Kondisi Umum 1. Umum PENDAHULUAN
3 2. Peningkatan daya saing di bidang teknologi pengembangan sumberdaya alam;
3. Peningkatan kemandirian bangsa di bidang teknologi kebencanaan dan lingkungan;
4. Peningkatan daya saing di bidang teknologi agroindustri dan bioteknologi; 5. Peningkatan kemandirian bangsa di bidang teknologi pangan dan obat;
6. Peningkatan daya saing di bidang teknologi informasi komunikasi, elektronika dan material;
7. Peningkatan kemandirian bangsa di bidang teknologi energi dan industri kimia; 8. Peningkatan daya saing di bidang teknologi maritim, permesinan dan transportasi;
9. Peningkatan kemandirian bangsa di bidang teknologi industri pertahanan dan keamanan; dan
10. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang baik untuk mendukung inovasi dan layanan teknologi.
1.2. Kondisi Umum 1.2.1. Umum
Di era pengetahuan dewasa ini, peningkatan daya saing dan kohesi sosial merupakan tumpuan bagi perwujudan kesejahteraan rakyat yang semakin tinggi dan semakin adil.
Kecenderungan perkembangan juga meningkatkan pemahaman bahwa daya saing tak sekedar dipengaruhi oleh sumber daya alam setempat, melainkan faktor-faktor
upayabuatan, terutama pengetahuan yang dikembangkan, dimanfaatkan, dan disebarluaskan yang mendorong berkembangnya inovasi dan difusinya secara terus-
menerus. Karena itu, daya saing semakin ditentukan oleh sistem inovasi dalam upaya mengembangkan potensi spesifiknya.
Proses globalisasi yang terjadi saat ini semakin meyakinkan bahwa faktor ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi IPTEKIN memegang peran cukup penting, sehingga
penguasaan teknologi akan sangat mempengaruhi daya saing competitiveness suatu bangsa. Fakta juga menunjukkan bahwa negara dengan tingkat kesejahteraan dengan
pertumbuhan ekonomi tinggi cenderung memiliki penguasaan IPTEKIN yang bisa bersaing.
Pesatnya perkembangan IPTEKIN dan globalisasi yang ditandai dengan pengembangan blok-blok ekonomi seperti AFTA, di satu sisi telah membuka kesempatan bagi perluasan
pasar. Namun di sisi lain, globalisasai juga menjadi tantangan tersendiri bagi perkembangan IPTEKIN agar dapat menjadi modal bagi bangsa Indonesia menghadapi
berbagai resiko dan implikasi era global. Era perdagangan kawasan ASEAN AFTA yang berlangsung mulai 2015, menjadi
tantangan serius bagi perusahaan dalam mengoptimalisasi sumber daya, kinerja, sistem
4 manajemen, dan teknologi informasi. Di samping itu salah satu sektor yang harus
diperhatikan adalah ketahanan dan kedaulatan pangan. Datangnya pemberlakuan pasar bebas ASEAN, Indonesia bersaing dengan negara-negara di Asia Tenggara dalam
berbagai hal. Strategi untuk menciptakan ketahanan dan kedaulatan pangan adalah
dengan berinovasi supaya sebuah produk bisa memiliki nilai tambah. Forum Ekonomi Dunia atau World Economic Forum WEF menyatakan peringkat daya
saing Indonesia terus menurun. Dalam rilis Global Competitiveness Report 2015-2016, WEF menyatakan posisi daya saing Indonesia turun tiga peringkat menjadi ranking 37
dengan skor 4,5. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia didasari oleh pola konsumsi, tidak berorientasi kepada ekspor, rendahnya kandungan teknologi di dalam
barang yang diekspor atau terjadi kegagalan pasar teknologi, masih rendahnya perlindungan hak kekayaan intelektual, dan lain sebagainya.
Kondisi ini memerlukan peningkatan value innovation dan creation melalui pendidikan dan pelatihan, perbaikan struktur kapital, restrukturisasi ekonomi dan peningkatan kandungan
teknologi dalam produk-produk ekspor, dan manajemen agar Indonesia dapat bersaing dalam dunia internasional. Penguatan sistem inovasi merupakan pilar penting dalam
membawa Indonesia ke era ekonomi pengetahuan knowledge-based economy dan masyarakat berpengetahuan knowledge-based society. Karena itu, pembangunan
Indonesia yang progresif perlu menjadikan penguatan sistem inovasi sebagai kesepakatan bersama dan prioritas dalam peningkatan daya saing dan penguatan kohesi sosial.
Ilmu pengetahuan dan teknologi iptek beserta beragam kebijakan iptek sangat penting bagi perkembangan inovasi, namun bukan satu-satunya yang menentukan. Dinamika
difusi pengetahuan dan pembelajaran yang berkembang sangat mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam berinovasi. Namun itupun tidak terjadi serta merta.
Beragam fenomena inovasi juga menunjukkan bahwa inovasi sebenarnya merupakan suatu proses kreatif, iteratif dan interaktif yang melibatkan lembaga-lembaga pasar dan
non-pasar. Penelitian, pengembangan, dan perekayasaan sangat penting bagi perkembangan inovasi. Tetapi, inovasi membutuhkan lebih dari sekedar litbangyasa. Iklim
persaingan yang sehat dan kondusif sangat diperlukan bagi berkembangnya inovasi. Pembangunan iptek diarahkan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi;
penciptaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi; penyediaan teknologi transportasi, kebutuhan teknologi pertahanan, dan teknologi kesehatan; pengembangan
teknologi material maju; serta peningkatan jumlah penemuan dan pemanfaatannya dalam sektor produksi. Dukungan tersebut dilakukan melalui pengembangan sumber daya
manusia iptek, peningkatan anggaran riset, pengembangan sinergi kebijakan iptek lintas sektor, perumusan agenda riset yang selaras dengan kebutuhan pasar, peningkatan
sarana dan prasarana iptek, dan pengembangan mekanisme intermediasi iptek. Dukungan
5
tersebut dimaksudkan untuk penguatan sistem inovasi dalam rangka mendorong
pembangunan ekonomi yang berbasis pengetahuan. Di bidang sistem inovasi, dalam rangka mendukung pembangunan nasional, fokus arah
kebijakan dan prioritas program dalam penguatan sistem inovasi adalah untuk mendukung pembangunan yang progresif, inklusif, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, penguatan
sistem inovasi merupakan langkah terpadu membenahi sistem yaitu suatu kesatuan yang mempengaruhi arah perkembangan dan kecepatan inovasi, difusi, dan proses
pembelajaran, secara bersistem. Berdasarkan pemetaan terhadap kondisi penguatan sistem inovasi di Indonesia, maka
dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek hingga menengah dibutuhkan suatu upaya terstruktur untuk membangun tata kelola sistem inovasi nasional. Upaya membangun
tatakelola sistem inovasi nasional dapat diawali dengan mengembangkan kepeloporan dan prakarsa-prakarsa strategis penguatan sistem inovasi nasional yang didasarkan pada
kompetensi dan peran lembaga-lembaga yang ada saat ini. BPPT sebagai salah satu lembaga pemerintah non kementerian merupakan lembaga yang
dapat mengambil peran strategis dalam mengisi kekosongan peran dan fungsi organisasi pada level tertentu. Hal ini sejalan dengan tujuan awal pembentukan BPPT adalah untuk
memiliki peran khususspesifik untuk membangun jaringan dengan dunia industri Zuhal, 2010. Selain pertimbangan tersebut, dalam kerangka penguatan sistem inovasi nasional,
BPPT telah melakukan repositioning sebagai LembagaPemerintah Non Kementerian LPNK yang melaksanakan peran dan fungsi pelayanan publik melalui inovasi dan
pelayanan teknologi, dalam satu kesatuan sistem Pemerintahan Republik Indonesia yang saling berketerkaitan. BPPT menempatkan diri sebagai intermediator dalam suatu jejaring
kemitraan yang merupakan ciri dari organisasi modern. Inovasi tidak akan terjadi dalam sebuah keterasingan, maka pengembangan dan
penguatan sistem inovasi juga tidak akan terlepas dari adanya interaksi antar lembaga dan pemangku kepentingan nasional. Hal ini selaras dengan perubahan paradigma yang telah
terjadi secara global yaitu dari pendekatan sektoral yang terkotak-kotak menjadi pola jejaring keterkaitan rantai nilai. Semua pihak harus berupaya mengatasi fragmentasi dan
sekat sektoral yang menghambat menjadi pola kolaborasi sinergis. Sejalan dengan itu, BPPT telah merumuskan kembali visi, misi, dan perannya. Visi BPPT
yang telah di rumus ulan g yakni BPPT sebagai “pusat unggulan teknologi yang
mengutamakan inovasi dan layanan teknologi untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa.
” Pencapaian visi di atas dijalankan melalui 6 misi dan 5 peran BPPT, yaitu BPPT sebagai lembaga intermediasi, lembaga pelaksana technology clearing house,
lembaga pengkaji teknologi, lembaga pelaksana audit teknologi, dan sebagai lembaga pemberi solusi teknologi.
6 Sebagai lembaga intermediasi, BPPT a memfasilitasi hubungan, keterkaitan, jejaring,
kemitraan antara dua pihak atau lebih dalam rangka litbangyasa teknologi dan reformasi kebijakan terkait dan b menjembatani berbagai pihak terkait dengan kepentingan tertentu
dalam konteks teknologi. Sebagai lembaga pelaksana technology clearing house, BPPT berperan a melakukan
clearance test bagi teknologi sebagai otoritas atau pendukung dalam menyatakan bahwa suatu teknologi laik atau tidak untuk diterapkan di Indonesia atau untuk konteks tertentu di
Indonesia, misalnya berdasarkan tujuan perlindungan kepentingan masyarakat dan lingkungan hidup dari segi keselamatan, kesehatan, keamanan bagi masyarakat atau
kelestarian lingkungan hidup; dan b memfasilitasi pertukaran informasi, keahlian atau produk teknologi tertentu.
Sebagai lembaga pengkaji teknologi, BPPT melakukan studi multidimensi yang sistematis tentang suatu teknologi untuk menghasilkan pemahaman tentang tingkat kesiapan
teknologi technology readiness levelTRL, perkiraan nilai value dari teknologi sebagai aset intelektual intellectual asset. Juga dikaji tentang peluang dan tantangan atau
keterkaitan antar Instansi dalam Pelaksanaan Tugas Pokok BPPT, resikonya, perkiraan dampak teknologi yang telah diterapkan atau yang akan diterapkan, atau implikasi
strategikebijakan atau advisrekomendasi kebijakan pada tataran organisasional ataupun publik.
Sebagai lembaga pelaksana audit teknologi, BPPT melakukan suatu studi yang sistematis dengan prosedur legal terstandar untuk mengevaluasi, membandingkan, atau
memverifikasi suatu teknologi atau suatu penerapan teknologi terhadap standar atau ketentuan persyaratankriteria tertentu.
Sebagai lembaga pemberi solusi teknologi, BPPT melakukan perekayasaan dan penerapan teknologi dalam rangka mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat. Dengan apa yang telah dicapai BPPT saat ini, pada masa-masa mendatang, melalui 5
peran yang telah disebutkan di atas, BPPT akan semakin meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan dalam rangka
penguatan sistem inovasi. Dengan demikian diharapkan daya saing Indonesia secara global semakin menguat yang
berujung pada peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Program kemitraan BPPT dengan industri, pemerintah daerah, maupun instansi pemerintah pusat diarahkan sesuai
dengan positioning, visi, misi, dan peran BPPT di atas.
7