Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan Di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BERKELANJUTAN
DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR

HANNI ADRIANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Perencanaan Lanskap
Kawasan Wisata Berkelanjutan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi baik
yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016
Hanni Adriani
NIM A451120021

RINGKASAN
HANNI ADRIANI. Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan di
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh AFRA DN MAKALEW
dan SITI NURISJAH.
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki berbagai macam
sumberdaya alam dan sumberdaya sosial. Hal ini membuat Indonesia memiliki
banyak tempat sebagai area tujuan rekreasi dan wisata, namun hal ini tidak hanya
menyebabkan berbagai dampak positif saja tetapi juga dampak negatif bagi
lingkungan dan masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
dan menganalisis kondisi ekologis lanskap, kondisi visual lanskap, akseptibilitas
masyarakat terhadap pengembangan wisata kawasan, karakteristik dan preferensi
wisatawan, dan menyusun rencana pengembangan kawasan wisata berkelanjutan.
Kecamatan Cisarua menjadi lokasi studi penelitian yang merupakan bagian
dari kawasan wisata pegunungan Puncak yang terkenal di Jawa Barat. Kecamatan
Cisarua memiliki luas total area 66.72 km2. Data penelitian diperoleh dari
pengamatan lapang, data terpublikasi, data dari dinas/pemerintah yang terkait,

kuesioner pada mahasiswa arsitektur lanskap, dan wawancara langsung kepada
masyarakat lokal dan wisatawan yang berkunjung. Data yang diperoleh dari
penelitian ini dianalisis secara statistik dengan menggunakan metode pembobotan
dan skoring terhadap kriteria pada peubah yang dinilai, dianalisis secara spasial
menggunakan metode Geographic Information System (GIS), dan dianalisis
secara visual menggunakan metode Scenic Beauty Estimation (SBE).
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk menjamin keberlanjutan
kawasan wisata di Kecamatan Cisarua maka dikembangkan menjadi tiga zona
pengembangan, yaitu zona pengembangan wisata alami seluas 38.67 km2 (58.0%),
zona pengembangan wisata cukup potensial 14.32 km2 (21.4%), dan zona
pengembangan wisata sangat potensial 13.73 km 2 (20.6%). Hasil analisis kualitas
visual terhadap lanskap kawasan wisata menunjukkan preferensi visual responden
paling tinggi pada pemandangan yang didominasi oleh pegunungan, perbukitan,
dan vegetasi alami, sedangkan preferensi visual dengan nilai rendah memiliki
karakteristik lanskap yang didominasi oleh bangunan yang tidak tertata. Hasil
analisis akseptibilitas masyarakat terhadap wisata di Kecamatan Cisarua
menunjukan bahwa tingkat akseptibilitas masyarakat yang tinggi akan mendukung
terhadap pariwisata yang akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan
ekonomi mereka, kemudian dari analisis preferensi wisatawan dipilih model
wisata alam dan kegiatan yang mengisi waktu luang (leisure) dalam bentuk wisata

berkelompok. Agroekowisata merupakan bentuk wisata yang sesuai untuk
dikembangkan yang dapat mengakomodasi keinginan masyarakat, wisatawan dan
juga mendukung keberlanjutan kawasan wisata Kecamatan Cisarua. Aspek legal
yang terkait dengan wisata dan lingkungan harus diperhatikan untuk melestarikan
kawasan wisata di Kecamatan Cisarua, yaitu UU RI No 5 tahun 1990, UU RI No
32 tahun 2009, UU RI No 10 tahun 2009, Perpres No 54 tahun 2008, Perda No 4
tahun 2007, Perda No 19 tahun 2008, dan Perbup No 35 tahun 2014.
Kata kunci: Agroekowisata, GIS, Kecamatan Cisarua, perencanaan lanskap, SBE,
wisata berkelanjutan,

SUMMARY
HANNI ADRIANI. Planning Sustainable Tourism Landscape in Cisarua SubDistrict Bogor District. Supervised by AFRA DN MAKALEW and SITI
NURISJAH.
Indonesia is a tropical country, has various natural resources and social
resources. Because of that Indonesia has many place as destination for recreation
and tourism areas, but various positive and negative impact happened from that.
This study aims to identify and analyze the ecological landscape condition,
landscape visual conditions, public acceptability to the development of tourism,
tourist preferences, and development landscape plan of sustainable tourism area.
Case studies conducted in Cisarua sub-district which is part of the Puncak

mountainous tourist area is very well known in West Java, with an area of 66.72
km2. Data obtained from field observation, published data, government reports
and interviews with local residents, and tourists who visit the area. Data were
statistically analyzed by using a scoring method based assessment criteria, spatial
analyzed by Geographic Information System (GIS) method, and visual analyzed
by Scenic Beauty Estimation (SBE) method.
The results showed to maintain the sustainable tourism landscape in Cisarua
sub-district the zone must be developed into three zones, natural tourism
development zone has total area 38.67 km2 (58.0%), fair potential tourism
development zone has total area 14.32 km2 (21.4%), and high potential tourism
development zone has total area 13.73 km2 (20.6%). Visual quality analysis result
for the landscape tourist area showed that respondents highly preferred for the
landscape dominated by mountains, hills, and vegetation, while the visual
preferences with low value has the characteristics of a landscape dominated by
buildings that are not organized.
Acceptability analysis of local people for tourism in Cisarua sub-district
showed that people were highly agreed and hope for a positive impact to increased
local people welfare, then the tourists really like nature base tourism model and
leisure activity with large groups tourists. Agroecotourism is one tourism model
that most suitable and can accommodate the stakeholders needeeds. We have to

pay attention and obey the government rules to sustain the tourism landscape in
Cisarua sub-district, namely UU RI No 5/1990, UU RI No 32/2009, UU RI No
10/2009, Perpres No 54/2008, Perda No 4/2007, Perda No 19/2008, and Perbup
No 35/2014.
Key words: Agroecotourism, Cisarua sub-district, GIS, landscape planning, SBE,
sustainable tourism.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA
BERKELANJUTAN DI KECAMATAN CISARUA
KABUPATEN BOGOR


HANNI ADRIANI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji luar komisi pada ujian tesis: Dr. Ir. Aris Munandar, MS.

Judul Tesis : Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan di Kecamatan
Cisarua Kabupaten Bogor
Nama
: Hanni Adriani

NIM
: A451120021

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Afra DN Makalew, MSc
Ketua

Dr Ir Siti Nurisjah, MSLA
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Arsitektur Lanskap

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Dr Ir Nizar Nasrullah, MAgr


Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 11 Agustus 2016

Tanggal Lulus

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’ala yang
telah memberi kekuatan, hidayah dan segala karunia-Nya sehingga penelitian ini
dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul Perencanaan Lanskap Kawasan
Wisata Berkelanjutan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor dipilih karena isu
meningkatnya degradasi lanskap yang terjadi di kawasan Puncak, Kabupaten
Bogor akibat tingginya kegiatan wisata.
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Alm. Dr.
Ir. Setia Hadi, MS., Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA., dan Dr. Ir. Afra DN. Makalew,
M.Sc. yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan
karya ilmiah ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Dr. Ir. Aris
Munandar, MS. dan Dr. Ir. Indung Siti Fatimah, M.Si. selaku dosen penguji atas
kritik, masukan dan sarannya. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Dr. Ir.

Nizar Nasrullah, M.Agr. selaku Ketua Program Studi Arsitektur Lanskap, Sekolah
Pascasarjana IPB yang telah memberikan pengarahan dan dukunganya dalam
memperlancar proses administrasi akademik. Ucapan terimakasih penulis
sampaikan kepada Kecamatan Cisarua, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Bogor, Dinas Tata Ruang dan Pertanahan Kabupaten Bogor, Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bogor, dan Badan Pusat Statistik
Kabupaten Bogor atas bantuan dan kerjasama dalam memberikan informasi dan
data yang diperlukan. Selanjutnya, kepada seluruh keluarga terutama Apa Alm.
Deden Suramadenda, mamah Mae Rianti dan adik Hanna Maryam, penulis
mengucapkan terima kasih atas doa, kasih sayang, semangat dan dukungan yang
tiada henti. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
Pascasarjana Arsitektur Lanskap 2012, sahabat, dan seluruh pihak yang telah
memberikan semangat, kasih sayang dan dukungan selama proses penulisan.
Penulis menyadari dengan semua keterbatasan yang dimiliki penulis yang
masih rendah sehingga pembuatan karya ilmiah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Hanni Adriani


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pikir Penelitian


1
1
3
3
4
4

METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Tahapan Penelitian

5
5
6

KONDISI UMUM WILAYAH
Kondisi Geografis dan Administrasi
Kondisi Biofisik
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Kondisi Kepariwisataan

13
13
15
17
24

HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan Analisis Kondisi Ekologis Kawasan
Analisis Akseptibilitas Masyarakat
Analisis Kualitas Visual Lanskap
Analisis Karakteristik dan Preferensi Wisatawan
Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan

27
27
36
37
40
44

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

63
63
64

DAFTAR PUSTAKA

65

LAMPIRAN

67

RIWAYAT HIDUP

86

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Tujuan, data dan informasi, dan jenis data
Penilaian kepekaan lanskap Kecamatan Cisarua
Penilaian penutupan lahan di Kecamatan Cisarua
Penilaian akseptibilitas masyarakat Kecamatan Cisarua
Luas Desa/Kelurahan di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Latitut, longitut, dan elevasi wilayah di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Jumlah hari hujan dan curah hujan di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Luas DAS dan sub DAS di Kecamatan Cisarua
Jumlah penduduk dan kepadatannya di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Jumlah gedung sekolah menurut status sekolah di Kecamatan Cisarua
tahun 2013
Jumlah tempat pelayanan kesehatan di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Jumlah tenaga pelayanan kesehatan di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Jumlah penduduk menurut agama yang dianut di Kecamatan Cisarua
Jumlah sarana peribadatan di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Panjang jalan menurut pengelolanya di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kecamatan Cisarua tahun
2013
Jumlah objek wisata dan sebarannya di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Jenis akomodasi penginapan di Kecamatan Cisarua
Jumlah kunjungan wisatawan di Kecamatan Cisarua tahun 2007-2013
Jenis tanah di Kecamatan Cisarua
Kepekaan jenis tanah di Kecamatan Cisarua
Kemiringan lereng di Kecamatan Cisarua
Kepekaan lanskap di Kecamatan Cisarua
Penutupan lahan di Kecamatan Cisarua
Zonasi ekologis kawasan
Akseptibilitas masyarakat dalam pengembangan wisata
Program pengembangan kawasan wisata berkelanjutan
Rencana pengembangan infrastruktur pendukung wisata

7
8
9
10
13
14
15
17
18
18
19
20
20
21
22
22
24
25
25
28
28
31
32
33
34
36
50
53

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Kerangka pikir penelitian
Lokasi penelitian di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
Diagram Tahapan Penelitian
Peta administrasi Kecamatan Cisarua
Peta jaringan jalan di Kecamatan Cisarua
Peta sebaran objek wisata eksisting di Kecamatan Cisarua
Peta jenis tanah Kecamatan Cisarua
Peta kepekaan jenis tanah Kecamatan Cisarua
Peta intensitas curah hujan Kecamatan Cisarua
Peta kemiringan lereng Kecamatan Cisarua

4
5
6
14
23
26
27
29
30
31

11
12
13
14
15
16
17
18
19

20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Peta kepekaan lanskap Kecamatan Cisarua
Peta penutupan lahan tahun 2014 di Kecamatan Cisarua
Peta zona ekologis kawasan di Kecamatan Cisarua
Peta akseptibilitas masyarakat terhadap kegiatan wisata di Kecamatan
Cisarua
Grafik nilai SBE pada tiga puluh lanskap di Kecamatan Cisarua
Diagram persentase nilai kualitas visual lanskap di ecamatan Cisarua
Lanskap dengan nilai SBE tinggi (a), nilai SBE sedang (b), dan nilai
SBE rendah (c)
Karakteristik wisatawan berdasarkan jenis kelamin (a), kelompok usia
(b), pendidikan (c), jenis pekerjaan (d), dan asal daerah (e)
Preferensi wisatawan berdasarkan maksud kunjungan (a), jenis
akomodasi (b), frekuensi kunjungan (c), kelompok wisatawan (d), dan
objek yang diminati (e)
Diagram konsep ruang pengembangan kawasan wisata Kecamatan
Cisarua
Zonasi pengembangan kawasan wisata berkelanjutan di Kecamatan
Cisarua
Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Kecamatan Cisarua 2005-2025
Konsep ruang dan sirkulasi kawasan wisata berkelanjutan di Kecamatan
Cisarua
Model rencana penataan kawasan wisata berkelanjutan
Rencana lanskap dan ilustrasi suasana di ruang penerimaan, pelayanan
dan pengelolaan
Rencana lanskap dan ilustrasi suasana di ruang wisata pertanian
Rencana lanskap dan ilustrasi suasana di ruang wisata perkebunan
sayuran
Rencana lanskap dan ilustrasi suasana di ruang wisata perkebunan
buah-buahan
Rencana lanskap dan ilustrasi suasana di ruang wisata perkebunan teh
Rencana lanskap dan ilustrasi suasana di ruang ekowisata
Rencana lanskap dan ilustrasi suasana di ruang pendidikan dan
penelitian
Rencana lanskap dan ilustrasi suasana di ruang wisata dan rekreasi
terpadu
Beberapa ilustrasi fasilitas pendukung wisata pada kawasan
perencanaan

32
33
34
37
38
38
39
41

43
44
45
47
49
52
55
56
57
58
59
60
61
62
63

DAFTAR LAMPIRAN
1 Deskripsi objek dan atraksi wisata yang ada di Kecamatan Cisarua
2 Jumlah kunjungan wisatawan nusantara di Kecamatan Cisarua tahun
2007-2013
3 Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Kecamatan Cisarua tahun
2007-2013
4 Kuesioner SBE

68
72
72
73

5 Hasil perhitungan nilai SBE pada tiga puluh lanskap di Kecamatan
Cisarua
6 Foto tiga puluh lanskap dan nilai SBE nya di Kecamatan Cisarua

74
81

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia memiliki kekayaan alam dan kekayaan budaya yang sangat
melimpah sebagai objek dan atraksi yang menjadi basis pengembangan kegiatan
pariwisata. Kekayaan alam dan budaya tersebut tersebar di berbagai daerah dari
Sabang sampai Merauke sehingga menjadikan potensi pariwisata Indonesia tinggi.
Data statistik dari Kementrian Pariwisata pada tahun 2014 menunjukan bahwa
sektor pariwisata merupakan penyumbang devisa negara keempat terbesar (setelah
komoditas minyak dan gas bumi, batu bara, dan kelapa sawit) sehingga
pengembangannya memiliki prospek yang tinggi secara ekonomi baik untuk
negara maupun untuk daerah dan masyarakat. Pariwisata Indonesia berdasarkan
data dari The Travel & Tourism Competitiveness Report 2015 menduduki
peringkat ke-50 di dunia dari total 141 negara dan peringkat ke-11 di Asia-Pasifik
dengan nilai Travel & Tourism Competitiveness Index 4.04 dan tercatat bahwa
jumlah kunjungan wisatawan internasional ke Indonesia pada tahun 2014 melebihi
8.8 juta jiwa.
Pariwisata menurut UU No.10/2009 didefinisikan sebagai berbagai macam
kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Secara
langsung ataupun tidak langsung kegiatan pariwisata akan menimbulkan dampak
positif dan negatif pada lingkungan, ekonomi, dan sosial masyarakat. Dampak
positif dari kegiatan pariwisata adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dan
negara, perbaikan lingkungan, dan pelestarian budaya suatu negara. Pada dasarnya
hampir semua kekayaan sumber daya alam dan budaya merupakan aset potensial
bagi pengembangan kepariwisataan yang mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dengan relatif cepat dengan meningkatkan pendapatan dan standar hidup
masyarakat serta menstimulasi sektor-sektor produksi lainnya sebagai dampak
positif (Nurisjah et al. 2003).
Holden (2000) menyatakan bahwa pariwisata memang terbukti sukses
sebagai katalis pembangunan ekonomi sebab pariwisata mampu membawa
keuntungan finansial bagi masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan negara.
Keuntungan secara ekonomi ini dapat dilihat dari jumlah wisatawan yang
berkunjung, pengeluaran total dari wisatawan, lama kunjungan wisatawan, dan
pangsa pasar wisata dunia. Kegiatan pariwisata mendorong pengembangan
ekonomi masyarakat di kawasan objek wisata, sehingga memberikan pendapatan
bagi pengelolaan kawasan. Banyaknya stakeholders yang terlibat pada kegiatan
wisata seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, LSM, dan lembaga swasta
yang berfokus pada wisata, masyarakat lokal sebagai pengelola dan juga
wisatawan membuktikan bahwa banyak pihak mendapatkan keuntungan dari
pariwisata (multiplier effect).
Dampak lain yang ditimbulkan dari kegiatan pariwisata adalah dampak
negatif bagi kawasan. Pengembangan pariwisata yang tidak didukung dengan
perencanaan dan pengelolaan kawasan yang baik maka akan menyebabkan
turunnya kualitas lingkungan yang selanjutnya diikuti oleh berubahnya budaya
masyarakat setempat (Inskeep 1991). Kegiatan pariwisata juga menimbulkan

2
pembangunan kawasan yang tidak terkendali (over development) yang akan
menimbulkan sangat cepatnya perubahan tata guna lahan (land use change) dan
tutupan lahan (land cover change) yang terjadi. Dampak negatif lainnya bagi
kawasan yaitu menimbulkan polusi visual akibat fasilitas promosi wisata yang
tidak pada tempatnya, polusi air akibat banyaknya limbah, polusi sampah dari
konsumsi pengunjung, polusi udara dari kendaraan, dan juga berkembangnya
narkotika, miras, dan prostitusi (Holden 2000). Penurunan kualitas lingkungan dan
budaya ini akan menimbulkan berkurangnya jumlah wisatawan (demand).
Salah satu kawasan wisata yang menjadi destinasi wisata di Indonesia bagi
wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara adalah Kawasan Puncak.
Studi kasus penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
yang termasuk kedalam kawasan wisata pegunungan Puncak yang memiliki
banyak objek dan atraksi wisata. Kecamatan Cisarua menjadi destinasi wisata
terutama bagi wisatawan dari daerah Jabodetabek dan sekitarnya juga wisatawan
mancanegara dengan jumlah kunjungan sebanyak 2 628 565 jiwa (Disbudpar
Kabupaten Bogor 2014). Hal ini terjadi karena didukung oleh suhu udara yang
nyaman, pemandangan yang baik, aksesibilitas yang mudah karena dekat dengan
kota besar, dan waktu tempuh menuju kawasan yang tidak terlalu lama sehingga
menjadikannya memiliki tingkat kunjungan wisata yang tinggi. Selain itu
banyaknya kunjungan di Cisarua disebabkan oleh banyaknya objek wisata alam,
budaya dan minat khusus yang ada di kecamatan ini yaitu sebanyak 10 lokasi.
Kecamatan Cisarua dilalui oleh Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung Hulu
sehingga menjadikannya tidak hanya memiliki nilai ekonomi yang tinggi dari
sektor wisata tetapi juga memiliki nilai ekologis yang tinggi.
Namun dengan terus berkembangnya kegiatan wisata di Kecamatan Cisarua
mengancam terjadinya degradasi lanskap sehingga jika tidak dibatasi
perkembangannya dapat menimbulkan kerusakan. Telah terlihat beberapa
degradasi lanskap yang terjadi di kecamatan ini, yaitu semakin rusak dan
menurunnya kualitas alami lingkungan sumberdaya yang ada, tekanan terhadap
ruang yang besar dengan pembangunan struktur terbangun yang kurang terkendali,
perubahan tata guna lahan dan tutupan lahan yang pesat akibat kegiatan investasi
untuk tujuan ekonomi, kemacetan dan polusi udara yang terjadi akibat banyaknya
kunjungan wisata, banyaknya sampah, degradasi visual dan kurangnya kepedulian
masyarakat terhadap keberlanjutan lanskap kawasan wisata di Kecamatan Cisarua.
Peningkatan jumlah wisatawan yang mengunjungi Puncak berakibat pada
peningkatan jumlah pemukiman, berkurangnya tutupan lahan, peningkatan
timbunan sampah, pencemaran lingkungan, kemacetan lalu lintas, pemukiman
kumuh serta kejadian bencana alam longsor di Kawasan Puncak (Dwikorawati
2012). Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Puncak sangat pesat terjadi
disebabkan oleh desakan jumlah pendatang yang besar dan faktor ekonomi
sehingga lahan penduduk lokal yang berupa areal pertanian dan sebagainya
berpindah tangan menjadi milik pendatang untuk lahan usaha (Risnarto 1993).
Kecamatan Cisarua menurut Ariyanty (2011) sejak tahun 2002 hingga tahun 2009,
kecamatan ini yang paling besar mengalami perubahan penutupan lahan di
kawasan puncak dengan luas lahan yang berubah sebesar 4 727.79 ha yang
didominasi oleh perubahan dari hutan ke perkebunan sebesar 8.36% (395.15 ha).
Perencanaan yang baik pada kawasan wisata ini perlu dilakukan dengan
menerapkan konsep berkelanjutan (sustainable tourism). Perencanaan kawasan

3
wisata yang baik menurut Gunn (1994) adalah perencanaan yang dapat membuat
kehidupan masyarakat lebih baik, meningkatkan ekonomi, melindungi dan sensitif
terhadap lingkungan, dan dapat diintegrasikan dengan komunitas yang
meminimalkan dampak negatifnya. Sustainable tourism dibutuhkan dalam rangka
menjaga kesinambungan dan mempertahankan kondisi wilayah untuk
keberlangsungan wisata tersebut. Keberlanjutan tergantung pada hubungan antara
wisata dan lingkungan (Bunruamkaew dan Murayama 2011). Perencanaan
kawasan wisata berkelanjutan meliputi tiga komponen penting yaitu wisatawan,
masyarakat lokal dan sumberdaya kawasan (Ross dan Wall 1999).
Menurut Inskeep (1991), sustainable tourism merupakan wisata yang
mempertimbangkan berbagai aspek penting dalam pengelolaan seluruh
sumberdaya yang ada guna mendukung wisata tersebut baik secara ekonomi,
sosial dan estetika untuk memelihara keutuhan budaya, ekologi, keragaman
biologi dalam sistem kehidupan. Sedangkan Gunn (1994) menyatakan bahwa
pengembangan sustainable tourism merupakan perubahan positif dari sosial
ekonomi yang tidak merusak sistem ekologi dan sosial dimana masyarakat dan
kehidupan sosialnya berada. Inskeep (1991) mengemukakan bahwa tujuan dari
sustainable tourism adalah untuk pengembangan pengetahuan dan pemahaman
bahwa wisata dapat mengubah lingkungan dan ekonomi, kemajuan
pengembangan industri wisata, perbaikan kualitas hidup suatu kawasan,
memberikan kualitas pengalaman pengunjung yang tinggi, dan memelihara
kualitas lingkungan sebagai obyek yang dapat diandalkan. Hal ini sangat penting
dilakukan untuk tetap menjaga kualitas lanskap yang ada di Kecamatan Cisarua
agar tetap baik dan terjaga keberlanjutannya.

Perumusan Masalah
Sejak lama Kecamatan Cisarua berkembang sebagai objek dan daya tarik
wisata (ODTW) unggulan di Kabupaten Bogor yang turut mempengaruhi tumbuh
dan berkembangnya sektor ekonomi seperti perdagangan, perhotelan dan jasa
wisata lainnya. Selain pada aspek ekonomi, terus berkembangnya pariwisata di
Cisarua telah menimbulkan dampak pada aspek lainnya yaitu aspek ekologis
lanskap, visual lanskap, dan sosial masyarakat yang cenderung pada dampak
negatif. Sehingga perlu dilakukan penelitian ini untuk merencanakan lanskap
kawasan wisata di Kecamatan Cisarua secara berkelanjutan sebagai cara untuk
mengatasi masalah degradasi tersebut pada masa mendatang.

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisis
kondisi ekologis lanskap, menganalisis akseptibilitas masyarakat terhadap
pengembangan wisata kawasan, menganalisis kondisi kualitas visual lanskap,
menganalisis karakteristik dan preferensi wisatawan, dan menyusun rencana
lanskap pengembangan kawasan wisata di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
sebagai kawasan wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism).

4
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah menghasilkan rencana
lanskap kawasan wisata di Kecamatan Cisarua yang berkelanjutan sehingga dapat
menjadi masukan bagi semua stakeholder terkait di Kawasan Wisata Puncak
untuk berpartisipasi membangun, menjaga, dan melestarikan Kawasan Puncak.
Selanjutnya bermanfaat untuk menghasilkan suatu model pemecahan masalah dari
dampak kegiatan wisata di suatu kawasan, sehingga dapat digunakan pada
kawasan wisata lainnya yang memiliki karakteristik serupa.

Kerangka Pikir Penelitian
Kecamatan Cisarua yang merupakan destinasi wisata bagi wisatawan
nusantara dan wisatawan mancanegara dari waktu ke waktu mengalami degradasi
lanskap akibat tingginya kunjungan wisatawan. Perencanaan dengan konsep
berkelanjutan pada kawasan wisata ini perlu dilakukan untuk mencegah rusaknya
lanskap, menjaga kualitas visual lanskap, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat di masa mendatang. Kerangka pemikiran terlihat pada Gambar 1.
Potensi pariwisata Indonesia tinggi dengan basis kekayaan alam dan budaya
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor
destinasi wisata berbasis alam dan budaya dengan jumlah kunjungan yang tinggi

Degradasi lanskap
(besarnya tekanan terhadap ruang, pesatnya perubahan penggunaan lahan,
tingginya kemacetan, banyaknya sampah, polusi udara, dan polusi visual)

Solusi untuk keberlanjutan lanskap kawasan wisata

Analisis kondisi
ekologis lanskap

Analisis akseptibilitas
masyarakat

Zona ekologis
lanskap

Zona akseptibilitas
masyarakat

Zonasi potensi wisata

Analisis
kondisi kualitas
visual lanskap

Analisis
karakteristik dan
preferensi
wisatawan

Jenis aktivitas,fasilitas wisata dan jalur
sirkulasi wisata

Konsep perencanaan kawasan wisata berkelanjutan
Rencana Lanskap Kawasan Wisata Berkelanjutan
Di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

5

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
yang secara geografis terletak pada 106º55’48.087” E dan 6º40’40.324” S
(Gambar 2). Kecamatan ini secara administratif memiliki 9 desa dan 1 kelurahan
yaitu Desa Batulayang, Desa Tugu Utara, Desa Cibeureum, Desa Cilember,
Kelurahan Cisarua, Desa Citeko, Desa Jogjogan, Desa Leuwimalang, Desa Kopo,
dan Desa Tugu Selatan. Luas wilayah dari kawasan penelitian adalah 66.72 km2
(BPS 2014). Batasan wilayah kajian yang digunakan adalah batas administrasi
(administration boundaries) dengan pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
disengaja dengan purposive sampling. Kecamatan Cisarua dipilih sebagai lokasi
sampel penelitian karena merupakan salah satu dari tiga kecamatan yang termasuk
dalam kawasan wisata puncak dengan kunjungan wisatawan yang tinggi dan yang
terletak paling hulu diantara dua kecamatan lainnya yaitu Kecamatan
Megamendung dan Kecamatan Ciawi. Oleh karena itu, penelitian di Kecamatan
Cisarua diharapkan dapat menjadi model perencanaan kawasan wisata
berkelanjutan bagi daerah lainnya yang memiliki kateristik yang hampir sama,
yaitu berada di dataran tinggi. Kegiatan penelitian dilakukan mulai pada bulan
Juni 2014 hingga bulan Desember 2014.

Sumber: Hasil olah peta 2016

Gambar 2 Lokasi penelitian di Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor

6
Tahapan Penelitian
Penelitian dilakukan melalui 3 tahapan inti, yaitu pertama tahap
pengumpulan dan klasifikasi data, kedua tahap analisis dan sintesis, dan ketiga
tahap perencanaan kawasan. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.
Tahap 1
Pengumpulan
dan klasifikasi
data

Tahap 2
Analisis dan
sintesis

Survei lapangan dan wawancara:
inventarisasi data spasial dan data non spasial
Jenis tanah,
intensitas curah
hujan, kemiringan
lereng, penutupan
lahan

Wawancara
masyarakat
setempat

Pengambilan
foto fitur
lanskap

Wawancara
pada
wisatawan

Analisis kepekaan
jenis tanah,
analisis intensitas
curah hujan,
analisis
kemiringan lereng,
analisis penutupan
lahan

Analisis
akseptibilitas
masyarakat

Analisis
kualitas
visual
lanskap

Analisis
karakteristik dan
preferensi
wisatawan

Zona ekologis
lanskap

Zona
akseptibilitas
masyarakat

Jenis aktivitas wisata,
fasilitas wisata, dan jalur
sirkulasi wisata

Zona potensi wisata
Tahap 3
Konsep dan
perencanaan

Konsep perencanaan kawasan wisata berkelanjutan

Rencana lanskap pengembangan kawasan wisata
di Kecamatan Cisarua yang berkelanjutan

Gambar 3 Diagram tahapan penelitian

Tahap 1 Pengumpulan dan Klasifikasi Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder (Tabel 1).
Data primer adalah data yang diperoleh dari survei lapangan dengan pengamatan,
pengukuran dan wawancara di lapangan dengan responden yang terkait dengan
tujuan penelitian. Masyarakat dan pengunjung yang menjadi responden dipilih
dengan purposive sampling. Responden yang diberikan kuisioner terdiri dari
masyarakat setempat dari 10 desa/kelurahan di Kecamatan Cisarua dengan jumlah

7
responden dari masing-masing desa sebanyak 9 orang (n=90) dan wisatawan yang
berkunjung ke 10 objek wisata di Kecamatan Cisarua yang berjumlah sebanyak 9
orang dari masing-masing objek wisata (n=90). Data sekunder adalah data yang
diperoleh dari studi pustaka baik buku yang sudah terpublikasi, laporan dan data
dari pihak atau dinas pemerintah terkait, dan data peta tematik sekunder yang
relevan dengan penelitian.
Pada tahap pengumpulan data dilapang alat dan bahan yang digunakan
adalah kamera digital, alat tulis, alat perekam suara dan Global Positioning
System (GPS).

No.

Tabel 1 Tujuan, data dan informasi, dan jenis data
Tujuan
Data dan informasi

1.

Identifikasi dan
menganalisis kondisi
ekologis kawasan

2.

Analisis
akseptibilitas
masyarakat
Analisis kualitas
visual lanskap
Analisis karakteristik
dan preferensi
wisatawan
Menyusun rencana
lanskap
pengembangan
kawasan wisata yang
berkelanjutan

3.
4.

5.

Peta administrasi Kabupaten Bogor
Peta Aster GDEM 2015
Peta jenis tanah dan curah hujan
Kabupaten Bogor
Peta penutupan lahan tahun 2014
Wawancara masyarakat terkait wisata
kawasan penelitian
Kuesioer SBE pada mahasiswa terkait
kualitas visual kawasan penelitian
Wawancara wisatawan terkait
preferensi wisata di kawasan
penelitian
Analisis daya dukung kawasan dan
hasil sintesis/overlay peta

Jenis
data
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Primer

Primer
Primer

Primer

Tahap 2 Analisis dan Sintesis
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 metode dalam
menganalisisnya, yaitu metode skoring dan pembobotan, metode spasial
menggunakan Geographic Information System (GIS), dan metode Scenic Beauty
Estimation (SBE). Penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif
dengan melakukan pembobotan, skoring dan penentuan peringkat pada tiap
peubah dan kriteria yang dinilai.
GIS memainkan peran penting dalam perencanaan wisata berkelanjutan di
Kecamatan Cisarua yaitu untuk analisis dan pemodelan kawasan secara spasial.
Alat-alat yang digunakan meliputi perangkat keras berupa Laptop Dell inspiron 14
dan perangkat lunak yaitu ArcGIS 10.2.2 dan Microsoft Exel. Analisis dilakukan
pada 4 aspek yaitu aspek ekologis, akseptibilitas masyarakat, kualitas visual
kawasan, dan karakteristik dan preferensi wisatawan.

8
1. Analisis Aspek Ekologis
Analisis aspek ekologis dilakukan pada 2 parameter, yaitu kepekaan lanskap
dan penutupan lahan dengan metode skoring dan pembobotan untuk menghasilkan
zona ekologis kawasan. Penilaian kepekaan lanskap kawasan dilakukan pada 3
peubah yaitu kemiringan lereng, kepekaan tanah, dan intensitas curah hujan.
Kriteria dan penilaian terhadap peubah kepekaan lanskap terdapat pada Tabel 2.
Kemudian penilaian terhadap penutupan lahan dibagi kedalam 3 sub peubah yaitu
ruang terbangun, ruang binaan dan ruang alami. Kriteria dan penilaian terhadap
peubah penutupan lahan dapat dilihat pada Tabel 3. Perhitungan kepekaan lanskap
kawasan dan penilaian penutupan lahan dilakukan dengan skoring pada setiap
peubah yang ada kemudian dijumlahkan totalnya, dengan rumus:
Skoring = ∑BP
keterangan:
B = Bobot
P = Nilai Peubah
Selanjutnya setelah di skoring dan dilakukan pembobotan kemudian
dikategorikan dalam kelas kepekaan , yaitu dengan perhitungan rumus:
Selang kelas kepekaan =∑Skor maksimum-∑Skor minimum
∑Peubah
Tabel 2 Penilaian kepekaan lanskap Kecamatan Cisarua
No.
Peubah
Bobot
Sub peubah
Deskripsi
1
Kemiringan 20
0-8%
Datar
8-15%
Landai
lereng
15-25%
Agak curam
25-40%
Curam
>40%
Sangat curam
2
Kepekaan
15
Aluvial, tanah glei planosol Tidak peka
tanah
hidroworf kelabu, laterita air
tanah
Latosol
Agak peka
Brown forest soil, non calcis Kurang peka
brown, mediteran
Andosol, laterits, grumusol, Peka
podsol, padsolik
Regosol, litosol, organozol, Sangat peka
renzina
3
Intenstas
10
34.8 mm/hari hujan
Sangat tinggi
Sumber: DEPTAN (1980), hasil diskusi bimbingan (2016)

Nilai
1
2
3
4
5
1

2
3
4
5
1
2
3
4
5

9
Tabel 3 Penilaian penutupan lahan di Kecamatan Cisarua
No.
Peubah
Bobot Sub Peubah
Deskripsi
1
Penutupan
20
Ruang
Pemukiman, penginapan, dan
lahan
terbangun
lahan terbangun lainnya
Ruang
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
binaan
non hutan terdiri dari semak,
tegalan/ladang, sawah, kebun
campuran dan rumput/tanah
kosong
Ruang
Terbuka Hijau (RTH) tegakan
alami
hutan terdiri dari hutan dan
Ruang Terbuka Biru (RTB)
terdiri dari badan air

Nilai
1
2

3

Sumber: Hasil diskusi bimbingan (2016)

Hasil perhitungan menghasilkan tiga kategori untuk kelas kepekaan, yaitu
kelas kepekaan rendah (45-104), sedang (105-164), dan tinggi (165-225). Arahan
pengembangan dihitung dengan melakukan overlay hasil dari kelas kepekaan
lanskap dengan penutupan lahan. Selanjutnya, zona ekologis kawasan dihasilkan
dengan penjumlahan hasil skoring kepekaan lanskap dengan skoring penutupan
lahan kemudian dibagi menjadi tiga kelas sehingga menghasilkan zona ekologis,
yaitu zona ekologis rendah (40-66), zona ekologis sedang (67-93), dan zona
ekologis tinggi (94-120).
Geographic information system (GIS) atau dalam bahasa Indonesia dikenal
dengan sistem informasi geografis (SIG) adalah suatu sistem informasi yang
dirancang untuk bekerja dengan data yang mereferensi pada koordinat geografi
atau spasial dan juga non-spasial (Star dan Estes 1990). SIG adalah sistem yang
berbasis komputer yang mempunyai empat kemampuan untuk menangani data
bereferensi geografi yaitu memasukan data manajemen data, analisis dan
manipulasi, dan menghasilkan data. SIG untuk bidang arsitektur lanskap sangat
penting dalam membantu proses pemetaan dan analisis secara spasial dalam
melakukan proses perencanaan dan penataan suatu kawasan. Metode ini memiliki
kemampuan menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi,
menggabungkannya, menganalisa, dan memetakan hasilnya. Analisis spasial
dengan GIS dilakukan selanjutnya untuk menggambarkan setiap peubah yang
dinilai dan diskoring sehingga dihasilkan peta-peta tematik secara spasial yaitu
peta kepekaan jenis tanah, peta intensitas curah hujan, peta kemiringan lereng,
peta kepekaan lanskap, peta penutupan lahan, dan peta zona ekologis lanskap.
2. Analisis Akseptibilitas Masyarakat
Tahap penentuan zona akseptibilitas masyarakat lokal ditunjukan dengan
tingkat kesediaan masyarakat dalam menerima pengembangan lokasi penelitian
sebagai kawasan wisata. Penilaian dilakukan oleh responden, masing-masing desa
sebanyak 9 orang, sehingga jumlah responden seluruh desa di Kecamatan Cisarua
adalah 90 responden. Jumlah responden yang diwawancara diharapkan dapat
mewakili penilaian dari seluruh penduduk di Kecamatan Cisarua. Penilaian
dikategorikan menjadi setuju, kurang setuju, tidak setuju, dan tidak tahu. Penilaian
tingkat akseptibilitas masyarakat dapat dilihat pada Tabel 4.

10
Tabel 4 Penilaian akseptibilitas masyarakat Kecamatan Cisarua
No.

Peubah

1

4

Pengembangan kawasan
sebagai daerah tujuan wisata
Pengelolaan kawasan wisata
oleh masyarakat
Peran aktif masyarakat
dalam pariwisata
Keuntungan kegiatan wisata

5

Keberadaan wisatawan

2
3

Ya

Peringkat
3
2
Kurang
Tidak
setuju
setuju
Kurang
Tidak
setuju
setuju
Kurang
Tidak

Ya

Kurang

Tidak

Bersedia

Kurang
bersedia

Tidak
bersedia

4
Setuju
Setuju

1
Tidak
tahu
Tidak
tahu
Tidak
tahu
Tidak
tahu
Tidak
tahu

Sumber: Yusiana et al. (2011)

Penilaian akseptibilitas masyarakat untuk peubah tertentu di tiap desa
Kecamatan Cisarua didasarkan pada perhitungan berikut:
Fx desa ke-p = (4 x n)+(3 x n)+(2 x n)+(1 x n)
keterangan:
Fx = total nilai peubah tertentu
p = desa tertentu
n = jumlah orang yang memilih
Penilaian total akseptibilitas masyarakat tiap desa didasarkan pada
perhitungan berikut:
AM = ∑

+∑

+∑

+∑

+∑

keterangan,
AM = Akseptibilitas masyarakat total
Pdtw = Pengembangan kawasan sebagai daerah tujuan wisata
Ppkw = Pengelolaan kawasan wisata oleh masyarakat
Ppmp = Peran aktif masyarakat dalam pariwisata
Pkkw = Keuntungan kegiatan wisata
Pkw = Keberadaan wisatawan

= Jumlah total nilai preferensi masyarakat terhadap peubah tertentu
Skor preferensi pada setiap desa dijumlahkan kemudian dikategorikan
menjadi 3 kelas akseptibilitas yaitu tidak setuju dengan selang nilai 45-89, kurang
setuju dengan selang nilai 90-134, dan setuju dengan selang nilai 135-180. Tahap
selanjutnya adalah mengolah data hasil perhitungan kedalam GIS untuk
menghasilkan peta spasial akseptibilitas masyarakat di Kecamatan Cisarua. Peta
akseptibilitas masyarakat selanjutnya ditumpang tindih dengan peta zona ekologis
lanskap untuk menghasilkan peta zona pengembangan potensi wisata Kecamatan
Cisarua yang menjadi dasar dalam melakukan perencanaan kawasan.

11
3. Analisis Kualitas Visual Kawasan
Analisis kualitas visual kawasan dilakukan dengan penilaian kualitas estetik
menggunakan metode SBE (Scenic Beauty Estimation). Scenic beauty diartikan
sebagai keindahan alami (natural beauty), estetik lanskap (landscape aesthetics)
atau sumber pemandangan (scenic resource) untuk memecahkan kemonotonan.
Keindahan pemandangan lanskap merupakan salah satu sumber daya alam yang
sangat penting walaupun secara objektif keindahan pemandangan sulit untuk
diukur ( Daniel dan Boster 1976). Keindahan suatu lanskap dapat diamati dengan
mengamati pemandangannya melalui indera penglihatan. Mengamati suatu
lanskap dapat memberikan persepsi dan perasaan psikologis yang berbeda-beda
serta menghadirkan nilai simbolik. Pada intinya dengan mengamati suatu lanskap
maka terjadi hubungan antara manusia dengan lingkungannya dan dapat dijadikan
dasar dalam menentukan keindahan suatu kawasan. Fungsi visual dapat
memberikan arti mengenai bagaimana suatu lanskap dapat memberikan reaksi
bagi yang mengamatinya. Fungsi ini dipengaruhi oleh banyaknya variasi yang ada
dalam suatu lanskap. Sebagai contoh bangunan yang berada di daerah datar akan
memberikan efek visual yang berbeda jika bangunan tersebut berada di puncak
gunung tanpa vegetasi.
SBE digunakan untuk menilai tipe-tipe karakteristik lanskap yang ada di
Kecamatan Cisarua dalam bentuk foto-foto pemandangan berwarna, dimana fotofoto ini dianggap mewakili objek kondisi tapak. Metode ini terdiri dari tiga
langkah utama, yaitu pengambilan foto lanskap, presentasi slide foto, dan analisis
data (Daniel dan Boster 1976) dan penilaiannya dilakukan berdasarkan preferensi
dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui preferensi responden terhadap
suatu lanskap tertentu. Penilaian manusia terhadap pemandangan melalui foto
sama baiknya dengan menilai pemandangan secara langsung. Penilaian kualitas
visual dilakukan oleh responden secara purposive yang berasal dari mahasiswa
Arsitektur Lanskap IPB yang memiliki latar belakang pengetahuan tentang
lanskap sebanyak 30 orang. Foto lanskap ditampilkan satu persatu dengan durasi
waktu 8 detik untuk memperoleh penilaian secara spontan dari responden, dengan
total foto lanskap berjumlah 30 gambar. Penilaian yang dilakukan oleh responden
memiliki skala penilaian nilai 1-10 yaitu dari sangat tidak disukai sampai sangat
disukai. Nilai yang diperoleh kemudian diolah dengan mencari rata-rata nilai z
pada setiap foto yang kemudian dimasukan dalam rumus SBE, sebagai berikut:
SBE x = ( Zx - Z0 ) x 100
keterangan:
SBE x = nilai keindahan pemandangan objek ke-x
Zx
= nilai rata-rata untuk objek ke-x
Z0
= nilai rata-rata suatu objek tertentu sebagai standar
Hasil analisis SBE menurut tingkat keindahannya dikategorikan dalam 3
kelas menjadi kelas kualitas visual rendah dengan selang nilai SBE (-90.3) sampai
(-6.7), kualitas visual sedang dengan selang nilai SBE (-6.8) sampai 76.8, dan
kualitas visual tinggi dengan selang nilai SBE 76.9 sampai 160.4. Hasil analisis
kualitas visual ini digunakan untuk menentukan titik-titik pengamatan
pemandangan wisata dan sirkulasi wisata.

12
4. Analisis Karakteristik dan Preferensi Wisatawan
Analisis preferensi dilakukan pada responden wisatawan yang berkunjung
ke 10 objek wisata di Kecamatan Cisarua (n=90). Preferensi didefinisikan sebagai
tindakan untuk memilih dari banyak faktor. Preferensi terbentuk dari adanya
persepsi. Menurut Abello dan Bernaldes (1986) dalam Permata (2000), faktorfaktor yang mempengaruhi preferensi seseorang adalah usia, jenis kelamin,
tingkat sosial, tingkat pendidikan, dan budaya. Preferensi juga ditentukan oleh
lingkungan tempat manusia biasa tinggal sehingga dapat dikatakan bahwa
familiaritas menentukan preferensi.
Analisis preferensi dilakukan untuk melihat karakteristik dari wisatawan dan
preferensi wisatawan terkait hubungannya dengan objek wisata di Kecamatan
Cisarua, yang kemudian akan digunakan untuk menentukan bentuk aktivitas
wisata yang, fasilitas wisata, dan sirkulasi wisata. Karakteristik wisatawan dilihat
dari aspek jenis kelamin, kelompok usia, latar belakang pendidikan, jenis
pekerjaan dan asal daerah. Selanjutnya, untuk preferensi wisatawan dilihat dari
beberapa aspek yaitu maksud kunjungan, jenis akomodasi, frekuensi kunjungan,
kelompok wisatawan dan objek yang diminati. Analisis preferensi hasil kuesioner
wisatawan diolah dengan menggunakan operasi statistik sederhana menggunakan
Microsoft Exel 2010.

Tahap 3 Konsep dan Perencanaan Kawasan
Tahap konsep dan perencanaan merupakan hasil dari perencanaan wisata
yang dikembangkan dari zona integratif. Perencanaan lanskap didahului oleh
penentuan konsep utama pengembangan lanskap berdasarkan hasil analisis dan
sintesis, kemudian dilanjutkan dengan pembagian zonasi kawasan berdasarkan
hasil integrasi ruang ekologis dengan ruang akseptibilitas masyarakat sehingga
menjadi zona potensi wisata kawasan. Bentuk aktivitas wisata, fasilitas wisata,
dan sirkulasi wisata integrasikan dengan zonasi ruang potensi wisata sehingga
menjadi dasar dalam proses perencanaan lanskap kawasan wisata yang
berkelanjutan. Rencana ini berdasarkan pada metode Simonds (1983) yaitu tapak,
ruang, aspek visual, sirkulasi, dan struktur dalam lanskap menjadi satu kesatuan.
Rencana lanskap kawasan wisata berdasarkan zona potensial wisata yang
merupakan hasil analisis di Kecamatan Cisarua, yaitu dalam bentuk:
1. Konsep pengembangan dan penataan yang akan dilaksanakan adalah kawasan
wisata yang berkelanjutan (sustainable tourism). Konsep ini diilustrasikan
dalam bentuk model pengembangan dan penataan ruang wisata yang
mempertimbangkan karakter ekologis lanskap, potensi kualitas visual lanskap,
persepsi masyarakat dan preferensi wisatawan.
2. Program pengembangan dan penataan kawasan sesuai dengan konsep
pengembangan kawasan. Perencanaan program ini dilakukan berdasarkan
nilai-nilai potensi wisata kawasan, hasilnya berupa arahan pengembangan
kawasan yang diilustrasikan secara grafis sebagai panduan penataan kawasan
wisata berkelanjutan di Kecamatan Cisarua.
3. Rencana pengembangan dan penataan fasilitas dan infrastruktur pendukung
wisata.

13
KONDISI UMUM WILAYAH

Kondisi Geografis dan Administrasi
Kecamatan Cisarua merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor
yang menjadi bagian dari Kawasan Wisata Puncak dan menjadi destinasi wisata
baik untuk wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Peraturan
Bupati Bogor Nomor 35 Tahun 2014 memaparkan bahwa kawasan wisata puncak
meliputi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Cisarua, Kecamatan Megamendung, dan
sebagian Kecamatan Ciawi yang terdiri dari Desa Banjar Sari, Desa Citapen, Desa
Jambu Luwuk, Desa Cibedug, Desa Cileungsi, dan Desa Bojong Murni. Fokus
penelitian yaitu pada Kecamatan Cisarua yang termasuk pada bagian Tengah
wilayah Kabupaten Bogor yang secara geografis terletak pada 106º55’48.087” E
dan 6º40’40.324” S memiliki luas wilayah sekitar 66.72 km 2 yaitu sebesar 2.89%
dari luas Kabupaten Bogor. Luasan masing-masing desa/kelurahan yang ada di
Kecamatan Cisarua dapat dilihat pada Tabel 5. Wilayah Kecamatan Cisarua
berbatasan dengan Kecamatan Megamendung di sebelah Utara dan Barat,
kemudian berbatasan dengan Kabupaten Cianjur di sebelah Timur dan Selatan.
Tabel 5 Luas Desa/ Kelurahan di Kecamatan Cisarua tahun 2013
No.
Desa/ Kelurahan
Luas
2
(km )
(%)
1
Citeko
4.61
6.91
2
Cibeureum
11.29
16.92
3
Tugu Selatan
17.12
25.66
4
Tugu Utara
17.02
25.51
5
Batu Layang
2.26
3.39
6
Cisarua
2.00
3.00
7
Kopo
4.53
6.79
8
Leuwimalang
1.35
2.02
9
Jogjogan
4.54
6.80
10 Cilember
2.00
3.00
Jumlah
66.72
100.00
Sumber: Kecamatan Cisarua dalam angka tahun 2014, Data Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Bogor

Tugu Selatan merupakan desa yang memiliki luasan paling besar di
Kecamatan Cisarua yaitu 17.02 km2 atau sebesar 25.66% dari luasan total dan
Leuwimalang merupakan desa yang memiliki luasan paling sempit yaitu 1.35 km 2
atau sebesar 2.02% dari luasan total (Tabel 5). Jumlah wilayah administrasi
Kecamatan Cisarua pada tahun 2014 meliputi 9 desa dan 1 kelurahan yaitu Desa
Citeko, Desa Cibeureum, Desa Tugu Selatan, Desa Tugu Utara, Desa Batu
Layang, Kelurahan Cisarua, Desa Kopo, Desa Leuwimalang, Desa Jogjogan, dan
Desa Cilember (Gambar 4). Kemudian menurut data pada Kecamatan Cisarua
Dalam Angka tahun 2014 kecamatan ini memiliki sebanyak 73 RW, 263 RT, dan
32 694 Rumah Tangga. Pusat pemerintahan atau ibukota Kecamatan Cisarua
berada di Desa Leuwimalang.

14

Gambar 4 Peta administrasi Kecamatan Cisarua
Tabel 6 Latitut, longitut, dan elevasi wilayah di Kecamatan Cisarua tahun 2013
No. Desa/kelurahan
Latitut
Longitut
Elevasi (mdpl)
1
Citeko
06.69125 ºS
106.92804 ºE
928
2
Cibeureum
06.69082 ºS
106.92804 ºE
955
3
Tugu Selatan
06.69440 ºS
106.92804 ºE
1 052
4
Tugu Utara
06.68340 ºS
106.92804 ºE
921
5
Batu Layang
06.67554 ºS
106.92804 ºE
871
6
Cisarua
06.67980 ºS
106.92804 ºE
847
7
Kopo
06.68133 ºS
106.92804 ºE
876
8
Leuwimalang
06.66690 ºS
106.92804 ºE
789
9
Jogjogan
06.66281 ºS
106.92804 ºE
768
10 Cilember
06.65394 ºS
106.92804 ºE
714
Rata-rata
872
Sumber: Kecamatan Cisarua dalam angka tahun 2014, Data Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Bogor

15
Cisarua merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor yang
termasuk kedalam wilayah dataran tinggi karena 10 desa/kelurahan yang ada
berada pada ketinggian (elevasi) >700 meter diatas permukaan laut (mdpl). Tabel
6 dibawah memperlihatkan posisi latitut, longitut dan elevasi desa/kelurahan di
Kecamatan Cisarua. Desa Tugu Selatan memiliki elevasi tertinggi diantara desa
lainnya yaitu berada pada posisi ketinggian 1.052 mdpl dan Desa Cilember
merupakan desa yang memiliki posisi terendah dibandingkan dengan desa lainnya
yang berdada di wilayah administrasi Kecamatan Cisarua yaitu pada ketinggian
714 mdpl. Rata-rata elevasi desa di Kecamatan Cisarua berada pada posisi 872
mdpl, sehingga menjadikan Kecamatan Cisarua memiliki iklim yang sejuk.

Kondisi Biofisik
Klimatologi
Berdasarkan klasifikasi Oldeman tipe iklim di Kecamatan Cisarua termasuk
pada tipe iklim B2. Tipe iklim yang berbeda menunjukan perbedaan kondisi bulan
basah dan bulan kering. Tipe iklim B2 merupakan daerah yang memiliki tujuh
sampai sembilan bulan basah yang berurutan dan memiliki dua sampai empat
bulan kering. Bulan basah didefinisikan sebagai bulan yang memiliki curah hujan
rata-rata lebih dari 200 mm, sedangkan bulan kering merupakan bulan yang
memiliki curah hujan rata-rata kurang dari 100 mm.
Tabel 7 Jumlah hari hujan dan curah hujan di Kecamatan Cisarua tahun 2013
Bulan
Hari hujan
Curah hujan (mm)
Januari
29
341
Februari
26
427
Maret
27
234
April
25
362
Mei
24
197
Juni
18
97
Juli
20
44
Agustus
10
11
September
17
121
Oktober
24
283
November
19
364
Desember
26
524
Jumlah
265
3 005
Sumber: Kecamatan Cisarua dalam angka tahun 2014, Data Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Bogor

Tabel 7 menunjukan pada tahun 2013 di Kecamatan Cisarua memiliki bulan
basah sebanyak tujuh bulan yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret, April,
Oktober, November, dan Desember dengan curah hujan diatas 200 mm per bulan
dan memiliki bulan kering sebanyak tiga bulan yaitu pada bulan Juni, Juli, dan
Agustus dengan curah hujan kurang dari 100 mm per bulan. Jika dihitung maka
rata-rata jumlah curah hujan di Kecamatan Cisarua adalah 250.42 mm/tahun

16
dengan curah hujan yang paling besar terdapat pada bulan Desember yaitu 524
mm/bulan. Suhu udara di daerah penelitian berkisar antara 14.8ºC–26.6ºC dengan
suhu udara terendah terjadi pada bulan November dan Desember.
Tanah
Kawasan Puncak tersusun oleh tiga jenis tanah, yaitu regosol, andosol, dan
latosol. Sifat-sifat umum dari jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Regosol
Regosol terbentuk dari hasil pelapukan abu/pasir volkan. Membentuk
morfologi perbukitan terjal dan pegunungan sangat terjal (geomorfologi
perbukitan dan pegunungan volkanik). Pada Kawasan Puncak jenis tanah ini
terdapat di punc