43 4.
Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Lokasi kegiatan Mitigasi dan Adaptasi
perubahan Iklim dilaksanakan di 12 Provinsi rawan kekeringan, yaitu Banten,
Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sulbar, Sulteng, Sulut dan
Gorontalo.
5. Pengembangan Model Perkebunan Rendah
Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat
Lokasi kegiatan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada
Perkebunan Kopi Rakyat dilaksanakan di 10 Provinsi rawan kekeringan, yaitu Jawa
Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sulbar, Sultra, Sulteng dan Sulut.
Lokasi dan Volume masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan untuk
jenis dan volume masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 2.
D. Simpul Kritis
1. Fasilitasi
Pemantauan Kebakaran,
Dampak Perubahan Iklim dan bencana Alam
a. Terbatasnya dana, sarana, dan
prasarana serta SDM di tingkat provinsi dan kabupaten berakibat
kurang lancarnya
aktivitas
44 kegiatan,
terutama pada
penyampaian data dan informasi pemantauan dampak perubahan
Iklim kebakaran, kekeringan dan banjir dari kabupaten ke provinsi
dan
dari provinsi
ke pusat.
Diharapkan Pemerintah
daerah setempat
melakukan pendampingan kegiatan melalui
dana anggaran APBD, sehingga pelaksanaan fasilitasi antisipasi
dampak
perubahan iklim
kebakaran, kekeringan dan banjir lebih optimal.
b. Di
beberapa kabupaten
dan provinsi
belum didukung
oleh perangkat
teknologi yang
memadai, sehingga
informasi mengenai dampak perubahan iklim
sering mengalami keterlambatan. Diharapkan
Pemerintah Daerah
dapat melengkapi
perangkat teknologi yang memadai untuk
mengakses informasi
dampak perubahan iklim.
2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka
Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun.
a. Pelaksanaan
sosialisasi sering
mengalami keterlambatan, hal ini
45 dikarenakan kurangnya koordinasi
antara Dinas yang membidangi perkebunan
provinsi dan
kabupatenkota dalam penentuan kelompok tanilokasi, untuk itu
perlu kerjasama koordinasi yang lebih intensif.
b. Penetapan calon kelompok tani
yang dipilih tidak tepat, sehingga pelaksanaan
kurang efektif,
sehingga diharapkan
dalam penentuan kelompok dan lokasi
sesuai dengan tujuan kegiatan. c.
Penjajagan kepada PBSPBN yang ada disekitar KTPA dalam rangka
pemberdayaan kepada
KTPA, sehingga
diharapkan Dinas
Perkebunan agar menjajagi ke PBSPBN
agar memberdayakan
KTPA yang teah ada.
3. Pertemuan
Koordinasi Pencegahan
Kebakaran dan Dampak Perubahan Iklim a.
Waktu pelaksanaan pertemuan koordinasi dilakukan setelah musim
kemarau, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai. Waktu
pertemuan
koordinasi agar
dilaksanakan ketika
awal musim
kemarau setelah
pelaksanaan pertemuan koordinasi di tingkat pusat.
46 b.
Peserta pertemuan bukan pejabat yang menangani pencegahan dan
pengendalian kebakaran lahan dan kebun dan dampak perubahan iklim
sehingga
tidak didapatkan
kesepakatan bersama dalam upaya pencegahan
dan pengendalian
kebakaran lahan dan kebun. Untuk itu perlu dipertegas dalam undangan
bahwa peserta pertemuan adalah pejabat
yang berhak
membuat kesepakatan bersama antar stake
holder dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan
kebun.
4. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim