Trakeitis sering sebagai sekuele dari croup. Diagnosis trakeitis dibuat berdasarkan sekresi trakea yang purulen dan kental Jones dkk, 1979.
Liston dkk 1983 menyarankan bahwa anak dengan gejala yang mirip croup yang tak sembuh setelah beberapa hari terapi medikamentosa atau berkembang menjadi
lebih panas atau ada leukesitosis harus menjalankan broskoskopi untuk menyingkirkan adanya secret kental tersebut. Bila positif terdapat trakeitis maka
menandakan keadaan klinis yang memburuk dan karenanya sering diperlukan intubasi atau trakeostomi. Beberapa sumber lebih menyarankan trakeostomi
dibandingkan intubasi karena diperlukan penghisapan yang sering tetapi ada juga yang berhasil mengelola pasien hanya dengan intubasi Jones dkk, 1979.
Etiologi : S. aureus dan S. hemolitycus
α. Harus dilakukan kultur saat laringoskopi dan terapi antibiotik sesuai hasil kultur. Meskipun diperlukan
perawatan di rumah sakit yang lebih lama karena perlu penghisapan yang sering, sebagian besar kasus dapat sembuh dengan terapi antibiotik yang tepat.
Pneumonia sekunder didapat merupakan komplikasi yang paling umum.
3.2 Laringitis Akut Spesifik
4
3.2.1 Laringitis Difteri
Merupakan penyakit infeksi akut yang dapat mengenai sebagian atau seluruh saluran nafas atas. Penyakit ini timbul pada anak diatas 6 tahun tetapi
orang dewasa juga dapat terkena. Saat ini penyakit tersebut jarang ditemukan karena pemberian imunisasi aktif pada bayi.
Etiologi : C. diphteriae ditularkan lewat udara dan benda yang terkontaminasi.
Kuman ini dapat berubah dari bentuk tidak virulen menjadi virulen yang mengeluarkan toksin.
Patologi : Infeksi terjadi dipermukaan, mengenai mukosa hidung, faring, dan
laring dan menimbulkan nekrosis pada epitel. Terjadi pengeluaran banyak serum, kemudian menggumpal membentuk selaput yang terdiri dari eptitel nekrotik,
bakteri, fibrin dan fagosit. Selaput dapat ditemukan dimana-mana seperti hidung, orofaring, laring dan trakea. Bakteri menghasilkan endotoksin yang dapat
Universitas Sumatera Utara
menyerang otot jantung dan saraf parifer. Kematian dapat terjadi akibat sumbatan jalan nafas atau kegagalan jantung.
Gejala Klinik : Masa inkubasi berlangsung selama 1-7 hari. Timbulnya tidak
jelas, hanya berupa nyeri tenggorokan ringan, malaise dan demam ringan. Jika laring terkena akan ditandai dengan suara serak, batuk, stridor dan tanda-tanda
sumbatan jalan nafas. Limfadenetis servikal memberikan tanda khas bentuk leher sapi atau “bull neck”.
Pemeriksaan : Pada faring atau laring tampak selaput putih keabuan pada tonsil,
dinding faring atau laring. Membran melekat erat dan mudah berdarah bila dilepaskan.
Diagnosis : Harus dicurigai bila dijumpai membran pada faring atau laring.
Diagnosis ditegakkan dari pemeriksaan mikroskopis pada membran dan dapat ditemukan kuman. Hal ini dapat dipastikan dengan melakukan biakan kuman pada
media Loeffler dan Telurit.
Terapi : Pencegahan sangat penting dan merupakan terapi yang terbaik. Setiap
anak harus mendapatkan imunisasi aktif sejak bayi dan imunisasi ulang hingga umur 10 tahun.
Antitoksin, tanpa harus menunggu biakan positif, karena merupakan satu-
satunya pengobatan spesifik. Diberikan dosis tunggal antara 20.000- 100.000 unit setengahnya secara i.v dan sisanya i.m.
Penisilin diberikan dengan dosis 125 mg, 4 kali sehari selama 10 hari
untuk mencegah karier.
Trakeostomi dilakukan bila terdapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas dan takikardia, sebelum dilakukan bronhoskopi untuk mengangkat membrane
pada trankea dan bronkus.
3.2.2 Herpes Laring