Viskometer Cone and Plate Pelumasan hidrodinamis pada bantalan luncur

Jika 1  adalah tekanan masuk dari fluida dan t l adalah panjang pipa kapiler, maka: 4 8 i t t i dp dx q a           2.15 Dimana i t gh    dan t h adalah tinggi pipa kapiler dan  adalah rapat massa pada  =0 dan temperatur konstan. Maka dapat dituliskan: 4 , 4 8 8 t i t t k o q gh a q h A q a g             2.16 Dimana , k o     adalah kekentalan kinematik pada p=0 dan temperatur tetap, serta A = 4 8 t ga   , dan mengingat q 1 t  , maka: ,0 t k h B t A q    2.17 Dimana B adalah konstanta dari fungsi alat uji tersebut.

2.5.4 Viskometer Cone and Plate

Gambar 2.6 menunjukkan prinsip kerja viskometer Cone-and-Plate Viscometer. Sudut  sangat kecil. Kecepatan permukaan pada kerucut cone pada jari-jari r adalah u = .r  . Ketebalan lapisan fluida adalah h = r tan   r . Berdasarkan postulat Newton : Universitas Sumatera Utara 2 2 , R R o o o o u r f A rdr rdr h r              Maka torsi yang terjadi: 2 2 2 2 3 R o o q o R t r dr          Sehingga: 3 3 2 q o t R     2.18 Gambar 2.10 viskometer Ferranti-cone dan plate viscometers Universitas Sumatera Utara Gambar 2.11 prinsip kerja cone-and-plate viscometer

2.5.5 Viskometer tipe lain

Selain dari viscometer diatas, masih banyak lagi viscometer tipe lain, beberapa diantaranya dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 2.12 Stormer viskometers Universitas Sumatera Utara Gambar 2.13 Saybolt Viscometers Gambar 2.14 Mac Michael Viscometers Universitas Sumatera Utara 2.6 Bantalan Luncur dan Pelumasan pada Bantalan Luncur 2.6.1 Bantalan Luncur Jenis bantalan luncur journal bearings sangat luas penggunaannya pada mesin-mesin yang memiliki elemen berputar rotating machines, seperti turbin uap, generator, blower, kompresor, motor bakar, poros kapal laut, bahkan sebagai bantalan pada elemen yang seharusnya menggunakan bantalan gelinding rolling elements bearing. Hal tersebut karena bantalan luncur lebih baik dari bantalan gelinding pada parameter yang dianggap sama dalam hal penyerapan getaran, tahapan terhadap gaya kejut, relative tidak bising dan umurnya lebih panjang. Semua karakteristik ini disebabkan oleh prinsip pelumasan bantalan luncur yang menggunakan lapisan tipis minyak pelumas saat menumpu poros, misalnya. Tentu saja hal tersebut tidak lepas dari teknik desain dan pemilihan material yang terus dikembangkan. Bantalan luncur termasuk dari jenis bantalan yang arah pembebanan normalnya pada arah radial atau lebih banyak mengarah tegak lurus pada garis sumbu poros. Maka bantalan luncur termasuk ke dalam jenis plain bearing atau kadang disebut dengan sliding bearing. Disebut bantalan luncur dalam bahasa Indonesia adalah karena adanya gesekan luncur dan gerakan luncur sliding yang terjadi pada bantalan, akibat adanya lapisan fliuda tipis diantara bantalan dan poros tersebut. Dapat juga dibandingkan seperti atlit selancar air yang berselancarmeluncur bebas diatas air, demikian juga dengan poros yang dapat meluncur dengan mudah pada bantalan dengan batuan lapisan tipis minyak pelumas. Dalam bahasa inggris disebut journal bearings karena poros ditumpu oleh bantalan pada tempatdaerah yang dinamakan tap-poros atau leher poros neck, dan daerah leher poros tersebut dinamakan journal. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.15 Bantalan luncur

2.6.2 Pelumasan hidrodinamis pada bantalan luncur

Ada berbagai jenis bantalan luncur dan bantalan-bantalan tersebut dapat dilumasi dengan minyak pelumas, gas bahkan dengan minyak gemuk. Namun tipe pelumasan yang paling efektif dan paling banyak digunakan adalah dengan minyak pelumas dengan tipe pelumasan hidrodinamis. Seperti yang telah dijelaskan diatas, teori pelumasan hidrodinamis ini berasal dari penelitian Beauchamp Tower, yang dianalisa oleh Osbone Reynolds. Universitas Sumatera Utara

2.6.2.1 Teori aliran hidrodinamis fluida diantara dua platpermukaan datar

Gambar 2.16 Aliran hidrodinamis fluida diantara dua platpermukaan datar Lihat lapisan minyak pelumas diantara dua plat AB dan CD, salah satu permukaan bergerak dengan kecepatan V, dan permukaan yang satunya CD diam, seperti pada gambar 2.16. kecepatan minyak saat kontak dengan CD adalah nol saat CD diam. Gaya pada minyak yang digambarkan dalam elemen kubus dx, dy, dz pada Setiap titik xyz seperti pada diagram, dimana F adalah gaya yang terjadi pada gesekan internal dan p adalah tekanan pada titik tersebut xyz. Berdasarkan hukum Newton: F = v y   2.19 Universitas Sumatera Utara Dimana  = koefisien kekentalan dan v = kecepatan pada arah x. Anggap elemen dx.dy.dz berada dalam gerakan seragam pada arah x dan p y    p adalah independent terhadap y, sehingga solusi gaya: . . F p F dy F dx dz p p dx dy dz y x                       2.20 Sehingga hasilnya: F p y x      Substitusi nilai F: v F y y y        Maka: 2 2 F v y y      2 2 F p v y d y        2.21 Kemudian kita Integralkan persamaan 2.21 sehingga kita mendapatkan persamaan 2.22: 2 1 2 1 2 p v y C y C x      2.22 Lalu kita tentukan kondisi v=V ketika y=0 dan v=0 ketika y=h, didapat: 1 1 1 2 y p y v V hy h x h                   2.23 catatan: Kondisi yang diterapkan untuk menentukan konstanta C 1 dan C 2 adalah karena y diukur berlawanan dengan arah yang diindikasikan. Universitas Sumatera Utara Dari sini fungsi internal pada persamaan 2.20 harus bernilai , F F F dy pengganti F dy y y                   sehingga: F p y x       Atau tanda F y   dibuat negatif dan persamaan kecepatan menjadi: 1 1 1 2 y p y v V hy h x h                   2.24

2.6.2.2 Persamaan Tekanan Sommerfeld untuk Pelumasan Hidrodinamis

pada Bantalan Lucur Gambar 2.17 Bantalan luncur dan tata namanya Pada tahun 1904, A. J. W. Sommerafeld 1869-1951 menemukan suatu persamaan yang dapat menganalisa tekanan pada lapisan tipis minyak pelumas pada bantalan luncur, yang dikenal dengan persamaan Sommerfeld, yaitu: 2 2 2 2 6 sin 2 cos 2 1 cos r p p                      2.25 Universitas Sumatera Utara Dapat juga ditulis: 2 2 2 2 6 sin 2 cos 2 1 cos r p p                      2.26 Dimana: p = tekanan pada minyaka pelumas Pa p = tekanan suplai Pa  = kecepatan putaran poros journal rpm R = radius bantalan m r = radiaus poros m  = kelonggaran radiala R-r e = eksentrisitas = perbandingan eksentrisitas = e   = viskositas minyak pelumas h = tebal lapisan minyak pelumas  = posisi angular o Dimana lapisan film minyak pelumas minimum adalah: h = 1 .cos     Sommerfeld juga memberikan solusi untuk beban total di sepanjang bantalan, yaitu sebagai berikut: P = 3 2 2 2 12 . 2 1 . . r          Universitas Sumatera Utara P = 2 2 . . 1 l r k    2.27 Dimana: P = Beban total di sepanjang bantalan N k = angka sommerfeld Pa l = panjang bantalan m r = jari-jari poros m  = perbandingan eksentrisitas Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENGUJIAN

3.1 Diagram Alir Pengujian

Minyak Pelumas Pengisian Minyak dan Pemanasan warm up Pengujian Karakteristik Bantalan Luncur Putaran 1500 rpm Putaran 1750 rpm Putaran 2000 rpm Putaran 1000 rpm Putaran 1250 rpm Pencatatan Data AnalisaHasilPengujian Pengujian kekentalan_minyak pelumas Gambar 3.1 Diagram Alir Pengujian Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisa Distribusi Tekanan Minyak Pelumas Pada Bantalan Luncur Menggunakan Minyak Pelumas SAE 15W/40 dan SAE 20W/50

4 61 89

kemasan pada kendaraan Mobil Automatic dan Mobil Manual, yang berjudul, "Analisa Distribusi Tekanan Minyak Pelumas Pada Bantalan Luncur Menggunakan Minyak Pelumas SAE 15W/40 dan SAE 20W/50

4 50 89

Analisa Distribusi Tekanan Pada Bantalan Luncur Dengan Menggunakan Minyak Pelumas Monograde Sae 30 Dan Sae 40 Dengan Dan Tanpa Zat Aditif Dengan Variasi Putaran

0 30 106

Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Dengan Menggunakan Pelumas SAE 30, Minyak SAE 40, Dan Minyak SAE 50

0 80 118

Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur Yang Menggunakan Minyak Pelumas Multigrade Dengan Dan Tanpa Aditif Dengan Variasi Putaran

0 36 115

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gesekan dan Keausan - Analisa Distribusi Tekanan Minyak Pelumas Pada Bantalan Luncur Menggunakan Minyak Pelumas SAE 15W/40 dan SAE 20W/50

0 0 39

Analisa Distribusi Tekanan Minyak Pelumas Pada Bantalan Luncur Menggunakan Minyak Pelumas SAE 15W/40 dan SAE 20W/50

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Teknik Pelumasan - Analisa Tekanan Pada Bantalan Luncur yang menggunakan Minyak pelumas Enduro SAE 20W/50 dan Federal SAE 20W/50 dengan Variasi Putaran

0 0 32

ANALISA TEKANAN PADA BANTALAN LUNCUR YANG MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS ENDURO SAE 20W50 DAN FEDERAL SAE 20W50 DENGAN VARIASI PUTARAN

0 0 14

ANALISA TEKANAN MINYAK PELUMAS PADA BANTALAN LUNCUR YANG MENGGUNAKAN MINYAK PELUMAS OLI KEMASAN DAN MINYAK PELUMAS OLI DRUM DENGAN VARIASI PUTARAN

0 0 17