Analisis kinerja keuangan berbasis economic value added pada perusahaan sektor industri otomotif di bursa efek indonesia periode 2009-2013

i

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERBASIS ECONOMIC
VALUE ADDED PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI
OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013

ANGGARA FITRI KARTIKASARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Kinerja Keuangan
berbasis Economic Value Added pada Perusahaan Sektor Industri Otomotif di Bursa Efek

Indonesia Periode 2009-2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana
pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014
Anggara Fitri Kartikasari
NIM H24124045

v

ABSTRAK
ANGGARA FITRI KARTIKASARI. Analisis Kinerja Keuangan Berbasis
Economic Value Added Pada Perusahaan Sektor Industri Otomotif di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009-2013. Dibimbing oleh H. MUSA HUBEIS.
Penerapan perhitungan metode Economic Value Added (EVA) dalam suatu
perusahaan akan membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada

penciptaan nilai perusahaan. Hal ini merupakan keunggulan EVA dibandingkan
dengan metode perhitungan yang lain. Penelitian ini bertujuan menganalisis dan
membandingkan kinerja keuangan perusahaan sektor industri otomotif yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam Indeks Kompas-100 dengan
Metode EVA. Langkah-langkah dalam menghitung EVA adalah menghitung Net
Operating Profit After Tax, Invested Capital, Weight Average Cost of Capital,
Cost of Capital dan EVA. Hasil analisis kinerja keuangan dari tiga perusahaan
pada periode 2009-2013 selalu menghasilkan nilai EVA positif. Perusahaan yang
menghasilkan nilai EVA positif dikatakan memiliki manajemen yang mampu
memberikan nilai lebih kepada perusahaan, sedangkan jika nilai EVA negatif,
manajemen belum mampu memberikan nilai tambah kepada perusahaan dan
nantinya berdampak bagi para calon investor, serta bagi manajemen perusahaan
itu sendiri. Dibandingkan dengan ketiga perusahaan, PT Astra Internasional, Tbk
merupakan perusahaan yang cenderung konsisten dalam peningkatan nilai EVA,
karena perusahaan cenderung konsisten dalam peningkatan nilai EVA dan dengan
selisih peningkatan cukup besar dibandingkan dengan dua perusahaan lainnya,
meskipun pada tahun 2012 mengalami sedikit penurunan tetapi dapat diantisipasi
kembali dengan meningkatnya kembali nilai EVA pada tahun 2013. Peningkatan
nilai EVA pada PT ASII dan PT IMAS dalam periode 2009-2011 diikuti juga
seiiring terdapatnya kecenderungan positif terhadap harga saham pada tahun

bersangkutan. Hal ini juga menyebabkan tren EPS yang semakin meningkat
dalam periode tersebut. Untuk PT GJTL, ketika nilai EVA mengalami penurunan,
juga diikuti dengan menurunnya nilai EPS pada periode tersebut, tetapi kondisi
harga saham justru mengalami peningkatan yang dipengaruhi oleh adanya hukum
permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar.
Kata Kunci : bursa efek Indonesia, EVA, kinerja keuangan, industri otomotif

ABSTRACT
ANGGARA FITRI KARTIKASARI. Financial Performance Analysis based on
Economic Value Added in of Automotive Industrial Sector Companies in
Indonesia Stock Exchange Period 2009-2013. Supervised by H. MUSA HUBEIS.
The application of the Economic Value Added (EVA) in a company will
lead the company focus more on the corporate value creation. This is an
advantage of the EVA method compared to the others. This study aims to analyze
and compare the company's financial performance of automotive industrial sectors
listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) in the Kompass-100 Index based on
the EVA method. The steps in calculating the EVA method are calculate the Net

vi


Operating Profit After Tax, Capital Invested, Weight Average Cost of Capital,
Cost of Capital and EVA. The results of the analysis of the financial performance
of the three companies in the 2009-2013 period always generate positive EVA
value. Companies that generate positive EVA value is said to have management
that can deliver greater value to the company, whereas if the negative EVA value,
management has not been able to provide added value to the company and will
have implications for the potential investors, as well as for the management of the
company itself. Compared with the third company, PT Astra International, Tbk is
a company that tends to be consistent in increasing the value of EVA because
companies tend to be consistent in increasing the value of EVA and a
considerable improvement compared with the two other companies, although in
2012 decreased slightly but can be anticipated again with increasing EVA back in
2013. Increasing the value of EVA at ASII and PT IMAS in the period 2009-2011
followed concurrently positive tendencies on stock prices during the year. It also
led to a trend of EPS also increased in that period. For PT GJTL, when the value
of EVA has decreased, followed by decreasing value of EPS for the period, but
the condition of the stock price actually rose is influenced by the law of supply
and demand that occur in the market.
Keywords : automotive industrial, EVA, financial performance Indonesia stock
exchange


vii

ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERBASIS ECONOMIC
VALUE ADDED PADA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI
OTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013

ANGGARA FITRI KARTIKASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014


viii

ix

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Keuangan Berbasis Economic Value Added Pada
Perusahaan Sektor Industri Otomotif di Bursa Efek Indonesia
Periode 2009-2013
Nama
: Anggara Fitri Kartikasari
NIM
: H24124045

Disetujui oleh

Prof Dr Ir H Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing, DEA
Pembimbing

Diketahui oleh


Dr Mukhamad Najib, STP,MM
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

x

xi

PRAKATA

Segala puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya, serta Shalawat dan salam
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai tauladan sampai akhir jaman. Tiada
kemudahan kecuali apa yang Allah jadikan mudah. Terimakasih kepada Allah
SWT atas segala kesempatan dan kemudahan yang telah diberikan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penelitian berjudul “Analisis Kinerja Keuangan
Berbasis Economic Value Added Pada Perusahaan Sektor Industri Otomotif di
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013” sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Alih Jenis Manajemen,

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof.Dr.Ir.H Musa
Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, ilmu dan saran, serta
motivasi dan pengarahan kepada penulis dalam proses penyusunan dan
penyelesaian Skripsi ini. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada
Bapak, Mamah, serta seluruh keluarga atas dukungan doa dan kasih sayang yang
selalu menyertai penulis, serta kepada teman-teman satu bimbingan skripsi,
teman-teman ekstensi manajemen angkatan 10, serta kepada seluruh rekan-rekan
yang selalu memberikan dukungan dan bantuan dalam pembuatan skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi berbagai pihak.

Bogor, Oktober 2014

Anggara Fitri Kartikasari

xii

xiii


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN

xi

PENDAHULUAN
Latar Belakang

1

Perumusan Masalah


3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian

4

Ruang Lingkup Penelitian

5

TINJAUAN PUSTAKA
Industri Otomotif

5


Kinerja Keuangan

5

Laporan Keuangan

6

Economic Value Added

6

Kelebihan dan Kelemahan EVA

9

Penelitian Terdahulu yang Relevan

9

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian

11

Lokasi dan Waktu Penelitian

12

Pengumpulan Data

12

Pengolahan dan Analisis Data

12

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Perusahaan

15

Perhitungan Economic Value Added

20

Gabungan Economic Value Added Perusahaan Otomotif

26

Implikasi Manajerial

28

SIMPULAN DAN SARAN

28

DAFTAR PUSTAKA

29

LAMPIRAN

33

xiv

xv

DAFTAR TABEL
1. Daftar perusahaan sektor industri otomotif di BEI
2. Daftar penelitian terdahulu yang relevan

5
10

DAFTAR GAMBAR
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Produksi dan penjualan mobil Indonesia
Rataan harga saham sektor industri otomotif
Kerangka pemikiran penelitian
Grafik laporan Neraca dan Laba/Rugi PT Astra Internasional, Tbk
Grafik laporan Neraca dan Laba/Rugi PT Gajah Tunggal, Tbk
Grafik laporan Neraca dan Laba/Rugi PT Indomobil Sukses Internasional,
Tbk
7. Grafik perbandingan EVA perusahaan sektor industri otomotif
8. Grafik harga saham dan EPS perusahaan sektor industri otomotif

1
2
11
16
18
19
26
27

DAFTAR LAMPIRAN
1. Ringkasan laporan keuangan PT Astra Internasional, Tbk
2. Ringkasan laporan keuangan PT Gajah Tunggal, Tbk
3. Ringkasan laporan keuangan PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk
4. Perhitungan tingkat pengembalian saham
5. Perhitungan tingkat pengembalian pasar
6. Perhitungan tingkat rata-rata SBI
7. Perhitungan beta dan biaya modal saham
8. Perhitungan NOPAT PT Astra Internasional, Tbk
9. Perhitungan Invested Capital PT Astra Internasional, Tbk
10. Perhitungan WACC PT Astra Internasional, Tbk
11. Perhitungan Cost of Capital PT Astra Internasional, Tbk
12. Perhitungan Economic Value Added PT Astra Internasional, Tbk
13. Perhitungan NOPAT PT Gajah Tunggal, Tbk
14. Perhitungan Invested Capital PT Gajah Tunggal, Tbk
15. Perhitungan WACC PT Gajah Tunggal, Tbk
16. Perhitungan Cost of Capital PT Gajah Tunggal, Tbk
17. Perhitungan Economic Value Added PT Gajah Tunggal, Tbk
18. Perhitungan NOPAT PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk
19. Perhitungan Invested Capital PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk
20. Perhitungan WACC PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk
21. Perhitungan Cost of Capital PT Indomobil Sukses Internasional, Tbk
22. Perhitungan Economic Value Added PT Indomobil Sukses Internasional,
Tbk

32
33
34
35
37
38
38
39
39
39
40
40
40
40
40
41
41
41
41
42
42
42

xvi

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perusahaan sektor otomotif sekarang ini menjadi hal yang patut untuk
diperhitungkan bagi investor. Situasi ini dapat terjadi karena di Indonesia setiap
tahun produksi dan penjualan kendaraan bermotor baik mobil dan motor selalu
mengalami peningkatan. Tingginya pertumbuhan ekonomi dalam negeri menjadi
dasar dalam peningkatan jumlah produksi dan penjualan, serta meningkatnya
kebutuhan masyarakat akan kendaraan pribadi yang bersamaan dengan
kemampuan daya beli masyarakat menengah ke atas cenderung meningkat. Di sisi
lain, hal yang mendukung proses penjualan kendaraan bermotor ini adalah
mudahnya sistem jual beli, khususnya sistem pembayaran, karena pembeli tidak
hanya dapat membayar dengan tunai langsung, melainkan dapat membayar
dengan cara kredit dengan bunga yang masih dapat dijangkau oleh pembeli.
Meskipun pada pertengahan tahun 2012 lalu Bank Indonesia (BI) membuat
kebijakan tentang kenaikan uang muka kredit kendaraan bermotor, hal ini tidak
memberikan pengaruh nyata terhadap minat pembelian, faktanya penjualan
kendaraan bermotor masih dalam kondisi yang baik dan cenderung meningkat.
Peningkatan produksi dan penjualan kendaran bermotor dapat dilihat pada
Gambar 1

Gambar 1 Produksi dan penjualan mobil Indonesia (per unit) (Bappenas 2013)
Dari data yang diperoleh dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas) Periode Triwulan I Tahun 2013 (Gambar 1) dapat dilihat bahwa
peningkatan produksi dan penjualan terus terjadi ditiap tahunnya dan yang paling
tertinggi adalah tahun 2012. Pertumbuhan produksi mobil mencapai 27,2 % dan
penjualan mobil 24,8 %. Produksi mobil tahun 2012 sebesar 1.065.557 unit dan
penjualannya 1.116.230 unit. Hal ini menunjukkan bahwa jika dilihat secara
umum tingkat produksi tidak mampu untuk memenuhi permintaan pasar, maka
dari itu sektor industri otomotif nasional masih mengandalkan impor dalam
memenuhi kekurangan permintaaan pasar tersebut.
Berbeda dengan sepeda motor, tingkat produksi mengalami penurunan
cukup nyata dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, yakni 46,2%. Hal ini
dapat terjadi akibat ditetapkannya peraturan baru dari BI mengenai kenaikan uang
muka sepeda motor dari 10% menjadi 30%. Dengan adanya peraturan tersebut,
berdampak kepada penjualan sepeda motor yang secara dramatis menurun

2

sehingga memaksa produsen untuk menurunkan volume produksinya (Bappenas
2013)
Peningkatan produksi sektor industri otomotif dalam negeri tidak lepas dari
adanya pendanaan yang diberikan oleh para investor, sehingga perusahaan tetap
dapat menjalani usahanya dan nantinya dapat memenuhi permintaan para
pelanggannya. Investasi yang diberikan pada umumnya berbentuk saham yang
nantinya investor akan mendapatkan deviden ataupun capital gain atas investasi
yang telah ditanamkannya kepada perusahaan yang bersangkutan. Dari tahun
2009-2013 tercatat bahwa terjadi peningkatan harga saham di sektor industri
otomotif. Pada Gambar 2 disajikan grafik peningkatan harga saham dari tahun
2009-2013.

Gambar 2 Rataan harga saham sektor industri otomotif
tahun 2009-2013 (dalam rupiah) (diolah)
Dari grafik harga saham di atas, terlihat bahwa rataan harga saham tiap
tahunnya mengalami peningkatan dengan nilai tertinggi di tahun 2013 sebesar
Rp4.367. Pergerakan harga saham dalam kondisi menigkat atau menurun dapat
terjadi dengan melihat kinerja maupun lingkungan eksternal sektor industri yang
bersangkutan. Jika dilihat dari faktor eksternal, pada dasarnya hal ini dipengaruhi
oleh teori ekonomi, yaitu hukum permintaan dan penawaran. Harga saham akan
naik, jika semakin banyak pihak yang ingin membeli suatu saham, sedangkan
harga akan turun, jika yang terjadi adalah sebaliknya (Marta 2010). Hal ini
diperkuat seiring dengan semakin banyaknya investor yang tertarik pada sektor
industri otomotif karena melihat kebutuhan dan keinginan masyarakat Indonesia
yang mengalami perkembangan sehingga berpengaruh positif terhadap
penjualannya yang terlihat pada Gambar 1. Di sisi lain, investor juga melihat
bagaimana kinerja perusahaan-perusahaan sektor industri otomotif secara internal
menjalankan usahanya karena investor juga harus mempertimbangkan hal-hal
yang dapat menambah keuntungan atau pengembalian atas investasi yang telah
dilakukannya. Untuk itu, agar dapat mampu bertahan dalam kondisi peningkatan
dalam sektor industri otomotif, perusahaan-perusahaan tersebut harus mampu
mengembangkan lingkungan bisnisnya melalui kinerja efektif dan efisien,
sehingga nantinya banyak para investor yang ingin menanamkan modalnya ke
perusahaan terkait dan dapat mengetahui dengan jelas bagaimana kondisi
perusahaan tersebut. Pada umumnya, cara investor mengetahui tentang kondisi
perusahaan, mereka akan mengevaluasi perusahaan dari laporan keuangan seperti
neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal dan catatan
atas laporan keuangan (Fahmi 2012). Kemudian, dari laporan keuangan tersebut

3

dapat dilakukan analisis rasio untuk membantu penganalisis mengetahui keadaan
dan perkembangan keuangan perusahaan bersangkutan.
Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan
kondisi suatu perusahaan, dimana selanjutnya akan menjadi suatu informasi yang
menggambarkan tentang kinerja suatu perusahaan (Fahmi 2012). Dalam menilai
kinerja keuangan, banyak perusahaan yang telah menggunakan alat analisis
konvensional seperti analisis rasio. Tetapi saat ini terdapat konsep baru dalam
menilai kinerja perusahaan yaitu dengan metode Economic Value Added (EVA).
Menurut Kamaludin dan Rini dalam Rahayu (2013), EVA merupakan pendekatan
baru yang dapat memperhatikan secara adil ekspektasi penyandang dana dan
memberikan tolak ukur seberapa jauh perusahaan telah memberikan nilai tambah
kepada pemegang saham dalam suatu periode tertentu. Definisi EVA secara
matematis adalah suatu keuntungan operasi setelah pajak yang dikurangi biaya
modal untuk menilai kinerja perusahaan, dengan cara memperhatikan secara adil
harapan-harapan para pemegang saham dan kreditur. EVA positif menunjukkan
bahwa perusahaan telah berada dalam kondisi baik untuk menciptakan kekayaan,
maka metode EVA dapat menjadi alat analisis alternatif dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan.
Penerapan konsep EVA dalam suatu perusahaan akan membuat perusahan
lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan. Hal ini
merupakan keunggulan EVA dibandingkan dengan metode perhitungan yang lain.
Selain itu, penggunaan EVA dapat dijadikan acuan mengingat EVA memberikan
informasi dalam hal biaya modal sebagai kompensasi atas dana yang digunakan
untuk membiayai investasi tersebut (Gulo dan Ermawati 2011)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian
berjudul ”ANALISIS KINERJA KEUANGAN BERBASIS ECONOMIC
VALUE ADDED PADA SEKTOR INDUSTRI OTOMOTIF DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2013.

Perumusan Masalah
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan sebuah pasar yang kegiatannya
berkaitan dengan pembelian atau penjualan efek perusahaan yang terdaftar di
bursa Indonesia. Sampai tahun 2014 ini, perusahaan yang terdaftar dalam BEI
terbagi dalam sembilan sektor usaha, salah satunya adalah sektor aneka industri
(miscellaneous industry) yang terdiri dari 40 perusahaan dan terbagi lagi dalam
tujuh sub sektor. Industri otomotif menjadi bagian dalam sektor aneka industri
tersebut yang terdiri dari 12 perusahaan terdaftar, yaitu Astra International Tbk
(ASII), Astra Otoparts Tbk (AUTO), Indo Kordsa Tbk (BRAM), Goodyear
Indonesia Tbk (GDYR), Gajah Tunggal Tbk (GJTL), Indomobil Sukses
International Tbk (IMAS), Indospring Tbk (INDS), Multi Prima Sejahtera Tbk
(LPIN), Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA), Nipress Tbk (NIPS), Prima Alloy
Steel Tbk (PRAS), Selamat Sempurna Tbk (SMSM).
Selain itu, BEI mempunyai beberapa indeks saham sebagai indikator
pergerakan saham salah satunya indeks Kompas-100 yang secara resmi
diterbitkan oleh BEI berkerjasama dengan koran Kompas pada hari Jumat tanggal
10 Agustus 2007. Indeks Kompas-100 merupakan seratus saham terpilih yang

4

memiliki likuiditas tinggi, nilai kapitalisasi pasar yang besar dan merupakan
saham-saham yang memiliki fundamental dan kinerja baik. Saham-saham yang
termasuk dalam Kompas-100 diperkirakan mewakili sekitar 70-80% dari total
Rp1.582 triliyun nilai kapitalisasi pasar seluruh saham yang tercatat di BEI,
sehingga investor dapat melihat kecenderungan arah pergerakan indeks dengan
mengamati pergerakan indeks Kompas-10, tetapi hal ini bisa saja berlawanan arah
dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) maupun indeks lainnya. Tujuan
utama BEI dalam penerbitan indeks Kompas-100 ini, antara lain guna
penyebarluasan informasi pasar modal dan menggairahkan masyarakat untuk
mengambil manfaat dari keberadaan BEI, baik untuk investasi maupun mencari
pendanaan bagi perusahaan dalam mengembangkan perekonomian nasional.
(Marta 2010). Dari 12 perusahaan sektor industri otomotif hanya tiga yang
terdaftar kedalam Indeks Kompas 100 periode Februari-Juli 2014, yaitu ASII,
GJTL serta IMAS (BEI 2014).
Berdasarkan uraian tersebut, permasalahannya dapat dirumuskan sebagai
berikut :
1. Bagaimana kondisi kinerja perusahaan dengan EVA pada sektor industri
otomotif yang terdaftar di BEI dalam Indeks Kompas 100 periode 2009-2013 ?
2. Kinerja perusahaan manakah yang terbaik diantara perusahaan sektor industri
otomotif dalam indeks Kompas 100 periode 2009-2013 ?
3. Bagaimana kecenderungan kondisi EVA dengan harga saham dan EPS
perusahaan sektor industri otomotif dalam Indeks Kompas 100 periode 20092013 ?

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah :
1. Menganalisis kinerja keuangan otomotif yang terdaftar di BEI dalam Index
Kompas 100 dengan metode EVA.
2. Membandingkan kinerja keuangan perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI
dalam Index Kompas 100 dengan metode EVA.
3. Menganalisis kondisi EVA dengan harga saham dan EPS perusahaan sektor
industri otomotif dalam indeks Kompas 100.

Manfaat Penelitian

1.
2.
3.
4.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
Penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai analisis kinerja
keuangan dengan metode EVA.
Investor/pemegang saham dapat dijadikan sebagai sarana informasi dan
masukan mengenai kinerja keuangan perusahaan.
Perusahaan adalah bahan pertimbangan dalam strategi penciptaan nilai
perusahaan bagi pemegang saham atau investor.
Civitas akademik dapat dijadikan bahan referensi dalam melakukan penelitian
selanjutnya dan menambah wawasan.

5

Ruang Lingkup Penelitian
Perusahaan yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan
otomotif dalam indeks Kompas-100 di BEI periode 2009-2013, yaitu PT Astra
Internasional, Tbk (ASII), PT Gajah Tunggal, Tbk (GJTL), PT Indomobil Sukses
Internasional, Tbk (IMAS) dengan menggunakan data laporan keuangan yang
digunakan adalah data periode 2009-2013.

TINJAUAN PUSTAKA
Industri Otomotif
Perusahaan sektor industri otomotif yang terdaftar di BEI dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel. 1 Daftar Perusahaan Sektor Industri Otomotif di BEI
Kode
No
Nama Emiten
Tanggal IPO
Saham
1.
GDYR
Goodyear Indonesia, Tbk
1 Desember 1980
2.
LPIN
Multiprima Sejahtera, Tbk
5 Februari 1990
3.
ASII
Astra Internasional, Tbk
4 April 1990
4.
GJTL
Gajah Tunggal, Tbk
8 Mei 1990
5.
PRASS
Prima Alloy Steel Universal, Tbk
12 Juli 1990
6.
INDS
Indospring, Tbk
10 Agustus 1990
7.
BRAM
Indo Kordsa, Tbk
5 September 1990
8.
NIPS
Nipress, Tbk
24 Juli 1991
9.
IMAS
Indomobil Sukses Internasional, Tbk
15 September 1993
10. SMSM
Selamat Sempurna, Tbk
9 September 1996
11. AUTO
Astra Otoparts, Tbk
15 Juni 1998
12. MASA
Multistrada Arah Sarana, Tbk
9 Juni 2005
Sumber: BEI (2014)
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa perusahaan yang melakukan Initial Public
Offering (IPO) pertama kali adalah PT Goodyear Indonesia, Tbk pada tanggal 1
Desember 1980, sedangkan yang paling terakhir terdaftar adalah PT Multistrada
Arah Sarana, Tbk. Dari dua belas perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI,
perusahaan yang paling strategik adalah PT Astra Internasional, Tbk. Hal ini
diperkuat dengan beberapa prestasi masuknya perusahaan kedalam daftar
perusahaan yang terbesar dan terbaik di Indonesia.

Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2012), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan yang baik dan benar, seperti dengan

6

membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan ketentuan
dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) atau General Accounting Principle
(GAAP), dan lainnya.

Laporan Keuangan
Menurut Prasetyo (2011), laporan keuangan terdiri atas laporan laba-rugi,
laporan neraca, laporan arus kas dan laporan perubahan modal pemilik.
Penyusunan laporan-laporan tersebut diawali dengan pencatatan setiap transaksi,
dilanjutkan dengan posting dalam pos-pos akuntansi, penyusunan jurnal
penyesuaian, perhitungan dan penyusunan laporan laba-rugi, arus kas dan neraca.
Langkah ini dikenal dengan istilah accounting cycle.
Analisis laporan keuangan merupakan analisis mengenai kondisi keuangan
suatu perusahaan yang melibatkan neraca dan laba-rugi. Neraca (balance sheet)
merupakan laporan yang menggambarkan jumlah kekayaan (harta), kewajiban
(hutang) dan modal dari suatu perusahaan pada saat tertentu, sedangkan laporan
laba-rugi (income statement) merupakan laporan yang menggambarkan jumlah
penghasilan atau pendapatan dan biaya dari suatu perusahaan pada periode
tertentu (Harjito dan Martono 2011)

Economic Value Added
EVA merupakan salah satu alat pengukuran kinerja perusahaan yang
dipopulerkan oleh G. Bennet Stewart dan Joel M. Stern pada tahun 1991 yang
merupakan analis keuangan dari perusahaan konsultan Stern Stewart and Co.
EVA didasarkan pada gagasan keuntungan ekonomis sebagai residual income
yang menyatakan bahwa kekayaan dalam suatu perusahaan hanya diciptakan pada
saat perusahaan mampu menutup biaya operasi dan biaya modal. Dalam
perhitungannya, EVA adalah laba tertinggal setelah dikurangi dengan biaya modal
(cost capital) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba tersebut, sehingga
dapat menjadi suatu tolak ukur kinerja keuangan berbasis nilai. EVA juga
menggambarkan jumlah absolut dari nilai pemegang saham (shareholder value)
yang diciptakan (created) atau dirusak (destroyed) pada suatu periode tertentu,
biasanya setahun. Eva yang positif menunjukan penciptaan nilai (value creation),
sedangkan EVA yang negatif menunjukan penghancuran nilai (value destruction)
(Tunggal 2008).
Menurut Young dan O’Byrne (2001), EVA sebagai penengah antara
pengukuran nilai dan kinerja perusahaan. EVA mengukur pertambahan nilai yang
dihasilkan oleh manajemen berkaitan dengan usaha manajemen untuk
meningkatkan kemakmuran pemegang sahamnya. Pada dasarnya, EVA mengukur
nilai tambah dalam suatu periode tertentu. Nilai tambah ini tercipta bila
perusahaan memperoleh keuntungan (profit) di atas cost of capital perusahaan.
Secara matematis, EVA dihitung dari laba setelah pajak dikurangi dengan cost of
capital tahunan. Jika EVA positif, menunjukkan perusahaan telah menciptakan
kekayaan.

7

Untuk mendapatkan hasil dengan metode perhitungan EVA, terdapat lima
langkah utama yang diperlukan (Tunggal 2008), yaitu:
1. Menghitung laba operasi bersih sesudah pajak (Net Operating Profit After
Tax/ NOPAT)
2. Menghitung Invested Capital
3. Menentukan Capital Cost Rate (Weight Average Cost of Capital/WACC)
yang wajar.
4. Menghitung EVA perusahaan
Laba Operasi Bersih Setelah Pajak
Menurut Tunggal (2008), NOPAT atau laba operasi setelah pajak
merupakan laba yang diperoleh dari operasi perusahaan setelah dikurangi pajak
penghasilan, tetapi termasuk biaya keuangan (financial cost) dan non cash
bookeeping entries sepeti biaya pemungutan. Besarnya NOPAT tidak dipengaruhi
oleh struktur modal perusahaan karena diasumsikan restrukturisasi keuangan tidak
akan memberi dampak pada profitabilitas ataupun risiko bisnis yang ada sekarang.
Dengan kata lain, perusahaan yang membiayai bisnisnya dari hutang atau modal
sendiri, nilai NOPAT akan selalu identik.
Modal yang Diinvestasikan
Invested Capital atau modal yang diinvestasikan adalah jumlah seluruh
pinjaman perusahaan diluar pinjaman jangka pendek tanpa bunga (non interest
bearing liabilities), antara lain hutang dagang, biaya yang masih harus dibayar,
hutang pajak, uang muka pelanggan dan sebagainya. Perhitungan Invested Capital
dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan operasi (operating
approach) dan pendekatan keuangan (finance approach) (Tunggal 2008).
Modal yang diinvestasikan merupakan jumlah seluruh keuangan
perusahaan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, passiva yang tidak
menanggung bunga (non interest bearing liabilities) dan pajak yang akan jatuh
tempo (accrued taxes). Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas
pemegang saham, seluruh hutang jangka pendek dan jangka panjang yang
menanggung bunga, hutang dan kewajiban jangka panjang lainnya (Young and
O’byrne 2001).
Biaya Modal Rataan Tertimbang
Weight Avegare Cost of Capital (WACC) adalah jumlah biaya masingmasing komponen modal, misalnya pinjaman jangka pendek dan pinjaman jangka
panjang (cost of debt), serta setoran modal saham (cost of equitty) yang diberikan
bobot sesuai dengan proporsinya dalam struktur modal perusahaan (Tunggal
2008). Menurut Young and O’byrne (2001), dalam menghitung WACC suatu
perusahaan perlu mengetahui:
1. Jumlah hutang dalam struktur modal
2. Jumlah ekuitas dalam struktur modal
3. Biaya hutang
4. Tingkat pajak
5. Biaya ekuitas
Biaya penggunaan modal yang diukur melalui pendekatan WACC akan
berubah, apabila terjadi perubahan struktur modal ataupunn perubahan biaya dari

8

masing-masing komponen tersebut. Selama struktur modal dan biaya masingmasing komponen dapat dipertahankan, maka tingkat biaya penggunaan modal
akan tetap meskipun modal yang digunakan berubah.
Biaya Modal
Menurut Mardiyanto (2009), Cost of Capital atau biaya modal adalah
tingkat imbal hasil minimum yang harus diterima oleh investor, sehingga investor
bersedia mendanai suatu proyek pada tingkat tertentu investor. Biaya modal
didasari atas asumsi tidak berubahnya risiko bisnis, risiko keuangan dan risiko
dividen terhadap laba bersih. Terdapat tiga alasan bahwa biaya modal penting
bagi suatu perusahaan (Mardiyanto 2009), yaitu :
1. Biaya modal harus diminimumkan, agar mampu memaksimumkan nilai
perusahaan.
2. Patokan untuk menentukan kelayakan investasi pada aktiva tetap
(pengganggaran modal).
3. Perhitungan sewa guna, modal kerja, pelunasan obligasi dan sebagainya
memerlukan informasi mengenai biaya modal.
Langkah penting dalam mengestimasi biaya modal adalah mengidentifikasi
dan menentukan biaya dari masing-masing komponen modal dan kemudian
mengkombinasikan komponen-komponen tersebut kedalam biaya modal rata-rata
tertimbang (WACC). Adapun komponen modal adalah berbagai jenis hutang,
ekuitas saham biasa, dan saham preferen (Ningrum 2008):
Biaya Hutang
Besarnya biaya hutang yang harus dibayar perusahaan ditentukan oleh
tingkat suku bunga diperuntukan bagi hutang dengan suku bunga mengambang,
risiko kegagalan yang meningkat, dan keuntungan pajak yang berhubungan
dengan adanya hutang karena beban bunga mengurangi pajak. Perhitungan biaya
modal adalah hasil dari perkalian antara bunga yang harus dibayar dengan faktor
koreksi tingkat pajak perusahaan (1-t).
Biaya Saham Biasa
Terdapat dua metode dalam mengestimasi tingkat pengembalian yang
disyaratkan pemegang saham biasa (Keown 2004), yaitu :
a. Model pertumbuhan deviden
Model ini digunakan jika pertumbuhan deviden dan pendapatan perusahaan
tumbuh pada tingkat yang konstan. Rumus model ini sebagai berikut:
Ks = Di + g ......................................................................................................(1)
Po
Keterangan :
Ks = harga saham biasa
Di = deviden tahun ke – i
Po = nilai harga saham biasa
g = tingkat pertumbuhan yang diharapkan
b. Model Penetapan Harga Aktiva Modal (Capital Asset Pricing Model/CAPM)
Menurut Young dan O’byrne (2001), CAPM dikembangkan secara
independent oleh Pfofesor William Sharpe dari Universitas Stanford dan John
Lintner dari Universitas Harvard, menarik sumbangsih sebelumnya terhadap

9

teori keuangan oleh James Tobin dan Harry Markowits. Rumusnya sebagai
berikut:
E(R) = Rf + β (Rm – Rf) ....................................................................................(2)
Keterangan :
E(R) = harapan pengembalian dari aktiva berisiko.
Rf
= pengembalian atas suatu aktiva bebas risiko
Β
= pengukuran dari risiko
Rm = harapan pengembalian atas pasar saham
Biaya Saham Preferen
Menurut Keown (2004), biaya saham preferen merupakan tingkat
pengembalian yang diperlukan investor atas perusahaan yang dihitung sebagai
deviden saham preferen dibagi dengan harga penerbitan. Menentukan biaya
saham istimewa begitu sederhana, karena kesederhanaan arus kas yang
dibayarkan kepada pemegang saham istimewa. Dengan cara pembagian antara
deviden saham preferen dengan harga saham preferen.

Kelebihan dan Kelemahan EVA
Menurut Mirza dalam Ika (2008), EVA sebagai pengukur kinerja
perusahaan memiliki kelebihan dibandingkan alat pengukur kinerja keuangan
lainnya, yaitu:
1. EVA memfokuskan penilainnya pada nilai tambah dengan memperhitungkan
beban biaya modal sebagai risiko investasi.
2. EVA pengukur kinerja perusahaan yang memperhatikan harapan penyedia
dana yang memberi nilai tambah.
3. EVA dapat diterapkan secara mandiri tanpa memerlukan data pembanding dari
perusahaan lain maupun standar industri sebagaimana konsep analisis rasio
keuangan.
4. EVA dapat digunakan sebagai tolak ukur pemberian bonus pada karyawan.
5. EVA dapat digunakan sebagai dan pertimbangan untuk mengambil keputusan
dan kebijakan permodalan.
6. Konsep EVA mempengaruhi keputusan organisasi untuk keluar dari unit usaha
yang mempunyai nilai tambah negatif.
Sedangkan, kelemahan EVA sebagai alat pengukur kinerja keuangan
dibandingkan alat ukur kinerja keuangan lainnya adalah (Mirza dalam Ika 2008) :
1. EVA hanya mengukur hasil akhir, sementara aktivitas penentu seperti loyalitas
dan referensi konsumen tidak diperhatikan.
2. EVA terlalu bertumpu pada keyakinan bahwa investor sangat mengandalkan
pendekatan fundamental dalam mengkaji dan mengambil keputusan untuk
menjual atau membeli saham tertentu.
3. Metode EVA sangat tergantung pada transportasi internal dalam perhitungan
EVA secara akurat.

10

Penelitian Terdahulu yang Relevan
Penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan dengan metode EVA
telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Beberapa penelitian yang
berhubungan dengan ini disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar penelitian terdahulu yang relevan
Nama Penulis/Judul
Keterbatasan dan
Hasil
Penelitian
Saran
Skripsi:
• Perusahaan yang diteliti PT
• Tahun yang diteliti
Ningrum (2008) –
menjadikan hasil
Telkom, PT Indosat, PT
Institut Pertanian Bogor
penelitian ini kurang
Excelcomindo Pratama, PT
Judul:
rinci, maka dianjurkan
Bakrie Telecom dan PT
“Analisis Kinerja
bagi peneliti
Mobile-8.
Keuangan Perusahaan
selanjutnya
• PT Telkom dan PT Indosat
Telekomunikasi Go
perhitungan didasarkan
memiliki nilai EVA positif
Public dengan Metode
data per kuartal dan
(2003-2004)
Economic Value Added • PT Excelcomindo Pratama, PT
disertai pengaruh
periode 2002-2007”
perang tarif dengan
Bakrie Telecom dan PT
investasi pada
Mobile-8 kurang baik untuk
perusahaan
berinvestasi, karena memiliki
telekomunikasi.
nilai EVA negatif.
Skripsi:
Mubarok (2009) –
Institut Pertanian Bogor
Judul:
“Analisis Kinerja
Keuangan Dengan
Metode Economic
Value (Studi Kasus
Perusahaan Otomotif
Go Publik)

• Dari dua perusahaan yang
diteliti periode 2007-2008,
terdapat satu perusahaan yang
memiliki kinerja keuangan
yang baik yaitu PT Multi
Strada, Tbk (mengalami
kenaikan nilai EVA di tahun
2008)
• PT Gajah Tunggal, Tbk
mengalami penurunan nilai
EVA di tahun 2008.

Skripsi:
Nasution (2009) –
Universitas Sumatera
Utara
Judul:
“Analisis Kinerja
Keuangan Berdasarkan
Economic Value Added
dan Financial Value
Added pada PT
Perkebunan Nusantara
IV Medan”

• Berdasarkan perhitungan EVA • PTPN IV sebaiknya
lebih efisien lagi dalam
pada tahun 2003 dan 2005,
menggunakan aktiva
manajemen perusahaan
dan modal perusahaan,
mampu menciptakan nilai
sehingga dapat
EVA positif.
menekan biaya modal
• Tahun 2004, 2006 dan 2007,
perusahaan. Efisiensi
perusahaan belum mampu
terhadap biaya modal
menciptakan nilai EVA positif.
menyebabkan EVA
positif.

• Penelitian dilakukan
pada saat terjadinya
krisis ekonomi global
sehingga berdampak
kepada nilai EVA.

11

METODE
Kerangka Pemikiran Penelitian
Penelitian ini menggunakan analisis EVA yang digunakan untuk mengukur
seberapa besar investor mendapatkan nilai tambah atas investasi yang
disimpannya karena pada dasarnya Investor yang menanamkan modalnya di pasar
modal mengharapkan dividen dan capital gain. Pengukuran kinerja keuangan
dengan metode EVA, diperlukan data laporan keuangan berupa laporan laba rugi
(Income Statement) dan neraca (Balance Sheet). Perhitungan EVA dapat diketahui
secara sederhana dengan cara NOPAT dikurangi biaya modal. NOPAT adalah
laba bersih ditambah biaya bunga setelah pajak, sedangkan biaya modal (Cost of
Capital) adalah tingkat pengembalian minimum atas modal yang dibutuhkan
untuk mengganti pinjaman dan ekuitas investor atau suatu aliran kas yang
dibutuhkan untuk mengganti para investor atas risiko usaha dari modal yang
diinvestasikannya (Tunggal 2008). Kerangka pemikiran penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 3.
Bursa Efek Indonesia
Perusahaan Sektor Industri Otomotif

Investor

Indeks Kompas 100
Laporan Keuangan

Neraca

WACC

Modal yang
diinvestasikan

Biaya Modal

Laporan Laba/Rugi
NOPAT

Laporan Arus Kas
Laporan Perubahan Modal
Catatan atas Laporan Keuangan

EVA
Kinerja Keuangan
Implikasi Manajerial

Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian
Keterangan =
Bagian yang tidak menjadi bagian dari penelitian

12

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2014 di BEI.

Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu
laporan keuangan dari periode 2009-2013 perusahaan sektor industri otomotif
yang terdaftar di BEI pada indeks Kompas-100, seperti ASII, GJTL, IMAS pada
penutupan setiap akhir tahun selama lima periode, jurnal dan sumber lain yang
berhubungan dengan penelitian ini. Data sekunder tersebut diperoleh dari website
BEI dan website perusahaan sektor industri otomotif.

Pengolahan dan Analisis Data
Pada penelitian ini, pengolahan data berasal dari data sekunder yang
dikumpulkan dalam kurun waktu periode 2009-2013. Data akan diolah dengan
menggunakan perangkan lunak MS Excel 2003 dan kalkulator. Alat analisis yang
digunakan dalam mengolah data adalah dengan menggunakan EVA. EVA
merupakan alat analisis untuk mengukur kinerja perusahaan dengan menghitung
laba operasi setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal. Langkah-langkah
dalam perhitungan analisis EVA :
1. Menghitung tingkat pengembalian saham (Rit)
Menghitung tingkat pengembalian dari masing-masing saham yang
didefinisikan sebagai rataan dari keuntungan modal yaitu selisih antara harga
saham bulan ini dengan harga bulan sebelumnya (Keown 2004).
Rumus : Rit = Pit – Pit-1 +Dt ………………..…………....………......…...…..(3)
Pit-1
Keterangan:
Rit = tingkat pengembalian saham perusahaan bulan ke-t
Pit = harga saham perusahaan perlembar bulan ke-t
Pit-1 = harga saham perusahaan perlembar bulan ke t-1
Dt = deviden pada bulan ke-t
2. Menghitung tingkat pengembalian pasar (Rmt) dan tingkat pengembalian rataan
pasar (E(Rm)) (Keown 2004).
Rumus: Rmt = IHSGt – IHSGt-1 ……………………………....………...…….(4)
IHSGt-1
n

∑ Rmt
E(Rm) =

t=1

……………………...…...……….....…….….(5)

N
Keterangan:
Rmt
= tingkat pengembalian pasar pada bulan ke-t

13

IHSGt
IHSGt-1
E(Rm)
N

= Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t
= Indeks Harga Saham Gabungan bulan ke-t-1
= tingkat pengembalian rata-rata pasar yang diharapkan dalam satu
bulan
= jumlah pengamatan dalam satu tahun (N=12)

3. Menghitung risiko masing-masing saham (β/Beta) menurut Keown (2004).
Rumus : βi
= σim…………………………………………...……….(6)
σ2m
n

∑ (Rit – Ri) (Rmt – Rm)
t=1
σim =
……….……………………….…….(7)
n
n

σ2m =

∑ (Rmt – Rm)2
t=1

……….………………………...…...(8)
n–1

Keterangan :
σim
= peragam (kovarian) tingkat pengembalian saham i dengan tingkat
pengembalian pasar
σ2m
= ragam (varian) tingkat pengembalian pasar
4. Menghitung tingkat bunga bebas risiko (Rf)
Tingkat bunga bebas risiko adalah tingkat suku bunga investasi yang dapat
diperoleh investor tanpa menanggung risiko. Tingkat bunga bebas risiko yang
digunakan adalah tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
5. Menghitung biaya ekuitas atau modal (E(R)) menurut Keown (2004)
Rumus : E(R) atau Ke = Rf + β (Rm – Rf) ……….……...……...……..……..(9)
MRP = Rm – Rf……….……………………….………...….…........(10)
Keterangan :
E(R) = harapan pengembalian
Rf = tingkat pengembalian bebas risiko
Rm = tingkat pengembalian atas risiko pasar
β
= faktor risiko (beta) yang berlaku untuk perusahaan
MRP = Market Premum Risk (Premi Risiko Pasar)
6. Menghitung biaya hutang (Kd) (Keown 2004).
Rumus : Kd = Kd x (1-t) …………………………………………….....….....(11)
Keterangan :
Kd = beban bunga dibagi jumlah hutang jangka panjang
1-t = faktor koreksi pajak
7. Menghitung NOPAT
NOPAT merupakan laba operasi perusahaan dari suatu current operating
yang merupakan laba usaha setelah dikurangi beban pajak.Pajak yang

14

digunakan dalam perhitungan EVA adalah pengorbanan yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam penciptaan nilai tersebut (Tunggal 2008)
Rumus : NOPAT = laba bersih setelah pajak + biaya bunga………............(12)
8. Menghitung Invested Capital (IC)
Menurut Tunggal (2008), IC merupakan jumlah seluruh pinjaman
perusahaan di luar pinjaman jangka pendek tanpa bunga, seperti hutang
dagang, biaya yang masih harus dibayar, hutang pajak, uang muka pelanggan,
dan sebagainya. IC dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rumus : IC = kas + working capital requirement + aktiva tetap..…………(13)
9. Menghitung biaya modal rataan tertimbang (Weight Average Cost of Capital
atau WACC) (Keown 2004).
Rumus : WACC = Kd (1-t) Wd + KeWe………………….....………….…….(14)
Keterangan:
Kd
= biaya hutang jangka panjang
t
= tingkat pajak perusahaan
Wd
= proporsi hutang dalam struktur modal
Ke
= biaya pengembalian saham
We
= proporsi saham dalam struktur modal
10. Menghitung biaya modal (Capital Charges atau CC)
CC adalah aliran kas yang dibutuhkan untuk mengganti para investor atas
risiko usaha dari modal yang ditanamkannya. CC dapat dirumuskan sebagai
berikut :
Rumus : CC = Invested Capital x WACC……...…..………………….…..(15)
11. Menghitung EVA
EVA merupakan laba yang tertinggal setelah dikurangi dengan biaya
modal (capital charges) yang diinvestasikan untuk menghasilkan laba
tersebut. EVA dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rumus : EVA = NOPAT – Capital Charges…………...………….....…....(16)
Konsep EVA dijelaskan dari tiga ukuran yang dapat digunakan dalam menilai
kinerja perusahaan, yaitu:
1) Jika EVA > 0, menunjukan terjadi proses nilai tambah perusahaan, kinerja
keuangan perusahaan baik.
2) Jika EVA = 0, menunjukkan posisi impas perusahaan.
3) Jika EVA < 0, menunjukan tidak terjadi proses nilai tambah perusahaan, yang
mengakibatkan laba yang ada tidak bisa memenuhi harapan investor, sehingga
kinerja keuangan perusahaan tidak baik.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN
Profil Perusahaan
PT Astra Internasional, Tbk
Pendirian dan Informasi Umum
Astra memulai bisnisnya sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum
dengan nama PT Astra International Inc. Pada tahun 1990, dilakukan perubahan
nama menjadi PT Astra International Tbk, seiring dengan pelepasan saham ke
publik beserta pencatatan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia yang terdaftar
dengan ticker ASII. Hingga akhir tahun 2013, Astra telah memiliki 197.434
karyawan pada 179 anak perusahaan, perusahaan asosiasi dan pengendalian
bersama entitas yang menjalankan enam segmen usaha, yaitu Otomotif, Jasa
Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur, Logistik dan
lainnya, serta Teknologi Informasi.
Rantai bisnis otomotif Astra telah dikenal dan dipercaya sebagai sahabat
dan mitra yang andal untuk kebutuhan transportasi bagi keluarga, korporasi dan
masyarakat umum di seluruh Indonesia. Astra menawarkan ragam pilihan dan
model terbaru kendaraan bermotor sesuai kebutuhan konsumen, mulai dari sepeda
motor Honda hingga berbagai ukuran mobil dan truk bermerek Toyota, Daihatsu,
Isuzu, BMW, Peugeot dan UD Trucks. Astra juga memastikan kemudahan
jangkauan bagi konsumen untuk pembelian, pemeliharaan dan perawatan
kendaraan dengan jaringan distribusi dan layanan terluas di Indonesia, didukung
oleh jajaran perusahaan pembiayaan Astra yang menawarkan kredit konvensional
dan syariah yang terjangkau, serta variasi jenis suku cadang dan aksesoris
otomotif hasil produksi Astra Otoparts.
Nilai kapitalisasi pasar PT Astra International Tbk ditutup di penghujung
tahun 2013 sebesar Rp275,3 triliun. Selama 56 tahun, Astra telah menjadi saksi
pasang surut ekonomi Indonesia dan terus berkembang dengan memanfaatkan
peluang bisnis berbasis sinergi yang luas dengan pihak eksternal maupun internal
Grup Astra. Sebagai salah satu grup usaha terbesar nasional saat ini, Astra telah
mampu membangun reputasi yang baik dan menjadi bagian dari keseharian dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat di tanah air. Hal ini diwujudkan dengan
persembahan berupa ragam produk dan jasa terbaik yang ditawarkan serta
sumbangsih non-bisnis melalui program tanggungjawab sosial yang luas di bidang
pendidikan, lingkungan, pengembangan usaha kecil dan menengah (UKM) dan
kesehatan, sebagai bagian dari perjalanan Astra untuk menjadi perusahaan
kebanggaan bangsa yang turut berperan dalam upaya berkelanjutan untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Karyawan, Direktur dan Komisaris
Susunan dewan komisaris dan direksi perusahaan Astra Internasional per 31
Desember 2013 terdiri dari dewan komisaris dan direksi perusahaan. Dewan
komisaris dipimpin oleh Budi Setiadharma yang memiliki enam anggota
komisaris dan tiga anggota komisaris independen. Sedangkan, direksi perusahaan
dipimpin oleh Prijono Sugiarto didampingi oleh tujuh direktur lainnya. PT Astra

16

Internasional, Tbk memiliki jumlah karyawan perusahaan dan anak perusahaan
197.434 orang.
Kondisi Keuangan Perusahaan
Ringkasan Laporan Keuangan PT Astra Internasional, Tbk terlampir pada
Lampiran 1 yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi periode 2009 sampai
2013. Perusahaan cenderung mengalami peningkatan yang dapat dilihat pada
grafik Gambar 4.

Gambar 4 Grafik laporan Neraca dan Laba/Rugi PT Astra Internasional Tbk
Periode 2009-2013 (laporan keuangan PT Astra Internasional
Tbk 2009-2013)
Pada Gambar 4 dijelaskan bahwa terdapatnya penambahan aktiva yang
tertinggi pada tahun 2011 sebesar 36,03% atau setara Rp40.664 miliar, dari tahun
2010 sebesar Rp112.857 Miliar menjadi Rp153.521 Miliar. Peningkatan ini
dikarenakan bertambahnya aktiva lancar dan aktiva tidak lancar pada tahun
bersangkutan. Aktiva lancar meningkat 40,85 % dan aktiva tidak lancar
meningkat 36,61 %. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Total kewajiban PT Astra Internasional ikut mengalami peningkatan yang
paling tinggi pada tahun 2011 sebesar 43,41% atau setara Rp23.515 Miliar dari
tahun 2010 sebesar Rp54.168 Miliar menjadi Rp77.683 Miliar. Peningkatan
kewajiban ini didasari adanya peningkatan pada kewajiban tidak lancar dan
kewajiban lancar. Tingginya penambahan kewajiban tidak lancar terbilang cukup
signifikan mencapai 71,98%, sedangkan peningkatan pada kewajiban lancar
30,30%.
Laba bersih pada tahun berjalan yang dihasilkan PT Astra Internasional
mengalami peningkatan pada tahun 2011 sebesar 46,71% atau setara Rp6.711
Miliar dari Rp14.366 Miliar menjadi Rp21.077 Miliar. Sedangkan, pada akhir
tahun 2013 mengalami penurunan 1,96% atau setara Rp445 Miliar. Penurunan ini
dapat terjadi karena adanya peningkatan pada beban penjualan dan beban usaha,
sehingga dapat mengurangi laba tahun berjalan perusahaan yang masing-masing
peningkatannya 4,42% dan 4,44%.
PT Gajah Tunggal, Tbk
Pendirian dan Informasi Umum
PT Gajah Tunggal Tbk memulai produksi bannya dengan ban sepeda. Sejak
itu Perusahaan bertumbuh menjadi produsen ban terpadu terbesar di Asia

17

Tenggara. Perusahaan memperluasan produksi dengan membuat variasi produk
melalui produksi ban sepeda motor tahun 1971, diikuti oleh ban biasa untuk
penumpang dan komersial di tahun 1981. Awal tahun 1990an, perusahaan mulai
memproduksi ban radial untuk mobil berpenumpang dan truk. Tak berhenti
sampai di situ, perkembangan perusahaan terlihat sangat nyata dengan tercatatnya
saham perusahaan untuk pertama kalinya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya
pada tahun 1990. Setahun kemudian, perusahaan ini mengakuisisi GT Petrochem
Industries yang merupakan produsen kain ban (TC) dan benang nilon. Produksi
ban Gajah Tunggal semakin meningkat, tercatat pada tahun 1993 perusahaan
mulai melakukan produksi secara komersial ban radial untuk mobil penumpang
dan truk ringan.
Saat ini Perusahaan mengoperasikan lima pabrik pembuat ban dan ban
dalam yang telah dimodernisasi untuk memproduksi berbagai tipe dan ukuran ban
radial, biasa, dan sepeda motor, serta dua pabrik penghasil produk yang
berhubungan dengan ban yang memproduksi kain ban dan Styrene Butadiene
Rubber (SBR). Kelima pabrik ban dan pabrik kain ban berlokasi di Tangerang,
sekitar 30 kilometer sebelah barat Jakarta, Indonesia. Pabrik SBR milik
Perusahaan bertempat di komplek Industri Kimia di Merak, Banten, sekitar 90 km
barat dari Jakarta. Selama 2005, Perusahaan telah memulai ekspansi kapasitas
produksi ban radial dan ban sepeda motor di lokasi berdekatan dengan pabrik ban
saat ini. Proyek ini masih berjalan, dan diperkirakan akan mengalami peningkatan
produksi ban radial dari 30.000 ban/hari menjadi 45.000 ban/hari. Kapasitas
ekspansi ini akan selesai tiga tahap dan akan selesai tahun 2010. Ban sepeda
motor juga akan mengalami peningkatan kapasitas secara bertahap dari 37.000
ban/hari di tahun 2005 menjadi 105.000 ban/hari pada awal 2011. Saat ini
kapasitas ban sepeda motor 45.000 ban/hari.
Karyawan, Direktur dan komisaris
Susunan dewan komisaris dan direksi perusahaan Gajah Tunggal per 31
Desember 2013 terdiri dari dewan komisaris dan direksi perusahaan. Dewan
komisaris dipimpin oleh Sutanto yang memiliki satu wakil presiden komisaris,
tiga anggota komisaris dan dua anggota komisaris independen. Sedangkan, direksi
perusahaan dipimpin oleh Christopher Chan Siew Choong didampingi oleh
sembilan direktur lainnya. PT Gajah Tunggal, Tbk memiliki jumlah karyawan
perusahaan dan anak perusahaan 10.887 orang.
Kondisi Keuangan Perusahaan
Laporan Keuangan PT Gajah Tunggal, Tbk periode 2009 sampai 2013
(Lampiran 2) selalu mengalami penambahan aktiva. Penambahan aktiva yang
paling tertinggi adalah pada tahun 2013 sebesar 19,28% atau setara Rp2.480.961
juta dari tahun 2012 sebesar Rp12.869.793 juta menjadi Rp15.350.754 juta pada
akhir tahun 2013. Penambahan aktiva ini tidak lepas dari bertambahnya aktiva
lancar dan aktiva tidak lancar yang masing-masing 31,76% dan 10,83%. Secara
garis besarnya dapat dilihat dalam grafik pada Gambar 5.

18

Gambar 5 Grafik laporan Neraca dan Laba/Rugi PT Gajah Tunggal Tbk
Periode 2009-2013 (laporan keuangan PT Gajah Tunggal Tbk
2009-2013)
Dari Gamba

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Refined Economic Value Added dan Financial Value Added Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham Perusahaan Food And Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

27 186 111

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) Dan Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar Di Bersa Efek Indonesia (BEI)

1 32 98

Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Economic Value Added Pada Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman Dengan Perusahaan Sektor Farmasi di Bursa Efek Indonesia.

0 60 117

Analisis Pengaruh Economic Value Added (EVA) terhadap Market Value Added (MVA) pada Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

5 97 94

Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

10 114 120

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA SEKTOR INDUSTRI Analisis Kinerja Keuangan Pada Sektor Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dengan Metode Economic Value Added (EVA).

0 2 12

PENDAHULUAN Analisis Kinerja Keuangan Pada Sektor Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dengan Metode Economic Value Added (EVA).

0 5 9

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA SEKTOR INDUSTRI ROKOK YANG TERDAFTAR DIBURSA EFEK INDONESIA Analisis Kinerja Keuangan Pada Sektor Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Dengan Metode Economic Value Added (EVA).

0 2 18

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA INDUSTRI ROKOK DI BURSA EFEK INDONESIA DENGAN Analisis Kinerja Keuangan Pada Industri Rokok Di Bursa Efek Indonesia Dengan Metode Economic Value Added (EVA).

0 1 12

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PERUSAHAAN TELEKOMUNIKASI DI BURSA EFEK INDONESIA 2009 – 2011

0 3 15