Viskometer Rotasional Viskometer Pipa Kapiler

2.5.2 Viskometer Rotasional

Viskometer Rotasional Rotational Cylindrical Viscometer seperti pada gambar 2.2 terdiri dari dua silinder konsentris dengan fluida yang terdapat diantara keduanya. Silinder terluar diputar dan torsi diukur pada silinder yang terdapat di dalam. Jika: r i = jari-jari silinder bagian dalam r o = jari-jari silinder bagian luar  a = panjang tabungsilinder c = radial clearence  = kecepatan sudut Maka berdasarkan postulat Newton: o u f A c   2.11 Catatan: o  merupakan konstanta proporsional, disebut juga kekentalan absolut  . Dimana: A = luas area, 2 a r l  u = kecepatan, . o r   2 o o o a r f r l c     2.12 Maka atorsi yang terjadi pada silinder bagian dalam adalah: 2 2 i a q i r r l t fr c     Didapat kekentalan dinamikabsolut: Universitas Sumatera Utara 2 2 q i a t c r r l    2.13 Gambar 2.7 Viskometer Rotasional

2.5.3 Viskometer Pipa Kapiler

Pengukuran kekentalan pada viscometer pipa kapiler Capillary Viscometers didasarkan pada pengukuran rata-rata aliran fluida melalui tabung berdiameter kecilpipa kapiler. Ada banyak tipevarian viscometer yang menggunakan prinsip aliran fluida melalui pipa kapiler, dan viscometer pipa kapiler merupakan viscometer yang memiliki varian yang paling banyak dibandingkan gengan tipe viscometer lain. Beberapa diantaranya dapat dilihat seperti pada gambar di bawah. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.8 Beberapa jenis tipe viscometer pipa kapiler Gambar 2.9 Penampang pipa kapiler Secara umum perhitungan viskositas pada viskometer pipa kapiler: Berdasarkan aliran fluida pada pipa bundar: 4 8 4 q dp dx a   2.14 Universitas Sumatera Utara Jika 1  adalah tekanan masuk dari fluida dan t l adalah panjang pipa kapiler, maka: 4 8 i t t i dp dx q a           2.15 Dimana i t gh    dan t h adalah tinggi pipa kapiler dan  adalah rapat massa pada  =0 dan temperatur konstan. Maka dapat dituliskan: 4 , 4 8 8 t i t t k o q gh a q h A q a g             2.16 Dimana , k o     adalah kekentalan kinematik pada p=0 dan temperatur tetap, serta A = 4 8 t ga   , dan mengingat q 1 t  , maka: ,0 t k h B t A q    2.17 Dimana B adalah konstanta dari fungsi alat uji tersebut.

2.5.4 Viskometer Cone and Plate

Dokumen yang terkait

Analisa Distribusi Tekanan Minyak Pelumas Pada Bantalan Luncur Menggunakan Minyak Pelumas SAE 15W/40 dan SAE 20W/50

4 61 89

kemasan pada kendaraan Mobil Automatic dan Mobil Manual, yang berjudul, "Analisa Distribusi Tekanan Minyak Pelumas Pada Bantalan Luncur Menggunakan Minyak Pelumas SAE 15W/40 dan SAE 20W/50

4 50 89

Analisa Distribusi Tekanan Pada Bantalan Luncur Dengan Menggunakan Minyak Pelumas Monograde Sae 30 Dan Sae 40 Dengan Dan Tanpa Zat Aditif Dengan Variasi Putaran

0 30 106

Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Dengan Menggunakan Pelumas SAE 30, Minyak SAE 40, Dan Minyak SAE 50

0 80 118

Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran

0 36 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gesekan dan Keausan - Analisa Distribusi Tekanan Minyak Pelumas Pada Bantalan Luncur Menggunakan Minyak Pelumas SAE 15W/40 dan SAE 20W/50

0 0 39

Analisa Distribusi Tekanan Minyak Pelumas Pada Bantalan Luncur Menggunakan Minyak Pelumas SAE 15W/40 dan SAE 20W/50

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Teknik Pelumasan - Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur yang menggunakan Minyak pelumas Enduro SAE 20W/50 dan Federal SAE 20W/50 dengan Variasi Putaran

0 0 32

ANALISA TEKANAN PADA BANTALAN LUNCUR YANG MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS ENDURO SAE 20W50 DAN FEDERAL SAE 20W50 DENGAN VARIASI PUTARAN

0 0 14

ANALISA TEKANAN MINYAK PELUMAS PADA BANTALAN LUNCUR YANG MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS OLI KEMASAN DAN MINYAK PELUMAS OLI DRUM DENGAN VARIASI PUTARAN

0 0 17