Pedoman Teknis Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

(1)

DUKUNGAN PERLINDUNGAN

PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

PEDOMAN TEKNIS

ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

TAHUN 2014


(2)

KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim di daerah tahun 2014 disusun dalam rangka memberikan acuan dan arahan pelaksanaannya kepada Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi dan Kabupaten/Kota, dalam melaksanakan sub kegiatan Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam, Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun, Pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Dampak Perubahan Iklim, Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, dan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat.

Pedoman Teknis memuat rambu-rambu setiap kegiatan, antara lain latar belakang, sasaran nasional, tujuan, prinsip pendekatan pelaksanaan kegiatan, spesifikasi teknis, ruang lingkup, pelaksana, lokasi, jenis dan volume, simpul kritis, mekanisme pengadaan bahan dan alat, pengawalan dan pendampingan, monitoring, evaluasi dan pelaporan, serta pembiayaan. Pedoman Teknis ini menjadi acuan Dinas yang membidangi Perkebunan di Provinsi/ Kabupaten/Kota dalam menyusun petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis yang lebih spesifik berdasarkan kondisi daerah setempat.


(3)

Semoga Pedoman Teknis ini dapat memberi manfaat bagi pelaksanaan kegiatan di daerah sesuai dengan target dan sasaran yang direncanakan.

Jakarta, Desember 2013 Direktur Jenderal

Ir. Gamal Nasir, MS. Nip.19560728 198603 1 001


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... iv

I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Sasaran Nasional... 2

C. Tujuan... 3

II PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN... 4

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan... 4

B. Spesifikasi Teknis... 12

III PELAKSANAAN KEGIATAN... 34

A. Ruang Lingkup... 34

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan... 39 C. Lokasi, Jenis dan Volume... 42

D. Simpul Kritis... 43

IV PROSES PENGADAAN BARANG... 48

V PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN... 49 A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan ... 49 B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan... 50 VI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN... 51


(5)

B. Evaluasi... 51

C. Pelaporan... 51

VII PEMBIAYAAN... 54

VIII PENUTUP... 55


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Lokasi dan Volume kegiatan Antisipasi DampakPerubahan Iklim... 57 2. Jenis dan Volume KegiatanAntisipasi

DampakPerubahaniklim... 60 3. Jenis dan Volume Komponen Kegiatan

AntisipasiDampak PerubahanIklim... 63

4. Out Line Laporan

Akhir... 73 5. Spesifikasi Rumah Kompos Pada

Kegiatan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada

Perkebunan Kopi

Rakyat... 74 6. Form Laporan Perkembangan Realisasi

Fisik Dan Keuangan Kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim... 77


(7)

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Luas areal perkebunan Indonesia sampai dengan tahun 2012 sekitar 21,5 juta Ha, 70% (cek data!) merupakan perkebunan rakyat dengan produktivitas baru mencapai 58% dari potensi. Rendahnya produktivitas antara lain disebabkan oleh penggunaan benih unggul masih sekitar 40% (cek data!), penerapan GAP ditingkat petani masih rendah dan adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat mengakibatkan terjadinya kehilangan hasil dan penurunan kualitas produk.

Kehilangan hasil dan penurunan kualitas produk juga dapat disebabkan oleh faktor dampak perubahan iklim seperti banjir, kekeringan dan kebakaran lahan. Luas areal perkebunan dan lahan masyarakat yang mengalami kebakaran pada tahun 2012 seluas 7.376,25 ha. Sedangkan luas areal perkebunan yang rusak akibat bencana banjir seluas 21 ha, puting beliung seluas 523,9 ha dan curah hujan tinggi 4.221 ha.

Dampak perubahan iklim yang ditandai dengan terjadinya fenomena iklim ekstrim (kekeringan dan curah hujan


(8)

tinggi) menyebabkan perubahan pada proses fisiologis tanaman antara lain seperti pada tebu dapat menurunkan rendemen gula, pada kelapa sawit dapat menurunkan produktivitas, dan pada karet dapat menurunkan produksi latex. Untuk meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh perubahan iklim maka perlu dilakukan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, serta dukungan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut di atas, maka pada tahun 2014 Direktorat Perlindungan Perkebunan melaksanakan kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim.

B.Sasaran Nasional

Salah satu sasaran dalam pembangunan perkebunan yang ingin dicapai pada kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim adalah memfasilitasi pencegahan kebakaran dan penanganan dampak perubahan iklim di 21 provinsi dan kekeringan dalam rangka memberikan kontribusi penurunan hotspot sebesar 10% pertahun dan pengurangan risiko kekeringan dan mendukung peningkatan


(9)

produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan berkelanjutan.

C.Tujuan

Tujuan kegiatan adalah:

1. Mengantisipasi dampak perubahan iklim secara dini melalui kegiatan pemantauan dampak perubahan iklim. 2. Membangun kesamaan persepsi dalam

mengantisipasi penanganan kebakaran lahan dan kebun melalui kegiatan pertemuan koordinasi antar instansi terkait)

3. Menyediakan model adaptasi kekeringan pada tanaman perkebunan melalui demplot adaptasi kekeringan pada sub sektor perkebunan di 12 provinsi.

4. Melaksanakan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat di 10 Provinsi yang rawan kekeringan.


(10)

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

1. Pendekatan Umum

Prinsip pendekatan umum meliputi hal yang bersifat administratif dan manajemen kegiatan.

1.1 SK Tim Pelaksana Kegiatan

a. Penetapan SK Tim Pelaksana Kegiatan oleh Kepala Dinas/KPA paling lambat 1(satu) minggu setelah diterimanya penetapan Satker dari Menteri Pertanian. b. Penanggung jawab dan pelaksana

kegiatan ditetapkan oleh Kepala Dinas Provinsi.

1.2 Rencana kerja

Rencana kerja pelaksanaan masing-masing kegiatan disusun paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya Pedoman Teknis dari Ditjen Perkebunan.

[

1.3 Juklak, Juknis

Penyelesaian Juklak/Juknis untuk kegiatan paling lambat 2 (dua)


(11)

minggu setelah diterimanya pedoman teknis dari Direktorat Jenderal Perkebunan.

1.4 Koordinasi dan Sosialisasi

Koordinasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan dengan Direktorat Jenderal Perkebunan melalui Direktorat Perlindungan

Perkebunan dan Dinas

Kabupaten/Kota dimana terdapat lokasi kegiatan dilaksanakan. Sedangkan sosialisasi dilaksanakan kepada petani calon lokasi kegiatan pengendalian/pihak terkait.

1.5 Pelelangan/pengadaan

Pelelangan/pengadaan dilaksanakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku dan kontrak diupayakan ditandatangani paling lambat bulan Maret 2014. Pengadaan sarana pendukung perlindungan tidak dapat digabungkan dengan pengadaan sarana produksi lainnya.

1.6 Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh satker pelaksana kegiatan


(12)

selama kegiatan berlangsung minimal 2 (dua) kali.

1.7 Laporan

a. Laporan perkembangan pelaksa-naan kegiatan disampaikan oleh penanggung jawab pelaksana kegiatan.

b. Laporan fisik dan keuangan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai form SIMONEV.

c. Laporan akhir kegiatan disam-paikan oleh satker pelaksana kegiatan ke pusat paling lambat 2 (dua) minggu setelah kegiatan selesai dan tidak melewati bulan Desember 2014.


(13)

2. Prinsip Pendekatan Teknis

2.1 Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim, dan Bencana Alam

Kegiatan dilaksanakan pada Provinsi sentra pengembangan tanaman perkebunan dengan kriteria sebagai berikut:

1) Provinsi rawan kebakaran dan bencana alam.

2) Provinsi yang memiliki lahan gambut dan sering terjadi kebakaran.

b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Rangka Pencegahan dan

Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

1) Kegiatan dilaksanakan pada Kabupaten/Kota sentra

pengembangan tanaman

perkebunan provinsi rawan kebakaran.

2) Sasaran pemberdayaan adalah melalui pendekatan kepada kelompok petani/pekebun yang berada pada lokasi rawan kebakaran.


(14)

3) Waktu pelaksanaan menjelang awal musim kemarau.

4) Sosialisasi dengan cara paparan, praktek lapangan/ simulasi dan diskusi.

c. Pertemuan Koordinasi Pencega-han Kebakaran dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim

1) Kegiatan dilaksanakan di Provinsi sentra pengembangan tanaman perkebunan pada daerah rawan kebakaran dan kekeringan.

2) Materi yang disampaikan

meliputi kebijakan

pencegahan kebakaran pada lahan dan kebun serta

penanganan dampak

perubahan iklim, penerapan teknologi PLTB, koordinasi penanganan kebakaran lahan dan kebun dan apel siaga kebakaran lahan dan kebun. 3) Peserta pertemuan adalah

pejabat dinas

kabupaten/kota, perusahaan Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS)/pengambil keputusan tentang kebakaran


(15)

lahan dan dampak perubahan iklim, pelaku usaha perkebu-nan, dan pihak terkait lainnya.

4) Waktu pelaksanaan kegiatan awal musim kemarau setelah pertemuan Koordinasi

Pence-gahan Kebakaran dan

Penanganan Dampak Peruba-han Iklim di pusat.

d. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

1) Lokasi demplot pada kelompok tani/pekebun di daerah sentra perkebunan rakyat yang rawan kekeringan dan atau lahan kritis.

2) Calon petani peserta tergabung dalam kelompok tani yang aktif.

3) Sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim dilaksanakan di lokasi demplot yang dihadiri oleh seluruh petani peserta

kegiatan, Direktorat

Perlindungan Perkebunan, dinas/ instansi terkait.

4) Sosialisasi dilakukan setelah penetapan CP/CL.


(16)

5) Waktu penanaman kegiatan demplot dimulai pada akhir musim hujan (disesuaikan dengan kondisi iklim setempat). Jenis komoditas yang ditanam adalah Kopi, Kakao, Jambu Mete atau Karet dengan kriteria tahan kekeringan.

e. Pengembangan Model Perkebu-nan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat

1) Lokasi Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon dilaksanakan pada sentra perkebunan kopi rakyat.

2) Pelaksanaan kegiatan dengan pendekatan kelompok.

3) Calon petani peserta tergabung dalam kelompok tani yang aktif.

4) Sosialisasi dilakukan setelah penetapan CP/CL.

5) Sosialisasi pengembangan model perkebunan rendah

emisi karbon pada


(17)

dilaksanakan di lokasi demplot yang dihadiri oleh seluruh petani peserta

kegiatan, Direktorat

Perlindungan Perkebunan, dinas instansi terkait

3. Tindak Lanjut

Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah pelaksanaan kegiatan adalah:

3.1. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

a. Dinas provinsi/kabupaten/kota melakukan sosialisasi pencegahan kebakaran dan dampak perubahan iklim di tingkat kelompok tani. b.Dinas provinsi/kabupaten/ kota

mengalokasikan dana APBD untuk operasionalisasi kegiatan pencegahan kebakaran dan dampak perubahan iklim.

c. Dinas provinsi/kabupaten/kota melakukan pembinaan dan inventarisasi tentang kesiapan prasarana, sarana dan sistem pengendalian kebakaran pada perusahaan perkebunan.

d. Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) diharapkan dapat meningkatkan pemahaman, pengetahuan dan


(18)

kesiapsiagaan dalam mengendali-kan kebakaran secara dini.

e. Kelompok tani pelaksana demplot mitigasi dan adaptasi serta pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada

perkebunan kopi rakyat

diharapkan dapat menerapkan dan menyebarluaskan teknologi kepada petani di sekitarnya. f. Dinas Kabupaten/kota diharapkan

memfasilitasi pembinaan/ pendampingan pada petani alumni demplot mitigasi dan adaptasi serta pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat secara berkelanjutan agar teknologi mitigasi dan adaptasi dapat diadopsi dengan baik.

B. Spesifikasi Teknis 1. Kriteria

1.1. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim serta Bencana Alam

1) Kegiatan dilaksanakan di provinsi dengan rekaman hot


(19)

spot tahun 2013 minimal 100 titik.

2) Provinsi yang mempunyai lahan gambut yang sering terjadi kebakaran.

b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Rangka Pencegahan dan

Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

1) Kelompok petani/pekebun yang berada pada lokasi rawan kebakaran.

2) Berdasarkan survey CP/CL merupakan kelompok tani yang memiliki potensi dan resiko melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar. 3) Kegiatan dilaksanakan pada Kabupaten/Kota sentra

pengembangan tanaman

perkebunan provinsi rawan kebakaran.

4) Spesifikasi alat pembukaan lahan tanpa bakar dan

simulasi pencegahan

kebakaran seperti pada tabel dibawah ini.


(20)

Tabel 1. Spesifikasi alat pengendalian kebakaran lahan dan kebun

No Jenis Alat Spesifikasi Teknis

1. Kepyok (pemukul api)

Pemukul,kawat ram 1,25 cm. Tangkai rotan manau,P190 cm.

2. Garu api/Garu tajam

Plat baja siku 30 cm,mata garu P 15 cm,kisi 5 cm, tangkai rotan P 120 cm.

3. Cangkul garu /Garu cangkul

Plat besi baja,P 23 L 20 cm. Tangkai rotan P100 cm.

4. Sekop api Plat baja, mata kiri dan kanan, tangkai kayu

5. Penyemprot (JUPA) punggung Gendong

Pompa kuningan,P15 cm Daya semprot 10 m, jeregen gendong 20 ltr

6. Slang semprot Ø1,5”Mach ino copling Bahan Kain nylon,karet,kuningan Ø1,5”,P: 20m/rol 7. Mesin

pompa

c. Pertemuan Koordinasi Pencega-han Kebakaran dan DPI

Pertemuan dilaksanakan di Provinsi rawan kebakaran dengan kriteria sebagai berikut:


(21)

1) Provinsi dengan rekaman hot spot tahun 2013 minimal 100 titik;

2) Provinsi yang memiliki lahan gambut;

3) Pertemuan dilaksanakan dalam bentuk apel siaga dengan mengundang BPBD, Dinas Pemadam Kebakaran, Manggala Agni dan regu pemadam kebakaran di Perusahaan perkebunan yang ada diwilayahnya.

4) Materi disampaikan dalam bentuk instruksi kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kebakaran lahan dan kebun d. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan

Iklim

1) Kriteria daerah rawan kekeringan

- Daerah dengan bulan kering selama setahun minimal empat bulan kering. Bulan kering dengan hujan bulanan kurang dari 60 mm (buku kesesuaian lahan-Schmidt-Ferguson).


(22)

2) Demplot adaptasi kekeringan untuk tanaman kopi, kakao jambu mete, kelapa atau karet sebanyak 1 unit dengan luasan 1 ha .

3) Kriteria tanaman kopi, kakao, jambu mete, kelapa dan karet toleran kekeringan pada tabel di bawah ini. Tabel 2. Kriteria Kopi tahan kekeringan/OPT

No Kriteria Standar Mutu

1. Jenis bahan tanaman

Benih kopi Arabika siap tanam yang berasal dari sumber benih yang telah ditetapkan

2. Varietas bina Arabika: kopyol, Sigarar- utang, Gayo 1, Gayo 2

3. Umur 3 – 4 bulan 4. Tinggi

tanaman

15-20 cm

5. Jumlah daun Minimum 3 pasang

6. Daun kepel Tidak ada daun kepel pada batang 7. Warna batang Hijau kecoklatan

8. Akar tunggang 1 (satu) helai atau lebih 9. Diameter

batang

3.0 – 5.0 mm 10. Kesehatan Bebas OPT 11. Ukuran

polybag


(23)

12. Sertifikasi Bersertifikat dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) /UPTD yang menangani pengawasan mutu benih di provinsi

Sumber: Pedum Intensifikasi, Perluasan dan Peremajaan Kopi Tahun 2013

Tabel 3. Kriteria Kakao tahan kekeringan/OPT

No Kriteria Standar Mutu

1. Jenis bahan tanaman

Benih kakao siap tanam (sambung pucuk) yang berasal dari sumber benih yang telah ditetapkan 2. Klon bina Klon Sulawesi 1, Sulawesi 2, ICCRI

03 dan ICCRI 04 serta Scavina 6 3. Umur 2 – 4 bulan

4. Tinggi tanaman

20 cm

5. Jumlah daun Minimum 8 lembar 8. Warna daun Hijau segar

9. Kesehatan Bebas OPT

10. Sertifikasi Bersertifikat dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) /UPTD yang menangani pengawasan mutu benih di provinsi

Sumber: Pedoman teknis perluasan tanaman kakao tahun 2013.


(24)

Tabel 4. Kriteria Jambu Mete tahan kekeringan/OPT

No Kriteria Standar Mutu

1. Jenis bahan tanaman

Benih siap tanam Jambu Mete (sambung pucuk) yang berasal dari sumber benih yang telah ditetapkan

2. Varietas bina Flotim, Meteor YK dan Ende 3. Umur 3 – 6 bulan

4. Kesehatan Bebas OPT 5. Tinggi Batang 45-50 cm

6. Sertifikasi Bersertifikat dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi

Tanaman Perkebunan

(BBP2TP) /UPTD yang

menangani pengawasan mutu benih

Sumber: Pedoman teknis perluasan tanaman jambu mete tahun 2013

Tabel 5. Kriteria Karet tahan kekeringan/OPT

No Kriteria Standar Mutu

1. Jenis bahan tanaman

Benih siap tanam karet (sambung entres) yang berasal dari sumber benih yang telah ditetapkan

2. Klon bina GT1, PB 260, IRR42, RRIM 600

4. Umur 3-4 bulan

5. Tinggi tanaman

Payung 2 (45-50) 6. Jumlah daun Payung 2


(25)

7. Warna daun Hijau 8. Kesehatan Bebas OPT

9. Perakaran Akar Tunggal dan akar Lateral yang baik

10. Sertifikasi Bersertifikat dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) /UPTD yang menangani pengawasan mutu benih di provinsi

Sumber: Pedoman teknis perluasan tanaman karet tahun 2013

Tabel 6. Kriteria Kelapa Tahan Kekeringan/OPT

No Kriteria Standar Mutu

1. Jenis bahan tanaman

Benih siap tanam kepala dalam, yang berasal dari sumber benih yang telah ditetapkan

2. Klon/varietas bina

Kelapa dalam Adonara 4. Umur 6-9 Bulan

5. Tinggi tanaman

100 cm

6. Jumlah daun Minimal 6 lembar 7. Warna daun Sesuai varietas 8. Kesehatan Bebas OPT

9. Sertifikasi Bersertifikat dari Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBP2TP) /UPTD yang menangani pengawasan mutu benih di provinsi

Sumber: Pedoman teknis perluasan tanaman kelapa tahun 2013


(26)

e. Pengembangan Model Perke-bunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat

1) Kegiatan dilaksanakan di provinsi sentra pengembangan tanaman kopi.

2) Dimensi rorak yang disarankan adalah: kedalaman 60 cm, lebar 50 cm, dan panjang berkisar antara 50-200 cm. Panjang rorak dibuat sejajar kontur atau memotong lereng. Jarak ke samping antara satu rorak dengan rorak lainnya berkisar 100-150

cm, sedangkan jarak

horizontal 20 m pada lereng yang landai dan agak miring sampai 10 m pada lereng yang lebih curam. Dimensi rorak yang akan dipilih disesuaikan dengan kapasitas air atau sedimen dan bahan-bahan terangkut lainnya yang akan ditampung.

3) Ternak kambing yang dimanfaatkan adalah jenis bibit kambing lokal mudah beradaptasi, mudah berkem-bang, mudah dipelihara dan terjamin pemasarannya serta


(27)

sudah dinyatakan sehat oleh dinas peternakan setempat. 4) Spesifikasi mesin dalam

Pengembangan Model

Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 7. Spesifikasi Alat pada Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat

No Jenis Alat Kriteria

1. Mesin pengolah kopi kering

6,6 PK 2. Mesin pencacah kompos 8,5 PK 3. Mesin pencampur bahan

kompos

6,5 PK 4. Mesin pengayak kompos 6,5 PK

5) Contoh desain rumah kompos tersaji pada lampiran 4.


(28)

2. Metode

2.1. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam

1) Inventarisir sarana dan prasarana pengendalian kebakaran di PBS dan PBN di wilayah kerjanya.

a)Melakukan inventarisir sarana dan prasarana pengendalian kebakaran di

PBS/PBN yang ada

diwilayahnya sesuai dengan standar minimal sarana prasarana pengendalian kebakaran yang telah diterbitkan oleh Ditjen Perkebunan.

b)Membuat berita acara hasil inventarisir sarana dan prasarana pengendalian kebakaran di perusahaan perkebunan.

c)Memberikan teguran secara lisan maupun tertulis bagi perusahaan perkebunan yang tidak melengkapi sarana prasarana


(29)

pengen-dalian kebakaran sesuai syarat untuk memperoleh IUP-B.

2) Pemantauan Kebakaran Lahan dan Kebun

a)Pemantauan hotspot dapat

dilakukan dengan

mengakses data dari internet melalui situs yang menyajikan data dan informasi hotspot, antara lain yaitu : ASEAN Specialized Metereological Center (ASMC) pada situs: http://www.weather.gov.s g/wip/web/ASMC; LAPAN/ Indofire melalui situs-situs: http://www.lapan.go.id/in dofire;http://www.indofire .dephut.go.id/indofire.asp; http://www.lapan.go.id/in dofire;http://indofire.land gate.wa.gov.au/indofire.as p; atau melalui website www.ditjenbun.deptan.go.i d/perlindungan

b)Ground Check

Ground check dilakukan

terhadap adanya hotspot yang bergerombol lebih dari lima titik di setiap


(30)

kabupaten selama 3 hari berturut-turut untuk membuktikan terjadi atau tidaknya fire spot (kebakaran).

c) Pembuatan berita acara kebakaran lahan dan kebun

pada saat terjadi

kebakaran. Berita acara

kebakaran segera

dikoordinasikan dengan instansi terkait untuk pemadamannya (Dinas provinsi/Badan

Penanggulanan Bencana Daerah, Pusdalkarhutla, Bapedalda, Manggala Agni, Satkorlak, Kepolisian dan instansi terkait lainnya). Menyampaikan laporan ke Bupati dengan tembusan dikirimkan ke Gubenur dan

Direktur Jenderal

Perkebunan. 3) Pelaporan

Laporan disampaikan ke Direktur Jenderal Perkebunan berupa :

a) Laporan hasil inventarisir sarana dan prasarana


(31)

pengendalian kebakaran di perusahaan perkebunan yang ada diwilayahnya. b) Laporan perkembangan

hotspot dan kebakaran

secara berkala (harian, mingguan dan bulanan) melalui surat/ fax/ e-mail. c) Laporan akhir kondisi fire

spot secara keseluruhan

selama setahun

disampaikan paling lambat bulan November 2013. 4) Pembinaan dilaksanakan

terhadap perkebunan rakyat dan PBS/PBN melalui:

a)Sosialisasi PLTB dan Perundang-undangan

tentang kebakaran.

b)Pengawasan dilakukan terhadap kelengkapan sarana, prasarana dan sistem pengendalian kebakaran sesuai yang

diamanatkan dalam

Peraturan Menteri

Pertanian Nomor: 98/ Permentan/ OT.140/ 9/ 2013 Tahun 2013 dan Pedoman Pengendalian


(32)

Kebakaran Lahan dan Kebun.

5) Prosedur Pemantauan Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam

Prosedur Pemantauan Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam sebagai berikut:

a)Mengakses hotspot dan kabut asap melalui situs internet BMKG, LAPAN, BNPB dan Indofire atau melalui media elektronik lainnya atau sumber resmi lainnya;

b)Melakukan ground check untuk melihat kondisi sesungguhnya di lapangan; c)Penghitungan luas areal

yang terbakar dan/atau

terkena bencana

kekeringan, banjir dan longsor.

d)Melakukan koordinasi dengan instansi terkait lainnya dan melaporkan kepada Bupati c.q Dinas Perkebunan Kabupaten dengan tembusan kepada


(33)

Gubenur dan Direktur Jenderal Perkebunan. b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam

Rangka Pencegahan dan

Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

1) Pelaksanaan dilakukan secara swakelola oleh Dinas

yang membidangi

Perkebunan Provinsi/ Kabupaten

2) Sosialisasi ditujukan kepada kelompok tani yang akan

ditugaskan menjadi

Kelompok Tani Peduli Api. 3) Materi sosialisasi berupa

peraturan Perundang-undangan terkait dengan kebakaran lahan dan kebun, teknik PLTB dan teknik pemadaman kebakaran lahan dan kebun.

4) Kelompok Tani Peduli Api disiapkan untuk aktif dalam memadamkan kebakaran lahan dan kebun yang ada di wilayahnya dengan dibekali sarana pengendalian


(34)

kebaka-ran dan didukung dengan operasional KTPA.

5) Sarana pengendalian kebaka-ran diserahkan dan dikelola oleh kelompok tani.

c. Pertemuan Koordinasi

Pencegahan Kebakaran dan Dampak Perubahan Iklim

1)Persiapan

Persiapan yang perlu dilakukan antara lain adalah:

a)Penyusunan buku panduan pertemuan;

b)Penyiapan materi pertemu-an;

c)Penetapan narasumber dan daftar undangan;

d)Penyiapan tempat perte-muan dan konsumsi.

2)Peserta

Peserta pertemuan adalah : - Direktorat Jenderal

Perke-bunan;

- Dinas Provinsi yang membi-dangi Perkebunan;


(35)

- BPBD;

- Dinas Pemadam Kebakaran; - Regu pemadam kebakaran di

perusahaan perkebunan; - Manggala Agni;

- Pusdalkarhutla; - Kepolisian dan TNI; - Pihak terkait lainnya.

d. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

1) Pembangunan demplot

tanaman tahan kekeringan

Pembangunan demplot

tanaman tahan kekeringan dilaksanakan dengan berdasar pada standar budidaya masing-masing komoditas yang akan ditanam antara lain:

a) Persiapan dan pembuatan lubang tanam.

b) Penyiapan benih tanaman dengan terlebih dahulu berkoordinasi sumber benih sesuai peruntukan. c) Mengajir pelindung.

d) Penanaman pohon


(36)

e) Penanaman tanaman tahan kekeringan/tahan OPT. f) Pengendalian OPT.

g) Pembuatan rorak yang

berfungsi untuk

menampung bahan organik yang berasal dari serasah atau sisa-sisa daun kering. Ukuran rorak 0,8x0,4x0,4 m dengan jumlah rorak minimal 25% dari populasi tanaman tahunan (kopi, kakao, karet dan jambu mete).

h) Pembuatan istana cacing

(biopori)

Lubang berdiameter 15 cm kedalaman 0,5 m dibuat di antara tanaman dengan jarak sesuai lebar kanopi pohon. Setiap pohon dibuat 2 buah lubang istana cacing. Lubang diisi bahan organik (kotoran ternak dan serasah tanaman). Jika populasi cacing tanah setempat sangat sedikit agar ditambah (diintrodusir) dari tempat lain.


(37)

i) Pembuatan irigasi tetes

(drip water)

Penempatan bumbung

bambu/ botol ditempatkan di atas tanah.

j) Pemupukan tanaman

Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk organik dengan alokasi yang tersedia.

k) Penyediaan air

l) Pengamatan hasil demplot dilakukan 3 bulan setelah perlakuan terhadap :

- Kondisi fisik tanaman antara lain : jumlah

flush (daun/pucuk)

yang muncul, dan diameter batang.

- Pengamatan kondisi tanah secara sederhana meliputi struktur tanah (kegemburan).

2) Pembinaan dan Sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim, dilaksanakan


(38)

dengan tahapan, sebagai berikut:

a. Sosialisasi kegiatan kepada kelompok tani. b. Kegiatan dilakukan di

lokasi sekitar demplot. c. Narasumber berasal dari

Direktorat Perlindungan

Perkebunan, Dinas

Perkebunan/UPTD.

e. Pengembangan Model

Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat Kegiatan dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Melakukan pengembangan model perkebunan rendah

emisi karbon pada

perkebunan kopi rakyat. 2. Melakukan pemantauan

pengembangan model

perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat.

3. Melaksanakan sosialisasi, penyuluhan dan kegiatan

pengembangan model

perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan


(39)

kopi rakyat kepada masyarakat/pekebun dan perusahaan perkebunan. 4. Pembuatan laporan kegiatan

pengembangan model

perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat.


(40)

III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup

1. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

a. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam

1) Kegiatan diprioritaskan pada provinsi rawan kebakaran dan bencana alam.

2) Kegiatan pemantauan dan pembinaan meliputi inventarisir sarana prasarana pengendalian kebakaran di PBS dan PBN, kompilasi data sekunder dengan mengakses data dari internet dan pengecekan lapangan (ground

check) langsung ke tempat

kejadian, berkoordinasi dengan instansi terkait.

3) Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana - SDM

- Data dan informasi - Teknologi

2 Output/Keluaran Terfasilitasinya kegiatan


(41)

pemantauan di 9 prov.

3 Outcome/hasil Tersedianya data dan informasi kebakaran, dampak perubahan Iklim dan Bencana Alam di 9 prov.

b. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun

1) Kegiatan diprioritaskan pada kelompok tani yang berada di daerah rawan kebakaran.

2) Kegiatan meliputi Sosialisasi dan simulasi serta kegiatan pemadaman kebakaran lahan dan kebun oleh KTPA

3) Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana - SDM

- Peralatan

pengendalian

kebakaran sederhana 2 Output/Keluaran Terlaksananya

pemberdayaan


(42)

rangka pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan

kebun pada 5

kelompok tani di 5 kabupaten pada 5

provinsi rawan

kebakaran

3 Outcome/hasil Tersosialisasinya teknik PLTB dan terbentuknya 5 Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) di 5 kabupaten pada 5 provinsi rawan kebakaran

c. Pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Dampak Perubahan Iklim

1) Kegiatan dilaksanakan di 6 provinsi rawan kebakaran.

2) Pertemuan koordinasi

menghasilkan kesepakatan bersama antar stake holder dalam

upaya pencegahan dan

pengendalian kebakaran lahan dan kebun.


(43)

3) Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana - SDM

- Data dan informasi - Teknologi

2 Output/Keluaran Terselenggaranya pertemuan

koordinasi pencegahan

kebakaran dan antisipasi dampak perubahan iklim di 6 provinsi rawan kebakaran.

3 Outcome/hasil Outcomes dari kegiatan pertemuan koordinasi

pencegahan

kebakaran dan antisipasi dampak perubahan iklim adalah tersusunnya kesepakatan

bersama antara pemerintah, pelaku usaha perkebunan, manggala agni, masyarakat peduli api dalam upaya pencegahan dan pengendalian


(44)

kebakaran lahan dan kebun di 6 provinsi rawan kebakaran.

d. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim 1) Kegiatan diprioritaskan pada

daerah rawan kekeringan.

2) Kegiatan meliputi pembangunan demplot mitigasi dan adaptasi. 3) Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana - SDM

- Data dan informasi - Teknologi

2 Output/Keluaran Terlaksananya 12

unit demplot

mitigasi dan

adaptasi perubahan iklim di 12 provinsi . 3 Outcome/hasil Tersosialisasinya

model penanganan

mitigasi dan

adaptasi perubahan iklim di 12 provinsi.


(45)

e. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat

1) Kegiatan diprioritaskan pada daerah rawan kekeringan.

2) Kegiatan meliputi sosialisasi. 3) Indikator Kinerja

No Indikator Uraian

1 Input/Masukan - Dana - SDM

- bahan tanam tumpang sari

- mesin pengolah kopi dan kompos 2 Output/Keluaran Terlaksananya

pengembangan model perkebunan rendah emisi karbon pada perkebunan kopi rakyat di 10 provinsi

B. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan 1. Pelaksana dan penanggung jawab

kegiatan dukungan perlindungan perkebunan untuk TP provinsi adalah dinas provinsi yang membidangi


(46)

perkebunan. Sedangkan untuk TP kabupaten adalah dinas kabupaten yang membidangi perkebunan.

2. Dinas yang membidangi perkebunan

provinsi/kabupaten/kota dalam

melaksanakan kegiatan agar

berkoordinasi dengan BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan pihak-pihak terkait lainnya.

3. Kewenangan dan tanggung jawab :

3.1 Direktorat Perlindungan

Perkebunan.

a. Menyiapkan Terms of Reference (TOR) dan Pedoman Teknis;

b. Melakukan bimbingan,

pembinaan, monitoring dan evaluasi.

3.2 Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan

a. Menetapkan tim pelaksana kegiatan dukungan perlindungan perkebunan tingkat provinsi; b. Melakukan koordinasi dengan

Direktorat Jenderal Perkebunan, BBP2TP Medan, Surabaya, Ambon dan BPTP Pontianak (sesuai dengan wilayah kerja) dan Dinas Kabupaten/Kota yang


(47)

membi-dangi perkebunan, serta institusi terkait lainnya;

c. Membuat juknis kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim;

d. Melakukan verifikasi dan peneta-pan CP/CL;

e. Melakukan sosialisasi, pembinaan dan monev kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim perkebunan;

f. Menyampaikan laporan pelaksa-naan kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim ke Dinas Provinsi dan Direktorat Jenderal Perkebunan cq. Direktorat Perlindungan Perkebunan.

3.3 Kelompok Tani/Petani :

a. Mengikuti sosialisasi kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim;

g. Melakukan seluruh tahapan kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim.


(48)

C. Lokasi, Jenis dan Volume

1. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim, dan Bencana Alam

Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim, dan Bencana Alam dilaksanakan di 9 Provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun

Lokasi Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun dilaksanakan di 5 provinsi rawan kebakaran, yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

3. Pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Dampak Perubahan Iklim. Kegiatan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Perubahan Iklim di tingkat daerah dilaksanakan di 6 Provinsi yaitu Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.


(49)

4. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Lokasi kegiatan Mitigasi dan Adaptasi perubahan Iklim dilaksanakan di 12 Provinsi rawan kekeringan, yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sulbar, Sulteng, Sulut dan Gorontalo.

5. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat

Lokasi kegiatan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon pada Perkebunan Kopi Rakyat dilaksanakan di 10 Provinsi rawan kekeringan, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Sulsel, Sulbar, Sultra, Sulteng dan Sulut. Lokasi dan Volume masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan untuk jenis dan volume masing-masing kegiatan dapat dilihat pada Lampiran 2.

D. Simpul Kritis

1. Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan bencana Alam

a. Terbatasnya dana, sarana, dan prasarana serta SDM di tingkat provinsi dan kabupaten berakibat kurang lancarnya aktivitas


(50)

kegiatan, terutama pada penyampaian data dan informasi pemantauan dampak perubahan Iklim (kebakaran, kekeringan dan banjir) dari kabupaten ke provinsi dan dari provinsi ke pusat. Diharapkan Pemerintah daerah

setempat melakukan

pendampingan kegiatan melalui dana anggaran APBD, sehingga pelaksanaan fasilitasi antisipasi

dampak perubahan iklim

(kebakaran, kekeringan dan banjir) lebih optimal.

b. Di beberapa kabupaten dan provinsi belum didukung oleh perangkat teknologi yang memadai, sehingga informasi mengenai dampak perubahan iklim sering mengalami keterlambatan. Diharapkan Pemerintah Daerah dapat melengkapi perangkat teknologi yang memadai untuk mengakses informasi dampak perubahan iklim.

2. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Rangka Pencegahan Dan Pengendalian Kebakaran Lahan Dan Kebun.

a. Pelaksanaan sosialisasi sering mengalami keterlambatan, hal ini


(51)

dikarenakan kurangnya koordinasi antara Dinas yang membidangi perkebunan provinsi dan kabupaten/kota dalam penentuan kelompok tani/lokasi, untuk itu perlu kerjasama/ koordinasi yang lebih intensif.

b. Penetapan calon kelompok tani yang dipilih tidak tepat, sehingga pelaksanaan kurang efektif, sehingga diharapkan dalam penentuan kelompok dan lokasi sesuai dengan tujuan kegiatan. c. Penjajagan kepada PBS/PBN yang

ada disekitar KTPA dalam rangka pemberdayaan kepada KTPA, sehingga diharapkan Dinas Perkebunan agar menjajagi ke PBS/PBN agar memberdayakan KTPA yang teah ada.

3. Pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Dampak Perubahan Iklim a. Waktu pelaksanaan pertemuan

koordinasi dilakukan setelah musim kemarau, sehingga tujuan yang telah ditetapkan tidak tercapai. Waktu

pertemuan koordinasi agar

dilaksanakan ketika awal musim kemarau setelah pelaksanaan pertemuan koordinasi di tingkat pusat.


(52)

b. Peserta pertemuan bukan pejabat yang menangani pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun dan dampak perubahan iklim

sehingga tidak didapatkan

kesepakatan bersama dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun. Untuk itu perlu dipertegas dalam undangan bahwa peserta pertemuan adalah pejabat yang berhak membuat kesepakatan bersama antar stake holder dalam upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun.

4. Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim a. Pemilihan lokasi dan waktu

pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan syarat spesifikasi teknis daerah rawan kekeringan sehingga kegiatan tidak tepat sasaran. Pemilihan lokasi dan waktu pelaksanaan kegiatan agar mengacu pada pedoman teknis yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan. b. Pengadaan benih unggul bermutu

tahan kekeringan tidak sesuai dengan jadual waktu pelaksanaan kegiatan, sehingga kegiatan berpotensi terlambat. Untuk itu dinas perlu melakukan koordinasi dengan sumber


(53)

benih (karet, kakao, kopi, dan jambu mete) dalam pengadaannya sejak awal.

5. Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat

a. Pemilihan kelompok tani saat CP/CL yang tidak tepat dapat menyebabkan kegiatan tidak optimal. Oleh karena itu, diharapkan Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi lokasi kegiatan dapat memilih dan menetapkan CP/CL yang tepat sehingga kegiatan dapat berjalan optimal;

b. Kurangnya penyebaran informasi sehingga dampak kegiatan tidak dirasakan oleh masyarakat lainnya. Diharapkan agar Dinas yang membidangi perkebunan di Provinsi lokasi kegiatan dapat memfasilitasi upaya diseminasi kegiatan di lokasi lainnya.


(54)

IV. PROSES PENGADAAN BARANG

Pengadaan barang dan jasa kegiatan Perlindungan Perkebunan untuk dana Tugas Perbantuan (TP) Direktorat Jenderal Perkebunan mengacu kepada Perpres No 70 tahun 2012. Semua kegiatan pengadaan barang dan jasa yang melalui proses tender, pelaksanaan dan penetapan pemenang harus sudah selesai paling lambat pada bulan Maret 2014. Untuk itu agar dikawal dan diinformasikan kepada pejabatnya agar diadakan tepat waktu, tepat musim dan tepat mutu.


(55)

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN

A. Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan

dan Pendampingan

Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dana dekonsentrasi Provinsi dilakukan secara terencana dan terkoordinasi dengan unsur penanggung jawab kegiatan di Direktorat Jenderal Perkebunan, Dinas Provinsi/Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.

Pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan diutamakan pada tahapan yang menjadi simpul-simpul kritis kegiatan yang telah ditetapkan.

Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan dilakukan koordinasi secara berjenjang sesuai dengan tugas fungsi dan kewenangan masing-masing unit pelaksana kegiatan.

Sasaran kegiatan pembinaan, pengendalian, dan pengawalan terhadap pelaksana kegiatan (Man), pembiayaan (Money), Metode, dan bahan-bahan yang dipergunakan (Material). Kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan harus mampu meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan melalui pemberian rekomendasi dan pemecahan masalah terhadap pelaksanaan kegiatan


(56)

sehingga dapat mengakselerasi kegiatan sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.

B. Pelaksanaan Pembinaan, Pengendalian, Pengawalan dan Pendampingan

Waktu pelaksanaan kegiatan pembinaan, pengendalian dan pengawalan minimal satu kali pada setiap jenis kegiatan yang dilaksanakan.

Pelaksanaan kegiatan hendaknya selalu di koordinasikan dengan pusat, provinsi dan kabupaten/kota sehingga pembinaan, pengendalian dan pengawalan efektif dan efisien.

Direktorat Perlindungan Perkebunan melakukan pembinaan dan pengawalan kegiatan pemberdayaan perangkat pada seluruh wilayah pelaksana kegiatan.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat

provinsi melakukan pembinaan,

pengendalian, pengawalan dan

pendampingan kegiatan pemberdayaan perangkat tingkat provinsi.

Dinas yang membidangi Perkebunan tingkat kabupaten/kota melakukan pembinaan,

pengendalian, pengawalan dan

pendampingan kegiatan pemberdayaan perangkat tingkat kabupaten/kota.


(57)

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring

Monitoring ditujukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan dan kemajuan yang telah dicapai pada setiap kegiatan. Monitoring dilaksanakan oleh petugas Dinas yang membidangi perkebunan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota pada wilayah kerja masing-masing. Pelaksanaan monitoring minimal satu kali selama kegiatan berlangsung.

B. Evaluasi

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan/kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan hasil yang dicapai dibandingkan dengan

yang direncanakan serta

realisasi/penyerapan anggaran. Hasil evaluasi sebagai umpan balik perbaikan pelaksanaan selanjutnya.

Evaluasi dilakukan oleh Direktorat Perlindungan Perkebunan, serta Dinas yang membidangi perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota pada wilayah kerja masing-masing.

C. Pelaporan

Setiap kegiatan didokumentasikan dalam bentuk laporan tertulis sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan.


(58)

Laporan dibuat oleh pelaksana kegiatan dan dilaporkan secara berjenjang kepada penanggung jawab/pembina kegiatan mengacu kepada pedoman outline penyusunan laporan dan SIMONEV serta bentuk laporan lainnya sesuai dengan kebutuhan.

1. Jenis Laporan :

1.1 Laporan Mingguan

Laporan Mingguan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap minggu berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan

setiap minggu hari Jum’at.

1.2 Laporan Bulanan

Laporan Bulanan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap bulan berjalan dan disampaikan kepada Direktorat Jenderal Perkebunan paling lambat tanggal 5 pada bulan berikutnya.

1.3 Laporan Triwulan

Laporan Triwulan berisi laporan kemajuan (fisik dan keuangan) pelaksanaan kegiatan setiap triwulan dan disampaikan setiap triwulan kepada Direktorat Jenderal


(59)

Perkebunan, paling lambat tanggal 5 pada bulan pertama triwulan berikutnya.

1.4 Laporan Akhir

Laporan Akhir merupakan laporan keseluruhan pelaksanaan kegiatan, setelah seluruh rangkaian kegiatan selesai dilaksanakan. Laporan akhir disampaikan kepada Direktorat Perlindungan Perkebunan, paling lambat 2 minggu setelah kegiatan selesai. Laporan disampaikan melalui surat dan e-mail

2. Out Line Laporan

Out line laporan akhir kegiatan seperti dalam lampiran 4.


(60)

VII. PEMBIAYAAN

Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan di daerah antara lain didanai dari APBN tahun anggaran 2014 melalui anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP) Ditjen. Perkebunan.


(61)

VIII. PENUTUP

Pelaksanaan kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim diharapkan mampu berkontribusi dalam mengurangi kerugian akibat dampak perubahan iklim.

Untuk keberhasilan pelaksanaannya diperlukan koordinasi, komitmen dan kerjasama, serta upaya yang sungguh-sungguh dari semua pihak terkait sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi masing-masing.


(62)

(63)

Lampiran 1. Lokasi dan Volume kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim serta Bencana Alam

No Provinsi Volume

1. ACEH 1 Prov 2. SUMUT 1 Prov 3. RIAU 1 Prov 4. JAMBI 1 Prov 5. SUMSEL 1 Prov 6. KALBAR 1 Prov 7. KALTENG 1 Prov 8. KALSEL 1 Prov 9. KALTIM 1 Prov

Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

No Provinsi Kabupaten Volume

1. RIAU Indragiri Hulu 1 Kab

2. JAMBI Tebo 1 Kab

3. SUMSEL Banyuasin 1 Kab 4. KALBAR Sanggau 1 Kab 5. KALSEL Banjar Baru 1 Kab


(64)

Pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim

No Provinsi Volume

1. RIAU 1 Kali

2. JAMBI 1 Kali 3. SUMSEL 1 Kali 4. KALBAR 1 Kali 5. KALTIM 1 Kali 6. KALSEL 1 Kali

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

No Provinsi Volume

1. JAWA BARAT 1 Pkt

2. BANTEN 1 Pkt

3. JAWA TENGAH 1 Pkt

4. NTB 1 Pkt

5. NTT 1 Pkt

6. BALI 1 Pkt

7. SULUT 1 Pkt

8. SULBAR 1 Pkt

9. SULTENG 1 Pkt

10. SULSEL 1 Pkt

11. DIY 1 Pkt


(65)

Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat

No Provinsi Volume

1. JAWA BARAT 1 Pkt 2. JAWA TENGAH 1 Pkt

3. NTB 1 Pkt

4. NTT 1 Pkt

5. BALI 1 Pkt

6. SULUT 1 Pkt

7. SULBAR 1 Pkt

8. SULTENG 1 Pkt

9. SULSEL 1 Pkt


(66)

Lampiran 2. Jenis dan Volume Kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam

NO Jenis Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan monitoring data hotspot dan updating data hotspot

Volume setiap kegiatan mengacu kepada POK.

2. Kegiatan Operasional Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam

3. Kegiatan Administrasi, pelaporan kegiatan

Pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim

NO Jenis Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan Administrasi, penyusunan Laporan

Volume setiap kegiatan mengacu kepada POK. 2. Kegiatan Operasional

Pelaksanaan Pertemuan Koordinasi

3. Upah Nara sumber dan peserta kegiatan

4. Kegiatan Koordinasi dalam Pelaksanaan Pertemuan


(67)

Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

NO Jenis Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan Administrasi, penyusunan Laporan

Volume setiap kegiatan mengacu kepada POK. 2. Kegiatan Pembelian Bahan

dan Alat

3. Upah Nara sumber dan peserta kegiatan 4. Kegiatan Operasional

Pelaksanaan

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

NO Jenis Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan Administrasi, pelaporan kegiatan pembangunan demplot mitigasi dan adaptasi

Volume setiap kegiatan mengacu kepada POK. 2. Kegiatan Pembelian Bahan

dan Alat Demplot 3. Upah Tenaga kerja

Pembuatan Demplot 4. Kegiatan Operasional

Pelaksanaan Mitigasi dan Adaptasi

5. Upah Nara sumber dan peserta kegiatan Pembinaan dan Sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi

6. Kegiatan Operasional Pembinaan dan Sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim


(68)

pelaporan kegiatan Pembinaan dan Sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi

Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat

NO Jenis Kegiatan Keterangan

1. Kegiatan Administrasi, pelaporan kegiatan

Volume setiap kegiatan

mengacu kepada POK. 2. Kegiatan Pembelian Bahan

dan Alat

3. Upah Tenaga kerja Pembuatan Demplot 4. Kegiatan Operasional

Pelaksanaan Sosialisasi 5. Upah Nara sumber dan


(69)

Lampiran 3.Jenis dan Volume Komponen Kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam

No. Jenis Kegiatan Volume Keterangan

1 Bahan: Total

Operasional Fasilitasi Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam di 9 Provinsi

Monitoring Data hot spot dan updating data hot spot (tahun)

9

ATK dan Bahan Komputer (tahun)

9 2 Belanja Barang Operasional

Penyusunan dan

Pembahasan Laporan ( 1 kali, 10 orang, 1 hari)

90

Adm, Pengiriman surat, Fotocopi dll

12 Penggandaan Laporan (Eks) 90 3

Pembinaan dan monev serta Narasumber:

Dalam rangka Pemantauan Kebakaran, Dampak Perubahan Iklim dan Bencana Alam ke Kabupaten(OT)

217


(70)

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

No. Jenis Kegiatan Volume Keterangan

1 Honor

T otal Operasional Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim di 12 Provinsi

Upah tenaga kerja untuk persiapan dan pembuatan

lubang tanam (HOK) 1064

Upah tenaga kerja pembuatan demplot (rorak, irigasi tetes, istana cacing dan pemupukan)

(HOK) 1920

Upah tenaga kerja untuk mengajir dan penanaman

pohon pelindung tetap (HOK) 200 Upah tenaga kerja untuk

pengendalian OPT (HOK) 38

Upah tenaga kerja penyediaan

air (HOK) 576

Upah tenaga penanaman

(HOK) 560

Upah tenaga mengajir,

melubang dan menanam (HOK) 154 Upah tenaga kerja untuk

Aplikasi trichoderma (HOK) 13 Upah tenaga kerja untuk

Monitoring OPT (HOK) 5

Upah tenaga kerja

pengendalian OPT Brontispa

(HOK) 12

2 Bahan:

Benih Tahan Kekeringan Kopi

(Btg) 8000


(71)

Kakao (Btg) Benih Tahan Kekeringan

Jambu Mete (Btg) 240

Benih Tahan Kekeringan Karet

(Btg) 600

Benih Tahan Kekeringan

Kelapa (Btg) 460

Kompos (kg) 20600

Tanaman Pelindung (buah) 4500

Ajir (buah) 11513

Trichoderma (kg) 70

kieserite (kg) 25

Metharhizium (Kg) 6

Beauveria sp (Kg) 4

3 Alat

Pompa air (Buah) 12

Selang air (Meter) 600

Tandon Air (Buah) 12

Papan Nama (Buah) 12

Botol air mineral bekas (Buah) 26770 4

Belanja barang Non Operasional Lainnya

Penyusunan dan pembahasan

laporan 12

Pengiriman surat, dokumen,

dll 12

Pengandaan Laporan 180

5 Belanja perjalanan lainnya:

Dalam rangka persiapan ke


(72)

Perjalanan Provinsi - Lokasi

(OT/OH/OP) 98

Perjalanan Kabupaten - Lokasi

(OT/OH/OP) 79

Sosialisasi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

No. Jenis Kegiatan Volume Keterangan

1 Honor

Total Operasional Mitigasi dan Adaptasi Dampak Perubahan Iklim di 12 Provinsi

Honor Narasumber (OH) 48

Honor panitia (OH) 72

Transportasi Peserta (1 Kali,

30 Orang, 1 hari) (OH) 360

2 Alat

ATK dan Bahan Komputer (1

tahun) 12

3

Belanja Non Operasional Lainnya

Penyusunan materi bahan sosialisasi mitigasi dan

adaptasi (OH) 120

Penggandaan Materi

(Eksemplar) 60

4

Belanja barang Operasional

Lainnya

Konsumsi (1 kali, 30 Orang, 1

hari) 12

sewa tempat pertemuan (Hari) 12 5

Pembinaan dan monev serta

Narasumber:


(73)

adaptasi dan mitigasi perubahan iklim (OT)

Dalam rangka pemantauan

dampak perubahan iklim dan

bencana alam (OT) 62

Koordinasi Ke Pusat (OT) 25

Perjalanan Nara Sumber (OT) 12

Pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan Penanganan Dampak Perubahan Iklim

No. Jenis Kegiatan Volume Keterangan

1 Honor Total

Operasional Pertemuan Koordinasi Pencegahan Kebakaran dan

Dampak Perubahan Iklim di 9 Provinsi

Honor Narasumber (OJ) 36

Honor Panitia (ORG) 42

2 Belanja Barang Operasional Lainnya

Konsumsi (170 orang, 1 hari) 1020 Sewa lapangan ( Hari) 6

Spanduk (Buah) 24

Baliho (Buah) 12

Sewa Soundsistem (Buah) 6 Penyusunan dan Pembahasan Laporan


(74)

Adm, pengiriman dan fotokopi

6 Penggandaan Laporan (Eks) 60 3 Bahan

ATK dan bahan komputer ( Tahun)

6 4 Belanja Perjalanan

Perjalanan Instruktur Pusat

(OT) 6

Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

No. Jenis Kegiatan Volume Keterangan

1 Honor Total

Operasional

Pemberdayaan Masyarakat dalam Rangka Pencegahan dan

Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun

Honor Instruktur (OJ) 20

Honor panitia (OT/OH/OP) 25 Uang saku/transport

peserta sosialisasi (1 kali,

15 orang, 1 hari) 75

2 Bahan

Bahan Bakar Pompa (liter) 1000 3

Belanja Barang Operasional

Lainnya

ATK (1 kali 1 tahun) 5

Penyusunan dan

pembahasan laporan (1 kali


(75)

Pengandaan Laporan (Eks)

(10 kali 1 tahun) 50 Perbanyakan materi (Eks)

(15 kali 1 tahun) 75

Konsumsi (1 kali, 20 orang,

1 hari) 100

Perlengkapam Peserta

(Paket) 65

Sewa tempat ( 1 hari) 5

Biaya Operasional KTPA ( 5

Bulan ) 25

Biaya Transportasi KTPA ( 5

Bulan) 25

Biaya Perawatan Sarana dan Prasarana KTPA (1 Tahun 1

kali) 5

4 Alat

Papan nama kegiatan

(Buah) 5

Papan larangan membuka lahan dengan membakar

(Buah) 5

Pembuatan spanduk (Buah) 5

Radio (Buah) 15

Kapak mata dua (Buah) 10

Gergaji (Buah) 50

Cangkul Garu (Buah) 20

Cangkul Garu Mata Panjang


(76)

Cangkul Api (Buah) 20

Hand Sprayer (Buah) 10

Gepyok (Buah) 250

Sekop (Buah) 10

Pompa Gendong (Buah) 15

Tempat Air Minum (Buah) 65

Celana Pemadam(Buah) 65

Baju Pemadam (Buah) 65

Sepatu Karet (Buah) 65

Helm Pemadam (Buah) 65

Lampu Kepala (Buah) 65

Kaca mata pelindung (Buah) 65

Ransel (Buah) 65

Sarung tangan (Buah) 65

Kopelrem (Sabuk) 65

Pompa Jinjing (Buah) 5

Selang semprot (Buah) 25

Selang hisap (Buah) 5

Saringan (Buah) 5

Gendongan Mesin (Buah) 5

Nozzle/Fox Jet Api (Buah) 5

Kantong Air (Buah) 5

P3K (Buah) 5


(77)

Perjalanan Instruktur Pusat

(OT) 5

Perjalanan Instruktur

Provinsi (OT) 20

Perjalanan Provinsi -

Kabupaten (OT) 41

Perjalanan Kabupaten ke

lokasi (OT) 41

Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat

No. Jenis Kegiatan Volume Keterangan

1 Honor

Upah Pembuatan Rorak (OH) 1250 Upah Penyulaman Tanaman

Pelindung (OH) 500

Penyusunan Dan Pembahasan

Laporan (OH) 100

2 Bahan:

Tanaman Pelindung (Btg) 25000

Ternak (Ekor) 500

Mesin Pengolah Kopi Kering

(Buah) 10

Mesin Pencacah Kompos

(Buah) 10

Mesin Pencampur bahan

Kompos (Buah) 12

Mesin Pengayak Kompos


(78)

Bantuan Kandang Ternak

(Buah) 12

Bantuan Rumah Kompos

(Buah) 12

ATK dan bahan komputer 12

Adm, dokumentasi dan

penggandaan laporan 12

Papan nama kegiatan 12

Kereta Sorong 12

3

Belanja barang Non Operasional Lainnya

Konsumsi sosialisasi kegiatan 300

Sewa tempat 10

4 Belanja perjalanan lainnya:

Perjalanan Provinsi - Lokasi

(OT) 62

Perjalanan Kabupaten - Lokasi

(OT) 41

Perjalanan Provinsi -

Pusat(OT) 11


(79)

Lampiran 4. Out Line Laporan Akhir Laporan akhir

dibuat sesuai out line sebagai berikut: KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada) I. PENDAHULUAN

A.Latar belakang B.Tujuan dan Sasaran C.Ruang Lingkup Kegiatan D.Indikator Kinerja

II.TINJAUAN PUSTAKA III.PELAKSANAAN KEGIATAN

A.Waktu dan Lokasi B.Alat dan Bahan C.Metode

D.Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E.Simpul Kritis Kegiatan

F.Pelaksana G.Pembiayaan

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

B.Saran/rekomendasi C.Rencana Tindak Lanjut VI. DAFTAR PUSTAKA


(80)

VII. LAMPIRAN

Lampiran 5. Spesifikasi Rumah Kompos Pada Kegiatan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat.


(81)

(82)

(83)

Lampiran 6. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik Dan Keuangan

Kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN : LUAS :

POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)

NO URAIAN PAGU (Rp)

REALISASI KEUANGAN

REALISASI FISIK (%)

PERMAS ALAHAN

RTL


(1)

72 Bantuan Kandang Ternak

(Buah) 12

Bantuan Rumah Kompos

(Buah) 12

ATK dan bahan komputer 12 Adm, dokumentasi dan

penggandaan laporan 12

Papan nama kegiatan 12

Kereta Sorong 12

3

Belanja barang Non Operasional Lainnya

Konsumsi sosialisasi kegiatan 300

Sewa tempat 10

4 Belanja perjalanan lainnya:

Perjalanan Provinsi - Lokasi

(OT) 62

Perjalanan Kabupaten - Lokasi

(OT) 41

Perjalanan Provinsi -

Pusat(OT) 11


(2)

73 Lampiran 4. Out Line Laporan Akhir Laporan akhir dibuat sesuai out line sebagai berikut:

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL (jika ada) DAFTAR GAMBAR (jika ada) DAFTAR LAMPIRAN (jika ada) I. PENDAHULUAN

A.Latar belakang B.Tujuan dan Sasaran C.Ruang Lingkup Kegiatan D.Indikator Kinerja

II.TINJAUAN PUSTAKA III.PELAKSANAAN KEGIATAN

A.Waktu dan Lokasi B.Alat dan Bahan C.Metode

D.Tahap Aktivitas/Kegiatan/ Pelaksanaan E.Simpul Kritis Kegiatan

F.Pelaksana G.Pembiayaan

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

B.Saran/rekomendasi C.Rencana Tindak Lanjut VI. DAFTAR PUSTAKA


(3)

74 VII. LAMPIRAN

Lampiran 5. Spesifikasi Rumah Kompos Pada Kegiatan Pengembangan Model Perkebunan Rendah Emisi Karbon Pada Perkebunan Kopi Rakyat.


(4)

(5)

(6)

77 Lampiran 6. Form Laporan Perkembangan Realisasi Fisik

Dan Keuangan

Kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim

KEGIATAN : PROVINSI : KABUPATEN :

LUAS :

POSISI : (Tanggal/bulan/tahun)

NO URAIAN PAGU (Rp)

REALISASI KEUANGAN

REALISASI FISIK (%)

PERMAS ALAHAN

RTL