Steroid penting untuk mengatasi progresifitas inflamasi dan edema. 8.
Ekstubasi dilakukan 24 - 48 jam setelah intubasi. 9.
Pasien perlu diobservasi selama 24 – 48 jam lagi. 10.
Perlu ditekankan bahwa perawat yang terampil yang terbiasa dengan penanganan masalah kardiovaskuler dan respirasi setelah pemasangan
nasotrakeal tube dan dr. Anestesi dan dr. THT harus terampil pada keadaan ekstubasi. Pada institusi di mana PICU 24 jam tak mampu maka
lebih aman dilakukan trakeostomi 11.
Karena dapat terjadi obstruksi total dengan tanda-tanda yang mendadak maka NGT dan trakeostomi harus dilakukan segera setelah diagnosis
ditegakkan. Bila mungkin trakeostomi dapat dilakukan setelah intubasi orotrakeal.
12. Pasien-pasien dengan epiglottis pada orang dewasa dengan gejala yang
timbul setelah 6 jam onset biasanya perlu intervensi baik intubasi orotrakeal maupun trakeostomi. Sebagian besar pasien dimana gejala
timbul setelah lebih dari 8 jam maka tidak terjadi obstruksi akut.
3.1.2 Laringo-Trakeo-Bronkhitis Akut
3
Merupakan infeksi akut yang berat di daerah laring, trakea dan bronkus yang mengenai anak di bawah usia 5 tahun. Sering terjadi di musim dingin.
Kondisi kelembaban yang rendah dan dingin mungkin berperan pada penyakit ini.
Etiologi : Biasanya virus parainfluenza tipe 1-4. setelah infeksi virus berlangsung,
infeksi bakteri sekunder oleh organisme yang berasal dari hidung dan tenggorokan dapat terjadi. Yang tersering : S. hemoliticus, S. viridans, S. aureus dan
pneumokokus.
Gejala Klinik :
1. Pada saat onset, penyakit menyerupai flu umum kecuali croupy cough.
2. Suara serak
Universitas Sumatera Utara
3. Seiring dengan terjadinya pembengkakan akan terjadi stridor inspiratoar.
4. Retraksi.
5. Pucat dan sianosis sirkumoral biasanya mendahului penurunan suara nafas
yang pada gilirannya sebagai tanda ancaman kematian. 6.
Anoreksia dan demam pada stadium awal dan gelisah, dehidrasi dan kelelahan.
7. Agitasi dan peningkatan nadi sampai dengan 140 kalimenit dan respirasi
sampai dengan 80 kalimenit, merupakan tanda peningkatan kadar CO
2.
8. STL-AP ditemukan tanda Steeple penyempitan subglotis akibat edema.
Patologi : Terjadi pembengkakan edematous di daerah konus elastikus, dengan
akibat bertambah sempitnya daerah infraglotik yang semula sudah sempit. Edema juga mengenai cabang trakeobronkhial di bawahnya. Terbentuk sekret yang
mukoid yang susah dikeluarkan, kental, dan melekat. Kadang terbentuk pseudomembran.
Terapi :
3
1. Rawat inap dan observasi ketat
2. Humidifikasi
3. Antbiotika yang dapat mengatasi kuman seperti pada epiglotitis akut.
4. Racemic epinefrin melalui intermittent positive pressure breathing IPPB.
5. Kortikosteroid 100 mg hidrokortison i.m mungkin membantu.
6. Sedasi merupakan kontraindikasi karena dapat terjadi gangguan jalan
nafas. 7.
Cairan parenteral 8.
Oksigenasi 9.
ETT-Trakeostomi
3.1.3 Laringistis Subglotis
4
Merupakan penyakit inflamasi ringan pada anak namun perlu diperhatikan, karena dapat ditandai oleh spasme laring dan serangan dispnea yang hebat.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit ini khusus mengenai anak terutama laki-laki yang berusia 1-4 tahun. Dapat juga terjadi pada anak sampai usia 6 tahun.
Etiologi : Tidak diketahui, tetapi biasanya bersamaan dengan infeksi ringan
saluran nafas bagian atas.
Patologi : Hanya terjadi sedikit perubahan jaringan pada laring. Terdapat
pembengkakan dan hiperemi pada kedua sisi daerah infraglotik. Perubahan ini terjadi sesudah serangan dan bersifat sementara.
Manifestasi Klinik : Ciri khas penyakit ini adalah anak tidur dengan perasaan
sehat dan cepat tertidur. Beberapa jam kemudian bangun dengan batuk yang menggonggong, stridor dan dispnea. Anak berusaha bernafas yang akan
memperberat stridor dan dispneanya, akhirnya terjadi spasme laring. Kemudian timbul retraksi supraklavikula dan subkostal, dan akhirnya terlihat tanda-tanda
sianosis pada kulit. Pada saat anak ini mungkin muntah atau tidak sadar dan serangan berakhir. Anak kemudian tertidur dan bangun pada pagi hari dengan
sedikit batuk dan suara serak ringan. Ada kalanya gejala tidak menghilang spontan dan obstruksi menetap, sehingga diperlukan terapi yang lebih aktif.
Terapi : Langsung ditujukan untuk menghentikan serangan.
Humidifikasi, sangat penting dan biasanya stridor menghilang bila anak
ditempatkan di kamar mandi dengan pancuran air panas dijalankan.
Pemberian obat sedasi ringan yang diberikan sebelum tidur dapat mencegah serangan berulang.
Trakeostomi jarang diperlukan
Pemberian antibiotik bila tanda-tanda infeksi sekunder
3.1.4 Trakeitis Bakterialis