enactment. 8. Reenact : Play revised roles; suggest next, step or behavioral alternatives. 9. Discuss and Evaluate : As in phase six 10. Share Experiences and Generalize : Relate problem situation to realexperience and cur- rent problems, explore general principles of behavior. Dengan demikian yang dimaksud metode bermain peran adalah cara belajar dengan meng- eksplorasi kemampuan siswa dalam memeran- kan suatu peranan yang diciptakan situasi tertentu tentang masalah-masalah sosial, yang pada prosesnya siswa akan merasakan, menempatkan dirinya kepada orang lain sehingga siswa dapat mengetahui watak dan merasakan perasaan or- ang lain melalui proses pemanasan, pemilihan pemainan, penataan panggung, penunjukkan beberapa siswa sebagai pengamat, pelaksanaan permainan peran, pelaksaan diskusi dan evaluasi pelaksanaan bermain peran oleh guru dan siswa, permainan ulang bermain peran, pembahasan diskusi dan evaluasi yang lebih diarahkan pada realitas, dengan berbagi pengalaman serta pengambilan kesimpulan tentang pelaksanaan bermain peran. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Al Muhajirien Bekasi . Dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 Tahun Pelajaran 2011- 2012.

III. Metode Penelitian