Potensi limbah dan tingkat efektivitas penebangan pohon di hutan dataran rendah tanah kering

POTENSI LIMBAH DAN TINGKAT EFEKTIVITAS PENEBANGAN
POHON DI HUTAN DATARAN RENDAH TANAH KERING

META FADINA PUTRI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Limbah dan
Tingkat Efektivitas Penebangan Pohon di Hutan Dataran Rendah Tanah Kering
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Meta Fadina Putri
NIM E14100059

ABSTRAK
META FADINA PUTRI. Potensi Limbah dan Tingkat Efektivitas Penebangan
Pohon di Hutan Dataran Rendah Tanah Kering. Dibimbing oleh UJANG
SUWARNA.
Limbah Pemanenan merupakan bagian pohon yang dapat dimanfaatkan
namun karena berbagai alasan bagian pohon tersebut ditinggalkan di dalam hutan.
Limbah pemanenan berhubungan erat dengan tingkat efektivitas. Semakin tinggi
angka tingkat efektivitas maka semakin baik kegiatan pemanenan hutan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur volume limbah, persentase dan sebaran
limbah di petak tebang dan TPn, menentukan nilai tingkat efektivitas di Petak BJ
21 IUPHHK-HA PT Dasa Intiga serta menganalisis hubungan antara intensitas
tebang pohon, diameter pohon, jenis pohon terhadap volume limbah, hubungan
antara pohon layak tebang terhadap pohon yang ditebang. Limbah pemanenan
hutan alam yang terdapat pada penelitian kali ini sebesar 18.96 m³/ha yang terdiri
dari limbah penebangan sebesar 18.55 m³/ha. Limbah pemuatan sebesar 0.41

m³/ha. Persen limbah pada kegiatan pemanenan hutan pada penelitian ini sebesar
37.63% terdiri atas limbah pada petak tebang sebesar 36.82%, limbah di TPn
sebesar 0.81%. Tingkat efektivitas yang terjadi pada penelitian ini adalah sebesar
0.60.
Kata kunci: Limbah, Penebangan pohon, Tingkat efektivitas.

ABSTRACT
META FADINA PUTRI. Logging Waste and Logging Effectiveness Level at
Low Land Dry Forest. Supervised by UJANG SUWARNA.
Logging waste is a section of the tree that can be used, but for various
reasons this section of the tree is left in the forest. Logging waste is closely related
to the effectiveness level. The higher the level of effectiveness indicates better
forest harvesting activities. The aim of this research is to measure the volume of
waste, percentage, and distribution of logging waste at the logging and loading
area, determine the effectiveness level at Area BJ 21 IUPHHK-HA PT Dasa Intiga
and also to analyze the correlation between the intensity of logging, tree diameter,
tree species towards logging waste, correlation between suitable timber and felled
trees. Logging waste from natural forest in this research was 18.96 m³/ha, which
consist logging waste of 18.55 m³/ha and loading waste as much as 0.41 m³/ha.
The percentage of waste from forest harvesting activities in this research is

37.63 %, which consist of felling waste of 36.82% and waste from loading of
0.81%. The effectiveness level that occurs in this research is 0.60.
Keywords: Waste, Tree cutting, Effectiveness level.

POTENSI LIMBAH DAN TINGKAT EFEKTIVITAS PENEBANGAN
POHON DI HUTAN DATARAN RENDAH TANAH KERING

META FADINA PUTRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


Judul Skripsi : Potensi Limbah dan Tingkat Efektivitas Penebangan Pohon di
Hutan Dataran Rendah Tanah Kering
Nama
: Meta Fadina Putri
NIM
: E14100059

Disetujui oleh

Dr Ujang Suwarna SHut MScFTrop
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Ahmad Budiaman MScFTrop
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta menyusun karya
ilmiah yang berjudul “Potensi Limbah dan Tingkat Efektivitas Penebangan Pohon
di Hutan Dataran Rendah Tanah Kering” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ujang Suwarna SHut
MScFTrop selaku pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan,
arahan dan nasehat berharga kepada penulis. Segenap Pimpinan serta Staf PT
Dasa Intiga yang telah menyediakan lokasi dan fasilitas serta membantu proses
pengumpulan data selama penelitian.
Terima kasih kepada Papa, Mama, Novia dan Dimas atas doa, kasih sayang
serta dukungan moral dan material kepada penulis. Aulia, Dea, Novi, Rara, Nana
Dita, Lerfi, Desi, Winda, Rio, Dwi, Advent, Quldino, Maya, Tyas, Kurniawati
atas doa dan dukungan. Seluruh teman-teman di Fakultas Kehutanan IPB
khususnya teman-teman Manajemen Hutan 47 atas bantuan dan dukungannya
selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita dan dapat menambah
pengetahuan kita.


Bogor, Oktober 2014
Meta Fadina Putri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
1
Tujuan Penelitian
1
Manfaat Penelitian
2

METODE
2
Waktu dan Tempat
2
Bahan
2
Alat
2
Jenis Data
2
Bentuk dan Ukuran Plot Contoh
3
Prosedur Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
6
Kegiatan Pemanenan Kayu di IUPHHK-HA PT Dasa Intiga
6

Volume Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Lokasi Terjadinya Limbah
6
Persentase Limbah
9
Hubungan Intensitas Tebang Pohon terhadap Volume Limbah
9
Hubungan Diameter Pohon terhadap Volume Limbah
10
Hubungan Jenis Pohon terhadap Volume Limbah
11
Hubungan Pohon Layak Tebang terhadap Pohon yang Ditebang
11
Tingkat Efektivitas Pemanenan
12
Solusi Pengurangan Limbah
12
SIMPULAN DAN SARAN
13
Simpulan
13

Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
16
RIWAYAT HIDUP
21

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Potensi limbah di petak tebang
Volume limbah di TPn
Persentase limbah pada petak tebang
Volume limbah berdasarkan jenis pohon

Tingkat efektivitas pemanenan

7
8
9
11
13

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Desain plot contoh
Prosedur pelaksanaan penelitian
Volume limbah berdasarkan intensitas tebang
Hubungan diameter pohon terhadap volume limbah
Hubungan antara pohon layak tebang terhadap pohon yang ditebang


3
4
10
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4

Perhitungan tingkat efektivitas dan persentase limbah
Peta areal kerja PT Dasa Intiga
Peta plot penelitian petak BJ 21
Dokumentasi limbah

17
18
19
20

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemanenan hutan merupakan suatu kegiatan mengeluarkan hasil hutan agar
dapat dimanfaatkan secara optimal. Pemanenan hutan khususnya kayu melibatkan
serangkaian kegiatan yaitu penebangan, penyaradan, pemuatan dan pengangkutan.
Kegiatan pemanenan hutan ini berpotensi meninggalkan limbah di dalam hutan.
Limbah pemanenan hutan adalah bagian dari pohon yang ditinggalkan di dalam
hutan karena berbagai alasan seperti adanya cacat alami kayu yang berupa
bengkok, gerowong dan busuk maupun cacat mekanis yang berupa batang pecah,
patah, potongan pangkal dan potongan ujung kayu.
Sastrodimedjo dan Simarmata (1978) menyebutkan bahwa terjadinya
limbah tebangan yang cukup besar disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
kesalahan dalam melaksanakan teknik penebangan, kesalahan dalam menentukan
arah rebah, kesalahan dalam pemotongan batang, manajemen yang kurang baik.
Limbah pemanenan ini sering diabaikan oleh pihak perusahaan sebab dianggap
menyulitkan dalam pemanfaatannya. Padahal apabila limbah dimanfaatkan maka
akan memaksimalkan potensi tegakan.
Limbah pemanenan erat kaitannya dengan tingkat efektivitas. Tingkat
efektivitas sering disebut sebagai faktor eksploitasi. Dulsalam (1995) mengatakan
bahwa pada hakekatnya faktor eksploitasi sangat erat kaitannya dengan limbah
pemanenan kayu. Semakin besar limbah pemanenan kayu yang terjadi maka akan
semakin kecil faktor eksploitasi yang didapat. Begitu juga sebaliknya semakin
kecil limbah pemanenan kayu maka semakin besar faktor eksploitasinya.
Menurut Dulsalam (1988) faktor eksploitasi merupakan perbandingan antara
bagian batang yang dimanfaatkan yaitu bagian batang yang sampai di logpond dan
siap dipasarkan dengan bagian batang yang diperkirakan dapat dimanfaatkan.
Tingkat efektivitas menunjukkan tingkat efektivitas dari kegiatan
pemanenan dan dapat memberikan informasi dalam perencanaan target produksi.
Oleh sebab itu diperlukan penelitian mengenai pengukuran potensi limbah dan
tingkat efektivitas kegiatan pemanenan hutan di suatu pengusahaan hutan.
Perumusan Masalah
Pemanenan hutan merupakan salah satu kegiatan yang berpotensi untuk
meninggalkan limbah di dalam hutan. Hal ini menyebabkan perlunya data
mengenai potensi limbah di areal perusahaan, sehingga pihak manajemen
mengetahui potensi limbah dan menentukan langkah yang tepat untuk mengurangi
dan memanfaatkan limbah tersebut.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengukur volume limbah, persentase serta sebaran limbah di petak tebang dan
TPn.

2
2. Menentukan nilai tingkat efektivitas di Petak BJ 21 IUPHHK-HA PT Dasa
Intiga.
3. Menganalisis hubungan antara intensitas tebang pohon, diameter pohon, jenis
pohon terhadap volume limbah dan hubungan antara pohon layak tebang
terhadap pohon yang ditebang.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak
perusahaan maupun pihak luar mengenai volume limbah dan tingkat efektivitas
yang disebabkan oleh kegiatan penebangan serta faktor yang mempengaruhi
volume limbah.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Maret 2014 di petak BJ 21
areal perusahaan PT Dasa Intiga, Provinsi Kalimantan Tengah.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah penebangan serta
batang kayu yang ditebang.
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pita ukur, meteran, alat tulis,
tally sheet, kalkulator, kamera, Ms. Excel, Ms. Word, Arc GIS Ver 9.3.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang didapatkan langsung di lapangan yaitu
berupa data hasil Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) dan data
limbah yang berada di petak tebang serta TPn. Dimensi limbah yang diukur
adalah diameter ujung, diameter pangkal dan panjang sortimen limbah. Data
sekunder diperoleh dengan melihat arsip/data yang tersedia di lokasi penelitian,
yaitu :
1. Letak dan luas areal perusahaan
2. Sejarah pemanenan hutan
3. Jenis tanah
4. Topografi
5. Iklim

3
Bentuk dan Ukuran Plot Contoh
Plot contoh yang digunakan berbentuk persegi dengan ukuran tiap plot
contoh adalah 100x100 m. Plot cotoh dibagi dalam 25 subplot dengan ukuran tiap
subplot adalah 20x20 m (Soerianegara dan Indrawan 2012). Pada setiap plot
contoh dilakukan pengukuran pohon yang ditebang dengan diameter≥40 cm.
100 m

100 m

20 m

20 m

Gambar 1 Desain plot contoh
Keterangan :
= Subplot pengukuran pohon yang ditebang dengan diameter ≥40 cm

20 m
20 m

= Jalur rintis

4

Penentuan plot contoh
Jumlah plot adalah 10
plot. Bentuk plot adalah
persegi dengan ukuran
100x100 m

Inventarisasi Tegakan
Sebelum Penebangan

Volume
pohon
100%

Pengukuran diameter dan
tinggi bebas cabang
pohon berdiri.
Indeks
Tebang
Setelah Penebangan
1. Pengukuran volume
limbah penebangan
a. Tunggak
b. Batang bebas
cabang
c. Batang atas bebas
cabang
2. Volume batang siap
sarad

Tingkat
Efektivitas
%Limbah
Penebangan

Indeks
Sarad
1. Pengukuran volume
limbah di TPn
a. Limbah potongan
pendek
b. Limbah dari
batang yang cacat
2. Volume batang siap
angkut

%
Limbah
Total

%Limbah
di TPn

Gambar 2 Prosedur pelaksanaan penelitian

5
Prosedur Analisis Data
Pada saat kegiatan ITSP dilakukan pengukuran pada pohon yang akan
ditebang. Pengukuran yang dilakukan adalah diameter dan tinggi bebas cabang.
Rumus umum yang digunakan untuk menentukan volume pohon berdiri adalah :
V = Volume tunggak yang ditinggalkan + volume limbah tunggak + volume
batang bebas cabang + volume limbah batang bebas cabang + volume
limbah batang atas
Setelah kegiatan penebangan, dilakukan pengukuran limbah tunggak, batang
bebas cabang dan batang bagian atas. Data hasil pengukuran limbah akan diolah
menjadi perhitungan volume limbah. Perhitungan volume limbah menggunakan
rumus empiris Brereton, sebagai berikut :
V = �[

½(��+� ) 2



] P

Keterangan :
V
= Limbah (m³)

= Konstanta (3.14)
Dp
= Diameter pangkal (cm)
Du
= Diameter ujung (cm)
P
= Panjang sortimen (m)
Persentase limbah pemanenan adalah perbandingan antara volume total
limbah yang terjadi dengan potensi total kayu yang dipanen (Abidin 1994). Secara
matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
%L = x 100%


Keterangan:
V
= L+P
L
= Volume limbah total (m³)
P
= Volume kayu yang dimanfaatkan (m³)
Tingkat efektivitas (TE) ditentukan melalui pendekatan indeks tebang,
indeks sarad dan indeks angkut (Abidin 1994). Secara matematis dapat dituliskan
sebagai berikut :
TE = indeks tebang x indeks sarad x indeks angkut
indeks tebang =
indeks sarad

=

indeks angkut =













��

6

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Areal kerja PT Dasa Intiga secara geografis terletak pada koordinat 00o46’01o33’ LU dan 114o17’-114o39’ BT. Luas areal IUPHHK-HA PT Dasa Intiga
adalah 131 850 Ha yang diperoleh dari beberapa tahap perijinan, sebagai berikut :
1. SK Menhut No 258/KPTS/Um/4/1970 tanggal 29 April 1970 dengan luas
areal 272 000 Ha.
2. SK Menhut No 422/Menhut-IV/1993 tanggal 27 Februari 1993 dengan luas
areal 189 200 Ha.
3. SK Menhut No 77/KPTS-II/2000 tanggal 22 Desember 2000 dengan luas
areal 170 100 Ha.
4. SK Menhut No 440/Menhut-II/ 2009 tanggal 29 Juli 2009 dengan luas areal
131 850 Ha.
(PT Dasa Intiga 2012)
Jenis tanah yang terdapat pada areal PT Dasa Intiga adalah tanah mineral.
Tanah mineral pada wilayah ini dibedakan menjadi dua jenis yaitu tanah podsolik
merah kuning dan tanah podsol. Jenis tanah yang mendominasi adalah tanah
podsolik merah kuning, perbandingan tanah podsolik merah kuning dan tanah
podsol adalah 77.4% dan 22.6%.
Kondisi topografi PT Dasa Intiga secara umum mempunyai bentuk wilayah
datar sampai landai dengan kelas kelerengan 0-15%. Ketinggian tempat berkisar
antara 100-300 mdpl.
Berdasarkan Schmidt and Fergusson, iklim disekitar areal kerja termasuk
tipe iklim A (sangat basah) dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 21 833
mm dengan jumlah hari hujan 144 hari sedangkan rata-rata curah hujan bulanan
adalah 182 mm dengan jumlah hari hujan rata-rata 12 hari.
Kegiatan Pemanenan Kayu di IUPHHK-HA PT Dasa Intiga
Pemanenan hasil hutan merupakan kegiatan memindahkan hasil hutan dari
dalam hutan ke tempat pengelolaan atau penggunannya. Kegiatan pemanenan
hasil hutan kayu yang dilakukan adalah penebangan, penyaradan, muat bongkar
dan pengangkutan. Sistem pemanenan kayu yang digunakan adalah sistem
mekanis yakni dibantu dengan mesin. Kegiatan penebangan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu chainsaw dan kegiatan penyaradan dilakukan dengan
menggunakan bulldozer.
Sebelum kegiatan penebangan, dilakukan kegiatan Inventarisasi Tegakan
Sebelum Penebangan (ITSP) untuk mengetahui potensi awal tegakan dan kondisi
tegakan. Pohon yang akan ditebang adalah pohon dengan diameter≥40 cm dengan
kualitas yang baik.
Hasil kegiatan ITSP akan dimasukkan dalam buku LHC (Laporan Hasil
Cruising) yang akan dijadikan acuan mengenai potensi tegakan yang dapat
ditebang. Berdasarkan data LHC dilakukan pembuatan peta pohon namun tidak
semua petak kerja mempunyai peta pohon. Kegiatan penebangan yang dilakukan
di lapangan tidak mengacu pada peta pohon begitu pula kegiatan penyaradan.
Pembuatan jalan sarad dilakukan secara langsung oleh operator bulldozer tanpa

7
rencana jalan sarad. Jalan sarad yang dipilih oleh operator adalah jalan yang
paling efisien untuk mengeluarkan kayu dari tegakan.
Pohon yang sudah ditebang dari dalam hutan akan disarad menuju TPn yang
berada di pinggir jalan angkutan dengan menggunakan bulldozer. Sebelum
diangkut menuju ke TPK, kayu akan diukur terlebih dahulu kemudian dilaporkan
dalam bentuk buku LHP (Laporan Hasil Produksi). Setelah buku LHP selesai
maka dilakukan kegiatan muat kayu ke atas Logging Truck untuk diangkut ke
TPK. PT Dasa Intiga memiliki dua TPK antara yaitu TPK 19 dan TPK 37. Kayu
yang sudah diletakkan di TPK antara akan diangkut menuju TPK akhir yaitu
logpond Pepas. Pada logpond Pepas dilakukan pengecekan kondisi kayu yang
akan dibeli oleh pembeli.
Volume Limbah Pemanenan Kayu Berdasarkan Lokasi Terjadinya Limbah
Sastrodimedjo dan Simarmata (1981) mengklasifikasikan limbah
berdasarkan tempat terjadinya, sebagai berikut :
1. Limbah yang terjadi di areal penebangan yang berupa kelebihan
tunggak, bagian batang dari pohon yang rusak, sisa cabang dan ranting.
2. Limbah yang terjadi di tempat pengumpulan kayu sementara (TPn) yang
berupa batang yang tidak memenuhi syarat baik kualitas maupun
ukurannya.
3. Limbah yang terjadi di tempat penimbunan kayu (TPK) yang umumnya
terjadi karena penolakan oleh pembeli karena log sudah terlalu lama
disimpan sehingga busuk, pecah dan terserang jamur.
Limbah pemanenan kayu yang diamati pada penelitian ini berada di petak
tebang dan TPn. Limbah yang dihitung adalah limbah di bawah cabang pertama
yang berupa limbah tunggak dan sortimen potongan pendek serta limbah
perpanjangan batang utama. Volume limbah yang didapatkan dari 69 pohon yang
ditebang adalah 185.48 m³ dengan rata-rata volume limbah 2.69 m³/pohon atau
18.55 m³/ha. Potensi limbah penebangan setiap jenis limbah dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1 Potensi limbah di petak tebang
Jenis limbah
Tunggak
Batang bebas cabang
Batang atas bebas cabang
Total
a

Volume Total

16.05
23.49
145.94
185.48

Rata-rata volume
(m³/pohon)
0.23
1.09a
0.34
1.42a
2.12
2.15a
2.69
4.66a

(m³/ha)
1.60
2.35
14.59
18.55

Sumber: Sari (2009)

Berdasarkan Tabel 1 total potensi limbah yang terjadi di petak tebang
penelitian ini adalah 2.69 m³/pohon. Potensi limbah penebangan paling besar
terdapat pada jenis batang bagian atas yaitu sebesar 2.12 m³/pohon, limbah batang
bebas cabang sebesar 0.34 m³/pohon dan limbah tunggak sebesar 0.23 m³/pohon.
Penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Sari (2009) di IUPHHK-HA PT
Austral Byna, Kalimantan Tengah dengan menghitung jumlah limbah tunggak,

8
batang bebas cabang dan batang atas. Limbah pada penelitian Sari (2009) adalah
4.66 m³/pohon. Jenis limbah terbesar yang terjadi pada penelitian Sari (2009)
adalah batang atas sebesar 2.15 m³/pohon. Jenis limbah yang terbesar pada kedua
penelitian adalah batang atas. Terdapat perbedaan rata-rata volume limbah pada
kedua penelitian yang disebabkan limbah tunggak serta batang bebas cabang yang
ditinggalkan pada IUPHHK-HA PT Austral Byna cukup besar. Hal ini disebabkan
oleh kesalahan kegiatan penebangan yang dilakukan operator di petak tebang pada
IUPHHK-HA PT Austral Byna yang mengakibatkan tinggi tunggak yang
ditinggalkan cukup besar, batang pecah dan patah serta potongan pendek akibat
kegiatan trimming.
Tabel 2 Volume limbah di TPn
TPn

3

4
5

Nomor plot
1
2
3
7
8
4
5
6
9
10
Total (m³)
Rata-rata (m³/ha )

Volume limbah (m³)
0.67
0.00
1.17
1.07
0.18
0.00
0.25
0.00
0.00
0.76
4.10
0.41

Terdapat tiga TPn yang menampung kayu pada 10 plot contoh yaitu TPn 3 4
dan 5. TPn 3 menampung kayu dari plot contoh 1 2 3 7 dan 8. TPn 4 menampung
kayu dari plot contoh 4 5 dan 6 serta TPn 5 menampung kayu dari plot contoh 9
dan 10. Volume limbah pada TPn adalah sebesar 4.10 m³ atau 0.41 m³/ha.
Berdasarkan Tabel 1 dan Tabel 2 volume limbah di petak tebang dan TPn
masing-masing adalah sebesar 18.55 m³/ha dan 0.41 m³/ha. Volume limbah di
petak tebang jauh lebih besar daripada TPn hal ini disebabkan oleh keterampilan
penebang dalam menebang setiap pohon dan kondisi pohon di dalam petak
tebang. Pada saat di petak tebang terdapat kesalahan dalam melaksanakan teknik
penebangan yaitu pembuatan takik rebah dan takik balas yang menyebabkan
bagian serabut pada pangkal pohon sehingga perlu dilakukan pemotongan pangkal
yang mengurangi panjang batang bebas cabang yang dapat dimanfaatkan, kondisi
tegakan yang cukup rapat di sekitar pohon yang akan ditebang sehingga
menyulitkan penebang untuk menebang. Selain itu penebang memilih beberapa
pohon yang memiliki gerowong yang cukup besar. Kayu dengan gerowong ini
perlu untuk dipotong sampai diameter gerowong dapat diterima oleh perusahaan
sehingga hal ini mengurangi panjang batang kayu yang dapat dimanfaatkan. Pada
saat di TPn, penebang melakukan pemotongan pada pangkal maupun ujung yang
masih belum rata namun tidak pada semua kayu. Hal ini sesuai dengan Kartika
(2004) yang menyebutkan bahwa kegiatan penebangan meninggalkan banyak
limbah meliputi limbah tunggak, cabang dan ranting, batang atas, potongan
pendek. Jika ditinjau dari asal limbah, maka hasil penebangan merupakan limbah
paling besar.

9
Persentase Limbah
Budiaman (2000) menyebutkan bahwa limbah pemanenan kayu adalah kayu
bulat berupa bagian batang komersial, potongan pendek, tunggak, cabang dan
ranting. Persentase limbah pemanenan kayu adalah perbandingan antara volume
total limbah pemanenan kayu terhadap volume total pemanenan kayu (volume
batang yang dimanfaatkan ditambah volume limbah pemanenan kayu). Pada
Tabel 3 disajikan perbandingan persentase limbah pemanenan kayu pada petak
tebang yang terdapat di Provinsi Kalimantan Tengah berdasarkan Matangaran et
al. (2013) dan penelitian ini.
Tabel 3 Persentase limbah pada petak tebang
Jenis Limbah Pemanenan Hutan

Limbah (%)

Tunggak

6.74b

3.21

Batang Bebas Cabang

15.43b

4.70

Batang Atas Bebas Cabang

11.64b

29.12

33.81b

37.12

Total
b

Sumber: Matangaran et al. (2013)

Tabel 3 menunjukkan perbandingan jumlah limbah yang terjadi pada
penelitian ini dengan penelitian Matangaran et al. (2013) yang dilakukan di
provinsi Kalimantan Tengah. Persentase limbah kedua penelitian ini cukup
berbeda. Persentase limbah terbesar pada penelitian Matangaran et al. (2013)
berupa bagian batang bebas cabang sedangkan limbah terbesar penelitian ini
berupa bagian batang atas bebas cabang. Limbah batang bebas cabang yang
terdapat pada Matangaran et al. (2013) volumenya lebih besar sebab limbah yang
berupa batang cacat alami (gerowong, mata kayu, bengkok) dan mekanis pada
petak tebang cukup besar sedangkan pada penelitian ini limbah batang bebas
cabang berupa potongan pendek akibat pecah pangkal yang disebabkan oleh
kesalahan pembuatan takik rebah dan gerowong. Limbah batang atas bebas
cabang yang diukur pada Matangaran et al. (2013) merupakan kayu dengan
diameter≥30 cm sedangkan pada penelitian ini batang atas bebas cabang yang
diukur adalah diameter≥20 cm, sehingga persentase limbah batang atas bebas
cabang pada penelitian ini jumlahnya lebih besar daripada yang terdapat pada
penelitian Matangaran et al. (2013).
Hubungan Intensitas Tebang Pohon terhadap Volume Limbah
Intensitas pohon yang akan ditebang pada setiap plot contoh penelitian
berbeda-beda, dipengaruhi oleh kerapatan tegakan serta banyak pohon dengan
diameter≥40 cm dengan kualitas baik yang terdapat di plot contoh.
Gambar 3 menyajikan perbandingan hubungan intensitas tebang terhadap
volume limbah pada penelitian ini dengan hasil penelitian Partiani (2010) di
IUPHHK-HA PT Salaki Summa Sejahtera. Gambar 3 menunjukkan semakin
tinggi intensitas tebang, maka semakin tinggi pula volume limbah yang dihasilkan.
Hal ini sesuai dengan Partiani (2010) yaitu salah satu faktor yang mempengaruhi
besarnya limbah adalah intensitas tebang yang dilakukan pada petak tebang.

10
Semakin tinggi tingkat intensitas tebang, maka semakin tinggi limbah pemanenan
kayu. Namun pada intensitas tebang dengan jumlah pohon 5 pohon/ha, terjadi
penurunan volume limbah yang disebabkan oleh diameter pada kelas intensitas
tebang ini relatif lebih kecil dibandingkan dengan diameter pohon pada kelas
intensitas tebang lain. Namun secara garis besar terjadi kenaikan volume limbah.
Hubungan intensitas tebang pohon dengan volume limbah dapat dilihat pada
gambar berikut :

Rata-rata volume limbah (m³/ha)

60

58.31

56.2

50
40

36.43

33.95

28.95

30
20

18.73

24.73

20.49

14.78
12.56

10

25.42

13.87

15.01

10.12

0
3

4

5

6

7

8

9

10

12

13

Intensitas tebang (Pohon/ha)
Partiani (2010)
Data primer

Gambar 3 Volume limbah berdasarkan intensitas tebang
Hubungan Diameter Pohon terhadap Volume Limbah
Pohon yang ditebang pada PT Dasa Intiga adalah pohon yang memiliki
diameter≥40 cm. Gambar 4 menunjukkan hubungan antara diameter pohon yang
ditebang dengan volume limbah yang dihasilkan. Hasil volume limbah yang
dihasilkan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Sari (2009) yang
dilakukan di IUPHHK-HA PT Austral Byna. Hasil penelitian ini menunjukkan
kenaikan volume limbah pada setiap kelas diameter pohon. Hal ini sesuai dengan
Sinaga et al. (1985) yaitu semakin besar diameter pohon, maka semakin besar
volume limbah yang dihasilkan pada panjang kayu yang sama. Hasil penelitian
Sari (2009) menunjukkan perbedaan dimana volume limbah pada kelas diameter
besar menurun dari volume limbah kelas diameter sebelumnya. Penebang
melakukan kegiatan penebangan dengan lebih hati-hati untuk kelas diameter besar,
sebab apabila mereka melakukan kesalahan penebangan pada diameter pohon
yang besar maka mereka akan merasa rugi. Sinaga et al. (1985) mengatakan
bahwa memungkinkan diameter pohon yang besar memiliki volume limbah yang
lebih kecil yang disebabkan oleh keadaan lapangan yang ringan dan tenaga kerja
yang terampil.

11

Rata-rata volume limbah (m³/pohon)

8
6.74

6.61

7

6.25 6.24

6
5
3.94

4
3.16

3
2.1
2

1.57

1
0

0

41-50

51-60

0
61-70

71-80

80 up

Kelas diameter (cm)

Data primer
Sari (2009)

Gambar 4 Hubungan diameter pohon terhadap volume limbah
Hubungan Jenis Pohon terhadap Volume Limbah
Jenis pohon yang ditebang oleh PT Dasa Intiga merupakan famili
Dipterocarpaceae. Jenis pohon yang ditebang yaitu meranti, balau, keruing. Jenis
pohon yang banyak ditebang adalah meranti sebanyak 58 pohon sehingga volume
limbah yang dihasilkan jenis meranti lebih banyak pula sebesar 151.13m³. Ratarata volume limbah tiap pohon dicari untuk mengetahui volume limbah setiap
jenis pohon. Berdasarkan Tabel 4 rata-rata volume limbah paling besar terdapat
pada jenis balau. Hal ini disebabkan oleh jenis balau memiliki sifat yang keras
dibandingkan jenis lain sehingga dalam penebangannya terjadi kesulitan yang
menimbulkan besarnya limbah
Tabel 4 Volume limbah berdasarkan jenis pohon
Jenis Pohon Jumlah Pohon

Volume limbah
(m³)

Rata-rata volume limbah
(m³/pohon)

Meranti

58

151.13

2.61

Balau

8

27.31

3.41

Keruing

3

7.04

2.35

Hubungan Pohon Layak Tebang terhadap Pohon yang Ditebang
Pohon yang ditebang ditentukan dari pohon layak tebang dalam suatu plot
contoh, sehingga tidak semua pohon layak tebang akan ditebang. Hal ini bertujuan

12
untuk menyisakan pohon di dalam hutan agar terjaga kelestariannya. Pohon layak
tebang adalah pohon dengan diameter≥40 cm, jenis komersial dan kualitas baik.
Secara garis besar Gambar 5 menunjukkan peningkatan jumlah pohon yang
ditebang pada setiap jumlah pohon yang layak tebang. Terdapat penurunan jumlah
pohon yang ditebang pada beberapa jumlah pohon layak tebang, dimana jumlah
pohon yang ditebang lebih sedikit padahal jumlah pohon layak tebang cenderung
lebih banyak. Hal ini disebabkan oleh keadan tegakan di sekitar pohon yang akan
ditebang cukup rapat serta topografi yang cukup curam, sehingga penebang
memilih untuk tidak menebang pohon-pohon tersebut

Jumlah pohon yang ditebang (pohon/ha)

14
12
12
10

10
8
8
7
6

6

5
4

4
2
0
20

21

23

24

26

28

31

Jumlah pohon layak tebang (pohon/ha)

Gambar 5 Hubungan antara pohon layak tebang terhadap pohon yang ditebang
Tingkat Efektivitas Pemanenan
Tingkat efektivitas kegiatan pemananen kayu sering disebut dengan faktor
eksploitasi. Menurut Dulsalam (1995), tingkat efektivitas sangat erat kaitannya
dengan limbah pemanenan kayu. Semakin besar limbah pemanenan kayu maka
semakin kecil faktor eksploitasi yang didapat, semakin kecil limbah pemanenan
kayu maka semakin besar faktor eksploitasinya.
Tingkat efektivitas merupakan perbandingan antara bagian batang yang
dimanfaatkan dengan bagian batang yang diharapkan dapat dimanfaatkan. Tingkat
efektivitas didapatkan dari indeks tebang, sarad dan angkut. Indeks tebang pada
penelitian ini adalah 0.61, indeks sarad adalah 0.99 dan indeks angkut dianggap
1.00. Tingkat efektivitas yang didapatkan adalah sebesar 0.60. Nilai tingkat
efektivitas pada penelitian ini adalah sebesar 0.60, angka tersebut tidak sesuai
dengan angka yang ditetapkan oleh Departemen Kehutanan (1989) sebesar 0.7.
Besarnya indeks tebang, indeks sarad dan indeks angkut serta tingkat efektivitas
pemanenan dapat dilihat pada Tabel 5.

13
Tabel 5 Tingkat efektivitas pemanenan
Plot
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rata-rata

Indeks tebang
0.64
0.59
0.60
0.59
0.63
0.59
0.56
0.61
0.61
0.62
0.61

Indeks sarad
0.98
1.00
0.97
1.00
1.00
1.00
0.99
0.98
1.00
0.99
0.99

Tingkat efektivitas
0.62
0.59
0.59
0.59
0.62
0.59
0.56
0.60
0.61
0.62
0.60

Solusi Pengurangan Limbah
Solusi untuk mengurangi limbah yang terjadi pada saat penebangan,
penyaradan dan angkut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan efektifitas
kegiatan pemanenan hutan. Perlu diketahui dahulu faktor yang mempengaruhi
limbah untuk meningkatkan efektivitas. Secara umum faktor yang mempengaruhi
sebagai berikut :
1. Faktor alam yaitu intensitas tebangan, dimensi kayu, jenis kayu dan
kerapatan tegakan
2. Faktor teknis yaitu cara kerja, penguasaan teknik kerja yang baik
Limbah sortimen pada penelitian ini banyak disebabkan oleh pecah pada
pangkal yang disebabkan oleh pembuatan takik balas dan rebah yang tidak sesuai
dengan ketentuan yang berlaku serta pemotongan batang utama yang terlalu
rendah, sehingga perlu dilakukan pengawasan oleh mandor tebang agar penebang
memperhatikan teknik penebangan yang benar dan pelatihan terhadap para
penebang.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Besarnya volume limbah pemanenan pada petak BJ 21 IUPHHK-HA PT
Dasa Intiga adalah sebesar 18.96 m³/ha yang terdiri atas limbah kegiatan
penebangan sebesar 18.55 m³/ha dan limbah TPn sebesar 0.41 m³/ha. Persentase
limbah pemanenan dari volume yang dapat dimanfaatkan adalah 37.63% yang
terdiri atas limbah penebangan sebesar 36.82% dan limbah pemuatan sebesar
0.81%. Sebaran limbah pada petak tebang berupa limbah tunggak, sortimen
pendek yang merupakan batang bebas cabang serta batang atas bebas cabang yang
merupakan perpanjangan batang utama. Sebaran limbah yang berada pada TPn
merupakan sortimen pendek dari kegiatan trimming.
Besarnya tingkat efektivitas pada kegiatan pemanenan berdasarkan limbah
pemanenan yang dihasilkan adalah 0.60. Besarnya volume limbah dipengaruhi

14
oleh intensitas tebang pohon, diameter pohon, kerapatan tegakan, jenis pohon.
Terdapat hubungan antara pohon layak tebang terhadap pohon yang ditebang.
Saran
Untuk menekan jumlah limbah yang dihasilkan dari kegiatan pemanenan
kayu perlu diadakan pelatihan kepada penebang mengenai teknik penebangan
yang benar untuk menghindari cacat mekanis serta pemilihan kualitas pohon yang
akan ditebang untuk menghindari cacat alami. Adanya pengawasan dari mandor
tebang juga akan membuat penebang berhati-hati dalam kegiatan penebangan
sehingga limbah yang dihasilkan akan berkurang. Pemanfaatan limbah yang
dihasilkan dari kegiatan pemanenan hutan bagi perusahaan dan masyarakat sekitar
hutan diperlukan agar limbah tidak sia-sia ditinggalkan di dalam hutan.

DAFTAR PUSTAKA
Abidin R. 1994. Pengendalian manajemen pengusahaan hutan. Bahan Penataran
Manager Logging. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Budiaman A. 2000. Kuantifikasi kayu bulat kecil limbah pemanenan pada
pengusahaan hutan alam. Jurnal Teknologi Hasil Hutan. 8 (2):34-43.
Direktorat Pengolahan Hasil Hutan Departemen Kehutanan. 1989. Pemanfaatan
limbah eksploitasi. Pemanfaatan Limbah Kayu. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan IPB.
Dulsalam. 1988. Faktor eksploitasi jenis meranti di Sumatera Barat, Kalimantan
Barat dan Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 5(2):47-49.
Dulsalam. 1995. Usaha untuk meminimasi limbah eksploitasi dalam rangka
peningkatan nilai produksi. (Makalah Penunjang Dalam Ekspose Penelitian
Hasil Hutan).
Kartika EC. 2004. Kuantifikasi limbah pemanenan kayu pulp dengan metode kayu
penuh (Whole Tree System) [Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor.
Matangaran JR, Togar LT, Tjetjep UK, Yovi EY. 2000. Studi pemanfaatan limbah
pembalakan untuk bahan baku industri dalam rangka pengembangan dan
pemasaran hasil hutan. Laporan Akhir Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan
Produksi Bekerjasama Dengan Fakultas Kehutanan IPB. Bogor.
Matangaran JR, Partiani T, Purnamasari DR. 2013. Faktor eksploitasi dan
kuantifikasi limbah kayu dalam rangka peningkatan efisiensi pemanenan hutan
alam. Jurnal Bumi Lestari. 13(2):384-393.
Partiani T. 2010. Limbah pemanenan kayu dan faktor eksploitasi di hutan alam PT
Salaki Summa Sejahtera Pulau Siberut Sumatera Barat [Skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
PT Dasa Intiga. 2012. Rencana kerja usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam
hutan alam pada hutan produksi berbasis inventarisasi hutan menyeluruh
berkala periode tahun 2012 s/d 2021 Kabupaten Kapuas Tengah, Kalimantan
Tengah.

15
Sari RM. 2009. Identifikasi dan pengukuran potensi limbah pemanenan kayu
[Skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Sastrodimedjo S, Simarmata SR. 1978. Limbah eksploitasi pada beberapa
perusahaan pengusahaan hutan di Indonesia. Laporan LPHH No. 120. Bogor.
Sastrodimedjo S, Simarmata SR. 1981. Limbah eksploitasi. Diskusi Industri
Perkayuan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Sinaga M, Dulsalam, Simarmata SR. 1985. Faktor eksploitasi kayu ramin. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan. 2(3):19-22.
Soerianegara, Indrawan. 2012. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

16

LAMPIRAN

17
Lampiran 1 Perhitungan tingkat efektivitas dan persentase limbah
Volume batang siap sarad = volume kayu yang dimanfaatkan


Indeks tebang =

=

314.17 �³
517.13 �³

= 0.61

Volume batang siap angkut = volume kayu yang dimanfaatkan–volume
limbah di TPn
Indeks sarad =



Indeks angkut =

=


314.17 �³−4.10 m³
314.17 �³

��



=

310.07 �³

314.17 �³

= 0.99

Indeks angkut dianggap 1.00
Tingkat efektivitas = indeks tebang x indeks sarad x indeks angkut
= 0.61 x 0.99 x 1.00
= 0.60


Persentase Limbah = �

x 100%

� �

+�

Volume Limbah Total = Volume limbah petak tebang+Volume limbah TPn
= 185.48 m³+4.10 m³
= 189.58 m³
Persentase limbah pemanenan =

189.58 m³
189.58 m³+314.17m³

x 100%

= 37.63%
Persentase limbah petak tebang =
=





+�

185.48 m³

189.58 m³+314.17 m³

� �

x 100%

= 36.82 %
Persentase limbah di TPn =
=




4.10 m³

189.58 m³+314.17 m³

+�

��

� �

x 100% = 0.81 %

18
Lampiran 2 Peta Areal Kerja PT Dasa Intiga

19
Lampiran 3 Peta Plot Penelitian Petak BJ 21

20
Lampiran 4 Dokumentasi limbah

Limbah tunggak

Limbah batang atas bebas cabang

Limbah batang bebas cabang

Limbah sortimen pendek di TPn

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Medan pada tanggal 09 April 1993 sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Patut Sudarsono dan Erdalina Tanjung.
Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMAN 03 Pekalongan dan pada tahun
yang sama lulus seleksi USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB). Penulis memilih
Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan
yaitu : BEM Fakultas Kehutanan Divisi Budaya Olahraga dan Seni tahun 20122013. Panitia Forester Cup tahun 2013 dan Panitia Bina Corps Rimbawan (BCR)
Fakultas Kehutanan tahun 2012 Divisi Publikasi Dekorasi dan Dokumentasi
(PDD).
Selama pendidikan penulis telah melaksanakan Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan (PPEH) di Sancang dan Kamojang, Jawa Barat, Praktek
Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, serta Praktek
Kerja Lapang (PKL) di IUPHHK-HA PT Dasa Intiga, Kalimantan Tengah.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan Institut Pertanian
Bogor penulis menyelesaikan Skripsi dengan judul “Potensi Limbah dan Tingkat
Efektivitas Penebangan Pohon di Hutan Dataran Rendah Tanah Kering”
dibimbing oleh Dr Ujang Suwarna SHut MScFTrop.