PRINSIP DASAR
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup yang ditempuh
di luar pengadilan , pada
prinsipnya adalah:
Suatu upaya untuk mendorong peningkatan dan
pengutamaan musyawarah dalam
penyelesaian setiap sengketa lingkungan hidup yang terjadi
antara para pihak, yang berkaitan dengan kerugian yang diderita oleh salah satu
pihak akibat perbuatan pihak lain.
Lanjutan.........
Prinsip mengutamakan penyelesaian sengketa lingkungan hidup adalah melalui
kesepakatan secara musyawarah dan mufakat.
Alternatif penyelesaian sengketa lingkungan hidup
di luar pengadilan
diharapkan dapat meningkatkan ketaatan masyarakat terhadap sistem nilai yang
berasaskan musyawarah.
Rekomendasi tindak lanjut Verifikasi pengaduan
Identifikasi sengketa LH
Mengundang pencemarperusak klarifikasi sengketa LH
Mengakui dan mau bermusyawarah
Negosiasi Mediasi
Arbitrasi
Proses negosiasi atau mediasi atau arbitrasi
Tidak ada kesepakatan
Pelaksanaan pengawasan
DI LUAR PENGADILAN OLEH INSTANSI LH
Ada kesepakatan Pengadilan
Pengadilan Tidak Mengakui
Undang masyarakat Para pihak
PARA PIHAK YANG BERSENGKETA
PERUSAHAAN vs
PERUSAHAAN
MASYARAKAT vs
PERUSAHAAN
NEGARAPEMERINTAH vs
PERUSAHAAN
IDENTIFIKASI SENGKETA LH
1.
Memeriksa kebenaran terjadinya kerugian akibat pencemaran danatau kerusakan lingkungan;
2.
Identifikasi jenis kerugian yg timbul;
3.
Identifikasi tindakan tertentu untuk pemulihan lingkungan dan mencegah dampak lingkungan
yang lebih parah;
4.
Menghitung nilai kerugian akibat pencemaran danatau kerusakan lingkungan.
MENGUNDANG PARA PIHAK YG BERSENGKETA
1.
Temui pihak pencemarperusak LH terlebih dahulu, selanjutnya temui pihak yang dirugikan
untuk presentasi hasil verifikasi pengaduan sengketa advokasi PSLH di luar pengadilan,
agar tidak terjadi perdebatan yg mempersulit terjadinya kesepakatan untuk musyawarah
2.
Selanjutnya pertemukan para pihak utk meyakinkan keuntungan penyelesaian sengketa
LH di luar pengadilan sekaligus menawarkan pilihan forum musyawarah PSLH di luar
pengadilan
PSLH DI LUAR PENGADILAN
KERUGIAN MASYARAKAT KERUGIAN NEGARA
Memfasilitasi para pihak utk PSLH di luar pengadilan:
a. Fasilitasi tempat,
datainformasi, konsultasi b. Menyediakan mediator,
Arbiter Negosiasi dg pencemar
perusak LH untuk membayar ganti kerugian
dan atau tindakan tertentu
DI LUAR PENGADILAN
1.
Win-win solution
2.
Efisiensi biaya dan waktu
3.
Menumbuhkan rasa memiliki terhadap proses perundingan
4.
Tercipta hubungan baik antara para pihak
5.
Selaras dengan budaya
KELEMAHAN PSLH DI LUAR PENGADILAN
1.
Kurang memiliki kekuatan hukum untuk ditaati oleh para pihak, khususnya bagi
penanggung jawab usaha kegiatan;
2.
Yang diselesaikan seringkali bukan sengketa lingkungan hidup, tetapi
sengketa sosialnya
1. Kesepakatan antara PT. Pertamina RU VI Balongan dengan masyarakat di 22 desa di 4
kecamatan di Kabupaten Indramayu, membayar ganti kerugian masyarakat sebesar
Rp. 11.479.555.860 untuk 1788 nelayan dan petani tambak, tahap II 2012, tahap I 2009
sebesar 86.313.191.600 milyar untuk 8.196 nelayan dan petani tambak.
2. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup antara Masyarakat Desa Bulan-bulan, Desa
Perupuk dan Desa Pematang Panjang, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara
dengan PTPN IV Kabun Tanah Itam Ulu, PT. Socfindo Kebun Tanah Gambus, dengan
melakukan tindakan tertentu berupa perbaikan pengelolaan lingkungan terhadap kanal Titi
Merah di Provinsi Sumatera Utara 2012.
3. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup antara PT. PGE Area Lahendong dengan petani
yang terkena dampak uap panas akibat kegiatan PT. PGE Area Lahendong, Kota
Tomohon, Sulut, melakukan tindakan tertentu berupa perbaikan pengelolaan lingkungan
hidup 2011.
SEBAGAI FASILITATOR SEBAGAI PIHAK
1. Kesepakatan antara KLH dengan PT. PZ
Cusson Indonesia Tangerang, melakukan tindakan tertentu dan mebayar ganti kerugian
lingkungan sebesar Rp. 1. 099.696.500 2012.
2. Kesepakatan antara KLH dengan PT. Injatama
Bengkulu, melakukan tindakan tertentu berupa perbaikan pengelolaan lingkungan 2012.
3. Kesepakatan antara KLH dengan RSUD Bangli,
Provinsi Bali melakukan tindakan tertentu berupa perbaikan pengelolaan lingkungan
2012.
4. Kesepakatan antara KLH dengan PT. S2P
Cilacap melakukan perbaikan pengelolaan lingkungan 2012.
5. Kesepakatan antara KLH dengan PT. HEC
Gresik melakukan perbaikan pengelolaan lingkungan 2012.
6. Kesepakatan antara KLH dengan Masyarakat
Pemotong dan Peternak Hewan Desa Segoroyoso, Pleret, bantul, DIY 2012.
7. Kesepakatan antara KLH dengan PT. Madubaru,
DIY 2012.
4. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
antara Masyarakat RW 013, Jatibening
Estate, Jatibening,Pondok Gede, Bekasi dengan PT. Jasa Marga Cabang Jakarta
– Cikampek 2013.
5. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
antara Keluarga Besar Suku Kapauku Amungme dengan PT. Freeport Indonesia ,
Mimika Papua 2013.
6. Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup
antara Keluarga Besar Suku Kapawe Kamoro dengan PT. Freeport Indonesia,
Mimika Papua 2013.
SEBAGAI FASILITATOR SEBAGAI PIHAK
8. Kesepakatan antara KLH dengan PT. BIG
Tangerang, melakukan tindakan tertentu dan mebayar ganti kerugian lingkungan sebesar
Rp. 193.750.581 2013.
9. Kesepakatan antara KLH dengan PT. SC Kota
Cimahi, melakukan tindakan tertentu dan membayar ganti kerugian lingkungan sebesar
Rp. 140.407.470 2013.
10. Kesepakatan antara KLH dengan PT. GNM Banten, melakukan tindakan tertentu dan
membayar ganti kerugian lingkungan sebesar Rp. 112.774.145 2013.
11. Kesepakatan antara KLH dengan PT. Dewa Sutratex II Cimahi, melakukan perbaikan
pengelolaan lingkungan dan membayar ganti kerugian lingkungan sebesar Rp. 747.015.500
2013.
12. Kesepakatan antara KLH dengan PT. TBJ Lingga, Kepulauan Riau, melakukan perbaikan
pengelolaan lingkungan dan membayar ganti kerugian lingkungan sebesar Rp. 162.000.000.
2013.