Manifestasi infeksi paling banyak ditemukan pada anak usia 6 bulan – 3 tahun. Biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas atau trauma pada mulut.
Patologi : Virus mungkin menetap pada sel-sel mukosa. Lesi dimulai sebagai
bercak vesikel dikelilingi oleh areola yang berwarna merah. Vesikel kemudian pecah dan kemudian meninggalkan ulkus kecil yang ditutupi eksudat berwarna
keputih-putihan. Infeksi biasanya mengenai mulut, faring dan laring.
Manifestasi Klinik : Herpes laring akut biasanya timbul bersamaan dengan herpes
ginggivastomatitis. Penyakit ini menyebebkan demam tinggi pada bayi dan anak kecil. Lesi pada mulut biasanya jelas. Gejala laring berupa suara serak, batuk
menggonggong dan stridor. Terdapat pembesaran kelenjar limfe servikal.
Diagnosis : Dipastikan dengan menemukan virus pada biakan. Biopsi dari lesi
memperlihatkan “inclusion body” intranuklear yang khas. Antibody terdapat dalam darah selang 4-5 hari setelah infeksi timbul.
Terapi : Hanya bersifat penunjang karena penyakit biasanya dapat sembuh sendiri
dalam waktu 1-3 minggu.
Antibiotika, diperlukan pada kasus yang berat untuk mengatasi infeksi sekunder pada ulkus di mukosa.
Trakeostomi jarang diperlukan
Pemberian vaksinasi ulang terhadap cacar pada pasien yang terkena infeksi
berulang mungkin berguna
3.3. Perikondritis laring
Merupakan reaksi inflamasi yang mengenai jaringan perikondium kantilago laring.
Etologi : Jarang merupakan infeksi primer. Yang paling sering adalah akibat
trauma atau penyinaran. Setiap infeksi akut pada mulut mungkin dapat menyebabkan perikondritis pada tulang rawan laring.
Patologi : Infeksi piogenik perinkodonium pada tulang rawan hialin dapat
mengakibatkan terkumpulnya bahan-bahan purulen di subperikodium. Terangkatnya perikondrium secara progresif menyebabkan terpisahnya
Universitas Sumatera Utara
perikondrium dari tulang rawan dan mengurangi aliran darah ke tulang rawan, sehingga terjadi nekrosis. Perikondritis akibat penyinaran biasanya steril tetapi
infeksi bisa timbul setelah biopsi laring yang menyebabkan perikondritis purulen. Ankilosis sendi krikoriatenoid dapat terjadi akibat infeksi pada kartilago krikoid
dan aritenoid. Fiklasi oleh jaringan fibrosis pada sendi dapat timbul, yang mungkin mangakibatkan satu atau kedua plika vokalis tidak dapat bergerak.
Manifestasi klinik : Rasa nyeri pada laring yang menetap dan bertambah hebat
bila pasien menelan dan berbicara. Suara serak sampai afonia, stridor dan dispneu. Batuk iriatif yang sering tidak berdahak tetapi ada terus menerus. Pada perabaan
kartilago tiroid dan krikoid terasa menebal dan lembek.
Pemeriksaan : Mukosa laring biasanya merah, granuler dan edem, sehingga
lumen laring tampak menyempit. Mungkin tidak terdapat pus di laring dan mengandung potongan tulang rawan yang nekrotik. Seringkali plika vokalis dan
kartilago aritenoid tidak bergerak secara normal, akibat pembengkakan pada jaringan lunak. Bila penyakit berlanjut,obstruksi total dengan tiba-tiba. Gejala lain
demam, takikardi, anoreksia, mual dan dehidrasi.
Terapi : Ditunjukan untuk mencegah terjadinya asfiksia dan komplikasinya
Trakeostomi untuk membersihkan trakea, menghilangkan obstruksi dan
mengistirahankan laring
Terapi parenteral sampai fase inflamasi akut teratasi
Gastrostomi untuk masuknya makanan, karema pemasangan pipa
nasogastrik dapat memberat penyakitnya.
Antibiotika dosis tinggi sesuai resistensi test.
Debridement, bila tanda-tanda infleksi telah mereda, kecuali drainase
abses.
Pemasangan bidai, setelah dilakukan debridemen, dibiarkan selama 5-6
untuk mencegah stenosis
Perikondritis akibat radiasi diterapi sama dengan diatas, dengan
memastikan bahwa sisa karsinoma sudah tak ada. Jika sisa karsinoma
masih ada, perlu dilakukan laringektomi total.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV LARINGITIS KRONIS
4.1. Laringitis Kronis Non Spesifik
5
Merupakan peradangan kronis non spesifik pada mukosa laring. Umumnya diderita oleh pria, usia pertengahan dan perokok.
Etiologi : Dapat disebabkan oleh:
Laringitis akut yang tidak sembuh sempurna
Iritasi asap rokok atau pengaruh nikotin rokok
Sering bernapas lewat mulut karena adanya gangguan bernapas lewat hidung
Perluasan mukosa yang mengalami proses radang kronik pada rhinitis,
sinusitis, adenoiditis dan bronchitis
Penggunaan suara yang berlebihan atau gangguan fungsi suara yang lama
Patologi : Efek dasar dari bahan yang mengiritasi laring adalah vasodilatasi dan
hiperemi. Keadaan ini dapat mengakibatkan pendarahan submukosa, edema interstisiel dan menghasilkan eksudat inflamasi. Daerah yang terkena mangalami
fibrosis dan hialinisasi yang menimbulkan penebalan dan deformitas struktur. Perubahan patologik ini dapat bersifat difus atau terlokalisir. Yang paling sering
letaknya pada plika vokalis sejati dan palsu serta ruang interaritenoid.epitel saluran napas yang bersilia di daerah supraglotis mengalami metaplasia skuamosa.
Daerah yang biasanya mempunyai epitel berlapis skuamosa akan tampak menebal akibat proses akantosis, keratosis dan parakeratosis. Struktur kelenjar
mengalami atropi sempurna sehingga terjadi sindroma sikakering
Histologi : Epitel skuamosa laring pada beberapa lapisan bersifat non-keratinisasi.
Daerah yang berbatasan pada jaringan subkutan dan lapisan basal mengandung sel silindris dengan inti yang berbentuk oval mitosis terjadi di lapisan ini, dan dari
lapisan tersebut sel-sel akan berpindah ke permukaan. Secara bertahap inti akan berubah bentuk, dari bulat menjadi gepeng dan menutupi permukaan. Meskipun
kebanyakan sel permukaan mengandung granul keratohialin intraselular, tak ada perkembangan yang mengarah ke proses keratinisasi. Dalam keadaan normal,
proses pematangan sel ini berjalan sesuai polanya dan perubahan patologi yang
Universitas Sumatera Utara