Pembiakan Murni Identifikasi Fungi Trichoderma sp.

muncul dalam cawan petri memilki jumlah bakteri asal. Agar ketelitian dari pengamatan lebih tinggi, maka jumlah koloni dalam cawan petri dibatasi 30-300 koloni. Untuk memperoleh selangan tersebut, maka biakan perlu diencerkan Hadioetomo,1990. Tanah dimasukkan 10 gr ke dalam labu Erlenmeyer yang sudah berisi air steril sebanyak 100 ml kemudian kocok dengan shaker selama 30 menit ini di sebut pengenceran 10 -1 hal ini untuk memisahkan mikroba dengan tanah, kemudian diambil 1 ml dari sampel masukkan kedalam tabung reaksi I yang berisi 9 ml air steril kocok hingga campuran homogen, kemudian ambil 1ml dari tabung reaksi I masukkan kedalam tabung II yang berisi 9 ml air steril kocok hingga homogen, kemudian ambil 1ml dari tabung reaksi II masukkan kedalam tabung III yang berisi 9 ml air steril kocok hingga homogen. Setelah itu dari tabung reaksi I, II, dan III dituangkan sebanyak 0,1 ml ke dalam cawan petri I dari tabung reaksi I, cawan petri II dari tabung reaksi II, dan cawan petri III dari tabung reaksi III, yang berisi PDA dengan suhu 50 o C menggunakan pipet tetes mikro kemudian di sebar menggunakan spatula di atas permukaan PDA sampai kering biarkan sampai fungi tumbuh pada media biakan tersebut, ini dilakukan dengan tiga kali ulangan.

4. Pembiakan Murni

Biakan isolasi fungi dari pengenceran yang berasal dari cawan petri I, II, III dilihat pertumbuhan fungi yang paling dominan, dibuat biakan murni. Jenis fungi yang dominan di pindahkan ke dalam cawan petri yang telah diisi PDA terlebih dahulu dan diinkubasi selama 14 hari. Fungi yang telah tumbuh pada media, diamati Universitas Sumatera Utara ciri-ciri mikroskopisnya, yaitu ciri koloni seperti sifat tumbuh hifa, warna koloni dan diameter koloni.

5. Identifikasi Fungi

Biakan murni fungi diremajakan pada media PDA dan diinkubasi selama 14 hari. Fungi yang telah tumbuh pada media, diamati ciri-ciri makroskopisnya, yaitu cirri koloni seperti sifat tumbah hifa, warna koloni dan diameter koloni. Fungi juga ditumbuhkan pada kaca objek dengan cara membuat potongan agar yang telah di tumbuhi fungi diletakkan pada kaca objek, dan ditutupi dengan gelas penutup. Biakan pada kaca ini di biarkan selama beberapa hari pada kondisi ruang sampai fungi tumbuh cukup berkembang, kemudian dilakukan pengamatan dengan mikroskop untuk pengambilan data mikroskopis. Diamati dan di identifikasi fungi yang ada pada mikroskop yang menyangkut bentuk, warna hifa, miselia, konidia dan jenis fungi. Kemudian dicocokkan dengan kunci identifikasi.

6. Pembuatan Starter

Jagung pecah giling dicuci bersih hingga semua kulit ari dan ampas terbuang lalu ditiriskan. Jagung dikukus selama ± 60 menit, kira-kira hampir matang diangkat. Jagung yang sudah dingin diberi 1 g streptomycin untuk 3 kg jagung. Jagung dimasukkan dalam plastik tahan panas ukuran 1 kg sebanyak masing-masing 300 g, disterilkan dalam autoklaf dengan suhu mencapai 121ºC tekanan 1atm. Jagung dalam plastik dipindahkan ke dalam laminar flow untuk diinokulasi dengan isolat fungi murni yang sudah dibiakkan di media PDA sebelumnya. Fungi di media jagung dibiarkan sampai tumbuh merata di semua bagian jagung. Starter fungi yang sudah berumur ± 2 minggu sudah dapat diaplikasikan ke media tanaman dalam polibag. Universitas Sumatera Utara Persiapan Media Tanam, Penanaman dan Aplikasi Starter Media tanam menggunakan tanah andisol yang masih asli tidak pernah terkena pupuk yang diambil dari desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo. Sampel tanah sebagian diambil terlebih dahulu untuk dianalisis di Laboratorium Biologi Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Tanah yang sudah diambil langsung dimasukkan ke dalam polibag agar kondisinya sesuai dengan lingkungan asalnya. Tanah dimasukkan ke dalam polibag masing-masing sebanyak 5 kg dan dibuat lubang di tengah-tengahnya. Bibit H. brasiliensis umur 3 bulan dipindahkan ke dalam polibag yang telah diisi tanah. Starter diaplikasikan sesuai dosis yang sudah ditetapkan ke media tanam pada masing-masing polibag kecuali polibag kontrol dan disiram setiap pagi dan sore hari dengan takaran yang sama. 10 gram tanah andisol 1 ml 1 ml 1 ml Air steril 100ml 9 ml air steril 9 ml air steril 9 ml air steril Cawan petri I Cawan petri II Cawan petri III cawan petri berisi PDA Gambar 2. Cara Pengenceran Tanah Andisol untuk Isolasi Fungi dan Pemurnian Fungi Pada Media PDA Fungi yang diisolasi dari tanah andisol dilakukan identifikasi Universitas Sumatera Utara Biakan yang telah Fungi di Inokulasikan ke media Starter Starterdiaplikasikan di Identifikasi ke Tanaman Gambar 3. Cara Inokulasi dan Aplikasi Fungi pada Bibit Hevea brasiliensis Pemeliharaan Tanaman Penyiraman Penyiraman bibit dilakukan pada sore hari dengan menggunakan gembor, tetapi disesuaikan dengan kondisi lapangan. Jika media masih lembab, maka tidak perlu disiram karena akan menyebabkan busuk akar. Penyiangan Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang berada pada polibag. Pengamatan Parameter Sebelum dilakukan pengamatan parameter, terlebih dahulu dilakukan pengambilan data awal tiap parameter. Data yang diperoleh pada saat pengukuran parameter dikurangi terhadap data awal sebelum pengukuran. Pengamatan mulai dilakukan 2 minggu setelah tanam 2 MST, selama 3 bulan dan parameter yang diamati antara lain adalah: Universitas Sumatera Utara Tinggi Tanaman cm Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal tunas okulasi sampai titik tumbuh terakhir. Pengukuran tinggi dilakukan dengan menggunakan penggaris. Diameter Batang cm Diameter batang diukur dengan jangka sorong pada pangkal batang kira- kira 1 cm dari permukaan tanah diberi tanda patok kayu setinggi 1 cm dari permukaan tunas okulasi. Pengukuran berikutnya dilakukan di pengukuran pertama atau sejajar dengan patok yang sudah dipasang tadi, demikian selanjutnya. Luas Permukaan Daun Pengamatan luas daun dilakukan pada akhir pengambilan data. Daun terlebih dahulu dicetak di atas kertas milimeter, lalu di scan ke komputer, selanjutnya dihitung dengan menggunakan program software komputer Image J. Daun yang dihitung adalah seluruh daun yang ada pada bibit. Bobot kering Total Dianalisis setelah data terakhir diambil hari terakhir bulan ke-3. Daun, akar dari setiap perlakuan dan kontrol masing-masing dimasukkan ke dalam amplop yang sudah dilubangi lalu dikeringkan dalam oven dengan suhu 70 ºC selama 72 jam. Setelah daun dan akar benar-benar kering masing-masing ditimbang dengan timbangan analisis. Universitas Sumatera Utara Analisis Data Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Percobaan Acak Lengkap RAL Faktorial dengan 2 faktor dan ulangan sebanyak 3 kali dimana: 1. Faktor I: Jenis klon Karet yang ditanam yang terdiri dari 4 klon yaitu: AVROS PB 260 PB 340 RRIC 100 2. Faktor II: Jenis fungi yang digunakan yang terdiri: K: Kontrol A: Fungi Aspergillus sp. B: Fungi Trichoderma sp. C: Fungi Penicillium sp. D: Fungi Humicola sp. Percobaan dianalisis dengan sidik ragam dengan model linier sebagai berikut: Yij= � + Ti+Mj+Uk+TMij+ℇijk Yij : Pengaruh jenis klon T ke-i dan pemberian fungi M dengan jenis yang berbeda ke-j pada ulangan U ke-k µ : Nilai tengah umum Ti : Pengaruh jenis klon yang berbeda ke-i Universitas Sumatera Utara Mj : Pengaruh pemberian fungi dengan jenis yang berbeda ke-j TMij : Pengaruh interaksi antara jenis klon yang berbeda ke i dan pemberian fungi dengan jenis yang berbeda ke-j ℇijk : Galat pengaruh jenis klon T yang berbeda ke-i dan pemberian fungi M dengan jenis yang berbeda ke-j pada ulangan U ke-k Analisis statistik didasarkan pada analisis variansi pada setiap parameter dan uji lanjutannya menggunakan uji jarak berganda Duncan DMRT pada taraf 5. Universitas Sumatera Utara HASIL DAN PEMBAHASAN A. Jenis-jenis Fungi Yang Teridentifikasi Pada Tanah Andisol Desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo. Hasil penelitian menunjukkan ada 4 jenis fungi yang dominan dari hasil isolasi fungi pada tanah andisol desa Jaranguda, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo. Jenis-jenis fungi yang berhasil diisolasi yaitu Aspergillus sp. dengan jumlah koloni 40, Trichoderma sp. dengan jumlah koloni 36, Penicillium sp., dengan jumlah koloni 34 dan Humicola sp. dengan jumlah koloni 32. Jenis-jenis fungi yang teridentifikasi dari tanah andisol dengan ciri-ciri makroskopis dan mikroskopisnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis fungi yang berhasil di isolasi dari tanah andisol dan ciri-cirinya Jenis fungi Pengamatan makroskopik Pengamatan mikroskopik Warna koloni Diameter koloni Ukuran konidiofor Diameter hifa Diameter konidia Aspergillus sp Abu-abu kecoklatan 8 cm 15-20 µm 7,2 15-20 µm Trichoderma sp Hijau pekat 9 cm 7,5-12,5 µm 8,0 2,5-9 µm Penicillium sp Putih kekuningan 5,8 cm 500 µm 8,5 4-10,5 µm Humicola sp Putih abu- abu 8,6 12-17 µm 7,0 5-10 µm Universitas Sumatera Utara

B. Karakteristik Jenis-jenis Fungi Dominan Pada Tanah Andisol 1.

Aspergillus sp. Koloni pada medium PDA diameternya mencapai 4-6 cm dalam 8 hari, pada umur 14 hari diameter koloni mencapai 8 cm dan terdiri dari lapisan basal yang bersporulasi lebat dan pada awal pertumbuhan membentuk lapisan padat yang terbentuk oleh konidiofor-konidiofor berwarna coklat kekuningan yang cepat berubah menjadi coklat kehijauan. Tangkai konidiofor bening, dan umumnya berdinding tebal dan menyolok. Kepala konidia berbentuk bulat, kemudian merekah menjadi kolom kolom yang terpisah. Vesikula berbentuk bulat hingga semibulat, dan berdiameter 25- 50 µm. Fialid terbentuk langsung pada vesikula atau pada metula dan berukuran 10- 15 x 4-8 µm. Metula berukuran 7-10 x 4-6 µm. Konidia berbentuk bulat hingga semibulat, berdiameter 5-6,5 µm, berwarna kuning kecoklatan. Gambar 4. Aspergillus sp koloni umur 14 hari pada media PDA A; dan foto mikroskopik B, konidia a, konidiofor b Dari hasil penelitian ditemukan jenis fungi Aspergillus sp. ditanah andisol pengunungan dataran tinggi. Hal ini didukung oleh Hakim 2009 bahwa jenis fungi b a B A Universitas Sumatera Utara yang banyak ditemukan di lapisan tanah organik adalah Penicillium sp., Mucor sp., Trichoderma sp. dan Aspergillus sp. Jenis dan jumlah akan berubah sesuai dengan perubahan keadaan tanah. Aspergillus sp merupakan jenis fungi yang kosmopolit dalam tanah, hal ini sama dengan yang dikatakan Ganjar 1999 Aspergillus merupakan fungi berserabut, kosmopolit dan dapat ditemukan dimana-mana, antara lain dri isolasi tanah, sisa-sisa tanaman, dan lingkungan udara serta dalam ruangan. Fungi Aspergillus sp. merupakan jenis fungi yang bermanfaat bagi kesuburan tanah dan tanaman. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Yulianto 1989 dan Djafaruddin 2000 bahwa Aspergillus sp. dan Penicillium sp. juga mempunyai kemampuan yang tinggi dalam melarutkan P dan K. Manfaat Aspergillus sp. antara lain genus Aspergillus dan genus Penicillium merupakan fungi antagonis yang mempunyai daya antibiotik yang berperan dalam ketahanan tanaman.

2. Trichoderma sp.

Pengamatan pertama diperoleh warna putih ke abu-abuan yang ada pada bagian tengahnya terdapat warna hijau. Sementara diameter pada hari ke 7 yang di peroleh sekitar 4,6 cm. Hari-hari berikutnya perubahan warna koloni terjadi dimana warna hijau terbentuk dan terdapat warna seperti tepung-tepung putih. Pada hari ke - 14 keseluruhan cawan tertutupi oleh warna hijau. Konidiofornya memiliki percabangan menyerupai piramida, yaitu pada bagian bawah lateral yang berulang- ulang, fialid tampak langsing dengan panjang 6-7 µm dengan warna hijau dan konidia yang terbentuk semi bulat hingga oval pendek dann berdinding halus, dengan Universitas Sumatera Utara diameter 2,5-3,00 µm. Bentuk koloni dan mikroskopik Trichoderma sp. dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Trichoderma sp. koloni umur 14 hari pada media PDA A; dan foto mikroskopik B, konidia a, Konidiofor b Jenis fungi kedua yang ditemukan dalam penelitian ini adalah fungi Trichoderma sp. Hal ini sesuai dengan perkataan Ganjar 1999 bahwa Trichoderma sp merupakan spesies yang kosmopolit, dan dapat di isolasi dari tanah. Fungi Trichoderma sp. merupakan salah satu fungi yang mampu memacu pertumbuhan tanaman dan bersifat antagonis bagi fungi lain yang bersifat parasit bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan perkataan Trianto dan Gunawan 2003 beberapa kapang antagonis Trichoderma sp. adalah fungi saprofit tanah yang secara alami merupakan parasit yang menyerang banyak jenis jamur penyebab penyakit tanaman yang mempunyai spektrum pengendalian luas. Pertumbuhan fungi Trichoderma sp. sangat cepat dan mampu menghasilkan hormon tumbuh sehingga dapat memacu pertumbuhan tanaman. a b A B Universitas Sumatera Utara Manfaat lain dari fungi Trichoderma sp. bisa menghasilkan antibiotik bagi tanaman seperti melindungi tanaman dari penyakit rebah. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Rifai 1969 bahwa Trichoderma harzianum antara lain menghasilkan sejumlah besar enzim ekstraseluler b 1,3 glukanase dan kitinase yang dapat melarutkan dinding sel fungi patogen, menyerang dan menghancurkan propagul patogen yang ada di sekitarnya. Trichoderma viridae menghasilkan 2 jenis antibiotik yaitu gliotoksin dan viridian yang dapat melindungi tanaman bibit dari serangan penyakit rebah kecambah. Mampu merangsang pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman. Secara ekonomi, penggunaan Trichoderma sp. lebih murah dari pada penggunaan pupuk kimia Amani, 2008.

3. Penicillim sp.

Dokumen yang terkait

Identifikasi Fungi Endemik dan Pemanfaatannya untuk Meningkatkan Pertumbuhan Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis) Di Tanah Gambut

0 64 68

Studi Karakter Fisiologis Dan Sifat Aliran Lateks Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) IRR SERI 300.

1 55 60

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muall, Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora casiicola Berk & Curt.) di Lapangan

0 34 64

Uji Ketahanan Beberapa Klon Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis Muell. Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun ( Corynespora Cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Kebun Entres

0 57 66

Penggunaan Berbagai Macam Fungi Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)

0 21 49

Uji Resistensi Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) Dari Kebun Konservasi Terhadap Penyakit Gugur Daun Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

0 35 61

Uji Resistensi Beberapa Genotipe Plasma Nutfah Karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg.) Terhadap Penyakit Gugur Daun (Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.) Di Laboratorium

0 30 53

Tanggap Pertumbuhan Dan Serapan Hara Bibit Karet (Hevea Brasiliensis Muell Arg) Asal Stump Mata Tidur Terhadap Ketersediaan Air Tanah

0 43 107

Identifikasi Fungi Endemik dan Pemanfaatannya untuk Meningkatkan Pertumbuhan Beberapa Klon Karet (Hevea brasiliensis) Di Tanah Gambut

0 0 13

Identifikasi Fungi Endemik dan Pemanfaatan Beberapa Klon Unggulan untuk Meningkatkan Pertumbuhan Karet (Hevea brasiliensis) di Tanah Andisol

0 0 15